The Covenant of Woks

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

VI.

THE COVENANT OF WORKS


‘Covenant of works’ kadang-kadang disebut ‘covenant of nature’ (=
perjanjian alam), ‘covenant of life’ (= perjanjian kehidupan), ‘Edenic
covenant’ (= perjanjian yang berhubungan dengan Taman Eden).

‘Covenant’ = perjanjian.

‘Works’ = ketaatan / perbuatan baik.

Jadi, ‘covenant of works’ = perjanjian ketaatan / perbuatan baik.

Dalam suatu covenant / perjanjian ada elemen-elemen:

1) Ada 2 pihak yang mengadakan perjanjian.

2) Ada syarat dari perjanjian itu.

3) Ada ancaman / sanksi bila perjanjian itu dilanggar.

4) Ada janji pahala bila perjanjian ditepati.

I) Ada covenant / perjanjian antara Allah dan Adam.

Allah dan Adam sebagai 2 pihak dalam covenant:

A) Ada 2 hubungan antara Allah dan Adam:

1) Hubungan alamiah (natural relationship).

Karena Allah mencipta Adam, maka secara alamiah Adam /


manusia ada dibawah Allah dan harus taat kepada Allah. Ini
adalah kewajiban!

Jadi sebetulnya, kalau manusia tidak taat maka ia harus dihukum,


tetapi kalau ia taat, maka ia tidak berhak menuntut pahala (bdk.
Luk 17:7-10).

2) Hubungan perjanjian (covenant relationship).

Dari semula Allah tidak hanya menyatakan diri sebagai pemberi


hukum, tetapi juga sebagai bapa yang kasih yang menginginkan
kebahagiaan anak-anakNya. Karena itu Ia memberikan covenant
relationship.
B) Adam tidak bertindak untuk dirinya sendiri, tetapi ia bertindak
sebagai kepala / wakil dari seluruh umat manusia.

Bukti / dasar dari pernyataan di atas:

1) Kata-kata Allah dalam Kej 1:22,28 berlaku bukan hanya untuk


Adam tetapi juga untuk keturunannya (Dabney, hal 329).

2) Hukuman dosa Adam dalam Kej 3 bukan hanya menimpa Adam


tetapi juga menimpa seluruh umat manusia / keturunan Adam.

3) Dalam penyelamatan, Kristus juga kepala / wakil. Analoginya,


Adam juga adalah kepala / wakil (bdk. Ro 5:12-19 1Kor 15:21-
22).

Tetapi kita tidak tahu apakah Adam tahu atau tidak bahwa pada saat
itu ia bertindak sebagai kepala / wakil seluruh umat manusia.

C) Ada orang-orang yang menolak adanya covenant antara Allah dan


Adam.

Alasannya:

1) Tak ada kata ‘covenant’ dalam Kej 1-3.

Jawab:

Memang kata ‘covenant’ tidak ada, tetapi idenya ada (bdk. kata
‘Tritunggal’ yang juga tidak ada dalam Kitab Suci, tetapi ide /
ajarannya ada).

2) Tidak ada persetujuan dari pihak Adam terhadap perjanjian ini.

Jawab:

Demikian juga waktu Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh


(Kej 9) dan dengan Abraham (Kej 17). Allah dan manusia tidak
mengadakan perjanjian sebagai pihak-pihak yang sederajat! Allah
berdaulat, dan karena itu Ia menentukan, dan manusia harus
menerima!

Ayat Kitab Suci yang secara jelas menunjukkan


adanya covenant antara Allah dengan Adam adalah Hos 6:7
- “Tetapi mereka itu telah melangkahi perjanjian di Adam”. Tetapi
Kitab Suci Indonesia salah terjemahannya. Terjemahan sebenarnya
dari Hos 6:7 adalah: ‘But they, like Adam, have transgressed the
covenant’ (= Tetapi mereka, seperti Adam, telah melanggar
perjanjian).

Ada penafsiran yang berbeda tentang ayat ini:

a) Ada yang mengartikan ‘di Adam / at Adam’ dimana Adam adalah


nama suatu tempat.

Keberatan terhadap penafsiran ini:

 Kata depan ‘KI’ dalam bahasa Ibrani tidak bisa diartikan


‘di / at’. Artinya adalah ‘like / as / seperti’.

 Dalam Kitab Suci tidak pernah diceritakan tentang seseorang


yang berbuat dosa ditempat yang bernama Adam.

b) Ada yang menerjemahkan ‘like men’ / ‘seperti manusia-manusia’


(KJV).

