Perda-No-8-Tahun-2015-Ttg-Rtrw Kku 2015-2035
Perda-No-8-Tahun-2015-Ttg-Rtrw Kku 2015-2035
SALINAN
TENTANG
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
30. Kawasan Cagar Budaya adalah tempat serta ruang di sekitar bangunan
bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan
geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan
ilmu pengetahuan.
31. Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di
darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah system penyangga
kehidupan.
32. Kawasan Sempadan Sungai adalah daerah sepanjang aliran sungai (pada
kedua sisi sungai) yang diperuntukkan bagi pengamanan dan
kelestarian lingkungan sekitar aliran sungai.
33. Taman Nasional yang selanjutnya disingkat TN adalah kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem
zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
34. Taman Wisata Alam yang selanjutnya disingkat TWA adalah kawasan
pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan
rekreasi alam.
35. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan, atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
36. Kawasan Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai
fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
37. Kawasan Pertanian adalah kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman
lahan basah, tanaman lahan kering, dan tanaman
tahunan/perkebunan.
38. Kawasan Perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi
perikanan, baik berupa pertambakan (kolam) dan perikanan darat
lainnya.
39. Kawasan Pertambangan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi
pertambangan, baik wilayah yang sedang maupun yang segera
dilakukan bagi kegiatan pertambangan.
40. Kawasan Industri adalah Kawasan industri adalah kawasan tempat
pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi sarana dan prasarana
penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan
industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri.
41. Kawasan Perdagangandan Jasa adalah kawasan yang diperuntukkan
bagi kegiatan perdagangan dan jasa.
42. Kawasan Pariwisata adalah kawasan yang diperuntukkan bagi
pengembangan kegiatan pariwisata.
43. Kawasan Permukiman adalah kawasan yang diperuntukkan bagi
permukiman, baik permukiman kota maupun desa.
44. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertaniantermasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
~7~
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) RTRW Kabupaten mencakup ruang darat, ruang perairan, dan ruang
udara termasuk ruang di dalam bumi menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) RTRW Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
wilayah administratif:
a. Kecamatan Sukadana;
b. Kecamatan Simpang Hilir;
c. Kecamatan Teluk Batang;
d. Kecamatan Seponti;
e. Kecamatan Pulau Maya; dan
f. Kecamatan Kepulauan Karimata;
(3) Batas wilayah perencanaan RTRW Kabupaten sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) mencakup:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten
Ketapang dan Selat Karimata;
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ketapang dan Selat
Karimata;
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Karimata; dan
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ketapang.
Pasal 3
BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 4
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 5
Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang
Pasal 6
BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 7
Bagian Kedua
Sistem Pusat Kegiatan
Pasal 8
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Pasal 9
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi
Pasal 10
Pasal 11
(1) Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. jaringan jalan;
b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan
c. jaringan pelayanan angkutan.
(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. jaringan jalan arteri primer, terdiri atas:
1. ruas jalan Teluk Batang - Seponti - Muara Tiga Kabupaten Kubu
Raya;
2. ruas jalan Teluk Melano - Simpang Dua; dan
3. ruas jalan Teluk Batang - Teluk Melano – Sukadana - Siduk.
b. jaringan jalan kolektor primer K1 yang ada di Kabupaten Kayong
Utara, terdiri atas :
1. ruas jalan Tanah Merah Kecamatan Sukadana;
2. ruas jalan Lingkar Payak Hitam Kecamatan Sukadana;
3. ruas jalan Sedahan Kecamatan Sukadana;
4. ruas jalan Tambak Rawang Kecamatan Sukadana;
5. ruas jalan Ampera Kecamatan Simpang Hilir;
6. ruas jalan Sukamaju Kecamatan Teluk Batang; dan
7. ruas jalan Kamboja Kecamatan Pulau Maya.
~ 14 ~
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Paragraf 2
Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan
Pasal 15
Paragraf 3
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 16
Paragraf 4
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Prasarana air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
huruf f, terdiri dari :
a. pengembangan system perpipaan (intake) air baku dari sumber air baku
Cabang Panti Gunung Palung, Gunung Topeng, Gunung Peramas,
Gunung Mandi Bintang, Begasing, Air Lalau dan Riam Berasap di
Kecamatan Sukadana, Gunung Dusun di Kecamatan Pulau Maya;
b. pengembangan air baku Sungai Meledang di Kecamatan Pulau Maya;
c. pengembangan prasarana air baku Sungai Paduan di Kecamatan Teluk
Batang;
d. pengembangan prasarana air baku Sungai Sepeti di Kecamatan Seponti;
dan
e. pengembangan air tanah sebagai sumber air bersih.
