Anda di halaman 1dari 8

84

Jurnal Produksi Tanaman


Vol. 5 No. 1, Januari 2017: 84 - 91
ISSN: 2527-8452

PENGARUH KONSENTRASI DAN FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK HAYATI


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI BESAR (Capsicum annum L.)

THE EFFECT OF CONCENTRATION AND FREQUENCY APPLICATION OF


BIOFERTILIZER ON THE GROWTH AND YIELD OF CHILI (Capsicum annum L.)
Anggraheni Wahyuningratri *), Nurul Aini dan Suwasono Heddy

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia
*)
E-mail : byasa77@yahoo.co.id

ABSTRAK konsentrasi dan frekuensi pupuk hayati


tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
Cabai besar (Capsicum annum L.) ialah dan hasil cabai besar, namun aplikasi
tanaman hortikultura yang cukup penting di konsentrasi pupuk hayati secara terpisah
Indonesia karena dimanfaatkan sebagai berpengaruh terhadap hasil cabai besar
bumbu penyedap dan pelengkap bumbu pada parameter bobot segar buah per
untuk membuat masakan khas Indonesia. tanaman dan jumlah buah panen. Peng-
Berdasarkan data BPS (2012), prosentasi aplikasian konsentrasi 5 ml l -1 pupuk hayati
produksi cabai besar di Jawa timur masih dapat meningkatkan 41,71% bobot segar
rendah dibandingkan dengan produksi cabai buah per tanaman dan 43,90% pada jumlah
besar nasional. Produktivitas cabai besar di buah panen.
Jawa timur yang belum stabil kurang
sebanding dengan kebutuhan masyarakat Kata kunci : Pupuk Hayati, Konsentrasi,
yang setiap tahunnya terus meningkat. Frekuensi, Cabai Besar
Peningkatan produktivitas cabai besar dapat
dilakukan dengan pemupukan meng- ABSTRACT
gunakan pupuk hayati. Kandungan yang
terdapat dalam pupuk hayati merupakan Chili (Capsicum annum L.) is an important
mikroorganisme tanah yang dapat mem- horticultural crop in Indonesia since it used
bantu menyuburkan tanah dan mem- as flavorings and spices for Indonesian
fasilitasi kebutuhan unsur hara tanaman cuisine. Based on data from BPS (2012),
cabai. Diharapkan dengan penggunaan the percentage of chilli production in East
mikroorganisme tanah ini tidak mencemari Java is still lower than the national
lingkungan karena tidak menggunakan production of red chili. The unstable
senyawa kimia, serta dapat memperbaiki productivity of chili in East Java cannot
struktur tanah dan ketersediaan hara dalam RYHUFRPH WKH VRFLHW\¶V QHHGV WKDW ULVLQJ
tanah. Penelitian bertujuan untuk year by year. Increasing chili productivity
mengetahui pengaruh pertumbuhan dan can be done by using biofertilizer. The
hasil tanaman cabai besar (C. annum L.) containning of biofertilizer is microorganism
terhadap aplikasi pupuk hayati dan me- that can help fertility and supply nutrition of
ngetahui konsentrasi serta frekuensi chili. Expectable, the environment not be
pemberian pupuk hayati yang tepat contaminated because of biofertilizer did not
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman using chemicals, repair the stucture of the
cabai besar (C. annum L). Penelitian ground and supply nutrition of chili. The
dilaksanakan pada bulan Juli hingga aims of this research is to study the
Nopember 2013 di kecamatan Dau, kota response of biofertilizer for the growing of
Malang. Hasil penelitian menunjukkan chili and the yield also to know the right
bahwa secara umum pengaplikasian concentration and frequency in giving
85

Wahyuningratri, dkk, Pengaruh Konsentrasi dan ...

