Anda di halaman 1dari 15

Flying Book 68

Puasa

Ramadhan.6
Ramadhan.6

alamat redaksi :
fahmi_basya@hotmail.com
Fahmi-basya@telkom.net
Kalau kita melihat Bumi dari Kutub Selatan,
phenomenanya kl sebagai berikut

Bumi berputar ke sana


Laut Banda

Kutub
Ka’bah Selatan Thuur

Laut Karibia
Menurut anda “hari” itu dimulai dari mana ?
Soalnya pada hari Jum’at ada sholat jum’at
Saya tunggu jawaban para jama’ah
Dan kita akan letakkan di halaman ini hasil
renungan sdr
Saudara berhak memberikan pemikiran dan
pendapat

Mudah-mudahan ini akan disaksikan oleh


generasi setelah kita.
Silahkan kirim Email ke:

Ramadhan6 @ telkom.net
Atau
Fahmi_Basya @ hotmail.com

Saya tunggu sampai 1 Ramadhan 1423

Selamat merenungkan dan memberikan pendapat


From: Ahmad_yani <Ahmad_Yani@barito.co.id>
Subject: RE: Puasa Ramadhan 6.pps
Date: Thu, 31 Oct 2002 16:04:00 +0700
To: Ramadhan6@telkom.net
--------------------------------------------------------------------------------
Assalamu'alaikum wr. wb.
Bpk. Kiayi,
Berdasarkan jam dunia yang berlaku di bumi ini hingga saat ini, kapanpun
dimulainya pergantian hari, tengah malam (Hari Masehi) atau setelah
tenggelamnya matahari (Hari Hijriyah), maka Laut Karibia selalu mendahului
datangnya hari.
Saat orang-orang sedang sholat Jum'at di Mekkah, di Laut Banda telah
memasuki Magrib dan berbuka puasa, sedang di Thuur tengah malam Sabtu
dan Laut Karibia mulai menyingsing fajar baru di hari Sabtu.
Demikian pak Kiayi, terima kasih.
Wassalam,
Penentuan Pergantian
Penentuan Pergantian Bulan
Bulan dan
dan Hari
Hari
a. Pergantian hari.
Ternyata bumi itu bulat.
Itulah yang menjadi persoalan besar bagi ummat manusia.
Dan ummat Islam, tenang-tenang saja, belum ada keputusan
bersama “Di manakah garis pergantian hari ?.
Bagaimana kalau garis pergantian hari itu
meliwati suatu Kota ?. Atau Lebih ekstrim
Bagaimana kalau garis itu meliwati sebuah Masjid.
Jawabnya di Masjid itu tidak dapat dilaksanakan
Sholat Jum’at. Karena di Masjid itu ada dua hari yang
berlainan.
Bagaimana bisa demikian ?.
Ya, itulah persoalan besar bagi ummat manusia.
Seperti juga kebijakan ilmu pengetahuan yang lain, para ilmuwan telah dengan bijak
membuat garis pergantian hari itu melalui laut yang tidak berpenduduk, yaitu di laut
Pasifik. Dan garis itu juga tidak lurus, berkelok kelok menghindari pulau dan daratan.
Keputusan para ilmuwan itu Al-
haq. Tetapi karena mereka
tidak muslim pergantian hari itu
terjadi pada jam 00.
Untuk muslim, pergantian hari
itu terjadi pada waktu masuk
malam, yaitu ketika matahari
terbenam. yaitu di Pasifik.

b.Garis Pergantian Bulan


Yang membuat kita heran, ummat Islam membiarkan garis itu
meliwati pulau dan daratan .
Kalau anda terima garis pergantian hari, kita ambil di
Pasifik untuk kemaslahatan manusia, (Khusus ummat
Islam untuk sholat Jum’at),agar tidak terjadi dua hari
yang berlainan pada tempat berpenduduk,
Maka garis pergantian bulan pun harus kita tarik ke Pasifik
untuk kemaslahatan ummat islam, agar tidak terjadi dua
tanggal yang berlainan di suatu tempat yang berpenduduk.
Katakanlah di Jawa timur (Surabaya) orang belum
melihat bulan di Jawa Barat (Banten) orang melihat
bulan. Keadaannya sama dengan hitungan.
Sebagai Khalifah di Pulau Jawa anda harus memutus
kapankah ‘iedul Fithri. Anda hanya punya dua
pilihan, Versi Surabaya (Lusa) atau Besok (versi
Banten).
Kalau anda biarkan dua versi itu berlaku di daratan, akan
terjadi seperti ini:

