Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

WUDHU, TAYAMMUM, DAN MANDI BESAR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fiqih Ibadah

Dosen Pengampu : Dr. Abdurahman Harahap, M.A

Di susun Oleh :

KELOMPOK

Roy Keane Abyaz. (0203232093)


Habib Adli Karvi Tambunan (0203232045)
Muhammad Fajar miliano . (0203232090)

PROGRAM STUDI

Hukum Tata Negara

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
Melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang Berjudul Negara Hukum dan shalawat serta salam, Semoga tetap tercurahkan
kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam keluarga, sahabat, serta seluruh
pengikutnya.
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah agar para mahasiswa dapat
mengetahui Mengenai suatu pendidikan global yang berasal dari hal-hal yang mendunia,
tujuan dari negara Hukum, materi dari pendidikan global dll yang mencakup kajian
masalah dan isu-isu global.
Tersusunnya makalah ini tentu bukan dari usaha penulis saja. Dukungan moral dan
Material dari berbagai pihak sangatlah membantu tersusunnya makalah ini. Pada
kesempatan Kepada ini penulis juga menyampaikan terimakasih kepada keluarga,
sahabat, rekan Seperjuangan dan pihak lainnya yang telah membantu secara moral dan
material.
Makalah negara hukum ini Tentunya Belumlah dalam bentuk yang ideal, tentu saja
Masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis membuka diri menerima masukan yang
Konstruktif dari para pembaca, sehingga akan memberikan kesempurnaan pada makalah
ini Pada masa yang akan datang.

Medan, 29 Februari 2024

Kelompok

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................1

DAFTAR ISI..........................................................................................................................2

BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................................3

A. Latar Belakang........................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...................................................................................................3

C. Tujuan......................................................................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................................4

A. Tayamum.................................................................................................................4

B. Wudhu.....................................................................................................................6

C. Mandi Besar...........................................................................................................11

BAB III : PENUTUP...........................................................................................................13

A. Kesimpulan............................................................................................................13

B. Saran......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masalah kebersihan,


Allah mensyariatkan wudhu sebagai syarat sah shalat, tawaf, dan menyentuh
mushaf. Ia juga mewajibkan mandi besar dari junub, haid, dan nifas,
menyunahkan mandi besar pada hari Jum’at dan sebelum melaksanakan Shalat Id.
Bahkan, Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk senantiasa memperhatikan
kebersihan dan kesucian pakaian, badan, dan tempat dari berbagai najis dan
kotoran. Allah Swt. juga memotivasi kita untuk melakukan itu semua, sesuai
dengan firman Allah :

“Sesungguhnya Allah menyukai orang – orang yang bertobat dan menyukai


orang-orang yang mensucikan diri.” (Al-Baqarah: 222)

Bersuci hukumnya wajib, bersuci itu sendiri terbagi menjadi 2, yaitu


bersuci batin (mensucikan diri dari dosa dan maksiat) dan lahir (bersih daari
kotoran dan hadast). Kebersihan dari kotoran cara menghilangkan dengan
menghilangkan kotoran itu pada tempat ibadah, pakaian yang dipakai, dan pada
badan seseorang. Sedang kebersihan dari hadast dilakukan dengan mengambil air
wudhu, bertayamum, dan mandi.

Ada keringanan bagi orang yang tidak bisa melakukan wudhu atau mandi
dengan air karena udzur tertentu yaitu bisa tayamum sebagai penggantinya.
Tayamum dilakukan dengan debu yang suci dan dengan syarat serta rukun yang
sudah diatur dalam syariat Islam. Sebagaimana dalam firman Allah Q.S Al-
Maa’idah ayat 6 yang artinya:

“Dan apabila kamu sakit, atau dalam perjalanan, atau kembali dari tempat
buang air, atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak mendapat air, maka
4
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih)...”

5
Dari masing-masing cara bersuci lahir tersebut, mamiliki ketentuan-ketentuan
yang harus diketahui dan di taati. Namun kenyataannya, bnyak di antara kita yang
mamiliki banyak kekurangan tentang ketentuan-ketentuan tersebut. Untuk itu,
pada makalah ini penulis membahas tentang Wudhu, Tayamum, dan Mandi Besar.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Wudhu?


2. Apa yang dimaksud dengan Tayammum?
3. Apa yang dimaksud dengan Mandi Besar?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Wudhu.