biofertilL]HU IRU RSWLPDO FKLOL¶V JURZWK DQG tanaman, khususnya cabai besar ialah
yield. The research was be done in Dau, melalui penambahan pupuk hayati.
Malang. The research was be conducted Menurut Simanungkalit (2006), pupuk
since July to September 2013. The results hayati merupakan inokulan berbahan aktif
showed that there was not significant organisme hidup yang berfungsi untuk
interaction between concentration and menambat hara tertentu dalam tanah bagi
frequency of biofertilizer on all component of tanaman. Pupuk berbasis mikroba di-
growth and yield of chili. The concentration golongkan ke dalam pupuk hayati karena
of biofertilizer give effect of fruit fresh weight merupakan suatu inokulan berbahan aktif
per plant and total number of fruits crop per organisme hidup yang berfungsi untuk
plants. Giving of biofertilizer with menambat hara tertentu dalam tanah bagi
concentration 5 ml l -1 can be increase tanaman, pupuk hayati merupakan mikroba
41,71% fruit fresh weight per plants and yang diberikan kedalam tanah yang
43,90% total number of fruit crop per plants. berfungsi meningkatkan pengambilan hara
oleh tanaman dari dalam tanah atau udara
Keywords: Biofertilizer, Concentration, (Hamastuti, 2012). Mikroba yang sudah
Frequency, Red Chili. lama dikenal mencakup bakteri penambat
N2 yang bersimbiosis dengan tanaman
PENDAHULUAN kacang-kacangan, yaitu bakteri bintil akar,
dan bakteri yang hidup bebas di sekitar
Cabai besar (Capsicum annum L.) perakaran. Selain itu, mikroba pelarut fosfat
ialah tanaman hortikultura yang cukup dan pemacu tumbuh tanaman. Mikroba
penting di Indonesia karena dimanfaatkan perombak bahan organik yang lebih dikenal
sebagai bumbu penyedap dan pelengkap dengan sebutan dekomposer saat ini juga
bumbu untuk membuat masakan khas dikelompokkan sebagai pupuk hayati
Indonesia. Kebutuhan cabai besar dari walaupun peran penyediaan hara melalui
tahun ke tahun mengalami peningkatan perombakan bahan organik bersifat tak
seiring bertambahnya menu masakan. langsung (Nugrahani, 2012).
Berdasarkan data BPS (2012), produksi Kemampuan mikroba dalam meng-
cabai merah besar di Jawa timur mencapai hasilkan zat tumbuh alami dan mensintesis
73,68 ribu ton meningkat 2,11 ribu ton atau asam indol asetat aeperti Azospirillum ber-
2,95 % dibanding tahun sebelumnya yang peran dalam meningkatkan hasil panen
hanya 71,57 ribu ton per tahunnya. pada berbagai jenis tanah maupun iklim
Peningkatan prosentasi produksi cabai yang berbeda dan menurunkan kebutuhan
besar di Jawa timur masih rendah di- pupuk nitrogen sampai 35% (Fallik dan
bandingkan dengan produksi cabai merah Okon, 2006), meningkatkan jumlah akar
nasional. Produksi cabai nasional pada rambut pada padi (Gunarto, 2009), me-
2011 mencapai 888,85 ribu ton per tahun ningkatkan luas permukaan akar (Barbieri,
atau naik 10,12 % dibanding 2010 men- 2006), meningkatkan serapan hara dan me-
capai 807,16 ribu ton. Sementara kontribusi nambah konsentrasi fitohormon asam indol
produksi cabai di Jawa timur secara asetat dan asam indol butirat bebas di
nasional pada 2011 sekitar 8,29 % atau daerah perakaran (Fallik, 2008).
turun dibandingkan pada 2010 mencapai Ketersediaan hara dalam tanah
8,87 %. Produktivitas cabai besar di Jawa dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor pem-
timur yang belum stabil tidak sebanding berian konsentrasi pupuk yang tepat akan
dengan kebutuhan masyarakat yang setiap mempengaruhi hasil tanam suatu tanaman.
tahunnya terus meningkat. Peningkatan Upaya - upaya untuk menjaga ketersediaan
produktivitas cabai besar dapat dilakukan hara dalam tanah selain pemberian
dengan pemupukan. Salah satu cara pe- konsentrasi pupuk dapat juga melalui
mupukan yang dapat dilakukan agar tidak frekuensi pemberian pupuk, cara pemberian
menimbulkan dampak negatif yang ber- pupuk dan bentuk pupuk yang digunakan
lebihan terhadap lingkungan guna dalam secara tepat (Bastari, 2006).
meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi
86

