Anda di halaman 1dari 61

GAMBARAN TUGAS TATA LETAK PABRIK DAN PEMINDAHAN BAHAN

1.1 PENDAHULUAN
Salah satu penghematan keuangan yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan
meninumkan pemindahan material (OMH) d a n m a k s i m um k a n p e m ak a i a n tempat
yang tersedia Kadang-kadang 0rang tidak memperhatikan hal ini. Karena kelihatannya
tidak begitu berpengaruh terhadap jalannya perusahaan. Pengaruh tata letak pabrik akan
terasa sekali pada perusahaan yang kapasitas produksinya besar (Mass Production),
karena jarak angkut 1 meter saja dapat mengakibatkan pengeluaran yang cukup berarti.
Agar diperoleh suatu tata letak pabrik yang baik, maka diperlukan langkah-langkah
penyusunan yang dihitung berdasarkan tujuan yang hendak dicapai pemilik modal dan
pengelolah (misalnya kapasitas produksinya) dan jenis produk yang akan diproduksi. Oleh
karena itu diperlukan data-data yang dapat menunjang penyusunan tata letak pabrik tersebut.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka program studi Teknik Sekolah Tinggi Teknik Ibnu
Sina Batam mengadakan tugas Prencanaan Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan,
sebagai aplikasi dari teori (mata kuliah) Perencanaan Tata Letak Pabrik dan Pemindahan
Bahan. Adapun langkah-langkah perhitungan yang harus dilakukan agar diperoleh Tata Letak
Pabrik yang diinginkan, yaitu dibagi 8 tugas. Tugas-tugas tersebut sebagai berikut:
1. Tugas I (1 minggu), terdiri dari:
a. Operation Process Chart (OPC)/Peta Proses Operasi
b. Assebly Chart / Peta Perakitan
2. Tugas II (1 minggu), terdiri dari:
a. Routing Sheet (Lembar Rute)
b. Multi Product Process Chart (MPPC) / Peta Proses Produk Mesin
3. Tugas III (1 minggu) terdiri dari:
a. Luas Lantai Bahan Baku dan Bahan Pembantu (Receving) terdiri dari:
- Model Tumpukan
- Model Rak (Bahan Pembantu)
b. Luas Lantai Produk Jadi (Shipping)
c. Luas Lantai Mesin
d. Luas Lantai Maintenance
4. Tugas IV (1 minggu) terdiri dari:
a. Pemilihan Badan Hukum
b. Penyusunan Organisasi
c. Luas Lantai Kantor
d. Activity Relationship Chart (ARC)
e. Worksheet for ARC
f. Activity Block Diagram (ARD Kantor)

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 1 of 61
5. Tugas V (1 minggu), terdiri dari:
a. Ongkos Pemindahan Material (OMH)
b. From to Chart (F to C)
c. In Flow – Out Flow
d. Tabel Skala Prioritas
e. Area Relationship Diagram (ARD)
6. Tugas VI (1 minggu), terdiri dari:
a. Revisi Ongkos Pemindahan Material (OMH)
b. Revisi From to Chart (F to C)
c. Revisi In Flow – Out Flow
d. Revisi Tabel Skala Prioritas
e. Revisi Area Relationship Diagram (ARD)
7. Tugas VII (1 minggu), terdiri dari:
a. Area Alocation Diagram
8. Tugas VIII (2 minggu), terdiri dari:
a. Template (Two Dimensional Iconic Model)
b. Perhitungan Investasi dan Harga Jual
9. Persentase Tugas (1 minggu)

1.2 TUJUAN INSTRUKSIONAL


1. Tujuan Instruksional Umum
Tujuan Instrusional Umum dari tugas Tata Letak Pabrik ini adalah agar mahasiswa
dapat mengetahui:
a. Pendekatan umum penyusunan Tata Letak Pabrik
b. Langkah-langkah Penyusunan Tatat Letak Pabrik
c. Total Luas dan Tata Letak Pabrik yang sesuai dengan hasil Perhitungan

2. Tujuan Instruksional Khusus


a. Penggunaan Peta Proses Operasi (OPC), Assembly Chart, Routing Sheet, Multi
Product Process Chart (MPPC).
b. Perhitungan Luas Lantai sesuai kebutuhan yang telah dihitung pada routing sheet
c. Cara penentuan Luas Lantai, berdasarkan aturan-aturan penumpukan dan
pemakaian
d. Keuntungan dan kerugian badan hokum dan struktur organisasi, job description
masing-masing personil serta menentukan luas lantai perkantoran.
e. Cara Perhitungan ongkos pemindahan material atau OMH dan From to chart serta
penggunaannya
f. Menentukan Activity Relationship Diagram (ARD) yang disusun berdasarkan table

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 2 of 61
skala prioritas (TSP), dimana TSP tersebut disusun berdasarkan perhitungan In
Flow-Out Flow
g. Penggunaan OMH, From to Chart dan ARD serta merevisinya serta memperluas
hasil analisa tersebut bagi penyusunan Tata Letak Pabrik
h. Cara menganalisa hubungan aktivitas antar bagian dalam perusahaan, s erta
kegunaan hasil analisa tersebut bagi penyusunan Tata Letak Pabrik
i. Berdasarkan ARC dan ARD, dapat diketahui cara penyusunan Tata Letak Pabrik
Kasar dengan ukuran sebenarnya.
j. Tahap-tahap pengerjaan Tata Letak Pabrik, sehingga dapat diperoleh suat u
Template
k. Rencana Investasi dari tata Letak Pabrik dan Harga Jual dari Produk yang
dihasilkan.

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 3 of 61
TUGAS I

2.1 PETA PROSES OPERASI (OPC)


Peta proses operasi adalah merupakan suatu diagram yang menggambarkan
langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urut-urutan operasi
dan pemeriksaan. Sejak awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun s ebagai
komponen, dan juga memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih
lanjut seperti waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat atau
mesin yang dipakai.

2.1.1 Manfaat Peta Proses Operasi (OPC)


- Biasanya mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.
- Bisa diperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan perhitungan efesiensi
ditiap operasi / pemeriksaan)
- Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik
- Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yg sedang dipakai.
- Sebagai alat untuk latihan kerja

2.1.2 Informasi Yang Diperlukan Untuk Menyusun OPC


Informasi yang diperlukan untuk menyusun OPC diantaranya melalui tahapan-
tahapan sebagai berikut:
- Menyusun skala dari beberapa kerja yang akan dibuat atau gambar teknis yang
dibuat desainer.
- Menguraikannya menjadi elemen-elemen perpasangan.
- Analisis tahapan-tahapan/langkah-langkah pengerjaan
- Bahan baku yang digunakan berikut dimensinya
- Peralatan/mesin yang digunakan
- Waktu penyelesaian masing-masing aktivitas
- Persentase scrap yang terbuang
- Analisis ulang
- Ringlasan aktivitas

2.1.3 Simbol-simbol Aktivitas dalam Pembuatan OPC


Seperti telah diuraikan sebelumnya, symbol-simbol aktivitas yang digunakan
dalam OPC meliputi:

OPERASI
Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat baik
Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 4 of 61
fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan informasi pd su/
keadaan juga termasuk operasi.

PEMERIKSAAN
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami
pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas Lambang ini digunakan
jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu obyek atau membandingkan
obyek tertentu dgn suatu standar.

TRANSPORTASI
Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerjaan atau
perlengkapan mengalami perpindahan tempat yg bukan merupakan bagian dari
suatu operasi.

MENUNGGU
Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan tdk
mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar)

PENYIMPANAN
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yg
cukup lama. Jika benda kerja tersebut akan diambil kembali, biasanya
memerlukan su/ prosedur perizinan tertentu.
Lambang ini digunakan untuk menyatakan suatu obyek yg mengalami
penyimpanan permanen, yaitu ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa
izin tertentu. Prosedur perizinan dan lamanya waktu adalah dua hal yg
membedakan antara kegiatan menunggu dan penyimpanan.

AKTIVITAS GABUNGAN
Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan
bersamaan atau dilakukan pd su/ tempat kerja.

2.1.4 Prinsip-Prinsip Pembuatan OPC


- Pertama-tama pd baris paling atas dinyakan kepala “Peta Proses Operasi” yang
Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 5 of 61
diikuti oleh identifikasi lain seperti; nama obyek, nama pembuat peta, tanggal
dipetakan, cara lama atau cara sekarang, nomor peta dan nomor gambar.
- Material yang akan diproses diletakkan diatas garis horisontal, yang
menunjukkan bahwa material tersebut masuk kedalam proses.
- Lambang-lambang ditempatkan dlm arah vertikal yang menunjukkan terjadinya
perubahan proses.
- Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai
dgn urutan operasi yg dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut atau sesuai
dgn proses yang terjadi.
- Penomoran terhadap kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan
prinsipnya sama dgn penomoran untuk kegiatan operasi.
Secara skematis, prinsip pembuatan OPC ini dapat digambarkan seperti pada
halaman berikut:
PRINSIP PEMBUATAN PETA PROSES OPERASI

Keterangan:
A- C : Nomor komponen
E : Waktu untuk menyelesaikan aktivitas yang bersangkutan
F : % scrap yang terbuang
G : Jenis Pengerjaan yang dilakukan
H : Mesin/peralatan yang digunakan
O-N : Operation Number = nomor urut aktivitas pemeriksaan
I–N : Inspection Number = nomor urut aktivitas pemeriksaan
X : Jumlah komponen/assembling
Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 6 of 61
2. 2 ASSEMBLY CHART
Assembly Chart atau peta rakitan adalah gambaran grafis dari urutan-urutan aliran
komponen dan rakitan bagian kedalam rakitan suatu produk.
1. Komponen-komponen yang membentuk produk dapat diketahui dengan mudah
2. Bagaimana mengetahui komponen itu bergabung bersama
3. Komponen yang menjadi suatu rakitan bagian
4. Keterkaitan antara kompoen dengan rakitan tahapan
5. Gambaran menyelurih dari proses rakitan
6. Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan
Sebagai dasar Assembly Chart lihat Peta Proses Operasi (OPC) contoh OPC dan
Assembling Chart