2. Untuk Mengetahui pengertian Tayammum.
3. Untuk mengetahui pengertian Mandi Besar.

6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Wudhu
A. Pengertian Wudhu

Kata wudhu’ dengan dibaca dhommah huruf dhlo’ nya adalah sebutan
untuk sebuah pekerjaan. Sedangkan kata Al wadhu’ dibaca fathah huruf dhlo’nya
adalah sebutan untuk sesuatu yang digunakan untuk wudhu’. Wudhu diwajibkan
pada malam isra’ bersama sama diwajibkannya shalat. Wudhu’ termasuk syariat
umat terdahulu. Hal ini didasarkan pada hadist: “Ini adalah wudhu’-ku, wudhu’-
nya para nabi, dan wudhu’-nya kekasihku, yakni Ibrahim”

Wudhu merupakan cara bersuci yang tujuan utamanya untuk


menghilangkan hadas kecil, seperti keluar angin dari dubur (kentut), buang air
besar, buang air kecil, dan tidur nyenyak. Wudhu itu menjadi salah satu syarat
untuk menunaikan ibadah seperti shalat. Tentang hal ini, Allah Swt. berfirman
dalam Al-Qur’an :

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, serta sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki...” (QS. Al-Maa’idah : 6)

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa : ” Rasulullah Saw. pernah


dibawakan air wudhu, kemudian berwudhu dengan membasuh kedua telapak
tangannya sebanyak tiga kali, lalu membasuh wajahnya sebanyak tiga kali,
setelah itu membasuh kedua tangannya tiga kali. Kemudian, beliau kumur-kumur
dan mengeluarkan air yang telah dimasukkan kedalam hidung sebanyak tiga kali.
Lalu, mengusap kepalanya dan dua telinganya.”(HR. Abu Dawud)1

1
Ahmad Ghani, Tayamum, beserta dalilnya 12, no. 1 (2012): h. 18-36
7
B. Syarat Sah Wudhu

a. Islam, karena wudhu itu termasuk ibadah, maka tentu saja ia tidak sah kecuali
dilakukan oleh orang muslim.
b. Mumayyiz, karena wudhu itu merupakan ibadat yang wajib diniati, sedangkan
orang yang tidak beragama islam dan orang yang belum mumayyiz tidak diberi
hak untuk berniat
c. air mutlaq
d. tidak yang menghalangi sampainya air ke kulit, seperti getah dan sebagainya
e. tidak berhadast besar
f. masuk waktu sholat (khusus bagi orang yang hadastnya berkepanjangan).
g. Tahu akan kefardhuan wudhu
h. Tidak mengiktikadkan fardhunya wudhu sebagai hal yang sunnat.

C. Rukun Wudhu

a. Niat dalam hati, ikhlas karena Allat swt.


b. Membasuh wajah tiga kali
c. Membasuh kedua tangan hingga siku-siku tiga kali
d. Mengusap kepala dari depan hingga belakang (tengkuk) lalu kembali lagi ke
depan
e. Membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki, dengan menggosok-gosok dan
menyela-nyelai jari-jari kaki
f. Tertib2

D. Sebab Yang Membatalkan Wudhu


1. Keluarnya sesuatu dari qubul atau dubur, baik berupa zat atau angin, yang
biasa ataupun tidak biasa, seperti darah,baik yang keluar itu najis ataupun suci,
seperti ulat
2. Hilang akal, sebab mabuk atau gila
3. Tidur, kecuali dalam keadaan duduk yang pintu keluar anginya tertutup
dengan keadaan duduk yang tetap, maka tidak membatalkan wudhu

2
Acep Supriadi, Muhammad Nur, Wudhu dan Mandi Besar, Indramayu: Penerbit Adab, 2023, hlm. 22.
8
4. Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan oleh karena itu dibatasi
pada sentuhan :Antara kulit dengan kulit Laki-laki dan perempuan yang telah
mencapai usia syahwat diantara mereka tidak ada hubungan mahram sentuhan
langsung tanpa alas atau penghalang.3

E. Tingkatan Wudhu
Wudhu memiliki beberapa tingkatan hukum, yaitu wajib, sunnah, makruh,
dan haram. Penjelasan mengenai masing-masing tingkatan wudhu adalah sebagai
berikut.

1) Wajib

Status wudhu menjadi wajib dilakukan oleh setiap muslim sebagai syarat
sah-nya shalat. Baik shalat wajib, shalat sunnah, shalat jenazah, sujud tilawah,
tawaf, dan menyentuh mushaf.

