= = = =
EBIT = X ( P V ) FC
Karena BEP dicapai pada saat EBIT = 0, maka persamaan tersebut dapat ditulis:
BEP = X =
FC P V
X dalam rumus di atas merupakan jumlah penjualan dalam unit dimana terjadi titik impas.
TR TC BEP
EBIT
VC
FC
Ditanya : pada titik penjualan berapa unit dicapai kondisi BEP ? Jawab: X =
Sesungguhnya, selisih antara P dan VC yaitu (100-40) pada jawaban di atas menunjukkan konsep contribution margin, yaitu rentang laba atau nilai sisa dari harga setelah digunakan untuk menutup biaya variabel, yang digunakan untuk menutup FC. Jadi, untuk kasus di atas, dengan FC = Rp 300.000,00 maka untuk menutupnya dibutuhkan jumlah produk terjual sebanyak
(CM) adalah penghasilan yang tersedia untuk menutup FC. Konsep CM inilah yang digunakan untuk menghitung BEP dalam rupiah, yaitu dengan menggunakan Contribution Margin Ratio (CMR). Rasio ini digunakan untuk mengetahui besarnya margin kontribusi yang digunakan untuk menutup FC dibandingkan dengan besarnya harga jual produk. Atau dengan kata lain, digunakan untuk menjawab pertanyaan:berapa perbandingan antara sisa dari harga produk yang telah dikurangi untuk menutup variabel cost dengan harga produk. Berikut ini adalah rumus CMR.
P VC P VC = = P P P
VC P
Dengan menggunakan CMR, formula untuk menghitung BEP Operasional dalam satuan rupiah adalah sebagai berikut.
Sales S
BEP
BEP
= FC +
VC . P Sales BEP
VC . = FC P S BEP VC S BEP 1 P = FC
BEP
FC VC 1 P
Jadi, dengan kasus di atas, BEP dalam rupiah adalah 300.000 S BEP = 40 = Rp500.000,00 1 100 Pembuktian Sales VC
= = Rp 100 x 5000 unit Rp 40 x 5000 unit = = = = = Rp Rp Rp 500.000,00 200.000,00 300.000,00 300.000,00 0
CM FC EBIT
BEP sebagai rencana penjualan dapat digabungkan dengan perencanaan atau target perolehan laba tertentu. Jadi perusahaan menargetkan memperoleh laba tertentu setelah diketahui titik impasnya.
Contoh II
Diketahui : P VC FC = Rp 100,00 = Rp 40,00 = Rp 300.000,00
BEP
FC + EBIT CMR
Laba yang diinginkan = Rp 240.000,00 Ditanya : Pada titik penjualan berapakah terjadi BEP Jawab : S BEP =
300.000 + 240.000 = Rp 900.000,00 40 1 100
Contoh III
Diketahui : P VC FC = Rp 100,00 = Rp 40,00 = Rp 300.000,00
S
S
BEP
=
=
FC CMR OPM
BEP
Contoh III
Diketahui : P VC FC = Rp 100,00 = Rp 40,00 = Rp 300.000,00
S
S
BEP
FC NPM CMR (1 t )
300.000 = Rp750.000,00 0,15 0,6 (1 0,25)
BEP
Contoh IV
Diketahui : P VC FC = Rp 100,00 = Rp 40,00 = Rp 300.000,00
FC +
Jawab :
BEP
EAT +I (1 t ) CMR
300.000 +
BEP
Proses produksi B
Rp 10.000,00 4.000,00 1.200.000,00
a) Pada volume penjualan berapakah keuntungan Proses Produksi A sama dengan Proses Produksi B ? b) Jika barang yang mampu dijual sejumlah 500 unit, pola produksi A atau B yang dipilih? Berikan rekomendasi Anda! Jawab: Proses Produksi A CMA = Rp 5.000,00
= 160unit = Rp1.600.000,00
BEP
BEP
Keuntungan perusahaan dengan proses produksi A = keuntungan dengan proses produksi B terjadi saat Q = 400 unit PA.Q VcA.Q FcA = PB.Q VcB.Q FcB 10.000Q 5.000Q 800.000 = 10.000Q 4.000Q -1.200.000 1.000Q = 400.000 Q = 400
Penjualan (unit) Sales VC CM FC (operational) Laba Proses Produksi A 400 4.000.000 2.000.000 2.000.000 800.000 1.200.000 Proses Produksi B 400 4.000.000 1.600.000 2.400.000 1.200.000 1.200.000
