Persampahan Tugas 1 Izzan Arif Tanjung Lulu
Persampahan Tugas 1 Izzan Arif Tanjung Lulu
PERSAMPAHAN
(TEL 2201)
LULU
(LOCALLY UNWANTED LAND USE)
DISUSUN OLEH:
DOSEN:
Ir. Ronald Leonardo Siregar S.T., M.T.
TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan
banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah Persampahan ini dengan baik. Laporan
ini berisi tentang uraian hasil diskusi mengenai Konvensi Internasional Pengelolaan Sampah
“Locally Unwanted Land Use (LULU)”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Ir. Ronald Leonardo Siregar S.T., M.T..
pada mata kuliah Persampahan, yang sudah mempercayakan tugas ini kepada penulis, sehingga
sangat membantu penulis untuk memperdalam pengetahuan pada bidang studi yang sedang
ditekuni.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan diskusi ini masih jauh
dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga tugas ini bisa menambah wawasan untuk
penulis dan pembaca serta dapat bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................................. 4
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................................................. 5
BAB 2 LULU (Locally Unwanted Land Use) ..................................................................................... 6
2.1 Definisi.......................................................................................................................................... 7
2.2 Dampak ......................................................................................................................................... 8
2.3 Penyebab ....................................................................................................................................... 9
2.4 Cara dan Upaya Mengatasi ........................................................................................................... 9
BAB 3 KESIMPULAN ........................................................................................................................ .10
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................................ .11
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Locally Unwanted Land Use (LULU) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan jenis kegiatan atau penggunaan lahan yang tidak diinginkan oleh masyarakat
setempat di suatu wilayah. Istilah ini sering kali digunakan dalam konteks perencanaan tata ruang
dan pembangunan. LULU merujuk pada jenis penggunaan lahan yang dianggap memiliki dampak
negatif atau tidak sesuai dengan keinginan komunitas setempat. Contoh-contoh LULU dapat
mencakup pembangunan pabrik atau industri berisiko tinggi, tempat pembuangan sampah atau
limbah, jalan raya yang sangat ramai, instalasi pembangkit listrik, atau fasilitas yang
menghasilkan bau atau kebisingan yang mengganggu.
Pemilihan lokasi untuk kegiatan LULU sering kali menjadi sumber konflik antara
pengembang, pemerintah, dan masyarakat setempat. Kebanyakan masyarakat ingin melindungi
kualitas lingkungan dan kesehatan mereka, serta mempertahankan kualitas hidup yang baik di
sekitar mereka.Oleh karena itu, perencanaan tata ruang dan pengambilan keputusan terkait
kegiatan LULU sering melibatkan proses partisipatif, di mana masyarakat setempat memiliki
kesempatan untuk berpartisipasi dan memberikan masukan tentang lokasi dan jenis penggunaan
lahan yang diinginkan atau tidak diinginkan. Pendekatan yang berkelanjutan dalam perencanaan
tata ruang dan pengembangan dapat membantu mengurangi konflik terkait LULU dengan
mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat setempat, serta menjaga
keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan perlindungan lingkungan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penerapan Konvensi Basel dalam Indonesia ? Apa definisi dari LULU?
2. Apa penyebab dari LULU?
3. Apa dampak dari LULU?
4. Bagaimana cara untuk mengatasi LULU?
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu contoh paling umum dari LULU adalah tempat pembuangan sampah.
Meskipun penting untuk pengelolaan limbah yang efektif, pembangunan tempat pembuangan
sampah seringkali menimbulkan kekhawatiran tentang pencemaran air dan udara, serta potensi
kerusakan lingkungan. Sebagai hasilnya, komunitas lokal sering menghadapi konflik dengan
pemerintah setempat atau pengembang yang berencana membangun fasilitas semacam itu di
dekat tempat tinggal mereka. Pendekatan untuk menangani masalah LULUs bervariasi
tergantung pada konteks lokal. Beberapa strategi yang dapat dipertimbangkan termasuk
pemilihan lokasi yang lebih tepat, pengembangan teknologi yang lebih bersih, keterlibatan
masyarakat yang lebih besar dalam pengambilan keputusan, dan pengembangan kebijakan
yang lebih ketat untuk melindungi lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Dampak dari Locally Unwanted Land Use (LULU) dapat berdampak negatif baik
terhadap lingkungan maupun masyarakat setempat. Beberapa dampak yang mungkin terjadi
adalah:
1. Lingkungan yang tercemar: Kegiatan LULU seperti pabrik, instalasi pengolahan limbah,
atau tempat pembuangan sampah dapat menghasilkan polusi udara, polusi air, atau polusi
tanah yang dapat merusak ekosistem lokal. Dampaknya termasuk penurunan kualitas udara,
air, dan tanah yang dapat berdampak pada kesehatan manusia dan organisme hidup lainnya.
2. Gangguan kesehatan: Kegiatan LULU yang menghasilkan emisi berbahaya atau bau yang
tidak sedap dapat berdampak negatif pada kesehatan masyarakat setempat. Polusi udara,
limbah kimia, atau kebisingan yang tinggi dapat menyebabkan masalah pernapasan, penyakit
kulit, masalah kesehatan mental, dan dampak lainnya.