2) Sunnah

Setiap muslim disunnahkan berwudhu ketika akan melaksanakan segala


amal kebaikan, seperti ketika hendak berzikir, sebelum tidur, sebelum melakukan
hubungan suami istri, sebelum mandi wajib atau sunnah. Seseorang juga
disunnahkan untuk tajdid (memperbarui) wudhu setelah berbuat maksiat, ketika
dirundung kemarahan, akan membaca Al-Qur’an, setelah memandikan jenazah.
Tajdid juga disunnahkan ketika akan kembali shalat, meskipun ia belum batal dari
wudhu sebelumnya, dan sebagainya.

3) Haram

Diharamkan bagi setiap muslim berwudhu dengan air hasil ghashab


(pemakaian sesuatu tanpa izin pemilik nya), atau hasil mencuri, dan semisalnya.

3
Ibidd
9
2. Tayammum
A. Pengertian Tayammum
tayammum adalah tata cara bersuci dari hadats dengan mengusap wajah dan tangan,
menggunakan sho’id yang bersih.
Dapat disimpulkan bahwa Tayamum adalah bersuci sebagai pengganti
wudhu atau mandi wajib yang tadinya seharusnya menggunakan air bersih
digantikan dengan menggunakan tanah atau debu yang suci.

B. Sebab Tayammum
- Dalam perjalanan jauh
- Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit
- Telah berusaha mencari air tapi tidak diketemukan
- Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang kemudharatan
- Air yang ada hanya untuk minum
- Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat shalat
- Pada sumber air yang ada memiliki bahaya
- Sakit dan tidak boleh terkena air.

C. Syarat Sah Tayammum


- Telah masuk waktu salat
- Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran
- Sudah berupaya / berusaha mencari air namun tidak ketemu
- Tidak haid maupun nifas bagi wanita / perempuan
- Menghilangkan najis yang yang melekat pada tubuh.
D. Rukun Tayammum
1. Niat Tayamum dan membaca “bismillahirahmanirrahim”

Artinya : Saya niat tayammum untuk diperbolehkan melakukan shalat karena


Allah Ta'ala.
2. Meletakkan kedua telapak tangan di atas tanah (berdebu)
3. Meniup kedua telapak tangan yang sudah berdebu
4. Mengusap wajah dengan kedua tangan
5. Mengusap kedua tangan hingga pergelangan tangan
6. Tertib

10
E. Yang Membatalkan Tayammum

Perkara-perkara yang membatalkan wudhu juga membatalkan tayamum,


dan jika menemukan air. Jika ada air, maka wajiblah baginya untuk berwudhu,
walaupun tayamumnya tidak batal disebabkan oleh hal-hal yang membatalkan
wudhu, berdasarkan hadits Abi Hurairah -semoga Allah meridhainya- ia berkata
Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda: "As sha'iid adalah wudhuknya
muslim, walaupun ia tidak mendapatkan air selama sepuluh tahun, jika air ada,
maka bertakwalah (takutlah) kepada Allah, dan basahilah air itu ke
kulitnya."[H.R Bazzar dan hadits ini mempunyai syahid dari hadits Abi Dzar
semisalnya]. Maka dengan hadits Abi Dzar ini maka hadits Abu Harairah menjadi
shaih, hanya saja shalat-shalat yang sudah dilakukan dengan tayamum tidak
diulang lagi.4

3. Mandi Besar

A. Pengertian Mandi Besar

Menurut lughat, mandi disebut al-ghasl bearti mengalir air pada sesuatu.
Sedangkan dalam istilah syara’ ialah mengalir air keseluruh tubuh disertai dengan
niat (Drs. Lahmuddin Nasution, 1997).
Mandi adalah mengalirkan air ke seluruh anggota badan dengan cara-cara
tertentu, sebagai mana yang telah diatur dalam syariat. Dalam kondisi tertentu,
setiap muslim harus melakukannya, kadang-kadang disunnahkan untuk
melakukannya. Pada kondisi tertentu, setiap muslim harus melakukan mandi yang
bukan mandi biasa atau disebut dengan “mandi besar”.
Menurut lughat, mandi disebut al-ghasl bearti mengalir air pada sesuatu.
Sedangkan dalam istilah syara’ ialah mengalir air keseluruh tubuh disertai dengan
niat (Drs. Lahmuddin Nasution, 1997).
Mandi adalah mengalirkan air ke seluruh anggota badan dengan cara-cara
tertentu, sebagai mana yang telah diatur dalam syariat. Dalam kondisi tertentu,
setiap muslim harus melakukannya, kadang-kadang disunnahkan untuk
melakukannya. Pada kondisi tertentu, setiap muslim harus melakukan mandi

4
Toni Nasution,Maulana Arafat Lubis, Konsep Dasar mandi wajib, Yogyakarta: Samudra Biru, 2018, hlm.
136- 137.
11
Sedang dalam hadats besar, seperti setelah junub atau melakukan hubungan suami istri.

