Makalah FIQIH
Makalah FIQIH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fiqih Ibadah
Di susun Oleh :
KELOMPOK
PROGRAM STUDI
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
Melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang Berjudul Negara Hukum dan shalawat serta salam, Semoga tetap tercurahkan
kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam keluarga, sahabat, serta seluruh
pengikutnya.
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah agar para mahasiswa dapat
mengetahui Mengenai suatu pendidikan global yang berasal dari hal-hal yang mendunia,
tujuan dari negara Hukum, materi dari pendidikan global dll yang mencakup kajian
masalah dan isu-isu global.
Tersusunnya makalah ini tentu bukan dari usaha penulis saja. Dukungan moral dan
Material dari berbagai pihak sangatlah membantu tersusunnya makalah ini. Pada
kesempatan Kepada ini penulis juga menyampaikan terimakasih kepada keluarga,
sahabat, rekan Seperjuangan dan pihak lainnya yang telah membantu secara moral dan
material.
Makalah negara hukum ini Tentunya Belumlah dalam bentuk yang ideal, tentu saja
Masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis membuka diri menerima masukan yang
Konstruktif dari para pembaca, sehingga akan memberikan kesempurnaan pada makalah
ini Pada masa yang akan datang.
Kelompok
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................................4
A. Tayamum.................................................................................................................4
B. Wudhu.....................................................................................................................6
C. Mandi Besar...........................................................................................................11
A. Kesimpulan............................................................................................................13
B. Saran......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada keringanan bagi orang yang tidak bisa melakukan wudhu atau mandi
dengan air karena udzur tertentu yaitu bisa tayamum sebagai penggantinya.
Tayamum dilakukan dengan debu yang suci dan dengan syarat serta rukun yang
sudah diatur dalam syariat Islam. Sebagaimana dalam firman Allah Q.S Al-
Maa’idah ayat 6 yang artinya:
“Dan apabila kamu sakit, atau dalam perjalanan, atau kembali dari tempat
buang air, atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak mendapat air, maka
4
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih)...”
5
Dari masing-masing cara bersuci lahir tersebut, mamiliki ketentuan-ketentuan
yang harus diketahui dan di taati. Namun kenyataannya, bnyak di antara kita yang
mamiliki banyak kekurangan tentang ketentuan-ketentuan tersebut. Untuk itu,
pada makalah ini penulis membahas tentang Wudhu, Tayamum, dan Mandi Besar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Wudhu
A. Pengertian Wudhu
Kata wudhu’ dengan dibaca dhommah huruf dhlo’ nya adalah sebutan
untuk sebuah pekerjaan. Sedangkan kata Al wadhu’ dibaca fathah huruf dhlo’nya
adalah sebutan untuk sesuatu yang digunakan untuk wudhu’. Wudhu diwajibkan
pada malam isra’ bersama sama diwajibkannya shalat. Wudhu’ termasuk syariat
umat terdahulu. Hal ini didasarkan pada hadist: “Ini adalah wudhu’-ku, wudhu’-
nya para nabi, dan wudhu’-nya kekasihku, yakni Ibrahim”
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, serta sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki...” (QS. Al-Maa’idah : 6)
1
Ahmad Ghani, Tayamum, beserta dalilnya 12, no. 1 (2012): h. 18-36
7
B. Syarat Sah Wudhu
a. Islam, karena wudhu itu termasuk ibadah, maka tentu saja ia tidak sah kecuali
dilakukan oleh orang muslim.
b. Mumayyiz, karena wudhu itu merupakan ibadat yang wajib diniati, sedangkan
orang yang tidak beragama islam dan orang yang belum mumayyiz tidak diberi
hak untuk berniat
c. air mutlaq
d. tidak yang menghalangi sampainya air ke kulit, seperti getah dan sebagainya
e. tidak berhadast besar
f. masuk waktu sholat (khusus bagi orang yang hadastnya berkepanjangan).
g. Tahu akan kefardhuan wudhu
h. Tidak mengiktikadkan fardhunya wudhu sebagai hal yang sunnat.
C. Rukun Wudhu
2
Acep Supriadi, Muhammad Nur, Wudhu dan Mandi Besar, Indramayu: Penerbit Adab, 2023, hlm. 22.
8
4. Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan oleh karena itu dibatasi
pada sentuhan :Antara kulit dengan kulit Laki-laki dan perempuan yang telah
mencapai usia syahwat diantara mereka tidak ada hubungan mahram sentuhan
langsung tanpa alas atau penghalang.3
E. Tingkatan Wudhu
Wudhu memiliki beberapa tingkatan hukum, yaitu wajib, sunnah, makruh,
dan haram. Penjelasan mengenai masing-masing tingkatan wudhu adalah sebagai
berikut.
