Anda di halaman 1dari 6

SISTEM PERNAPASAN IKAN

Muh Fikri1*, Irmayani1, Syarif Hidayat Amrullah1


1
Prodi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

*Corresponding author: Jl. HM. Yasin Limpo 36 Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia.
92113 E-mail addresses: 60300120059@uin-alauddin.ac.id

Kata kunci a b s t r a k
Ikan Respirasi adalah proses pengikatan oksigen O2 dan
Sistem Pernapasan
Insang pengluaran karbondioksida CO2 oleh darah melalui alat
Gelembung renang pernafasan. Proses pengikatan oksigen dipengarauhi oleh
struktur alat pernafasan dan perbedaan tekanan parsial
oksigen antara perairan dengan darah, difusi gas ke dalam
darah atau keluar melalui alat pernafasan. Ikan bernapas
menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran
tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian
terluar dari insang berhubungan dengan air, sedang bagian
dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap
lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap
filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada
filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak
kapiler, sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan
CO2 berdifusi keluar.

1. Pendahuluan
Respirasi adalah proses pengikatan oksigen O2 dan pengluaran karbondioksida CO2
oleh darah melalui alat pernafasan. Proses pengikatan oksigen dipengarauhi oleh struktur alat
pernafasan dan perbedaan tekanan parsial oksigen antara perairan dengan darah – difusi gas
ke dalam darah atau keluar melalui alat pernafasan [1].
Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis
berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air,
sedang bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang
terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada
filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2
berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar [2].
Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang
(operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) insangnya tidak
mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada pula kelompok ikan yang
bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paru-paru (Dipnoi). Insang tidak
hanya berfungsi sebagai alat pernapasan, tetapi juga berfungsi sebagai alat ekskresi
garamgaram, penyaring makanan, dan alat pertukaran ion [2].
Namun, sekarang diterima bahwa sementara paru-paru terjadi pada ikan dan tetrapoda
yang paling primitif, asal ontogenetik mereka berbeda dari kantung renang. Gelembung
renang adalah struktur penahan udara yang tidak berpasangan yang muncul secara dorsal dari

1
faring posterior. Kantung renang biasanya dianggap sebagai alat bantu daya apung utama dan
juga mendukung pendengaran dengan memperkuat suara di Ostariophysi. Mereka,
bagaimanapun, digunakan untuk bernafas di gars (Ginglymodi) dan bowfin (Halecomorphi),
di mana mereka disebut "pulmonoid" karena suplai arteri dari lengkung cabang keenam.
Dalam beberapa teleost, termasuk teleost basal, pirarucu (Arapaima gigas), dan turunan
teleost, tarpon atau oxeye herring (Megalops cyprinoides), gelembung renang, yang disuplai
oleh arteri kandung kemih renang, bersifat pernapasan [1]

2. Sistem Pernapasan pada Ikan Bertulang Sejati (Osteichthyes)


Contoh ikan bertulang sejati adalah ikan mas. Insang ikan mas tersimpan dalam
rongga insang yang terlindung oleh (operkulum). Insang ikan mas terdiri dari lengkung insang
yang tersusun atastulang rawan berwarna putih, rigi-rigi insang yang berfungsi untuk
menyaring air pernapasan yang melalui insang, dan filamen atau lembaran insang. Filamen
insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah muda karena
mempunyai banyak pembuluh kapiler darah dan merupakan cabang dari arteri insang. Di
tempat inilah pertukaran gas CO2 dan O2 berlangsung [3].
Gas O2 diambil dari gas O2 yang larut dalam air melalui insang secara difusi. Dari
insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan
tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung. Dari jantung menuju insang untuk melakukan
pertukaran gas. Proses ini terjadi secara terus-menerus dan berulang-ulang [3].
Osteichthyes bernapas dengan cara membuka mulut untuk mengambil air untuk
dialirkan oleh otot-otot yang menempel pada operkulum menuju insang. Aliran darah pada
insang mengalir berlawanan dengan arah aliran air yang berguna untuk mengikat O2. Pada
beberapa jenis Osteichthyes dapat menyaring kurang lebih 85% kadar O2 dari air yang
dialirkan melalui insangnya [4].