1) Sesudah keluar mani, yaitu cairan putih lengket yang keluar saat
syahwat seseorang meninggi, baik dengan sengaja ataupun tidak sengaja.
Dengan tidak sengaja, seperti bermimpi.

2) Setelah haid dan nifas. Jika telah selesai dari haid maupun nifas, seorang
wanita wajib bersuci untuk mengangkat hadasnya dengan melaksanakan mandi
besar. Hal ini sebagai mana disinggung dalam Surat Al-Baqarah: 222.

“ Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah


kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu
haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan
Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan
menyukai orang-orang yang menyucikan diri.”

3) Setelah melahirkan, baik anak yang dilahirkan itu cukup umur


ataupun tidak, seperti keguguran.

4) Mati, dan matinya itu bukan mati syahid.

Sabda Rasulullah Saw.:

Beliau berkata tentang orang yang mati dalam peperangan Uhud,


“Janganlah kamu mandikan mereka.” (Riwayat Ahmad)

B. Rukun Mandi

Mandi besar tentunya harus berbeda dengan tata cara mandi biasanya.
Sebab, mandi yang dimaksud ini tujuan utamanya adalah untuk membersihkan
diri dari hadats besar. Ia harus melaksanakan mandi dengan sebaik mungkin.

12
Adapun cara-cara mandi yang sesuai dengan yang diajarkan oleh
Rasulullah Saw yaitu :

1) Menghadirkan niat di dalam hati

2) Membersihkan farj (kemaluan)

3) Mencuci kedua telapak tangan

4) Berwudhu dengan sunah-sunnah nya

5) Mengguyur kepala tiga kali, dimulai dari sebelah kanan, kemudian kiri,
dengan meratakan seluruh air dan menekankan ke kulit kepala.

C. Sunnah Mandi

1) Membaca basmallah pada permulaan mandi.


2) Berwudhu’ sebelum mandi.
3) Menggosok-gosok seluruh badan dengan tangan.
4) Mendahulukan bagian kanan daripada kiri.
5) Berturut-turut.
D. Yang Disunahkan Mandi Besar

Disunnahkan untuk melakukan mandi besar :

1) Sebelum melaksanakan shalat pada hari Jum’at.


2) Ketika hendak melaksanakan Shalat Id, baik Idul Fitri maupun Idul Adha.
3) Ketika hendak melaksanakan Shalat Khusuf, untuk gerhana
matahari maupun gerhana bulan.
4) Sesudah memandikan jenazah.
5) Ketika akan memasuki kota Mekkah5

5
Ibidd
13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Wudhu merupakan cara bersuci yang tujuan utamanya untuk


menghilangkan hadas kecil, seperti keluar angin dari dubur (kentut), buang air
besar, buang air kecil, dan tidur nyenyak. Wudhu itu menjadi salah satu syarat
untuk menunaikan ibadah seperti shalat.

Mandi adalah mengalirkan air ke seluruh anggota badan dengan cara-cara


tertentu, sebagai mana yang telah diatur dalam syariat. Dalam kondisi tertentu,
setiap muslim harus melakukannya, kadang-kadang disunnahkan untuk
melakukannya. Pada kondisi tertentu, setiap muslim harus melakukan mandi yang
bukan mandi biasa atau disebut dengan “mandi besar”.

Tayamum ialah mengusap debu ke muka dan kedua tangan sampai siku
dengan beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi, sebagai
keringanan untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan.
Wudhu, tayamum dan mandi tidak dilakukan dengan sembarangan. Ada aturan
yang mengikatnya seperti syarat dan rukun. Ada juga sunnah-sunnahnya, dan
wudhu maupun tayamum bisa batal karena sesuatu hal.

14
DAFTAR PUSTAKA

Rasjid, Sulaiman. 2014. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Al Gesindo.


Rauf, M. Amrin. 2011. Buku Pintar Agama Islam. Jogjakarta : Sabil.
Rifa’i, Moh. 2013. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha
Putra.
Sadjak, Muhammad Nadjib. 2013. Terjamah Matan At-Taqrib wa al-Ghoyah.
Jatirogo: Kampong Kyai.

15

Anda mungkin juga menyukai