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 7 of 61
TUGAS II

3.1 Routing Sheet


Langkah selanjutnya dalam merencanakan tata letak pabrik fasilitas dan pemindahan
bahan adalah pembuatan lembar rute (routing sheet)
3.1.1 Informasi yang terkandung dalam Routing Sheet ini berisi informasi tentang:
- Nomor, nama dan jumlah part
- Nomor dan urutan-urutan aktivitas
- Nama dan diskripsi aktivitas
- Mesin dan peralatan yang digunakan
- Waktu dan jumlah produksi
3.1.2 Kegunaan Routing Sheet
Adapun kegunaan Routing sheet ini diantaranya adalah:
- Untuk menghitung jumlah mesin yang dibutuhkan
- Untuk menghitung jumlah part yang harus dipersiapkan dalam usaha
memperoleh sejumlah produk jadi yang diinginkan
3.1.3 Data Yang Diperlukan Routing Sheet
Dasar perhitungan untuk mengisi routing sheet memerlukan data berikut ini;
- Nama mesin/peralatan
- Kapasitas mesin/peralatan
- % secrap
Contoh tabel perhitungan routing sheet dapat dilihat pada halaman berikut:

ROUTING SHEET

KAPASITAS PRODUKSI : ………………/JAM


EFESIENSI : ………………/JAM

NAMA/ KAPASITAS KAPASITAS JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH


NO. %
DESKRIPSI MESIN/ MESIN MESIN YANG YANG MESIN MESIN
OPERASI SEKRAP
PERALATAN TEORITIS AKTUAL DIHARAPKAN DISIAPKAN TEORITIS AKTUAL

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 8 of 61
3.1.4 Cara Pengisian Routing Sheet
- Untuk mengisi kolom (1) sampai (4) dan (6) gunakan data yang ada dalam
OPC yang telah dibuat.
- Untuk mengisi kolom (5) yaitu kolom (4) x efesiensi pabrik (pembuatan ke
atas).
- Untuk mengisi kolom (7) terlebih dahulu isikan jumlah produk akhir yang
diinginkan pada setiap nomor aktivitas (output setiap aktivitas)
- Kolom (8) diisi dengan jumlah produk yang harus disiapkan pada awal
aktivitas (=input) dengan memperhitungkan % secrap yang terbuang pada
kativitas operasi yang bersangkutan
Karena bahan yang diproses akan mengalami pengurangan material, maka
perlu diperhitungkan scrap yang terbuang selama proses berlangsung. (missal
scrap berupa geram pada proses pembubutan), bahan yang terbuang sebagai
sisa dari proses pemotongan.
Efesiensi mesin yang perlu diperhitungkan dalam penyediaan bahan baku
karena harga efesiensi mesin= 1 (n-1) hanya akan ditemui pada kondisi ideal
(kondisi teoritis) dimana semua komponen secara mekanis berkerja sempurna

� �� � � �
� =
�− % �

� �� � �
=
� � � � �

Kolom (10) = Pembulatan dari kolom (9)

3.2 Multi Product Process Chart


Setelah kita memahami permasalahan OPC dan Routing sheet, maka langkah
selanjutnya adalah mengiasian table MPPC dimana pengisian ini terlebih dahulu harus
mengetahui OPC dan Routing sheet-nya. Sedangkan MPPC perdefenisi adalah suatu
diagram yang menunjukkan urut-urutan proses untuk masing-masing komponen yang
akan diproduksi
Tujuan membuat MPPC yaitu untuk menghitung jumlah mesin atau peralatan yang
diperlukan dengan jalan menggabungkan jumlah mesin dari masing-masing komponen
tersebut dihitung dari routing sheet agar mesin atau peralatan yang sama dapat
digabungkan. Adapun penggabungan mesin atau peralatan yang sama bertujuan untuk
menghemat mesin/peralatan.

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 9 of 61
3.2.1 Cara Pengisian MPPC
- Kolom (1) : Nama mesin/peralatan yang digunakan (lihat OPC) Tabel
- Kolom (2)-(3) : Komponen yang termasuk Dept. Fabrikasi.
- Kolom (4) : Jumlah Mesin Teoritis (Fabrikasi).
Hasil penjumlahan dari sejumlah mesin teoritis (lihat routing
sheet)
- Kolom (5) : Jumlah Mesin Actual Pembulatan dari kolom (4)
- Kolom (6)-(7) : Komponen yang termasuk Dept. Assembling.
- Kolom (8) : Jumlah Mesin Teoritis (Assmbling)
Hasil penjumlahan dari sejumlah mesin teoritis (lihat routing
sheet)
- Kolom (9) : Pembulatan kolom (8)
- Kolom (10) : Penjumlahan kolom (5) dan (9).

Contoh tabel perhitungan MPPC dilihat pada halaman berikut:

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 10 of 61
MULTI PRODUK PROSES CHART (MPPC)
DEPT. PABRIKASI JUMLAH MESIN ASSEMBLING JUMLAH MESIN TOTAL
MESIN/ JUMLAH
100 110 … TEORITIS AKTUAL 1000 1100 ….. TEORITIS AKTUAL
PERALATAN MESIN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
RECEIVING
DEPT STORAGE
MEJA UKUR
FAB MS. POTONG
RI MS. BENDING
KA MS. D.PIERCING
SI MS. GERINDAH
MEJA PERIKSA
MS. B.S.WELDER
DEPT. MS. GERINDAH
ASSE MS. SEKRUP
MBLI MS. RIVET SEA
NG MEJA ASSEMBLI
STORAGE
SHIPPING

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 11 of 61
TUGAS III

4.1 Luas Lantai Fasilitas


Dalam melakukan Perencanaan Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan,
dibutuhkan data berapa kebutuhan lahan/luas lantai untuk kegiatan produksi pabrik yang
akan didirikan. Untuk itu perlu dihitung berapa lahan yang harus disiapkan, terutama
kegiatan bagian produksi. Perhitungan luas lantai bagian produksi ini didasarkan pad a:
- Bahan baku yang akan disiapkan
- Mesin/peralatan yang digunakan
- Barang jadi yang dihasilkan
Berdasarkan hal tersebut, maka akan diperoeleh data mengenai kebutuhan:
1. Luas Lantai Receving
2. Luas Lantai Fabrikasi dan Assembling
3. Luas Lantai Shipping
Didalam menghitung kebutuhan luas lantai ini, dilibatkan pula masalah-masalah
yang berkaitan dengan kegiatan lainnya yang akan mempengaruhi terhadap lahan/luas
lantai, yaitu:
- Alat angkut
- Cara pengangkutan
- Cara penyimpanan bahan baku (ditumpuk atau dirak)
- Aliran bahan kesemuanya harus diperhitungkan dalam penentuan luas lantai dengan
menambah allowance.

4.1.1 Tujuan dan Kegunaan Luas Lantai


Tujuan menghitung luas lantai adalah untuk memperkirakan kebutuhan luas lantai
bagian produksi yang meliputi:
1. Receiving (gudang bahan model tumpukan dan rak)
2. Fabrikasi dan Assembling (mesin dan peralatan).
3. Shipping (gudang barang jadi)
Kegunaan luas lantai dalam tahapan perencanaan tata letak pabrik dan
pemindahan bahan adalah: digunakan dalam perhitungan, ongkos material
handling (OMH) antar departemen sesuai dengan luas lantai hasil perhitungan.
4.1.2 Luas Lantai Yang Perlu Direncanakan
Luas lantai yang umumrrya perlu direncanakan dalam melakukan perencanaan tata letak
pabrik dan pemindahan bahan yaitu :
1. Luas lantai gudang balm baku (Receiving)
- Luas lantai gudang bahan model tampukan

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 12 of 61
- Luas lantai gudang bahan model rak
2. Luas lantai gudang barang jadi (Shipping)
3. Luas lantai mcsin fabrikasi dan assembling
4.1.3 Luas Lantai Gudang Bahan Baku (Reciving)
Penentuan Luas Lantai Receiving adalah luas lantai yang digunakan untuk bahan
baku. Luas lantai yang digunakan dibagi menjadi dua yaitu Model Tumpukan dan
Model Rak
1. Model Tumpukan
a. Data yang dipcrlukan :
- No. Komponen
- Nama Komponen
- Jumlah komponen/assembling
- Tipe material
- Ukuran per potong
- Ukuran material
- Jumlah yang dibutuhkan/jam praduksi
b. Langkah-langkah Perhitungan Luas Lantai
Gudang Bahan Baku (Model Tumpukan).
- Kolom (1) : Nomor komponen
(lihat data RS/MPPC)
- Kolom (2) : Nama komponen
(lihat data RS/MPPC)
- Kolom (3) : Komponen per assembling
(lihat data Bill Of Material (BOM))
- Kolom (4) : Tipe Bahan
(lihat data Bill Of Material (BOM))
- Kolom (5)-(7) : Ukuran perpotong
(lihat data Bill Of Material (BOM))
- Kolom (8)-(10) : Ukuran Material
(lihat data Bill Of Material (BOM))
- Kolom (11) : Potongan/assembling
- Kolom (12) : Jumlah yang dibutuhkan 1 kali produksi
Lihat RS untuk bahan yang disiapkan.
- Kolom (13) : Material/potong
Kolom (12) / Kolom (11)
- Kolom (14) : Jumlah untuk 1 shif
Kolom (13) x 8
- Kolom (15) : Jumlah untuk 1 hari kerja