3. Sistem Pernapasan pada Ikan Bertulang Rawan (Chondrichthyes)


Insang ikan bertulang rawan tidak mempunyai operkulum contohnya ikan hiu. Masuk
dan keluarnya udara dari rongga mulut, disebabkan oleh perubahan tekanan pada rongga
mulut yang ditimbulkan oleh perubahan volume rongga mulut akibat gerakan naik turun
rongga mulut. Bila dasar mulut bergerak ke bawah, volume rongga mulut bertambah,
sehingga tekanannya lebih kecil dari tekanan air di sekitarnya. Akibatnya, air mengalir ke 10
rongga mulut melalui celah mulut yang pada akhirnya terjadilah proses inspirasi. Bila dasar
mulut bergerak ke atas, volume rongga mulut mengecil, tekanannya naik, celah mulut
tertutup, sehingga air mengalir ke luar melalui celah insang dan terjadilah proses ekspirasi
CO2. Pada saat inilah terjadi pertukaran gas O2 dan CO2 [5].
Mekanisme pernapasan pada ikan hiu, air diambil melalui mulutnya dan dikeluarkan
melalui celah insang yang berada di samping tubuhnya. Hampir sama dengan mekanisme
pada Osteichthyes, namun ikan hiu menggunakan mekanisme ventilasi ram. Mekanisme ini
bekerja dengan cara menjaga agar mulut hiu tetap terbuka dan selalu berenang untuk
mengalirkan air dari mulut dan mengeluarkannya ke celah insang. Maka dari itu, beberapa hiu
yang memiliki mekanisme pernapasan seperti ini tidak berhenti berenang atau mereka akan
kehabisan O2 dan menyebabkan kematian. Namun, terdapat beberapa hiu yang tidak
menggunakan mekanisme seperti ini melainkan menggunakan mekanisme yang sama dengan
Osteichthyes [6].
Untuk ikan pari tidak mengambil air dari mulutnya, melainkan melalui spirakel yang
ada di kepalanya, tepatnya di belakang matanya. Air dialirkan dari atas dan di keluarkan

2
melalui celah insang berjumlah lima (ada yang 6 hingga7, namun sangat jarang) di bagian
bawah tubuhnya yang terletak di dekat mulut. Pada sejenis Chimaeras, terdapat sedikit
perbedaan dari ikan hiu dan ikan pari, dimana Chimaeras hanya memiliki satu celah insang
dan tertutup operkulum [7].

4. Mekanisme Pernapasan Ikan


Gas O2 diambil dari gas O2 yang larut dalam air melalui insang secara difusi. Dari
insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan
tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung. Dari jantung menuju insang untuk melakukan
pertukaran gas. Proses ini terjadi secara terus-menerus dan berulang-ulang [8]. Ada dua fase
dalam sistem pernapasan pisces antara lain:
a. Fase inspirasi
Gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap menempel pada tubuh
mengakibatkan rongga mulut bertambah besar, sebaliknya celah belakang insang tertutup.
Akibatnya, tekanan udara dalam rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah
mulut membuka sehingga terjadi aliran air ke dalamrongga mulut [9].
b. Fase ekspirasi
Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang kembali ke
kedudukan semula diikuti membukanya celah insang. Air dalam mulut mengalir melalui
celah-celah insang dan menyentuh lembaran-lembaran insang. Pada tempat ini terjadi
pertukaran udara pernapasan. Darah melepaskan CO2 ke dalam air dan mengikat O2 dari air
[8].
Pada fase inspirasi, O2 dan air masuk ke dalam insang, kemudian O2 diikat oleh
kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase
ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang, dan dari insang
diekskresikan keluar tubuh [9].

5. Sistem Pernapasan pada Ikan Paru-Paru (Dipnoi)


Pernapasan ikan paru-paru menyerupai pernapasan pada Amphibia. Selain mempunyai
insang, ikan paru paru mempunyai satu atau sepasang gelembung udara seperti paru-paru
yang dapat digunakan untuk membantu pernapasan, yaitu pulmosis. Pulmosis banyak
dikelilingi pembuluh darah dan dihubungkan dengan kerongkongan oleh duktus pneumatikus.
Saluran ini merupakan jalan masuk dan keluarnya udara dari mulut ke gelembung dan
sebaliknya, sekaligus memungkinkan terjadinya difusi udara ke kapiler darah [4].
Ikan paru-paru hidup di rawa-rawa dan di sungai. Ikan ini mampu bertahan hidup
walaupun airnya kering dan insangnya tidak berfungsi, karena ia bernapas menggunakan
gelembung udara. Ada tiga jenis ikan paru-paru di dunia, yaitu ikan paru-paru afrika
(Protopterus sp.), ikan paru paru amerika selatan (Lepidosirenidae), dan ikan paru - paru
queensland (Australia) (Neoceratodus fosteri) [10].
Pada beberapa jenis ikan, seperti ikan lele (Clarias gariepinus), gabus (Channa
striata), gurami (Osphronemus goramy), dan betok (Anabas testudineus) memiliki alat bantu
pernapasan yang disebut labirin. Labirin merupakan perluasan ke atas dalam rongga insang,
dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Rongga
labirin berfungsi menyimpan udara (O2), sehingga ikan-ikan tersebut dapat bertahan hidup
pada perairan yang kandungan oksigennya rendah. Selain dengan labirin, udara (O2) juga
disimpan di gelembung renang yang terletak di dekat punggung [10].

