Anda di halaman 1dari 2

Pelabuhan Batu Ampar Bakal Dikembangkan Sebagai Hub Logistik Internasional,

Melalui Penurunan Biaya Logistik Hingga Modernisasi Layanan Kepelabuhanan


Image not found or type unknown

Batam, 2 April - Pemerintah melalui Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas (BP) Batam akan mengembangkan Pelabuhan Batu Ampar yang terletak di Pulau Batam sebagai hub
logistik internasional. Untuk itu, sejumlah langkah kebijakan, mulai dari kebijakan jangka pendek,
menengah, hingga jangka panjang kini tengah disusun oleh Pemerintah.

Hal ini ditegaskan oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution saat menghadiri Rapat Pengembangan
Pelabuhan Batam yang dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla, di Kantor BP Batam, Kepulauan Riau (2/4).

Saat ini, biaya logistik di Batam memang cenderung tinggi. Contohnya biaya freight cost (pengiriman
kontainer) Batam ke Singapura rata-rata 400 Dolar AS, ini lebih tinggi daripada freight cost Jakarta ke
Singapura yang sekitar 250-280 Dolar AS. "Karena itu, sejak 2 Februari 2019 Wakil Presiden telah
memerintahkan BP Batam agar mengambil langkah untuk menurunkan biaya logistik tersebut", ujar Menko
Darmin.

Permasalahan tingginya biaya logistik di Batam tak terlepas dari sejumlah hal, antara lain (i)
biaya freight yang tinggi, lebih mahal dari daerah lain; (ii) fasilitas bongkar muat pelabuhan yang kurang
dari standar kepelabuhanan; (iii) kesempatan pengembangan direct call serta transshipment yang belum
tergarap; hingga (iv) tata kelola logistik di pelabuhan yang masih dilakukan perusahaan logistik asal
Singapura secara door-to-door.

Dengan skema kebijakan penurunan biaya logistik yang tengah disusun BP Batam, disimulasikan biaya
logistik door to door bagi kargo sebesar 40 ft semula 965 menjadi 625 Dolar SG, turun 35,2%. Komponen
kebijakan yang diambil untuk menurunkan biaya ini meliputi: perbaikan tata kelola, certified container
cost, biaya penumpukan, THC di Batam, dan biaya transshipment di Singapura. Skema ini bakal
diberlakukan paling lambat akhir bulan ini.

Selain skema penurunan biaya logistik, BP Batam juga tengah mengembangkan kebijakan jangka pendek
lainnya berupa: (i) sentralisasi kegiatan handling kontainer, (ii) konsolidasi kargo melalui koordinasi muatan
dan kegiatan pengangkutan shipper/shipping line, (iii) penyediaan fasilitas mempercepat dan meningkatkan
efisiensi kegiatan bongkar muat, (iV) memperluas dan menata ulang container yard semula seluas 2 Ha
menjadi 10 Ha, serta (v) pengoperasian kapal regular route yang melayani rute Batam – Singapura.

“Selain menurunkan biaya logistik, kita juga mesti berfikir mengembangkan Batam sebagai International
logistics hub,” ucap Menko Darmin.

Dalam jangka menengah, kebijakan yang diambil antara lain berupa penataan manajemen pengelolaan
pelabuhan agar lebih modern, dan optimalisasi dermaga di sisi utara.

Sedangkan kebijakan jangka panjang berupa pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) International
Logistics Hub, berupa perluasan CY melalui reklamasi seluas 8 Ha dan penambahan dermaga utara
sepanjang 600 meter. Dengan demikian penambahan ini akan menjadi simpul konektifitas antar pelabuhan
inter-insulair dan direct-call ke berbagai negara.

Selain itu juga akan dilakukan integrasi pelayanan antarmoda pengangkutan untuk container dan kargo
udara, pelayananan transship dan transshipment untuk mendukung direct call yang akan tersedia, hingga
modernisasi fasilitas pelabuhan untuk berbagai layanan seperti container, tanker, pergudangan, hingga
perkantoran dan hunian.

Turut hadir dalam rapat ini antara lain Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun, Kepala BP Batam Edy
Putra Irawady, Walikota Batam Muhammad Rudi, Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan
Agus Purnomo, dan unsur muspida setempat. (iqb/khp)

***

Anda mungkin juga menyukai