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 13 of 61
Kolom (14) x 2
- Kolom (16) : Jumlah untuk 4 minggu produksi
4 x 5 x kolom (15)
- Kolom (17) : Volume material/unit
Kolom (8) x Kolom (9) x Kolom (10)
- Kolom (18) : Volume Material
Kolom (16) x Kolom (17)
- Kolom (19) : Tinggi Maximun Tumpukan
(lihat data)
- Kolom (20) : Luas Lantai
Kolom (18)/Kolom (19)
- Kolom (21) : Allowance Luas Lantai 25 % x kolom (20)
- Kolom (22) : Kebutuhan luas lantai
Kolom (20) + Kolom (21)
- Kolom (23) : Allowance Gang
25 % x Kolom (22)
- Kolom (24) : Kebutuhan total luas lantai
Kolom (22) + Kolom (23)
- Kolom (25) : Kebutuhan luas lantai komulatif
- Kolom (26) : Keterangan

TABEL PERHITUNGAN LUAS BAHAN BAKU (STORAGE)

UKURAN PER POTONG UKURAN PER POTONG


NOMOR NAMA KOMPONEN /
TYPE (CM) (CM)
KOMPONEN KOMPONEN PERASSEMBLING
P L T P L T
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

JUMLAH YG JUMLAH YG JUMLAH YG VOLUME


JUMLAH YG VOLUME
POTONGAN/ DIBUTUHKAN MATERIAL DIBUTUHKAN DIBUTUHKAN MATERIAL
DIBUTUHKAN MATERIAL
ASSEMBLING 1 KALI / POTONG 1 HARI 4 MINGGU PER UNIT
1 SHIFF (M3)
PRODUKSI KERJA PRODUKSI (M3)
(11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)

KEBUTUHAN
TINGGI
LUAS KEBUTUHAN ALLOWANCE KEBUTUHAN TOTAL LUAS
TUMPUKAN ALLOWANCE
LANTAI LUAS LANTAI GANG TOTAL LUAS LANTAI KET.
MAKSIMUM LUAS LANTAI
(M2) (M2) 25 % LANTAI (M2) KOMULATIF
(M)
(M2)
(19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26)

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 14 of 61
2. Model Rak
a. Data yang diperlukan
- No. Komponen/bahan dasar
- Nama komponen
- Jumlah yang dibutuhkan 1 kali produksi
- Tipe material
- Ukuran/perpotong
- Ukuran material (Ukuran Kemasan)
- Karakteristik bahan datang (Kemasan Tersedia)
b. Langkah-langkah perhitungan luas gudang model rak (bahan pembantu)
Kolom (1) : Nomor Komponen bahan
(lihat data RS/MPPC)
Kolom (2) : Nama Komponen
(lihat data RS/MPPC)
Kolom (3) : Type Bahan
(lihat data BOM)
Kolom (4) : Jumlah untuk 1 kali produksi
(lihat data BOM)
Kolom (5) - (6) - (7) : Ukuran per potong
(lihat data BOM)
Kolom (8) – (9) – (10) : Ukuran material
(lihat data BOM)
Kolom (11) : Karakteristik bahan datang
(lihat data BOM)
Kolom (12) : Volume satuan bahan datang
Kolom (8) x Kolom (9) x Kolom (10)
Kolom (13) : Jumlah untuk 1 jam produksi
Lihat OPC dan RS
Kolom (14) : Jumlah untuk 4 minggu produksi
Kolom (13) x 4 x 5 x 8 x 2
Kolom (15) : Jumlah bahan datang 4 minggu produksi
Kolom (14) / (11)
Kolom (16) : Volume bahan datang 4 minggu produksi
Kolom (12) x Kolom (15)
Kolom (17)-(18)-(19) : Ukuran Rak
Lihat data
Kolom (20) : Tinggi maksimum tumpukan data rak
Lihat data

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 15 of 61
Kolom (21) : Volume per tumpukan
Kolom (20)/Kolom (10) x Kolom (18)/Kolom (9) x Kolom (12)
Kolom (22) : Jumlah unit per tumpukan maksimum kolom (21)/kolom (12)
Kolom (23) : Kapasitas rak (m 3)
Kolom (17) x Kolom (18) x Kolom (20)
Kolom (24) : Kapasitas per rak (unit)
Kolom(18)/Kolom(9) x Kolom(20)/Kolom(10) x Kolom(17)/kolom(8)
Kolom (25) : Jumlah rak
Kolom (15) / Kolom (24)
Kolom (26) : Luas lantai per rak
Kolom (17) x Kolom (18)
Kolom (27) : Kebutuhan Luas Lantai
Kolom (25) x Kolom (26)
Kolom (28) : Allowance luas lantai 25 %
25% x Kolom (27)
Kolom (29) : Kebutuhan luas lantai + allowance
Kolom (27) + Kolom (28)
Kolom (30) : Allowance gang 25%
25% x Kolom (29)
Kolom (31) : Kebutuhan total luas lantai + gang
Kolom (29) + Kolom (30)
Kolom (32) : Kebutuhan luas lantai komulatif
Kolom (33) : Keterangan

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 16 of 61
PERHITUNGAN LUAS LANTAI BAHAN BAKU (STORAGE II/MODEL RAK)

NOMOR NAMA JUMLAH UNTUK 1 UKURAN PER POTONG (CM) UKURAN PER POTONG (CM)
TYPE
KOMPONEN KOMPONEN BAHAN KALI PRODUKSI P L T P L T
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

VOLUME JUMLAH BAHAN


KARAKTERISTIK JUMLAH U/ 1 JUMLAH U/ 4 VOLUME BAHAN
SATUAN DATANG 4 UKURAN RAK (CM)
BAHAN DATANG KALI MINGGU DATANG 4 MINGGU
BAHAN MINGGU
(M3) PRODUKSI PRODUKSI PRODUKSI (M3)
DATANG (M3) PRODUKSI P L T
(11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

TINGGI MAKS. JUMLAH UNIT / LUAS KEBUTUHAN


VOLUME / KAPASITAS / RAK JUMLAH
TUMPUKAN DALAM TUMPUKAN LANTAI LUAS LANTAI
TUMPUKAN (M3) RAK
RAK (CM) MAKSIMUM (M2) (M2)
M3 UNIT
(20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27)

ALLOWANCE LUAS KEBUTUHAN LUAS ALLOWANCE KEBUTUHAN TOTAL LUAS KEBUTUHAN LUAS
KET.
LANTAI LANTAI + ALLOWANCE GANG 25 % LANTAI + GANG LANTAI KOMULATIF

(28) (29) (30) (31) (32) (33)

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 17 of 61
Gambar-Gambar Tumpukan

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 18 of 61
4.1.4 Luas Lantai Gudang Jadi (Shipping)
1. Data yang diperlukan
- Nomor komponen bahan
- Nama bahan/produk
- Type Barang Jadi
- Ukuran produk
- Ukuran kardus/kemasan
2. Langkah-langkah perhitungan luas lantai gudang baran jadi (shipping)
Kolom (1) : Nomor Komponen bahan
Lihat Bill Of Material
Kolom (2) : Nama bahan/produk
Lihat Bill Of Material
Kolom (3) : Tipe bahan
Lihat Bill Of Material
Kolom (4)-(6) : Ukuran Produk
Lihat Bill Of Material
Kolom (7) : Volume Produk
Kolom (4) x Kolom (5) x Kolom (6)
Kolom (8)-(10) : Ukuran kardus/kemasan
Lihat Bill Of Material
Kolom (11) : Volume Kemasan
Kolom (8) x Kolom (9) x Kolom (10)
Kolom (12) : Jumlah/isis produk/kemasan
Kolom (11) / Kolom (7)
Kolom (13) : Produk jadi / 4 minggu
Kapasitas x 4 x 5 x 8 x 2
Kolom (14) : Jumlah kemasan / 4 minggu
Kolom (14) / Kolom (12)
Kolom (15) : Volume total kardus
Kolom (11) x Kolom (14)
Kolom (16) : Tinggi Max tumpukan
Lihat Data
Kolom (17) : Luas Lantai
Kolom (15) x Kolom (16)
Kolom (18) : Allowance Luas Lantai
25% x Kolom (17)
Kolom (19) : Kebutuhan luas lantai
Kolom (17) + Kolom (18)

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 19 of 61
Kolom (20) : Allowance gang
25% x Kolom (19)
Kolom (21) : Kebutuhan total luas lantai
Kolom (19) + Kolom (20)
Kolom (22) : Kebutuhan luas lantai komulatif
Kolom (23) : Keterangan

Gambar 3 dimensi bentuk tumpukan material

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 20 of 61
PERHITUNGAN LUAS LANTAI PRODUK JADI (SHIPPING)

VOLUME
NOMOR UKURAN PRODUK (CM) UKURAN KARDUS (CM)
NAMA BAHAN / PRODUK TYPE PRODUK
KOMPONEN
P L T (CM) P L T
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

JUMLAH JUMLAH
VOLUME TINGGI ALLOWANCE
VOLUME PRODUK PER PRODUK JADI KARDUS 4 LUAS LANTAI
TOTAL TUMPUKAN LUAS LANTAI
KARDUS (CM3) KARDUS PER 4 MINGGU MIGGU (M2)
KARDUS (M3) MAKSIMUM (M) 25 %
PRODUKSI
(11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)

ALLOWANCE KEBUTUHAN
KEBUTUHAN LUAS KEBUTUHAN TOTAL
GANG TOTAL LUAS
LANTAI LUAS LANTAI
25% LANTAI
(M2) KOMULATIF
(M2)
(19) (20) (21) (22)

