Makalah Iman Kepada Allah
Makalah Iman Kepada Allah
Oleh :
Kelompok 4
TEKNIK INFORMATIKA
BANDUNG
2017
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas
berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Makalah keimanan kepada
Allah SWT ini tepat pada waktunya tanpa halangan suatu apapun.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum wr wb
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I, Pendahuluan..............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan Makalah.................................................................................2
BAB II, Pembahasan..............................................................................................3
A. Pengertian Iman Kepada Allah.......................................................3
B. Bukti Wujud Allah..........................................................................4
C. Menatap Wajah Allah......................................................................12
BAB III, Penutup...................................................................................................21
A. Kesimpulan........................................................................................21
Daftar Pustaka......................................................................................................xxii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT adalah Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta dan
segala isinya, Yang Maha Esa dalam zat-Nya, maksudnya Zat Allah SWT
hanya satu, tidak dua, tidak tiga, dan tidak pula lebih. Zat Allah SWT tidak
sama atau serupa dengan zat selainnya. Allah SWT Esa dalam sifat-Nya,
maksudnya sifat Allah SWT walaupun banyak, tetapi hanya dimiliki oleh
Allah SWT sendiri. Tidak ada zat selain Allah SWT yang memiliki atau
hanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri. Tidak ada zat selain Allah SWT
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Makalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
SWT wajib ada-Nya dengan dzat nya. Dia Maha Esa, yang menguasai
langit dan bumi beserta isinya, Yang Maha Kuasa, Yang Hidup, Yang
segala sesuatu dan Maha Kuasa. Allah melakukan apa yang Dia
Kehendaki, dan Allah Maha Bijaksana terhadap apa yang DIA kehendaki.
Tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai DIA. Allah Maha Mendengar
dan Maha Melihat, Maha Suci dan Maha Tinggi (Mulya) Allah dari
sesuatu yang menyerupai dan menandingi, dan Maha Suci Allah dari
teman dan pembantu (mitra dan asisten). Allah tiak membatasi waktu,
tidak ada yang menyibukan atau merepotkan Allah, dan Allah tidak
terbatasi dengan arah, Allah Maha Kaya, artinya dengan mutlak Allah
Akan tetapi segala sesuatu selain Allah sangat butuh kepada-Nya. DIA
kepada orang yang DIA kehendaki, dan menyesatkan kepada orang yang
DIA kehendaki, dan DIA (Allah) yang mengampuni kepada orang yang
1
(Alhabib Zaen bin Ibrahim bin Sumait Al-Husaeni Al-alawi, 2007 : 137-
3
138).
4
DIA kehendaki, dan menyiksa kepada orang yang DIA kehendaki. Allah,
tidak layak dipertanyakan atas apa yang DIA lakukan dan makhluk lah
(manusia dan jin) yang pantas ditanya atas apa yang mereka lakukan.
perbuatannya. Dan tidak wajib atas Allah kepada seseorang atas segala
Karena DIA Maha Menguasai terhadap segala –Nya dan DIA lah yang
dengan DIA (Allah) didalam kerajaan-Nya. Dan tidak ada hak bagi
Syarh (Penjelasan):
Dzat disana bukanlah dzat dalam lisan orang indonesia yang mempunyai
arti materi datu benda, akan tetapi Dzat disana adalah Dzat dalam lisan
2
Alhabib Zaen bin Ibrahim bin Sumait Al-Husaeni Al-alawi, 2007 : 138).
5
orang arab yang mempunyai arti “Dirinya sendiri”, “Haqiqat-nya” karena
makhluqnya. Sifat wajib Allah SWT yang dua puluh tersebut yang
wujud ini wajib bagi Allah SWT. Dzatnya bukan Illat (Pengaruh Luar)
adanya Allah. Adapun sifat wujud tanpa Dzat itu terjadi seperti keberadaan
kita yaitu melalui perbuatan Allah Ta’ala. Adapun bukti adanya Allah
yaitu adanya makhluk ini, jika Allah SWT tidak ada, maka tidak akan ada
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka
ۡ قو ق ج ل ݔ ۡق
يس ܅ ام قخݖق ܅ ُّ ܅س ق ٱو ۡ ۡ قو قما بق ۡي قݜ ܅ݓ ي ق
أ قو قي
ق ܅ ك ِْ ك
قۡ أ َ ض ُݟ قݙا إي
ق ٰ ق ٰ قh قݎ ٱ ٱ
م و
يݟۗݗ
وُܱ ا ق ق ۡݗ قتh
s بيٱ ُ ق
يت ݍ أن ݍ
يݎ
menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya
sesungguhnya
7
kebanyakan diantara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan
langit dan bumi. Dia mengetahui alam ghaib dan alam nyata, maha
Pengatur, Raja segala sesuatu. Tiada Tuhan melainkan Dia. Dialah Yang
Kemudian petunjuk untuk beriman itu kita peroleh berdasarkan dalil naqli
dan aqli.