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 84 ± 91

BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan penelitian telah di- Tinggi Tanaman


laksanakan mulai bulan Juli 2013 sampai Hasil analisis ragam pada tabel 1
Nopember 2013, di area persawahan oma menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi
kampus, Kecamatan Dau, Kabupaten antara perlakuan konsentrasi dan frekuensi
Malang. Penelitian disusun menggunakan pemberian pupuk hayati terhadap tinggi
Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial tanaman cabai besar pada semua umur
yang terdiri dari 2 faktor dan diulang pengamatan yaitu 34, HST, 48 HST, dan 62
sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah HST.
konsentrasi pupuk hayati yang terdiri atas :
(K1) konsentrasi 5 ml l -1; (K2) konsentrasi 10 Jumlah Daun
ml l-1; (K3) konsentrasi 15 ml l-1. Faktor Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelaskan
kedua adalah frekuensi pemberian pupuk bahwa tidak terjadi interaksi antara per-
hayati yang terdiri atas : (F1) 1 minggu lakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian
sekali; (F2) 2 minggu sekali; (F3) 3 minggu pupuk hayati terhadap jumlah daun
sekali. Pengamatan dilakukan secara tanaman cabai besar pada semua umur
nondestruktif dan panen. Pengamatan pengamatan yaitu 34, HST, 48 HST, dan 62
nondestruktif dilakukan saat tanaman HST. Pada parameter tinggi tanaman dan
berumur 20 HST, 34 HST, 48 HST dan 62 jumlah daun tidak menunjukkan hasil yang
HST. Parameter pengamatan nondestruktif nyata, hal ini diduga pada saat tanaman
meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang per mengalami fase vegetatif yang ditandai
tanaman, jumlah daun, jumlah bunga per dengan perubahan tinggi tanaman serta
tanaman dan jumlah buah per tanaman. jumlah daun, bakteri yang terkandung
Pengamatan panen meliputi bobot segar dalam pupuk hayati belum sepenuhnya aktif
buah per tanaman, jumlah buah panen total (masih dalam keadaan dorman) sehingga
per tanaman, panjang buah, diameter buah, belum dapat membantu menyuburkan
fruit set (%) dan indeks panen. tanah. Menurut Asroh (2010), bila larutan
Data yang diperoleh dianalisis pupuk hayati disemprotkan pada tanaman
dengan analisis ragam uji F taraf 5% atau permukaan tanah, maka mikrobia yang
kemudian dilanjutkan uji perbandingan antar ada belum tentu dapat hidup dan
perlakuan. Perlakuan yang berbeda nyata berkembang karena kondisi lingkungan
akan diuji lanjut dengan uji beda nyata yang mungkin tidak sesuai, antara lain tidak
terkecil (BNT) pada taraf 5%. tersedia makanan yang mudah dicerna,
temperatur udara yang terlalu tinggi,

Tabel 1 Rata - Rata Tinggi Tanaman Cabai Besar Akibat Perlakuan Berbagai Konsentrasi dan
Frekuensi Pemberian Pupuk Hayati pada Berbagai Umur Pengamatan
Rerata Tinggi Tanaman (cm) pada Berbagai Umur Pengamatan
Perlakuan
34 HST 48 HST 62 HST
Konsentrasi
5 ml l-1 (K1) 15,97 26,71 39,57
10 ml l-1 (K2) 14,53 25,50 36,75
15 ml l-1 (K3) 14,60 26,50 38,89
BNT 5% tn tn tn
Frekuensi
1 minggu sekali (F1) 15,21 26,09 38,06
2 minggu sekali (F2) 14,69 26,37 39,73
3 minggu sekali (F3) 15,19 26,25 37,42
BNT 5% tn tn tn
KK 8,92 12,03 11,04
Keterangan : HST = hari setelah tanam; tn = tidak nyata; KK = koefisien keragaman.
87

Wahyuningratri, dkk, Pengaruh Konsentrasi dan ...