6. Alat Bantu Pernapasan pada Ikan

3
a. Labirin
Labirin adalah salah satu alat bantu pernapasan pada ikan namun tidak semua ikan
memiliki labirin. Labirin adalah perluasan insang pada bagian atas yang berbentuk lipatan dan
membentuk rongga yang tidak beraturan. Beberapa ikan yang memiliki labirin diantaranya
ikan lele (Clarias batrachus) dan gabus (Channa striata). Labirin berfungsi untuk menyimpan
cadangan oksigen yang nantinya bisa digunakan pada saat ikan berada pada daerah atau
lingkungan dengan kadar oksigen rendah. Beberapa ikan seprti ikan cupang (Betta sp.)
mampu mengambil oksigen langsung dari atmosfer dengan menggunakan labirin sehingga
labirin pada ikan berfungsi seperti paru - paru pada manusia [11].
b. Arborescene
Beberapa spesies ikan seperti lele, gurame atau nila juga memiliki struktur tambahan
yang disebut arborescejne. Arborescene adalah struktur tambahan pada insang yang berwarna
merah dan berbentuk seperti bunga karang. Struktur tersebut membantu ikan untuk bernapas
pada lingkungan dengan kadar oksigen yang rendah [12].
c. Diverticula
Pada ikan yang hidup di daerah tropis misalnya gabus (Channa striata) biasanya
terdapat struktur tambahan yang disebut dengan diverticula. Diverticula terletak pada daerah
pharynx [13].
d. Gelembung Renang
Beberapa spesies ikan juga memiliki alat bantu pernapasan yang disebut dengan
gelembung renang terkecuali ikan petualang yang berenang diperairan luas seperti hiu dan
ikan yang hidup di air dengan arus yang deras. Bentuk gelembung renang bervariasi pada tiap
spesies ikan misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio) bagian anterior gelombang renang
pada ikan mas lebih besar dari bagian posteriornya. Berbeda halnya dengan ikan mas, bagian
posterior gelembung renang ikan tawes (Puntius javanicus) lebih besar dari bagian
anteriornya. Gelembung renang adalah kantong yang berisi udara atau oksigen dan berada
pada rongga tubuh ikan. Gelembung renang memiliki fungsi untuk menjaga posisi ikan agar
dapat mengapung saat berada dalam air sehingga ikan tidak perlu terus menerus berenang.
Ada juga ikan yang memfungsikan gelembung renang seperti layaknya paru - paru, contohnya
Dipnoi atau ikan paru-paru yang hanya hidup di benua Australia dan Afrika. Meskipun paru -
paru pada ikan yang dimaksud dapat menyimpan oksigen akan tetapi tidak diketahui pasti
berapa kapasitas total udara yang dapat ditampung seperti pada kapasitas vital paru - paru
manusia [14].

7. Kesimpulan
Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan
erat dengan kapiler- kapiler darah. Insang merupakan organ respirasi utama pada ikan, bekerja
dengan mekanisme difusi permukaan dari gas-gas respirasi (oksigen dan karbondioksida)
antara darah dan air. Oksigen yang terlarut dalam air akan diabsorbsi ke dalam kapiler -
kapiler insang dan difiksasi oleh hemoglobin untuk selanjutnya didistribusikan ke seluruh
tubuh. Struktur histologi insang terdiri dari beberapa lamela primer dan satu lamela primer
terdiri dari beberapa lamela sekunder. Sel-sel pernapasan ikan hanya terdiri dari dua atau tiga
lapis epitel yang terletak di membran basal.
Chondrichthyes memiliki usus dengan katup - katup spiral, kulit tertutup sisik placoid
yang kasar berisi dentin (mesoderm) dan dilapisi dengan email (ektoderm), mulut terletak di
bagian bawah dengan lidah dan rahang, serta memiliki insang tanpa operculum. Sistem
pernapasan pada kelompok ikan Chondrichthyes adalah insang. Masuk dan keluarnya udara

4
dari rongga mulut, disebabkan oleh perubahan tekanan pada rongga mulut yang ditimbulkan
oleh perubahan volume rongga mulut akibat gerakan naik turun rongga mulut.
Osteichthyes adalah ikan yang memiliki tulang sejati. Insangnya terdiri dari lengkung
insang yang tersusun atas tulang rawan berwarna putih, rigi-rigi insang yang berfungsi untuk
menyaring air pernapasan yang melalui insang, dan filamen atau lembaran insang. Gerakan
tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap menempel pada tubuh mengakibatkan
rongga mulut bertambah besar, sebaliknya celah belakang insang tertutup. Air dalam mulut
mengalir melalui celah-celah insang dan menyentuh lembaran-lembaran insang.
Beberapa spesies ikan juga memiliki alat bantu pernapasan yang disebut dengan
gelembung renang terkecuali ikan petualang yang berenang diperairan luas seperti hiu dan
ikan yang hidup di air dengan arus yang deras. Bentuk gelembung renang bervariasi pada tiap
spesies ikan misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio) bagian anterior gelombang renang
pada ikan mas lebih besar dari bagian posteriornya.