Keberatannya:

 Dalam bahasa Ibrani digunakan bentuk tunggal sedangkan


‘men’ berbentuk jamak.

 Kalimat Hos 6:7 itu menjadi tidak ada artinya.

Jadi kedua penafsiran di atas ini salah, dan arti yang benar
adalah ’like Adam’ / ‘seperti Adam’ dan ini membuktikan bahwa
ada covenant antara Allah dengan Adam.

Ayat Kitab Suci yang lain yang bisa dipakai adalah Gal 4:24 - “Sebab
kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah”. Kitab Suci
Indonesia menterjemahkan ‘ketentuan’ padahal seharusnya
adalah ‘covenant’ / ‘perjanjian’.

II) Syarat perjanjian.

1) Syarat perjanjian: larangan makan buah pohon pengetahuan baik


dan jahat. Tindakan memakan buah itu bukanlah suatu tindakan
yang jahat kalau dilihat dari tindakan itu sendiri. Itu menjadi dosa
karena Tuhan melarang untuk memakannya.

Penerapan:
Sekalipun suatu tindakan tidak jahat dalam dirinya sendiri (tidak
menyakiti / merugikan orang lain, dsb), tetapi kalau hal itu dilarang
oleh Allah, maka itu tidak boleh kita lakukan.

2) Larangan makan buah itu bukanlah satu-satunya syarat covenant!


Larangan ini mewakili semua hukum-hukum moral yang diketahui
oleh Adam. Jadi, syarat covenant adalah ketaatan sempurna / total
pada semua hukum Allah yang dinyatakan. Karena
itulah covenant ini disebut covenant of works (perjanjian ketaatan).

3) Adam ada dalam masa percobaan yang hanya sementara (waktu


yang terbatas). Dasarnya:

a) Kalau masa percobaan itu kekal, maka janji hidup kekal (lihat
point no IV di bawah) menjadi tidak ada artinya karena tidak
mungkin terlaksana.

b) Pada malaikat, masa percobaannya juga sementara. Setelah


melewati masa itu, mereka tidak mungkin jatuh lagi.

c) Tuhan Yesuspun mengalami masa percobaan yang juga bersifat


sementara.

Jadi, andaikata Adam bisa tidak jatuh pada masa percobaan itu,
maka ia mendapat hidup kekal dan ia tidak mungkin jatuh lagi (juga
keturunannya)!

III) Ancaman dari covenant.

Kalau syarat diatas dilanggar, ancamannya adalah ‘mati’ (Kej 2:17). Ada
beberapa hal tentang ‘mati’ ini yang perlu diketahui:

1) ‘Mati’ dalam Kitab Suci tidak berarti ‘musnah’ (bdk. ajaran Saksi
Yehuwa).

2) ‘Mati’ mencakup kematian jasmani (pisahnya tubuh dengan jiwa).

Tetapi jelas bahwa ‘mati’ tidak hanya mencakup kematian jasmani


saja! Dalam Kitab Suci, kalau ‘kematian’ dinyatakan sebagai
hukuman dosa, itu tidak pernah menunjuk hanya pada kematian
jasmani saja (bdk. Ro 6:23 Ul 24:16 Yeh 18:20).

3) ‘Mati’ di sini juga mencakup kematian rohani, yaitu pisahnya


manusia dengan sumber hidup yaitu Allah.
Pada saat syarat perjanjian dilanggar, maka ancaman ini menjadi
kenyataan:

 Hubungan manusia dengan Allah putus (kematian rohani).

 Manusia berubah dari immortal (tak bisa mati) menjadi mortal (bisa
mati). Jadi, benih kematian jasmani mulai bekerja dalam diri
manusia.

IV) Janji / pahala dari covenant.

Kalau covenant ditaati, maka ada pahala yaitu hidup yang kekal.

Dasar dari pandangan ini:

1) Kalau ia makan buah terlarang itu, maka ia akan mati.


Secara implicit ini menunjukkan bahwa kalau ia tidak makan, ia akan
hidup. ‘Hidup’ ini tidak mungkin menunjuk pada hidup biasa karena
itu sudah dimiliki oleh Adam. Jadi, itu pasti menunjuk pada hidup
yang kekal.