3. Penurunan nilai properti: Kehadiran kegiatan LULU di sekitar area pemukiman dapat
mengakibatkan penurunan nilai properti. Kondisi lingkungan yang buruk atau kehadiran
fasilitas yang tidak diinginkan dapat membuat properti di sekitarnya kurang diminati dan
memiliki harga yang lebih rendah.
4. Konflik sosial: Kehadiran kegiatan LULU yang tidak diinginkan dapat menyebabkan
konflik antara pengembang, pemerintah, dan masyarakat setempat. Masyarakat bisa merasa
tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan merasa kepentingan mereka
diabaikan. Hal ini dapat menciptakan ketegangan sosial dan ketidakharmonisan di
komunitas.
5. Penurunan kualitas hidup: Kegiatan LULU yang menghasilkan polusi, kebisingan, atau
gangguan visual dapat mengurangi kualitas hidup masyarakat setempat. Hal ini dapat
mengganggu kenyamanan, keamanan, dan keharmonisan lingkungan tempat tinggal mereka.
Ada beberapa penyebab umum dari Locally Unwanted Land Use (LULU). Beberapa di
antaranya meliputi:
2. Kurangnya kesadaran atau perhatian terhadap dampak lingkungan: Dalam beberapa kasus,
pembangunan kegiatan LULU mungkin terjadi karena kurangnya kesadaran atau perhatian
terhadap dampak negatif yang mungkin ditimbulkan terhadap lingkungan. Pengembang atau
pemangku kepentingan mungkin tidak memprioritaskan perlindungan lingkungan atau
kesejahteraan masyarakat setempat.
4. Faktor politik dan pengaruh kekuatan: Dalam beberapa kasus, kegiatan LULU mungkin
ditempatkan di suatu wilayah karena pertimbangan politik atau pengaruh dari kekuatan
ekonomi atau politik tertentu. Hal ini dapat mengabaikan kepentingan dan kesejahteraan
masyarakat setempat.
5. Keterbatasan regulasi atau penegakan hukum yang lemah: Kurangnya regulasi yang
memadai atau penegakan hukum yang lemah terkait penggunaan lahan dan perlindungan
lingkungan dapat memungkinkan penempatan kegiatan LULU yang tidak diinginkan tanpa
pertimbangan yang memadai terhadap dampaknya.
4. Pengelolaan risiko: Memastikan adanya pengelolaan risiko yang memadai untuk kegiatan
LULU. Ini termasuk penggunaan teknologi dan praktik terbaik untuk mengurangi dampak
negatif seperti polusi udara, air, atau tanah. Pengawasan dan pemantauan terus-menerus
terhadap kegiatan LULU juga penting untuk memastikan kepatuhan terhadap persyaratan
lingkungan yang ditetapkan.
“Locally Unwanted Land Uses" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penggunaan lahan yang dianggap tidak diinginkan oleh sebagian besar komunitas lokal karena
potensi dampak negatifnya terhadap lingkungan, kesehatan, atau kualitas hidup. Contoh LULU
meliputi tempat pembuangan sampah, instalasi pengolahan limbah, pembangkit listrik tenaga
nuklir, dan fasilitas industri berisiko tinggi. Dampak dari “Locally Unwanted Land Use” dapat
mencakup penurunan nilai properti, masalah kesehatan akibat polusi atau bahaya, penurunan
kualitas hidup, dan ketegangan hubungan masyarakat. Penting untuk masyarakat mengatasi
masalah ini melalui perencanaan yang cermat dan pertimbangan terhadap dampak jangka panjang
baik bagi penduduk maupun lingkungan. Beberapa dampaknya termasuk pencemaran tanah, air,
dan udara akibat limbah berbahaya yang dibuang, potensi terjadinya penyakit karena eksposur
terhadap zat beracun, serta potensi kerusakan ekosistem lokal.
Penyebab “Locally Unwanted Land Use” mulai dari kurangnya perencanaan wilayah
yang tepat, keputusan pengembangan yang tidak bijak, adanya ketidaksertaan sosial dan kekuatan
politik, masih kurangnya partisipasi masyarakat mengenai LULU, serta banyak masyarakat yang
masih tidak peduli mengenai dampak lingkungan.“Locally Unwanted Land Use” dapat berupa
fasilitas atau aktivitas yang dianggap memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, kesehatan,
dan kesejahteraan masyarakat setempat, seperti pembuangan sampah, pabrik industri, atau
fasilitas yang menghasilkan polusi udara atau air. Salah satu pendekatan yang efektif untuk
mengatasi “Locally Unwanted Land Use” adalah dengan mengintegrasikan berbagai strategi,
mulai dari perencanaan tata guna lahan yang bijaksana, regulasi yang ketat, partisipasi
masyarakat yang kuat, hingga penerapan teknologi yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Atay dkk. (2016). Conflicts over Locally Unwanted Land Uses (LULUs): Reasons and solutions for
case studies in Izmir (Turkey). ISSN :0264-8377,Vol.58.
Heiman, M. (2007). From ‘Not in My Backyard!’ to ‘Not in Anybody's Backyard!’. ISSN: 0194-
4363 (Print) 1939-0130 (Online).