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 21 of 61
4.1.5 Luas Lantai Mesin (Fabrikasi dan Assembling)
1. Data yang diperlukan
- Nama mesin/peralatan
- Jumlah mesin/peralatan
- Ukuran Mesin
2. Langkah-langkah perhitungan luas lantai Mesin (Fabrikasi dan Assembling)
Kolom (1) : Nama mesin/peralatan
Lihat RS/MPPC
Kolom (2) : Jumlah Mesin
Lihat MPPC Kolom (10)
Kolom (3) – (4) : Ukuran Mesin
Lihat data
Kolom (5) : Allowance panjang mesin
3 x Kolom (3)
Kolom (6) : Allowance lebar mesin
2 x Kolom (4)
Kolom (7) : Total Panjang Mesin
Kolom (3) + Kolom (5)
Kolom (8) : Total lebar mesin
Kolom (4) + Kolom (6)
Kolom (9) : Luas Lantai
Kolom (7) x Kolom (8)
Kolom (10) : Total Luas Lantai
Kolom (2) x Kolom (9)
Kolom (11) : Allowance gang (aisle)
25% / Kolom (10)
Kolom (12) : Total luas lantai + gang
Kolom (10) + Kolom (11)
Kolom (13) : Total luas lantai Komulatif

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 22 of 61
PERHITUNGAN LUAS LANTAI MESIN

UKURAN ALL TOTAL TOTAL


(CM) MESIN MESIN ∑ LUAS TOTAL
NAMA LUAS ALL.
LUAS LANTAI LUAS
DEPT. MESIN/ JUMLAH LANTAI GANG
1.5 LANTAI + LANTAI
PERALATAN P L 2P P L (M2) 25%
L (M2) GANG KOMULATIF
(M2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

FABRIKASI

ASSEMBLING

Gambar Tumpukan Shipping

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 23 of 61
4.1.6 Luas Lantai Maintenance
1. Data yang diperlukan
- Nama mesin/peralatan
- Jumlah mesin/peralatan
- Ukuran Mesin
2. Langkah-langkah perhitungan luas lantai Mantainance
Kolom (1) : Nama mesin/peralatan
Lihat data
Kolom (2) : Jumlah Mesin
Lihat data
Kolom (3) – (4) : Karakteristik ukuran mesin
Lihat data ukuran mesin
Kolom (5) : Allowance panjang mesin
3 x Kolom (3)
Kolom (6) : Allowance lebar mesin
2 x Kolom (4)
Kolom (7) : Total Panjang Mesin
Kolom (3) + Kolom (5)
Kolom (8) : Total lebar mesin
Kolom (4) + Kolom (6)
Kolom (9) : Luas Lantai
Kolom (7) x Kolom (8)
Kolom (10) : Total Luas Lantai
Kolom (2) x Kolom (9)
Kolom (11) : Allowance gang (aisle)
25% / Kolom (10)
Kolom (12) : Total luas lantai + gang
Kolom (10) + Kolom (11)
Kolom (13) : Total luas lantai Komulatif

PERHITUNGAN LUAS LANTAI MAINTENANCE


UKURAN ALL TOTAL TOTAL
(CM) MESIN MESIN ∑ LUAS TOTAL
NAMA LUAS ALL.
NO. LUAS LANTAI LUAS
MESIN/ JUMLAH LANTAI GANG
MESIN 1.5 LANTAI + LANTAI
PERALATAN P L 2P P L (M2) 25%
L (M2) GANG KOMULATIF
(M2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 24 of 61
TUGAS IV

5.1 Struktur Organisasi dan Luas Lantai Kantor


5.1.1 Tujuan Struktur Organisasi dan Luas Lantai Kantor.
Perusahaan adalah lembaga yang diorganisasi dan dijalankan untuk menyediakan
barang-barang atau jasa bagi masyarakat dengan motif maksimasi profit. Sebagai
lembaga, perusahaan suatu wadah yang teroganisir didirikan dan diterimah dalam
taat kehidupan masyarakat. Karena itu perusahaan merupakan lembaga social
yang tidak diubahnya seperti lembaga-lembaga lainnya dalam upaya mencapai
tujuannya.
Organisasi sangat penting untuk semua bidang, karena organisasi ini dapat
diketahui apa yang akan dilakukan oleh masing-masing bagian, baik sendiri atau
bersama bagian lain untuk mencapai tujuan. Dalam menangani masalah rumah
tangga perusahaan, organisasi merupakan wadah dan sarana untuk meralisir
segala aktivitas yang terkait. Untuk melaksanakan segala aktivitas dalam
organisasi tersebut, diperlukan suatu area aktivitas secara langsung (dalam arti
area perkantoran), maupun area untuk mendukung aktivitas (dalam arti area untuk
fasilitas pelayanan).
Berawal dari uraian sebelumnya, maka jelas sekali tujuan dari pembuatan
struktur organisasi dan luas lantai kantor (tugas IV) ini adalah untuk memberikan
dasar dari rencana manajemen perusahaan yang akan didirikan berkenaan
dengan orientasi dari masalah yang ada. Dalam hal ini dikemukakan pula jumlah
personil yang terlibat dalam organisasi, beserta job description masing-masing,
yang follow up-nya terhadap total luas area yang digunakan oleh semua personil
organisasi dalam melakukan aktivitasnya.

5.1.2 Kriteria Umum Pemilihan Alternatif Bentuk Badan Hukum dan Struktur
Organisasi
Pemilihan dan badan hokum dan struktur organisasi pada suatu perusahaan
merupakan suatu hal yang diputuskan melalui rapat umum dari investor dan
anggota organisasi.
Pada umumnya alternative yang diputuskan relefansi dengan manajemen
perusahaan, jangkauan perusahaan dan orientasi produksi oleh karena alternative
yang dipilih itu mutlak berpengaruh terhadap legitimasi perusahaan beserta
produknya serta pengorganisasian perusahaan, maka dalam pemilihannya perlu
dipertimbangkan bebagai aspek yang mendukung.
Pada perusahaan yang mempunyai orientasi produksi dan manajemen yang
relative sederhana, masih cukup mampu untuk dikendalikan oleh satu orang

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 25 of 61
sebagai sentral pemantauan. Akan tetapi setelah melakukan ekspansi, jelas sekali
harus dilakukan pemecahan tanggungjawab kedalam bagian-bagian dalam
kaitannya dengan pengendalian perusahaan. Hal ini berarti bahwa alternative
terpilihnya mempunyai fleksibilitas yang cukup.
Dalam suatu perusahaan, struktur organisasi merupakan gambaran dari
tanggung jawab, tugas dan kewajiban serta kekuasaan yang aka nada pada
personil didalam perusahaan tersebut, Sehingga demikian pada prinsipnya fungsi
organisasi adalah:
1. Membedakan atau memberikan ciri terhadap tanggung jawab, tugas dan
kewajiban. Disamping itu juga menekankan spealisasi tugas masing-masing
bagian.
2. Mengadakan pengelompokkan dan koordinasi antara tugas dari setiap bagian
3. Formalitas tanggung jawab dan wewenang setiap personil anggota organisasi.
4. Merefleksikan dan mendukung strategi perusahaan secara umum dan
menyeluruh.
Tujuan organisasi secara global adalah untuk memudahkan personil
dalam melaksanakan aktivitasnya guna mencapai tujuan akhir yang telah
ditentukan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan memberikan status yang jelas,
mempertegas posisi dan menempatkan formasi yang utuh kepada berbagai
fungsi usaha seiring dengan kadar/bobot sumbangsihnya terhadap
pelaksanaan untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam hal yang telah diuraikan, maka mahasiswa mendapatkab gambaran
yang dapat dijadikan titik tolak untuk menentukan badan hokum bentuk struktur
organisasi yang sesuai dengan memberikan kemungkinan-kemungkinan positif
pada perusahaan yang dirancang.

5.1.3 Bentuk-Bentuk Badan Hukum


Badan hokum suatu usaha merupakan satu bentuk untuk mendapatkan
kelancaran proses produksi seperti yang dikehendaki semula dalam kaitannya
dalam status yang formal. Berikut ini akan diberikan bentuk badan hokum secara
global
1. Usaha Perseorangan
Usaha perseorangan dimiliki oleh seseorang atau perseorangan yang
bertanggungjawab penuh terhadap segala kekayaan dan hutang-hutang
perusahaan. Dengan demikian tidak ada pemisah antara kekayaan
perusahaan dan kekayaan pribadi. Pada prinsipnya perusahaan perseorangan
ini tidak diwajibkan untuk mendaftarkan diri secara formal, kecuali apabila
mengatasnamakan perusahaan kepada orang lain.
Orientasi produksi pada umumnya relative kecil dan sederhana, dengan
Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 26 of 61
jangkauan yang relative sempit, pola manajemen yang sangat sederhana.

2. Firma (Fa)
Firma adalah suatu badan usaha yang dimiliki oleh dua orang atau lebih,
mereka bertanggung jawab secara bersama-sama dan tidak terbatas hutang-
hutangnya.
Pendirian Firma dilakukan dihadapan notaries, dalam kaitannya dengan
tanggung jawab yuridis yang menyatakan bahwa setiap anggota Firma
bertindak atas nama Firma, dengan resiko ditanggung bersama secara tak
terbatas.
Perbandingan keuntungan didasarkan atas besar modal yang ditanam.
Anggota biasa pada Firma mendapatkan keuntungan sama dengan persentase
keuntungan dari investor dengan investasi terkecil.
Organisasi produksi dapat luas dan besar, pemodalan cukup besar, dengan
menempatkan beberapa orang sebagai pimpinan.