Dalil naqli
قي٥٤
܅ قر ܆ب ٱ قܞا قرȩ
ق
ۡ ق
ٱ ُّ ل قعٰݖ يݙ قك
8
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. Dia
3
http://www.pilarislam.com/2015/12/sifat-allah-bukti-sifat-wujud-allah.html (diakses pada
17 Oktober 2017)
9
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
tempat api. Musa diseru dari lembah sebelah kanan, tempat yang
و٣ قي
ٱ ܅ ُّ قر ܆ب ٱ
ۡ ق
ل قعٰݖ يݙ
2. Berita dari sekitar 124.000 nabi dan rasul yang menyebutkan adanya
Tidak seorang nabi atau rasul pun kecuali hanyalah Allah telah
10
memustahilakn akal manusia untuk membohongkannya atau
menyebabkan orang
11
sebanyak ini sepakat untuk berdusta. Begitu juga pemberitaan sesuatu
manusia yang mempunyai alasan rasional yang lebih kuat, dan mereka
itu berlaku adat kebiasaan manusia bahwa membenarkan satu atau dua
manusia atau suatu julah besar manusia yang tidak dapat dihitung,
Dalil aqli
pencipta karena selain diri-Nya (Allah), tidak ada yang mengaku telah
12
adanya sesuatu itu tak ada yang mengadakan. Bahkan mustahil pula
pula, seperti halnya makanan, tak mungkin ada tanpa ada yang
memasaknya, dan tak mungkin ada hamparan tanah di planet bumi ini
berputar. Planet bumi dan apa-apa yang ada seperti manusia, jin, dan
semua ini ada tanpa adanya Pencipta. Demikian pula hal nya dengan
yang tumpul dan buah- buahan yang beraneka rasa dan warna serta
2. Adanya firman Allah yang sampai kepada kita, yang kita renung-
adanya Pencipta semua itu, yaitu Allah SWT. Mustahil ada kalau
tanpa Mutakallim, dan mustahil ada ucapan tetapi tidak ada yang
mengucapkannya.
Oleh karena itu, kalau Allah menjadi bukti terhadap wujud-Nya lebih-
lebih kalam Allah ini merupakan syariat yang paling benar sejauh
hukum-
13
hukum yang terbaik bagi manusia, sebagaimana pula bahwa Firman
hal yang memang benar bagi siapa saja yang mau membenarkan, dan
walaupun dengan perbedaaan waktu dan tempat, dan tidak ada teori
ilmiah apapun hal menolak hal itu, dan tidak ada satu berita ghaib pun
sekian lama. Demikian pula sejarawan tidak akan bisa menolak dan
Terhadap kalam Allah yang bijak seperti ini mustahil akal mengatakan
bila kalam itu kalam manusia. Dialah kalam Pencipta Manusia, yang
kebijaksanaan-Nya.
hukum alam ini, terikat olehnya, dan sama sekali tidak ada yang
bisa keluar
14
dari tananan tersebut. Seorang suami, misalnya, menyemburkan
Allah lah yang dapat memasukan benih janin itu sampai keluar
menjadi bayi. Ini dalam hal penciptaan awal, demikian pula dalam
Ini hukum umum yang terjadi pada manusia, binatang, dan tumbuh-
tumbuhan. Hal yang sama juga terjadi pada planet-planet angkasa dan
terjadi dari hukumnya, maka hal itu pertanda telah matinya planet
tersebut.
Berdasarkan dalil aqli yang rasional dan dalil naqli yang dapat
4
(Abu Bakar Jabir El-Jazair, 1990 : 1).
15
C. Menatap Wajah Allah
kerinduan pecinta surga dan bahan kompetisi mereka. Dan untuk hal ini
Nabi Musa pernah meminta hal ini. Dijawab oleh Allah SWT seperti yang
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang
sekali- kali tidak sanggup melihat-Ku. Tapi lihatlah ke gunung itu, jika ia
gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa
sadar kembali, dia berkata, “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada
16
4. Allah Mahakuasa untuk menjadikan gunung itu tetap kokoh di
tempatnya, dan ini bukan hal mustahil bagi Allah, itu merupakan hal
yang mungkin. Hanya saja dalam hal ini Allah juga mempersyaratkan
hal itu.