Daftar Pustaka
[1] D. Aliza, W. -, dan L. W. Sipahutar, “Efek Peningkatan Suhu Air Terhadap Perubahan
Perilaku, Patologi Anatomi, Dan Histopatologi Insang Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus),” J. Med. Vet., vol. 7, no. 2, 2013, doi: 10.21157/j.med.vet..v7i2.2953.
[2] M. G. Katz et al., “Targeted gene delivery through the respiratory system: Rationale for
intratracheal gene transfer,” J. Cardiovasc. Dev. Dis., vol. 6, no. 1, 2019, doi:
10.3390/JCDD6010008.
[3] C. E. Hmelo-Silver, S. Marathe, dan L. Liu, “Fish swim, rocks sit, and lungs breathe:
Expert-novice understanding of complex systems,” J. Learn. Sci., vol. 16, no. 3, hal.
307–331, 2007, doi: 10.1080/10508400701413401.
[4] A. L. DeVries dan J. F. Steffensen, “The Arctic and Antarctic Polar Marine
Environments,” Fish Physiol., vol. 22, no. C, hal. 1–24, 2005, doi: 10.1016/S1546-
5098(04)22001-5.
[5] V. A. Rincón-Flórez et al., “Diagnostics of Banana Blood Disease,” Plant Dis., vol.
106, no. 3, hal. 947–969, 2022, doi: 10.1094/PDIS-07-21-1436-RE.
[6] A. W. S. Pinontoan, “Morphological study of the respiratory system of bungo fish
(Glossogobius Cf . Aureus) from Lake Tempe , South Sulawesi , Indonesia,” IOSR J.
Agric. Vet. Sci., vol. 11, no. 2, hal. 12–16, 2018, doi: 10.9790/2380-1102011216.
[7] E. El-Hady, E. I. El-Behery, dan L. L. Ebraheim, “Morpho-Histological Approach Of
African Cat Fish (Clarias gariepinus) Respiratory System With Mucocytes And
Arterial Blood Supply Attribute,” Int. J. Fish. Aquat. Stud., vol. 7, no. 2, hal. 31–41,
2019, [Daring]. Tersedia pada: www.fisheriesjournal.com.
[8] Rahmadina, “Modul Ajar Taksonomi Vertebrata,” Prodi Biol. Fak. Sains Dan Teknol.
Uin Sumatera Utara, vol. 1, no. Sistem Saraf Pisces, hal. 8–12, 2020.
[9] A. Dadrasnia, M. M. Usman, R. Omar, S. Ismail, dan R. Abdullah, “Potential use of
Bacillus genus to control of bananas diseases: Approaches toward high yield
production and sustainable management,” J. King Saud Univ. - Sci., vol. 32, no. 4, hal.
2336–2342, 2020, doi: 10.1016/j.jksus.2020.03.011.
[10] S. Garcia-Barros, C. Martínez-Losada, dan M. Garrido, “What do children aged four to
seven know about the digestive system and the respiratory system of the human being
and of other animals?,” Int. J. Sci. Educ., vol. 33, no. 15, hal. 2095–2122, 2011, doi:
10.1080/09500693.2010.541528.
[11] J. F. Steffensen, “Respiratory Systems and Metabolic Rates,” Fish Physiol., vol. 22, no.
C, hal. 203–238, 2005, doi: 10.1016/S1546-5098(04)22005-2.

5
[12] C. Vocational dan T. Education, “GAMBARAN HISTOLOGI SISTEM RESPIRASI
IKAN GABUS (Channa striata) Histological,” JIMVET, vol. 1, no. 4, hal. 29–34, 2017.
[13] H. BJURSTEDT, “Respiratory system.,” Annu. Rev. Physiol., vol. 19, hal. 151–174,
1957, doi: 10.1146/annurev.ph.19.030157.001055.
[14] C. B. Daniels et al., “The origin and evolution of the surfactant system in fish: Insights
into the evolution of lungs and swim bladders,” Physiol. Biochem. Zool., vol. 77, no. 5,
hal. 732–749, 2004, doi: 10.1086/422058.

Anda mungkin juga menyukai