3. Perseroan Terbatas (PT)


Perseroan Terbatas yaitu suatu perseroan yang memperoleh modalnya
dengan jalan mengeluarkan surat-surat saham. Tiap orang dapat memiliki satu
atau lebih saham, tanggung jawabnya hanya terbatas sampai modal yang
dukeluarkan untuk saham-sahamnya. Pendirian PT dilakukan dihadapan
notaries, yang selanjutnya diteruskan kepada Menteri Kehakiman melalui
pengadilan setempat, yang kemudian diumumkan melalui/dalam lembaran
berita Negara.
Untuk lebih jelasnya lagi tentang jenis-jenis badan hokum ini mahasiswa dapat
melakukan studi literature.
Dalam tugas IV ini mahasiswa diwajibkan untuk menampilkan sekurang-
kurangnya 15 jenis badan hokum lengkap dengan penjelasan keuntungan dan
kerugiannya untuk masing-masing badan hokum.

5.1.4 Bentuk Struktur Organisasi


Pengorganisasi adalah fungsi manajemen yang meliputi usaha memikirkan
bagaimana para pekerja dapat bekerja satu kesatuan secara efektif dalam
mencapai tujuan tertentu.
Suatu usaha untuk menjmin fleksibilitas dalam usaha pengembangan organisasi
maka bentuk organisasi dirancang secara sederhana mungkin. Ada beberapa
bentuk struktur organisasi yang masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Yang akan ditampilkan berikut ini dua dari sekian banyak bentuk
organisasi, selebihnya mahasiswa dapat melakukan studi leteratur (kuliah
Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 27 of 61
organisasi manajemen dan perusahaan industri)
1. Organisasi Garis
Dalam organisasi ini bawahan hanya mengenal satu bawahan/pimpinan,
sebagai sumber kewenangan yang memberikan komando.
Hubungan antara atasan dan bawahan masih bersifat secara langsung melalui
garis wewenang. Jumlah personil organisasi relative sangat sedikit mengingat
bentuk organisasinya masih sederhana, belum terdapat spealisasi dalam
organisasi. Masing-masing kepala unit mempunyai tanggung jawab mutlak
terhadap bidangnya. Akan tetapi semata-mata bersifat mendataris dari
pimpinan tertinggi.

2. Organisasi Garis dan Staf


Dalam organisasi ini diperlukan satu staf para spesialisasi yang terdiri dari
beberapa ahli untuk beberapa bidang. Hubungan antara bawahan dan atasan
tidak lagi bersifat hubungan langsung, mengingat jumlah personil dan hirarki
organisasi cukup besar. Oleh karena dibutuhkan spesialisasi maka terdapat
dua kelompok kerja, yaitu kelompok garis dan staf.

5.2 Luas Lantai Perkantoran


Dalam perhitungan luas lantai terlebih dahulu harus diketahui bagian-bagian dari
perkantoran dan pelayanan pabrik yaitu:
1. Bagian Umum merupakan fungsi yang melayani seluruh pabrik terdiri dari
kebanyakan kantor-kantor umum. Bagian umum misalnya tool room (tempat
menyimpan peralatan), tool crip (tempat menyimpan/memperbaiki peralatan yang
rusak) ruang rapat, ruang tunggu.
2. Bagian produksi, merupakan bagian yang melayani organisasi produksi. Bagian
produksi, misalnya Teknik Industri (standar kerja, bagian material handling, proses),
Production Control (Perencanaan, Penjadwalan), Quality Control (Receving,
Finishrrd Good), Plant Engineering.
3. Bagian Personil, merupakan fungsi yang melayani/mengenai kebutuhan orang.
Bagian personil misalnya fasilitas kesehatan, kantin, kamar mandi/WC, daerah
rekreasi/taman, lapangan parker, telpon umum dll.
4. Bangun fisik, merupakan bagian yang berhubungan dengan kebutuhan fasilitas fisik
bangunan, peralatan, utilitas dan sebagainya.
Bangunan fisik, misalnya fasilitas pemasaran, pembangkit tenaga, garasi, pemadam
kekbakaran, bengkel perawatan dan lain-lain.

5.2.1 Hal Yang Diperhatikan Dalam Menyusun Perkantoran


Hal-hal yang diperhatikan dalam hal perkantoran adalah:
Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 28 of 61
1. Departemen yang berhubungan ditempatkan berdekatan satu sama lain.
2. Lebar lorongpaling sedikit 0,9 meter.
3. Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan merupakan dasar departementasi.
4. Tiap pekerja membutuhkan kira-kira 4,5 sampai dengan 25 M 2 tersebut meja,
kursi dan lorong, serta fasilitas pelengkap.
5. Cahaya yang datang dari kiri atau dari belakang lebih baik.
6. Apabila pekerjaan saling duduk belakang membelakangi, maka harus
disisakan minimal selebar 1 meter diantara kursi

5.2.2 Pedoman Untuk Luas Perkantoran


1. Satu kantor yang luas merupakan unit kerja yang lebih efesien daripada
sejumlah rungan-ruangan kecil dengan luas yang sama, karena:
- Memudahkan pengawasan
- Komunikasi bisa lebih lancer
- Cahaya dan ventilasi bisa lebih baik.
2. Lebar lorong/gang (aisle) untuk sirkulasi utama 1,5 s/d 2,5 meter. Jika tidak
seberapa penting cukup 1 s/d 1,5 meter.
3. Jarak meja dengan kursi minimum 45 centimeter
4. Jarak antara meja dengan meja atau dengan tembok berkisar antara 60 s/d
90 cm.
5. Untuk menghindari kebisingan, maka peralatan seperti mesin tik dan mesin
stensil diletakkan terpisah.

5.2.3 Ketentuan Dalam Pemilihan Fasilitas Pelayanan


Dalam pemilihan fasilitas pelayanan, harus disesuaikan dengan kondisi
manajemen perusahaan yang direncanakan. Dalam hal arti bahwa perusahaan
besar yang jelas memiliki jenis dan ukuran fasilitas pelayanan yang berbeda
dengan perusahaan kecil.
Sebagai gambaran berikut ini disajikan fasilitas pelayanan berikut luasnya:
1. Ruang Rapat / gedung serba guna : 8 x 10 m
2. Ruang tamu :5 x 6m
3. Mushollah / masjid : 10 x 15 m
4. Kantin : 10 x 10 m
5. Tempat pengobatan :5 x 6m
6. Pos Keamanan :3 x 3m
7. Lapangan parkir umum perusahaan : 20 x 20 m
8. Lapangan parkir pabrik : 20 x 20 m
9. Dll :
Fasiltas pelayanan sekurang-kurangnya 5 buah (lihat James Apple, Plant
Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 29 of 61
5.2.4 Ketentuan Khusus Dalam Lantai Kantor
Suatu teori pendekatan bahwa kondisi ideal untuk perbandingan tenaga
kerja tidak langsung (indirect labour) dengan tenaga kerja langsung (direct
labour) berkisar antara 1 : 6 s/d 1 : 10. Untuk ukuran luas lantai, pada level
organisasi pertama 5 x 5 meter, level organisasi kedua 4 x 4 meter, level
organisasi ketiga 3 x 3 meter, level organisasi kempat dibuat dalam satu ruangan
2 x 2 meter.

5.2.5 Bentuk Laporan


Laporan untuk tugas IV ini diketik diatas kuarto 70 gram, (jumlah halaman
minimal 100 tidak termasuk daftar isi, tabel dan daftar gambar).
Bentuk laporan mengikuti format:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN
1,1 Latar Belakang Masalah
1,2 Pokok Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Pentingnya Masalah
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bentuk Badan Hukum
2.1.1 …
2.2 Struktur Organisasi
2.2.1 …
BAB III. PEMILIHAN ORGANISASI DAN BENTUK BADAN HUKUM
3.1. Struktur Organisasi yang Diusulkan
3.2. Uraian Tugas (dilampirkan)
3.3. Jumlah Pejabat, Staf, Karyawan, Buruh Langsung & Tidak Langsung
3.4. Organisasi yang Dipilih dan Alasannya
3.5. Bentuk Badan Hukum yang Dipilih seta Alasannya
BAB IV. LUAS LANTAI
4.1 Luas Lantai Kantor
4.2 Luas Lantai Pelayanan Personil
4.3 Rencana Penempatan Gang (aisle)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 30 of 61
UNTUK URAIAN TUGAS (JOB DESCRIPTION) MENGIKUTI FORMAT:

1. Personil yang menduduki jabatan (position)


URAIAN TUGAS JABATAN (POSITION)
Nama Jabatan : …………………………………………
Kode Jabatan : …………………………………………
Bagian : …………………………………………
Seksi : …………………………………………
Regu : …………………………………………

I. HUBUNGAN KERJA
- Nama Jabatan atasan langsung : ………………………..
- Nama Jabatan bawahan langsung : ………………………..

II. IKHTISAT TUGAS JABATAN


1. Tugas-tugas sehari-hari
2. Tugas-tugas periodik
- Mingguan : ………………………………………..
- Bulanan : ………………………………………..
3. Tugas Insedentil

III. WEWENAN DAN TANGGUNG JAWAB JABATAN


1. Wewenang dalam pengambilan keputusan
2. Wewenang yang berhubungan dengan penentuan kebijakan
perusahaan
3. Wewenang dalam pengeluaran uanh perusahaan
4. Tanggungjawab dalam rahasia perusahaan

IV. SPESIFIKASI JABATAN


1. Cara / menaknisme kerja :
2. Daya analisa kebutuhan dalam :
3. Alat-alat yang digunakan :
4. Kegiatan fisik yang dibutuhkan :
5. Kondisi kerja :

V. PERSYARATAN JABATAN
- Pendidikan
- Kursus/Latihan Lama :
- Pengalaman Lama :
Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 31 of 61
-
2. Personil Pelaksana
URAIAN TUGAS JABATAN (POSITION)
Nama Jabatan : …………………………………………
Kode Jabatan : …………………………………………
Bagian : …………………………………………
Seksi : …………………………………………
Regu : …………………………………………