Pasal 21
Pasal 22
Paragraf 5
Sistem Jaringan Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
(4) Sistem pengelolaan air limbah terpusat dilakukan secara kolektif melalui
jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat pada
kawasan bandara, kawasan pusat pemerintahan, kawasan pariwisata,
kawasan industri, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perumahan
dan kawasan permukiman padat di Kabupaten Kayong Utara.
(5) Lokasi instalasi pengolahan air limbah harus memperhatikan aspek
teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi
dengan zona penyangga.
BAB V
RENCANA POLA RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 28
(1) Rencana pola ruang wilayah meliputi rencana kawasan lindung dan
kawasan budidaya.
(2) Rencana pola ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 29
Pasal 30
(2) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran II.9 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pasal 31
Pasal 32
(5) Kawasan sempadan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c terdapat di sekitar mata air yang tersebar di Daerah dengan
ketentuan garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 200 (dua
ratus) meter dari sekitar mata air.
(6) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran II.9 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 33
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 huruf d, terdiri atas :
a. kawasan suaka alam laut;
b. kawasan pantai berhutan bakau;
c. kawasan taman nasional; dan
d. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
(2) Kawasan suaka alam laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdapat di Kepulauan Karimata dengan kurang lebih 169,966,89 Ha;
(3) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, terdapat di wilayah yang memiliki potensi hutan bakau.
(4) Kawasan taman nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
terdapat di kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).
(5) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d, merupakan makam raja dan bangunan-bangunan
peninggalan kerajaan yang tersebar di seluruh wilayah Daerah.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan kawasan cagar
budaya dan ilmu pengetahuan diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 34
Pasal 35
(3) Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di kecamatan
Kepulauan Karimata.
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 36
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
(2) Pertambangan mineral logam dan mineral bukan logam dan batuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dilaksanakan
setelah ditetapkannya Wilayah Pertambangan berdasarkan usulan
penetapan Wilayah Pertambangan.
(3) Usulan penetapan Wilayah Pertambangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disampaikan Bupati kepada Pemerintah Provinsi berdasarkan
pertimbangan BKPRD Kabupaten.
(4) Usulan penetapan Wilayah Pertambangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) untuk mineral logam dan bukan logam disusun melalui kajian
dengan mematuhi ketentuan peraturan perundangan dan harus berada
di luar kawasan taman nasional, kawasan lindung, kawasan
permukiman, kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan, dan
kawasan pariwisata sampai batas tidak adanya dampak negatif secara
teknis, ekonomi, dan lingkungan yang ditimbulkan akibat usaha
pertambangan.
(5) Izin pertambangan mineral logam dan mineral bukan logam dan batuan
yang telah diterbitkan dan masih berlaku, tetap diakui sampai masa
berlakunya habis dan perpanjangannya menyesuaikan dengan
ketentuan peraturan daerah ini.
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
BAB VI
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 45
Bagian Kedua
Kriteria Kawasan Strategis Kabupaten
Pasal 46
Bagian Ketiga
Penetapan Kawasan Strategis
Pasal 47
Pasal 48
BAB VII
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 49
(3) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari dana Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten;
(4) Kerjasama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
(5) Indikasi pelaksana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, BUMN, swasta,
dan masyarakat;
(6) Indikasi waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari 4 (empat) tahapan jangka lima tahunan, yaitu:
a. tahap pertama, lima tahun pertama (2015–2020) yang terbagi atas
program tahunan;
b. tahap kedua, lima tahun kedua (2020–2025);
c. tahap ketiga, lima tahun ketiga (2025–2030); dan
d. tahap keempat, lima tahun keempat (2030–2035).