2) Banyak ayat Kitab Suci yang menghubungkan ketaatan dengan


hidup kekal (Im 18:5 Ul 30:16 Neh 9:29 Yeh 18:9 Yeh 20:11-13
Mat 19:17 Luk 10:28 Ro 2:6-7 Ro 7:10 Ro 10:5 Gal 3:12).

3) Tujuan pemberian hukum adalah untuk memberi hidup (Ro 7:10


Ro 10:5 Gal 3:12).

4) Setelah jatuh, Adam tidak boleh makan buah pohon kehidupan yang
bisa memberi hidup kekal (Kej 3:22-24). Secara implicit ini
menunjukkan bahwa kalau Adam tidak jatuh, ia boleh makan, dan ia
akan mendapat hidup yang kekal.

Setelah Adam jatuh, apakah Covenant of Works dihapuskan?

A) Pandangan Arminian: Ya!

1) Janji dicabut dan covenant dibatalkan / dihapus. Dan dimana tidak


ada covenant, disitu tidak ada lagi kewajiban.

2) Allah tidak mungkin menuntut ketaatan dari manusia yang tidak


mungkin taat.

3) Allah memberikan new covenant yang berdasarkan iman kepada


injil.
Keberatan terhadap pandangan Arminian ini:

a) Ketaatan pada Allah tidak hanya didasarkan pada covenant


relationship, tapi juga pada natural relationship (lihat point I, A di
atas).

b) Ketidak-mampuan untuk taat adalah akibat dari kesalahan manusia


sendiri. Kalau karena manusia tidak mampu taat, lalu hukum
dihapuskan, maka kesimpulannya, makin jahat seseorang, dan
makin ia dikuasai / dibelenggu oleh dosa, makin ia tidak mempunyai
kewajiban untuk taat. Ini jelas adalah sesuatu yang menggelikan!

B) Pandangan Reformed: ya dan tidak!

Ditinjau dari sudut tertentu covenant of works bisa dikatakan tidak batal,
tetapi ditinjau dari sudut lain covenant of works bisa dikatakan batal.

1) Tidak Batal.

a) Manusia tetap harus taat kepada Allah karena natural


relationship termasuk dalam covenant of works.

b) Ada kutukan / hukuman bagi mereka yang terus ada dalam dosa.

c) Janji hidup kekal bagi mereka yang taat sempurna, tetap ada (Im
18:5 Ro 10:5 Gal 3:12) sekalipun jelas bahwa tidak ada orang
yang bisa taat secara sempurna.

2) Batal.

a) Untuk orang-orang yang ada dibawah kasih karunia, tidak lagi


perlu taat secara sempurna supaya selamat. Ini bukan
karena covenant of works dihapuskan, tetapi karena Yesus sudah
mentaati covenant of works bagi kita.

b) Covenant of works sebagai jalan kepada hidup yang kekal sudah


tidak mungkin lagi bagi manusia, karena tidak ada orang yang
bisa taat secara sempurna.

Penerapan:

 Apakah saudara merasa yakin bisa masuk ke surga karena


perbuatan baik / ketaatan saudara? Atau setidaknya saudara
sedang berusaha untuk bisa masuk surga dengan cara taat /
berbuat baik (pergi ke gereja, dibaptis, melayani Tuhan,
memberi persembahan)? Kalau ya, saudara sedang salah
jalan! Betapun baiknya saudara, saudara tidak mungkin taat
secara sempurna!! Lagipula, sebagai keturunan Adam,
saudara mempunyai dosa asal! Ingat bahwa covenant of
works tidak lagi bisa dipakai sebagai jalan untuk mendapatkan
hidup kekal! Sekarang ini, jalan menuju pada hidup yang kekal,
hanyalah melalui iman kepada Yesus sebagai Juruselamat dan
Tuhan, karena Dia sudah mentaaticovenant of works bagi kita!
Sudahkah saudara datang kepada Yesus? Maukah saudara
datang kepadaNya?

 Dalam pelayanan, ingatlah bahwa ada banyak ‘orang kristen’


yang mengira bahwa mereka bisa mendapatkan keselamatan /
hidup kekal berdasarkan ‘covenant of works’. Mereka berjuang
untuk masuk surga dengan usaha / perbuatan baik mereka
sendiri. Tugas kita adalah memberitakan Injil yang benar
kepada mereka, supaya mereka mengandalkan penebusan
Kristus di kayu salib, bukan perbuatan baik mereka sendiri
yang seperti kain kotor (bdk. Yes 64:6).

-o0o-

Anda mungkin juga menyukai