I. HUBUNGAN KERJA
- Nama Jabatan atasan langsung : ………………………..
- Nama Jabatan bawahan langsung : ………………………..

II. IKHTISAT TUGAS JABATAN


1. Tugas-tugas sehari-hari
2. Tugas-tugas periodik
- Mingguan : ………………………………………..
- Bulanan : ………………………………………..
3. Tugas Insedentil

III. SPESIFIKASI JABATAN


1. Alat utama yang digunakan
2. Alat bantu yang dipakai
3. Tingkat ketelitian yang dibutuhkan
4. Kegiatan penglihatan yang dibutuhkan
5. Kegiatan fisik yang dilakukan
6. Kondisi kerja

VI. PERSYARATAN JABATAN


- Pendidikan
- Kursus/Latihan Lama :
- Pengalaman Lama :

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 32 of 61
TUGAS V

6.1 Activity Relationship Chart


Dalam industri (manaufakture) pada umumnya terdapat sejumlah kegiatan atau aktivitas
yang menunjang jalannya suatu industri. Setiap kegiatan atau aktivitas tersebut saling
berhubungan (berikteraksi) antar satu dengan yang lainnya dan yang paling penting
diketahui oleh setiap kegiatan tersebut membtuhkan space (tempat) untuk
melaksanakannya. Aktivitas tersebut diatas dapat berupa, aktivitas produksi,
administrasi, assembling, inventory dan lainnya.
Sebagaimana diketahui diatas bahwa setiap bagian kegiatan atau aktivitas tersebut
saling berhubungan antar satu dengan yang lainnya yang ditinjau dari beberapa criteria,
maka dalam perencanaan Tata Letak Fasilitas harus dilakukan penganalisaan yang
optimal.
Adapun suatu teknik yang digunakan sebagai alat untuk menganalisa hubungan antar
aktivitas yang ada adalah aktivitas Relation Chart (ARC). Activity Relation Chart adalah
suatu teknik ideal yang digunakan untuk merencanakan dan menganalisa hubungan
antar aktivitas, tata letak pabrik atau departeman berdasarkan hubungan aktivitas yang
sering dinyatakan dalam penilaian kualitatif dan cenderung berdasarkan pertimbangan -
pertimbangan yang bersifat subyektif dari masing-masing fasilitas/departemen.

6.1.1 Teknik Activity Relationship Chart


Pada dasarnya ARC hamper sama dengan From to Chart. Diagram ARC
analisanya lebih bersifat kualitatif sedangkan F to C analisa dilakukan
berdasarkan angka-angka berat/volume dan jarak perpindahan bahan dari suatu
departemen ke departemen lainnya. Oleh karena itu ARC akan menggantikan
kedua hal tersebut kode-kode huruf yang akan menyatakan akan menjelaskan
alas an untk pemilihan kode huruf tersebut.
Teknik Analisa dan perencanaan ini dikembangkan oleh Richard Muther
(Systematic Layout Planning, Industrial Education Institu Boston, Mass, 1961)
sebagai berikut:
- Hubungan antar activitas ditunjukkan dengan tingkat kepentingan hubungan
antar aktivitas tersebut yang mana dikonversikan dalam bentuk huruf seperti
terlihat dibawah ini:

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 33 of 61
Tabel. Tingkat Kepentingan Activity

NO TINGKAT KEPENTINGAN KODE WARNA KODE GARIS

1. MUTLAK PENTING A MERAH

2. SANGAT PENTING E ORANGE

3. PENTING I HIJAU

4. BIASA O BIRU

5. TIDAK PENTING U PUTIH Tidak ada

6. TIDAK DIINGINKAN X COKLAT

- Adapun alasan untuk menyatakan tingkat kepentingan tersebut adalah


sebagai berikut:
1. Menggunakan catatan yang sama
2. Menggunakan personil yang sama
3. Menggunakan ruangan yang sama
4. Derajat Hubungan Pribadi
5. Derajat Kertas Kerja
6. Menggunakan peralatan yang sama
7. Urutan aliran kerja yang sama
8. Melaksanakan pekerjaan yang sama
9. Ribut, kotor, gerakan, bau, dan lain-lain
10. Lain-lain yang mungkin perlu

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 34 of 61
Dengan diketahui alasan untuk tingkat kepentingan tersebut, maka
penganalisaan dilakukan dengan menggunakan Peta Hubungan Aktivitas seperti
pada halaman berikut:

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 35 of 61
Untuk mempermudah penganalisaan selanjutnya, maka hubungan antar
aktivitas tersebut dikonversikan kedalam kerta kerja (Worksheet) yang telah dibuat
seperti pada halaman berikut ini.

6.2 Activity Template Block Diagram


Ada dua cara yang dapatdigunakan untuk membuat diagram yang selanjutnya akan
digunakan sebagai landasan untuk merencanakan tata letak pabrik bagian -bagian yang
ada yaitu:
1. Dengan membuat suatu Activity Template Block Diagram
2. Dengan menggunakan kombinasi garis warna yang telah distandarkan (lihat Francis
& White, Facility Layout And Location, hal 58)

Dalam tugas ini yang dipergunakan adalah point 1 yaitu membuat Activity Template
Block Diagram.
Pada Activity Block Diagram, data yang telah dikelompokkan dalam worksheet ARC,
kemudian dimasukkan kedalam suatu Activity Template. Tiap-tiap template akan
menjelaskan mengenai bagian-bagian yang bersangkutan dan hubungan dengan
aktivitas dari bagian-bagian yang lain.
Template disini hanya bersifat memberikan penjelasan mengenai hubungan aktivitas
atau bagian satu dengan bagian lain. Oleh karena itu skala dari masing-masing bagian
tidak perlu diperhatikan (Biasanya ukuran 5x5 cm).

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 36 of 61
Contoh Activity Template Block Diagram seperti pada ARC sebelumnya adalah
sebagai berikut:

Pada dasarnya disini semua kode tercamtum dalam worksheet ARC dimasukkan
kedalam Activity Template Block Diagram kecuali huruf U (Unimportant), karena
diangap tidak memberi pengaruh apa-apa dari aktivitas bagian/independen satu
terhadap departemen lainnya. Seperti halnya dalam worksheet ARC, maka disini kode
angka yang menjelaskan mengenai alasan pemilihan tingkat kedekatan antara
departemen juga tidak dimasukkan kedalam diagram ini. Langkah selanjutnya adalah
memotong dan mengatur tenplate tersebut sesuai dengan urutan tingkat aktivitas yang
dianggap penting dan perlu diperhatikan, yaitu berdasarkan urutan kode hhuruf A
kemudian E dan seterusnya diperoleh Activity Relationship Diagram.

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 37 of 61
TUGAS VI

7.1 Ongkos Material Handlong (OMH)


Didalam merancang Tata Letak Fasilitas, maka aktivitas Pemindahan Bahan (material
handling) merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk diperhatikan dan
diperhitungkan.
Aktivitas pemindahan tersebut dapat ditentukan dengan terlebih dahulu memperhatikan
aliran bahan yang terjadi dalam suatu operasi. SElanjutnya hal yang harus pula
diperhatikan adalah tipe layout yang akan digunakan.
Didalam tugas ini, biasanya tipe lay out yang digunakan berdasarkan proses yang
terjadi. Dengan demikian maka dapat ditentukan, bahwa tpe layout tersebut tata letak
mesin produksi akan dirancang dengan mengelompokkan mesin-mesin yang sejenis
dalam suatu area tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dipelajari lebih lanjut pada teori -
teori yang ada.
Berdasarkan aktivitas pemindahan bahan yang perlu diprtimbangkan adalah sebagai
berikut:
1. Pemindahan bahan dari gudang bahan baku (Receving), menuju departemen
Fabrikasi maupun departemen Assembling.
2. Pemindahan bahan yang telah diproses dari satu jenis mesin menuju mesin lainnya:
- Dari mesin fabrikasi menuju mesin fabrikasi lainnya
- Dari mesin fabrikasi menuju mesin assembling
- Dari mesin assembling menuju mesin assembling lainnya
3. Pemindahan bahan dari departemen assembling menuju gudang barang jadi
(shipping)

Perlu diperhatikan bahwa untuk menentukan ongkos material hadling pada tugas ini,
pengangkutan/pemindahan bahan menuju gudang bahan baku dan keluar dari gudang
produk jadi tidak diperhitungkan. Jadi dengan kata lain, bahwa ongkos material yang
diperhitungkan adalah hanya yang terjadi didalam pabrik saja.
Setelah diketahui aktivitas pemindahan bahan yang terjadi akibat yang ada tersebut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perhitungan ongkos material handling adalah
sebagai berikut:

7.1.1 Alat Angkut Yang Digunakan


Pada dasarnya didalam menentukan jenis alat angkut yang akan digunakan perlu
diperhatikan beberapa hal diantaranya seperti:
- Berat material yang disesuaikan dengan daya angkut maksimal alat angkut
yang digunakan.

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 38 of 61
- Bentuk dan jenis material serta ukuran luarnya yang disesuaikan dengan daya
tamping alat angkut
- Bentuk dan jenis material serta ukuran luarnya yang disesuaikan dengan daya
tamping alat angkut
- Sifat material, dimana diperhatikan mengenai kemungkinan untuk
menggunakan alat angkut khusus/tertentu
Beberapa alat angkut dari sekian banyak alat angkut yang ada dapat
dikemukakan disini beberapa yang umumnya digunakan alat dengan angkut
maksimalnya adalah:
- Alat angkut dengan menggunakan tenaga manusia < 30 kg
- Alat angkut dengan menggunakan Walky pallet 30 s/d 250 kg
- Alat angkut dengan menggunakan lift truck > 250 kg
Setelah ditentukan alat angkut yang digunakan, maka selanjutnya dapat
ditentukan ongkos alat angkut yaitu berdasarkan jarak tempuh (meter gerakan).
Untuk lebih jelasnya alat angkut yang digunakan lihat James M. Apple, Material
Handling System Design).