(7) Indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi pelaksana
kegiatan, dan waktu pelaksanaan yang lebih rinci diwujudkan dalam
Tabel Indikasi Program Utama Tahunan dan Lima Tahunan Periode
Tahun 2015–2035 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB VIII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 50
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Paragraf 1
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 51
Paragraf 2
Ketentuan Peraturan Zonasi Untuk Struktur Ruang
Pasal 52
Paragraf 3
Ketentuan Peraturan Zonasi Untuk Sistem Pusat Kegiatan
Pasal 53
Paragraf 4
Peraturan Zonasi untuk Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
Pasal 57
Pasal 58
Pasal 59
a. Peraturan zonasi untuk jaringan pipa minyak dan gas bumi disusun
dengan memperhatikan pemanfaatan ruang di sekitar jaringan pipa
minyak dan gas bumi harus memperhitungkan aspek keamanan dan
keselamatan kawasan sekitarnya;
b. Peraturan zonasi untuk pembangkit tenaga listrik disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit listrik harus
memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain;
c. Peraturan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik disusun dengan
memperhatikan ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bebas di
sepanjang jalur transmisi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 60
Pasal 61
Paragraf 5
Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung
Pasal 62
(1) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan hutan lindung disusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
b. ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi
luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan
c. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya
diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi
fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan pemerintah.
(2) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan resapan air disusun dengan
memperhatikan:
c. pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak
terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan
air hujan; dan
~ 37 ~
Pasal 63
(1) Arahan peraturan zonasi untuk sempadan sungai dan sempadan pantai
disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang
dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman
rekreasi; dan
d. penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Arahan peraturan zonasi untuk ruang terbuka hijau kota disusun
dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;
b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan penunjang
kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya; dan
c. ketentuan pelarangan pendirian bangunan permanen selain yang
dimaksud pada huruf b.
Pasal 64
Paragraf 6
Peraturan Zonasi Kawasan Budi Daya
Pasal 65
Pasal 66
Pasal 67
Pasal 68
Pasal 69
Pasal 70
Pasal 71
Pasal 72
Pasal 73
Pasal 74
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Paragraf 1
Umum
Pasal 75
Pasal 76
Paragraf 2
Izin Prinsip
Pasal 77
Paragraf 3
Izin Lokasi
Pasal 78
(1) Izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 adalah izin yang
diberikan kepada orang atau badan hukum untuk memperoleh
tanah/pemindahan hak atas tanah/menggunakan tanah yang
diperlukan dalam rangka penanaman modal.
(2) Izin lokasi diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk luas 1 ha sampai 25 ha diberikan izin selama 1 (satu) tahun;
b. untuk luas lebih dari 25 ha sampai dengan 50 ha diberikan izin
selama 2 (dua) tahun; dan
c. untuk luas lebih dari 50 ha diberikan izin selama 3 (tiga) tahun.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan mekanisme pemberian
izin lokasi diatur dengan Peraturan Bupati.
Paragraf 4
Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah
Pasal 79
Paragraf 5
Izin Mendirikan Bangunan
Pasal 80
Paragraf 6
Izin Lainnya
Pasal 81
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Pasal 82
Pasal 83
Pasal 84
Pasal 85
Bagian Kelima
Sanksi Administratif
Pasal 86
Pasal 87
Pasal 88
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB IX
KELEMBAGAAN
Pasal 89
Pasal 90
BAB X
PERAN MASYARAKAT
Pasal 91
Pasal 92
BAB XI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 93
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai
negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang penataan ruang
agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan
jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana penataan ruang;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang penataan ruang;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana di bidang penataan ruang;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang penataan ruang;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung
dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang
dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana penataan
ruang;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang penataan ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada
Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 94
BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 95
Pasal 96
Pasal 97
Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan yang belum disepakati pada
saat Peraturan Daerah ini ditetapkan, rencana dan album peta disesuaikan
dengan peruntukan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93
dengan memberikan tanda khusus berupa arsiran pada kawasan hutan
yang belum disepakati berdasarkan hasil kesepakatan antara pemerintah
dan pemerintah daerah.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 98
Pasal 99
Pasal 100
(1) Jangka waktu RTRW Kabupaten Kayong Utara adalah 20 (dua puluh)
tahun dan dapat ditinjau kembali sebanyak 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
bencana alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah
kabupaten yang ditetapkan dengan Peraturan Perundang-undangan,
RTRW Kabupaten Kayong Utara dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun.
~ 50 ~
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 101
Ditetapkan di Sukadana
pada tanggal 18 Agustus 2015
TTD
HILDI HAMID
Diundangkan di Sukadana
pada tanggal 18 Agustus 2015
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KAYONG UTARA,
TTD
HENDRI SISWANTO