6. Di ayat itu Allah swt. memberitahu kepada Nabi Musa bahwa gunung
7. Allah swt. telah berbicara dengan Nabi Musa. Nabi Musa juga telah
إي ۡ ُ ُ
٢٣ يظ ܱةقs لܰ ي ق قر و جݠ ه
܅
بي قݟا ٢ ٌيق ݠ ن ا قِة
َٰ
ق
نا قمئ
ي
17
5
https://www.dakwatuna.com/2007/02/02/89/menatap-wajah-allah-
swt/#ixzz4xYN7zKJK (diakses pada 30 Oktober 2017)
18
“Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri (indah).
melihat wajah Allah Ta’ala dengan mata mereka di akhirat nanti, karena
dalam ayat ini Allah Ta’ala menggandengakan kata “melihat” dengan kata
depan “ilaa” yang ini berarti bahwa penglihatan tersebut berasal dari
wajah Allah Ta’ala. Dan waktu mereka melihat wajah Allah Ta’ala adalah
sesuai dengan tingkatan surga yang mereka tempati, ada yang melihat-Nya
setiap hari di waktu pagi dan petang, dan ada yang melihat-Nya hanya satu
َ ´ Ώ
جن ¸ة ْ ´ أϭ َ̧لٌة أΫ اϬ ´ا ي´ ق جو ´هϭ ϭ´ { ¸للَ ̧ذي ´ن ´سن˵ او ا ْ سن
´ ك ص ˵ اΌ ¸ ˵لϭ ˵ ˵ ْم ق ˵ ْر ¸يί أ´ ْل ˵ح ´ى
ْل ´ ´ ´ت´ ٌرϭ˵ ه ٌ ´
اد´ة ْح
´ح ´
ا
“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga)
dan tambahannya (melihat wajah Allah Ta’ala). Dan muka mereka tidak
19
ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni
20
Arti “tambahan” dalam ayat ini ditafsirkan langsung oleh
sallam adalah orang yang paling memahami makna firman Allah Ta’ala.
Dalam hadits yang shahih dari seorang sahabat yang mulia, Shuhaib bin
menyelamatkan kami dari (azab) neraka? Maka (pada waktu itu) Allah
wajah Allah yang maha mulia, karena inilah “tambahan” yang paling
agung
21
(melebihi) semua (kenikmatan) yang Allah berikan kepada para penghuni
mata) karena amal perbuatan mereka, tetapi karena karunia dan rahmat
Allah”.
ini (melihat wajah Allah Ta’ala) adalah balasan yang Allah Ta’ala berikan
ُݟݗ
23
“Mereka di dalamnya (surga) memperoleh apa yang mereka kehendaki;
dan pada sisi Kami (ada) tambahannya (melihat wajah Allah Ta’ala)” (QS
Qaaf:35).
ق ۡ ܰق ُ ق ܅ ۡ ۡ ل
ن١٥ ح ܅ عݚ ر
ُجݠ ُبݠh ݗ ݠ
s ܅لك ݟ
ي
بي ق قمئ قݙ إ ܅ن ۡݗ
ي
يݟ ي
Muthaffifin:15).
bisa ditolak).
24
mustahil untuk ditolak dan diingkari”.
25
Demikian pula hadits yang diriwayatkan oleh Jarir bin
(Allah Ta’ala pada hari kiamat nanti) sebagaimana kalian melihat bulan
waktu melihat-Nya…”6
kenikmatan ini. Melainkan dengan usaha berupa amal saleh saat menjalani
kehidupan di dunia. Berikut ini tiga amalan yang bisa dilakukan manusia
Iman dan ihsan menjadi pintu untuk bisa melihat wajah Allah SWT.
di akhirat.
6
: https://muslim.or.id/2343-memandang-wajah-allah-kenikmatan-tertinggi-di-
akhirat.html (diakses pada 2 November 2017)
26
“Bagi orang yang berbuat ihsan, ada pahala yang terbaik (surga) dan
Ashar. Salat merupakan ibadah wajib yang paling mulia dan bisa
Allah.
kalian melihat bulan ini. Kalian tidak samar dalam melihatnya. Jika
erat antara menjaga salat dan rukyah (melihat Allah). Nabi dalam
hadist
27
ini menjelaskan bahwa melihat wajah Allah SWT bukan sekedar
menjaga dua salat yang agung yaitu salat Fajar (Subuh) dan salat
munafik.
3. Doa
di kahirat nanti.
Nasa’i: 1305, al-Bazzar: 1393, Ibn Hibban: 1971 dan dinilai sahih
memunajatkan doa ini dalam ibadah yang paling utama yaitu salat.
7
7
http://www.infoyunik.com/2015/12/tiga-amalan-agar-dapat-melihat-wajah.html (diakses
28
pada 2 November 2017
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
SWT adalah Dzat yang bersifat Wujud (Ada), Qadim (tidak ada
Allah SWT.
c. Do’a.
30
DAFTAR PUSTAKA
Alhabib Zaen bin Ibrahim bin Sumait Al-Husaeni Al-Alawi. 2007. Syarah Hadits
Jibril atau Hidayah At-Tholibin Fii Bayani Muhimati. Yaman.
El-Jazair, Abu Bakar Jabir. 1990. Pola Hidup Muslim atau Minhajul Muslim.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
https://www.dakwatuna.com/2007/02/02/89/menatap-wajah-allah-
swt/#ixzz4xYN7zKJK
http://www.infoyunik.com/2015/12/tiga-amalan-agar-dapat-melihat-wajah.html
https://muslim.or.id/2343-memandang-wajah-allah-kenikmatan-tertinggi-di-
akhirat.html
xxii