Jawa Timur

Jawa Barat

Daerah ragu-ragu
Besok ‘iedul Fithri Lusa ‘iedul Fithri
Anda tidak boleh memaksa orang Jawa Barat untuk Lusa ‘Iedul Fithri, karena mereka telah
melihat bulan. Jika mereka Lusa juga berarti mereka puasa di hari ‘iedul Fithri.
Itulah perlunya Hikmah, bukan hanya Kitab.
Hujjah kita selama ini kan didasarkan Kitab “Oh lusa, kan saya
tidak lihat bulan jadi saya sempurnakan bilangnnya yaitu + 1 hari”
Cobalah
renungkan awal
surat Al-Jumu’ahh

Bergerak untuk Allaahh apa-apa yang di langit dan apa-apa yang di bumi. Raja Yang Agung,
Penakluk Yang Bijaksana (1).
Dia Yang membangkitkan di golongan yang ummi seorang Rasul dari mereka, yang membacakan
atas mereka ayat-ayat Nya.
Dan membersihkan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah.
Padahal mereka, dari sebelum itu sungguh di dalam kesesatan yang nyata. (2)
Dan yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka, karena Dia Penakluk Yang
Bijaksana (3) (Al-Quran, surat Al-Jumu’ah, ke 62 ayat 1,2,3)

Kita tahu Hari Jum’at di Pulau Jawa misalnya, bukan dengan Kitab
ditetapkan. Tetapi dengan Hikmah. Dan dengan itu kita dapat
melaksanakan Sholat Jum’at.
Memang, persoalannya adalah persoalan Garis. Seberapa tebal garis
itu. Di mana ia melintas.
Di Arafahpun ada garis yang memisahkan tempat Arafah atau tidak
Arafah.
Demikian juga di Mina, ada garis yang memisahkan antara yang di
Mina dan yang tidak di Mina.
Tetapi garis pergantian hari dan pergantian tanggal itu,
tetap tidak boleh anda biarkan meliwati suatu daratan.
Harus lautan yang tidak berpenduduk. Itu Pasti.
Definisi:
Di mana dimulai suatu hari, di sana dimulai suatu tanggal
Dan garis pergantian hari dan tangggal tidak boleh melewati
daratan
7.Dasar perhitungan
7.Dasar perhitungan
tahun Hijriah
tahun Hijriah
Tahun Hijriah atau Tahun Qomariah
perhitungannya berdasarkan pada pengamatan
bulan.
Awalnya tentu dari Nabi-Nabi yang mendapat
wahyu, sehingga mengetahui bahwa ini sekarang
bulan Ramadhan, atau sekarang bulan Muharram.
Lalu tercatat dalam ibadat-ibadat ritual, terutama
ibadat haji yang sangat bergantung kepada
kebenaran bulan.
Walau begitu, Nabi Muhammad saw
Telah menyegel ulang nama-nama bulan itu untuk kita
dalam berbagai ‘ibadat ritual kita, seperti Wuquf di
Arafah tanggal 9 Dzul Hijjah atau Puasa di bulan
Ramadhan.
Kalau telah terjadi kesalahan dalam pencatatannya sebelum
Nabi lahir, tentulah Nabi mengoreksinya.
Jadi secara teknis catatan nama-nama bulan yang diwarisi
turun temurun itu adalah benar,dibenarkan oleh Nabi dan
dibenarkan oleh Al-Quran, seperti pertama turun Al-Quran
adalah pada bulan Ramadhan disebut dalam Al-Quran dan
memang Nabi di Gua Hira’ pada waktu itu pada bulan
Ramadhan.
Dasar perhitungannya ialah menyaksikan bulan.
Dalam Al-Quran dikatakan :
“Faman syahhida mingkumusy-syahhro, falyashumhhu”
Maka siapa dari kamu menyaksikan bulan, maka hendaklah
dia mempuasainya.
(Al-Quran, surat Al-Baqarah, ke 2 ayat 185)
Yang diperselisihkan sekarang ialah kata:
“SYAHHIDA” ini. Apakah ia bermakna menyaksikan
dengan mata telanjang atau menyaksikan dengan ilmu
hitungan ?.
Jawabnya ialah:
“Asyhhadu allaa ilaahha illallaahh,
Wa asyhhadu annaa muhammadar rasuulullaah”
diproduksi ulang atas infaq jama’ah flying book

Bumi,24 Oktober 2003


Jum’at, 29 Sya’ban 1424

Anda mungkin juga menyukai