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 39 of 61
7.1.2 Jarak Pengangkutan
Perhitungan ongkos material handling ini merupakan tahap pertama, karena akan
dilakukan lagi perhitungan ongkos material handling yang merupakan revisi dari
perhitungan tahap pertama ini.
Pada perhitungan tahap pertama ini, jarak antar kelompok mesin ataupun
departemen yang mengalami aktivitas pengangkutan dianggap (diasumsikan
berdampingan). Setelah itu maka mengoptimalkan jarak antar aktivitas tersebut,
maka kelompok mesin atau departemen untuk sementara diasumsikan berbentuk
bujur sangkar.
Untuk lebih jelasnya mengenai cara perhitungan jarak antar kelompok mesin atau
departemen dapat dikemukakan pada contoh perhitungan berikut ini:

7.1.3 Jarak Pengangkutan


Berdasarkan hasil perhitungan terlebih dahulu (OPC, Routing Sheet dan MPPC),
maka dapat ditentukan mengenai pengangkutan yang akan dilakukan
Beberapa hal yang diperhatikan dalam menentukan cara pengankutan adalah
sebagai berikut (PERHATIKAN TABEL):
- Tentukan OPC sejak proses yang paling awal, kemudian dapat ditentukan
urutan proses pengangkutan from … to …
- Isi kolom “From” sejak mulai receving, terus berurutan hingga proses terakhir
sebelum menuju shipping
- Dalam mengisi “From” maka sebelum mengisi selanjutnya, terlebih dahulu diisi
kolom “TO” yang merupakan kelompok tujuan, misalnya:
Dari Receving menuju ke kelompok Mesin A, Kelompok mesin B, Kelompok
mesin C sesuai dengan aliran yang terjadi.
Untuk mengisi kolom ‘to” yang merupakan daerah tujuan pengangkutan,
sebelum menentukan aktivitas lainnya maka aktivitas pertama harus telah

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 40 of 61
selesai mencantumkan semua material yang akan diterima dari sumber (kolom
“from”) yang mana diuraikan pada kolom (#) untuk nomor komponen serta
kolom (4) untuk nama material/komponennya.
Dari hal-hal tersebut diatas, maka dapat digambarkan mengenai
carapengangkutan tersebut, yaitu setiap pengangkutan dilakukan dari sumber
yang sama mengangkutan beberapa bahan menuju tujuan yang sama,
kemudian dari yang mengangkut beberapa bahan menuju tujuan lainnya.
Demikian selanjutnya untuk sumber-sumber pengangkutan berikutnya.
Setelah diperhitungkan beberapa faktor yang mempengaruhi perhitungan
Ongkos Material Hadling, maka selanjutnya perhitungan OMH tersebut dapat
segera dilakukan.
Pada dasarnya setelah ditentukan alat angkut yang digunakan serta jarak untuk
setiap proses pengangkutan, maka Ongkos Material Handling dapat segera
diketahui, yaitu:
Total OMH (Cij)=Ca x cij x Fij
dimana:
Cij = Ongkos material handling
Ca = Ongkos satuan perpindahan/satuan jarak
cij = Jarak aktivitas departemen i ke j
Fij = Frekwensi perpindahan dari i ke j

/ �
= � � �� / �

Contoh tabel OMH dapat dilihat sebagai berikut:

TABEL ONGKOS MATERIAL HANDLING


NOMOR NAMA JUMLAH KARAKTERITIK (CM)
DARI KE
KOMPONEN KOMPONEN KOMPONEN P L T
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

VOLUME BERAT BERAT JARAK ONGKOS ONGKOS


(CM3) JENIS (KG) (M) SATUAN TOTAL
(KG/M 3) (RP/M) (RP)
(9) (10) (11) (12) (13) (14)

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 41 of 61
7.1.4 Cara Pengisian OMH
Kolom (1)-(4) : Lihat OPC
Kolom (5) : Jumlah Komponen (produksi/jam)
(lihat Routing Sheet)
Kolom (6)-(8) : Karakteristik Material
Lihat BOM
Kolom (9) : Volume material
Kolom (6) x (7) x (8)
Kolom (10) : Berat jenis material
Lihat BOM
Kolom (11) : Berat
Kolom (9) x (10)
Kolom (12) : Jarak angkut
Lihat cara perhitungan jarak
Kolom (13) : Ongkos Satuan
Lihat data ongkos satuan
Kolom (14) : Total Ongkos
Lihat cara perhitungan ongkos OMH

7.2 From to Chart


From to chart (FTC) atau peta dari ke merupakan penggambaran tentang beberapa
total ongkos material handling, dari satu bagian aktivtas dalam pabrik menuju aktivitas
pabrik lainnya. Sehingga dari peta ini dapat dilihat total ongkos Material Handling
secara keseluruhan, mulai dari gudang bahan baku (Receving) menuju Fabrikasi,
assembling hingga terakhir menuju gudang produk jadi (Shipping).

7.2.1 Cara Pembuatan From to Chart (FTC)


1. Lihat format FTC (lihat contoh)
2. Perhatikan total ongkos dari tabel Ongkos Material Handling Kemudian
masukan nilai total ongkos tersebut, disesuaikan dengn pengangkutan bahan
dari satu tempat ke tempat lainnya.
3. Jumlahkan total ongkos pada setiap baris dan setiap kolom total ong kos secara
keseluruhan.

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 42 of 61
Untuk lebih jelasnya lihat contoh pada halaman berikut ini.

Keterangan:
i = Baris
j = Kolom
Cij = Harga koefisien ongkos pada baris ke i kolom j

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 43 of 61
TUGAS VII

8.1 IN FLOW – OUT FLOW


Inflow – outflow menunjukkan derajat kedekatan dari satu kegiatan dengan kegiatan
lainnya.
Perhitungan in flow – out flow dihitung berdasarkan data dari Ongkos Material Handling
dan From to Chart

8.1.1 Defenisi Inflow – Outflow

Out Flow, Untuk memcari koefiesien ongkos yang keluar dari suatu area (M) ke
beberapa area lain (P,Q,R,S).
In Flow, Untuk mencari koefiesien ongkos yang masuk dari suatu area (M) ke
beberapa area lain (P,Q,R,S).
Referensi perhitungan out flow dan in flow yaitu dari OMH dan From to Chart,
yaitu Ongkos yang dibutuhkan untuk material handling dari mesin (M) ke mesin
lainnya (P,Q,R,S) dan sebaliknya
Perhitungannya:

� � �
�� � �=
∑� � �� � � � � �

� � �
�� � �=
∑� � �� � � � � �

Adapun tujuan perhitungan In flow dan Out Flow adalah untuk menghitung
koefisien ongkos yang terjadi di mesin yang bersangkutan, baik koefiien ongkos
yang masuk (In flow) maupun koefisien ongkos yang keluar (Out flow) dari mesin
tersebut.

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 44 of 61
8.1.2 Rumus perhitungan Inflow – Outflow

FROM TO CHART

Keterangan:
i = Baris
j = Kolom
Cij = Harga koefisien ongkos pada baris ke i kolom j


� =


� =

Dimana :
Oij = Koefisien Outflow
Iij = Koefisien Inflow
Makin besar koefisien outflow makin dekat kegiatan tersebut

8.2. TABEL SKALA PRIORITAS (TSP)


TSP yaitu suatu tabel yang menggambarkan urutan prioritas anatara Departemen/Mesin
dalam suatu lintas/layout produksi
Referensi TSP diperoleh dari perhitungan outflow dan inflow dimana prioritas diurutkan

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 45 of 61
berdasarkan harga koefisien out flow

8.2.1 Tujuan Pembuatan TSP


Tujuan Pembuatan TSP adalah:
- Untuk meminimumkan ongkos
- Memperkecil jarak pemindahan (handling)
- Mengoptimalkan layout

Contoh Tabel Skala Perioritas (TSP) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Dimana:
X = Koefisien outflow dan inflow
Y = Departemen/mesin/peralatan yang didekatkan
Koefisien outflow dari yang terbesar hingga terkecil

8.3 Activity Relationship Diagram (ARD)


ARD adalah diagram hubungan antar aktivitas (Dept/mesin) berdasarkan prioritas
kedekatan, sehingga diharapkan ongkos pemindahan bahan menjadi minimum
Dasar untuk membuat TSP yaitu Tabel skala Prioritas (TSP), jadi yang menempatkan
prioritas pertama pada TSP harus didekatkan letaknya lalu diikuti prioritas berikutnya.
Untuk melihat hubungan dari setiap prioritas, lihat skemat berikut ini:

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 46 of 61
- Mesin M harus diikuti oleh perioritas I, II, III seperti digambarkan pada matriks
tersebut diatas dan sederhana seterusnya.
- Untuk prioritas yang besar (III) bisa menempati prioritas yang lebih kecil (II dan I ),
untuk kondisi sebaliknya tidak diperkenankan.

Area/luas pada ARD diasumsikan sama baru pada revisi disesuaikan berdasarkan ARD I
ini dan areanya sesuai dengan luar dari masing-masing aktivitas yang diperkecil dengan
skala tertentu.
Perlu diperhatikan bahwa sebelum menyusun ARD, maka perlu terlebih dahulu
ditetapkan kemungkinan-kemungkinan tata letak area bagian Receiving (R) dan bagian
Shipping (S). Untuk bagian Receiving. Seharusnya ditempatkan berdekatan dengan
fasilitas-fasilitas transportasi yang menghubungkan pabrik dengan lingkungan luar
seperti fasilitas jalan raya kerata api dan lain-lain. Gambar berikut ini menunjukkan
beberapa kemungkinan-kemungkinan penempatan bagian Receiving (R) dan bagian
Shipping (S) dengan sarana/prasarana transportasi yang terletak pada satu sisi,
berpotongan dan dua atau sisi berlawanan.