EBIT
1.200.000
160
200
400
500
Unit terjual
Jika perusahaan mampu memproduksi & menjual 500 unit barang, maka lebih baik perusahaan memilih pola produksi A karena mampu menghasilkan EBIT yang lebih tinggi. Jika barang yang dijual kurang dari 400 unit, lebih baik memilih pola produksi B karena EBIT yang dihasilkan dengan pola produksi A lebih kecil. Konsep lain dalam tahap perencanaan adalah Margin of Safety (MOS), yaitu batas atau titik aman suatu perusahaan tidak merugi jika terjadi pergeseran target penjualan. Rumus yang digunakan adalah :
MOS =
S Budget S S
Budget
BEP
x100%
Contoh: Pada proses produksi A di atas, diketahui Sales pada posisi BEP adalah Rp 1.600.000,00. Jika sales budget Rp 2.900.000,00 maka MOS adalah 44,83%. Angka 44,83% menunjukkan bahwa jika jumlah penjualan riil menyimpang lebih besar dari 44,83% (dari jumlah penjualan yang direncanakan) maka perusahaan akan menderita kerugian. Akan tetapi, bila penjualan berkurang misalnya sebesar 30% maka perusahaan belum merugi. Dengan kata lain, MOS sebesar 44,83% bermakna penyimpangan maksimal dari budget penjualan yang diperbolehkan agar
BEP Financial terjadi saat perusahaan hanya mampu menutup atau membayar kewajiban tetapnya berupa bunga hutang jangka panjang dan pembayaran deviden pada pemegang saham preferred yang bersifat tetap, tetapi tidak menghasilkan laba bagi pemegang saham biasa (EAC = nol).
EBIT (Interest) EBT (Tax) EAT Pref.Dev EAC
BEP Financial terjadi saat EAC = 0 Jadi : Pr eferredDev =0 EBIT Interest (1 t ) Jadi : Pr efDev EBIT = Interest + (1 t )
BEP Mix PT Jaya Mandiri memiliki daftar penjualan produk sebagai berikut.
Produk A B Komposisi 3 2 Price/unit VC/unit 1000 600 800 480
Jika FC sebesar Rp 2.944.000,00, hitunglah titik impas dalam rupiah dan unit. Jawab:
Produk Komposisi Price/unit VC/unit P-VC CM tertimbang TVC Sales A 3 1000 600 400 3/5 x 400 = 240 1.800 3000 B 2 800 480 320 2/5 x 320 = 128 960 1600 368 2.760 4.600
BEP =
FC
CM
tertimbang
BEP =
Pembuktian : Bagian A = 3/5 x 8000 = 4.800 unit x Rp 1.000 Bagian B = 2/5 x 8000 = 3.200 unit x Rp 800 Total penjualan VC A = 4.800 unit x Rp 600 VC B = 3.200 unit x Rp 480 Contribution Margin FC EBIT
= = =
= = = = =
BEP =
Soal. 1) Jika laba sebelum pajak (EBT) diketahui Rp 200.000.000,00 dan tingkat pajak progresif sebagai berikut: Laba sampai dengan Rp 50.000.000,00 dibebani pajak sebesar 10% Laba > Rp 50.000.000,00 Rp 100.000.000,00 dibebani pajak sebesar 15% Laba > Rp 100.000.000,00 dibebani pajak sebesar 30% Dengan kondisi tersebut, bila perusahaan mengharapkan EAT sebesar Rp 140.000.000,00 berapakah EBT yang harus dicapai? 2) Perusahaan XYZ memproduksi 2 jenis barang dan pada periode yang akan datang berencana menjual barang sebagai berikut, Produk A Produk B Komposisi produk Harga /unit VC /unit 4,8 1.250 625 6 1.000 600
Total biaya tetap (termasuk bunga) = Rp 90.000.000,00. Perusahaan mengharapkan laba setelah pajak Rp 56.875.000,00. Tingkat pajak diperhitungkan:
10% 15% 25% untuk laba s.d. Rp 25 juta > Rp 25 juta - Rp 50 juta > Rp 50 juta
a. Berapakah total penjualan yang harus dicapai? b. Berapa masing-masing produk (unit) yang harus terjual?