1) Wajib
Status wudhu menjadi wajib dilakukan oleh setiap muslim sebagai syarat
sah-nya shalat. Baik shalat wajib, shalat sunnah, shalat jenazah, sujud tilawah,
tawaf, dan menyentuh mushaf.
2) Sunnah
3) Haram
3
Ibidd
9
2. Tayammum
A. Pengertian Tayammum
tayammum adalah tata cara bersuci dari hadats dengan mengusap wajah dan tangan,
menggunakan sho’id yang bersih.
Dapat disimpulkan bahwa Tayamum adalah bersuci sebagai pengganti
wudhu atau mandi wajib yang tadinya seharusnya menggunakan air bersih
digantikan dengan menggunakan tanah atau debu yang suci.
B. Sebab Tayammum
- Dalam perjalanan jauh
- Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit
- Telah berusaha mencari air tapi tidak diketemukan
- Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang kemudharatan
- Air yang ada hanya untuk minum
- Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat shalat
- Pada sumber air yang ada memiliki bahaya
- Sakit dan tidak boleh terkena air.
10
E. Yang Membatalkan Tayammum
3. Mandi Besar
Menurut lughat, mandi disebut al-ghasl bearti mengalir air pada sesuatu.
Sedangkan dalam istilah syara’ ialah mengalir air keseluruh tubuh disertai dengan
niat (Drs. Lahmuddin Nasution, 1997).
Mandi adalah mengalirkan air ke seluruh anggota badan dengan cara-cara
tertentu, sebagai mana yang telah diatur dalam syariat. Dalam kondisi tertentu,
setiap muslim harus melakukannya, kadang-kadang disunnahkan untuk
melakukannya. Pada kondisi tertentu, setiap muslim harus melakukan mandi yang
bukan mandi biasa atau disebut dengan “mandi besar”.
Menurut lughat, mandi disebut al-ghasl bearti mengalir air pada sesuatu.
Sedangkan dalam istilah syara’ ialah mengalir air keseluruh tubuh disertai dengan
niat (Drs. Lahmuddin Nasution, 1997).
Mandi adalah mengalirkan air ke seluruh anggota badan dengan cara-cara
tertentu, sebagai mana yang telah diatur dalam syariat. Dalam kondisi tertentu,
setiap muslim harus melakukannya, kadang-kadang disunnahkan untuk
melakukannya. Pada kondisi tertentu, setiap muslim harus melakukan mandi
4
Toni Nasution,Maulana Arafat Lubis, Konsep Dasar mandi wajib, Yogyakarta: Samudra Biru, 2018, hlm.
136- 137.
11
Sedang dalam hadats besar, seperti setelah junub atau melakukan hubungan suami istri.
1) Sesudah keluar mani, yaitu cairan putih lengket yang keluar saat
syahwat seseorang meninggi, baik dengan sengaja ataupun tidak sengaja.
Dengan tidak sengaja, seperti bermimpi.
2) Setelah haid dan nifas. Jika telah selesai dari haid maupun nifas, seorang
wanita wajib bersuci untuk mengangkat hadasnya dengan melaksanakan mandi
besar. Hal ini sebagai mana disinggung dalam Surat Al-Baqarah: 222.
B. Rukun Mandi
Mandi besar tentunya harus berbeda dengan tata cara mandi biasanya.
Sebab, mandi yang dimaksud ini tujuan utamanya adalah untuk membersihkan
diri dari hadats besar. Ia harus melaksanakan mandi dengan sebaik mungkin.
12
Adapun cara-cara mandi yang sesuai dengan yang diajarkan oleh
Rasulullah Saw yaitu :
5) Mengguyur kepala tiga kali, dimulai dari sebelah kanan, kemudian kiri,
dengan meratakan seluruh air dan menekankan ke kulit kepala.
C. Sunnah Mandi
5
Ibidd
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tayamum ialah mengusap debu ke muka dan kedua tangan sampai siku
dengan beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi, sebagai
keringanan untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan.
Wudhu, tayamum dan mandi tidak dilakukan dengan sembarangan. Ada aturan
yang mengikatnya seperti syarat dan rukun. Ada juga sunnah-sunnahnya, dan
wudhu maupun tayamum bisa batal karena sesuatu hal.
14
DAFTAR PUSTAKA
15