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 47 of 61
Contoh ARD adalah seperti pada gambar berikut ini:

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 48 of 61
TUGAS VIII

9.1 Revisi Ongkos Material Handling (OMH)


Setelah ARD pertama disusun, maka terjadi perubahan jarak antara satu kelompok
mesin dengan kelompok mesin lainnya
Perubahan jarak tersebut terjadi karena pada perhitungan OMH pertama jarak antar
kelompok mesin/departemen diasumsikan berdampingan. Hal ini dilakukan agar
mempermudah dalam penyusunan ARD pertama
Agar tata letak pabrik yang akan disusun lebih mendekati kenyataan, maka tahap
berikutnya adalah merevisi Ongkos Material Handling (OMH) pertama, Langkah-langkah
adalah sama dengan langkah-langkah perhitungan ongkos Matrial Handling (OMH)
pertama. Yang membedakan adalah jarak OHM kedua adalah jarak yang sesuai dengan
penempatan kelompok mesin pada ARD pertama. Jarak yang dipergunakan/diambil
adalah jarak paling minimum/terpendek dari beberapa alternative jarak yang terjadi.
Contoh:
- Berat material yang diangkut dari mesin A ke B adalah 20 kg, alat angkut yang
dipergunakan adalah Lift Truck dengan ongkos gerakan adalah Rp. 500/meter
- Jika luas lantai kelompok mesin A adalah 100 m 2 dan luas lantai kelompok B adalah
16 m2.
Jaraknya adalah = √ + √ =

- Maka ongkos material handlingnya adalah


OMH = Jarak x Ongkos per meter gerakan
= 7 x Rp 500
= Rp. 3.500,-
- Jika ARD pertama adalah seperti berikut ini:

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 49 of 61
- Alternatif jarak:
- Alternatif A-C-B = √ + √ + √ =

- Alternatif A-D-B = √ + √4 + √ =

- Maka alternative jarak yang diambil adalah A-D-B sejauh 8 meter sehingga OMH
revisi menjadi:
OMH = 8 x Rp. 500
= Rp. 4.000,-

9.2 Revisi From to Chart


Adalah merupakan gambaran urutan prioritas antar departemen setelah mengalami
revisi dan merupakan prioritas yang sebenarnya diperoleh dari hasil output revisi.
Pada tahap revisi From to Chart ini, bentuk kolom berubah menjadi, lihat pada halaman
berikut:

REVISI FROM TO CHART

Dimana:
d = Jarak
C = Ongkos per meter gerakan
F = Frekwensi
Ct = Ongkos Material Handling
Untuk revisi Inflow dan Outflow, tabel skala prioritas dan Activity Relationship
Diagram sana tahap-tahap perhitungannya dengan tahap pertama.

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 50 of 61
TUGAS IX

10.1 AREA ALOCATION DIAGRAM (AAD)


Area Alocation Diagram merupakan lanjutan dari Activity Relation Chart (ARC).
Didalam ARC telah diketahui kesimpulan hubungan antar aktivitas dengan aktivitas
lainnya. Dengan demikian berarti pada bagian aktivtas harus dekat dengan aktivitas
lainnya dan ada juga sebaliknya. Atau dapat dikatakan bahwa hubungan antar aktivit as
mempengaruhi tingkat kedekatan antara tata letak fasilitas tersebut.
Kedekatan tata letak aktivitas ditentukan dalam bentuk Area Alocation Diagram.
Adapun dasar pertimbangan dalam proses dan pengalokasian area ini adalah:
- Production Flow (Aliran Produksi), material, peralatan.
- Activity Relationship Diagram (ARC), informasi aliran-aliran kerja personil,
hubungan physical.
- Tempat/area yang dibutuhkan
- Activity Relationship Diagram

Area Alocation Diagram ini merupakan lanjutan penganalisaan Tata Letak setelah
Activity Relationship Chart, maka sesuai dengan persoalan sebelumnya (lihat ARC dan
ARD kantor), maka dapat dibuat Area Alocation Diagram (AAD) yang merupakan
template secara global informasi yang dapat dilihat hanya penempatan area saja.

Contoh AAD adalah dibawah ini.

AREA ALOCATION DIAGRAM

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 51 of 61
TUGAS X

11.1 TEMPLATE
Template adalah suatu skala repsentasi dalam bentuk dua dimensi (two dimentional
iconic model) dari suatu objek fisik yang dibuat untuk keperluan design layout. (skala
yang umum digunakan adalah 1: 50).
Yang di maksudkan dengan obyek fisik disini dapat berupa mesin, peralatan
pemindahan bahan, manusia dan lain-lain fasilitas kerja.
Template disini akan berguna dalam mengembangkan alternative-alternatif yang bisa
diterapkan untuk pengaturan mesin dan atau peralatan produksi lainnya.
Template juga merupakan gambaran lebih jelas dari tata letak fasilitas yang akan
dibuat, dan merupakan gambar detail dari Area Alocation Diagram yang telah dibuat.

11.1.1 Keuntungan Pemakaian Template


Pemakaian template akan dapat memberikan dua keuntungan utama, yaitu :
1. Memudahkan didalam melakukan perubahan-perubahan pengaturan tata letak
yang direncanakan untuk kemudian disusun alternative-alternatif pengaturan
yang dianggap lebih baik.
2. Akan memudahkan didalam analisa dan pengamatan tata letak yang
dirancang.
Fleksibel template ini akan memungkinkan memperoleh banyak alternative-
alternatif layout, yang mana hal ini akan dijumpai dalam metode
drafting/sketching

11.1.2 Cara Pembuatan Template


Secara umum bentuk template dapat dibuat dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Block, berbentuk empat persegi panjang yang ditentukan oleh panjang dan
lebar maksimum yang dimiliki obyek.
2. Countour, merupakan bentuk proyeksi atau penampang atas dari obyek.
3. Clearance Countour, merupakan bentuk proyeksi atau penampang atas dari
bagian obyek dilengkapi clearance bagian-bagian dari obyek bergerak.
Ketiga tipe template tersebut dibuat dalam skala standar (seperti pembuatan
layout) 1 : 50. Template biasanya dibuat dari bahan kertas yang cukup tebal
ataupun material lain yang mudah untuk ditempatkan pada kertas utamanya
(kertas grafik/skala).
Beberapa standar tipe-tipe template untuk menggambarkan berbagai
macam obyek seperti mesin, peralatan material handling dan lain-lain telah
dibuat oleh ASME (American Society forMachanical Engineering), Beberapa

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 52 of 61
perusahaan yang khusus bergerak dibidang tata letak pabrik telah pula membuat
secara komersil berbagai macam bentuk template tigadimensi (tree Dimensional
Iconic Nodel) guna memindahkan perencanaan tata letak pabrik. (lihat Francis &
white hal. 73-74

11.1.3 Informasi yang Dapat Dilihat Pada Template


1. Tata letak kantor dan peralatan.
2. Tata letak pelayanan (service) yang ada di pabrik misalnya: jalan, tempat
ibadah, tool service, medical service, lavatories & locker room dll.
3. Tata letak produksi misalnya Receving, fabrikasi, assembling dan shipping.
4. Aliran setiap material mulai dari receiving sampai shipping.

Adapun pola aliran materialnya dapat dibedakan dalam 2 tipe yaitu pola
aliran produksi dan pola aliran bahan yang diperlukan untuk proses produksi
(assembling).
Pola aliran bahan untuk proses produksi (fabrikasi) dapat dibagi menjadi 2
bagian pola aliran horizontal (horizontal flow pattetn) dan pola aliran vertical
(vertical flow pattern).
Adapun pola aliran material secara horizontal dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pola aliran Horizontal:
- Aliran Lurus atau aliran I
- Aliran L
- Aliran U
- Aliran Sirkulasi atau O
- Aliran Sepertine atau S
2. Pola aliran Vertikal

3. Distribusi material terhadap setiap mesin sesuai dengan jumlah mesin

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 53 of 61
yang dibutuhkan. Contoh aliran tersebut adalah sebagai berikut:
a). Aliran Fabrikasi
CIRSAW

b). Aliran Assembling


MESIN LAS

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 54 of 61
DAFTAR PUSTAKA

1. Apple, James. Plant Lay out and material Handling, John Wiley & Sons, Inc New
York, 1977.
2. Dimiati Tjuju, Taliah, Materi Kuliah Tata Letak Pabrik, Jurusan Industri, Unpas,
Bandung, 1986
3. Francis, White, Facility Layout and Location an Analytical Approach, Frentice Hall.
4. Gani, Zaini, Anang, Mster Bill Of Material Toys Train, Jurusan Teknik Industri, ITB
Bandung, 1988.
5. Iftikar, Sutalaksana, Teknik Tata Cara, Departemen Teknik Industri, ITB, Bandung,
2002.
6. Lembaga Teknik dan Manajemen Industri (LETMI), Job Description PT. (persero)
Semen Padang, Bandung, 1986.
7. Poerwanto, Nugroho, Kesimpulan Tugas Tata Letak Pabrik, Jurusan Teknik Indust ri,
ITB, Bandung, 1989.
8. Tompkins, A.James, Facilities Planning, John Wiley & Sons, Inc, Canada, 1984.
9. Meyer, Fred E., Plan Lay Out And Material Handling Prentice Hall Englewood Cliff,
New Jersey, 1994.

Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 55 of 61
Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 56 of 61
Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 57 of 61
Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 58 of 61
Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 59 of 61
Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 60 of 61
Buku Penuntun Praktek Perencanaan Tata Letak Fasilitas STT Ibnu Sina Batam – Program Studi Teknik Industri 61 of 61

Anda mungkin juga menyukai