Tabel 2 Rata - Rata Jumlah Daun Tanaman Cabai Besar Akibat Perlakuan Berbagai
Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Hayati pada Berbagai Umur
Pengamatan
Rerata Jumlah Daun (helai) pada Berbagai Umur Pengamatan
Perlakuan
34 HST 48 HST 62 HST
Konsentrasi
5 ml l-1 (K1) 11,42 29,78 50,39
10 ml l-1 (K2) 12,08 28,72 46,83
15 ml l-1 (K3) 11,28 29,11 48,44
BNT 5% tn tn tn
Frekuensi
1 minggu sekali (F1) 11,39 29,06 49,86
2 minggu sekali (F2) 11,92 28,81 48,72
3 minggu sekali (F3) 11,47 29,75 47,08
BNT 5% tn tn tn
KK 17,79 15,98 13,71
Keterangan : HST = hari setelah tanam; tn = tidak nyata; KK = koefisien keragaman.

kelembaban yang kurang, oksigen yang hara yang lebih besar dari pada bagian
berlebih dan tanpa naungan, menyebabkan tanaman cabai yang lain pada saat tanaman
mikrobia tersebut tidak berkembang dan berumur 34 HST. Menurut Gardner dkk.
mati. Para produsen pupuk hayati (1991) menyatakan bahwa sepanjang masa
sebenarnya mengandalkan produk ikutan pertumbuhan vegetatif, akar, daun dan
dalam kemasan pupuk hayati tersebut batang merupakan bagian-bagian dari
antara lain enzim, hormon, dan nutrisi yang tanaman yang kompetitif dalam pe-
diharapkan dapat berpengaruh pada manfaatan hasil asimilasi. Sehingga
pertumbuhan tanaman. Namun, keberdaan kemungkinan proporsi energi yang di-
komponen ini dalam jumlah yang kecil dan butuhkan untuk proses pertumbuhan
tidak stabil sehingga efeknya pada tanaman cabang tanaman lebih besar dari pada
juga tidak konsisten. energi yang dibutuhkan untuk proses per-
tumbuhan bagian tanaman lainnya.
Jumlah Cabang Sedangkan perlakuan konsentrasi pem-
Hasil analisis ragam yang ditunjukkan berian pupuk hayati tidak berpengaruh
pada tabel 3 menunjukkan bahwa tidak terhadap jumlah cabang tanaman cabai
terjadi interaksi yang nyata antara perlakuan besar pada umur pengamatan 48 dan 62
konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk HST. Hal ini dikarenakan unsur hara yang
hayati terhadap jumlah cabang per tanaman diserap tanaman lebih banyak digunakan
cabai besar pada semua umur pengamatan untuk pembentukan bunga dan buah karena
yaitu 34, 48 dan 62 HST. Namun pemberian pada saat tanaman berumur 48 dan 62 HST
konsentrasi pupuk hayati yang berbeda merupakan fase dimana tanaman telah
secara terpisah memberikan pengaruh yang memasuki fase generatif.
nyata terhadap jumlah cabang per tanaman
cabai besar pada umur 34 HST. Pemberian Bobot Segar Total Tanaman
frekuensi pupuk hayati yang berbeda tidak Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap tidak terjadi interaksi yang nyata antara
jumlah cabang per tanaman cabai besar perlakuan konsentrasi dan frekuensi
pada semua umur pengamatan yaitu 34, 48 pemberian pupuk hayati terhadap bobot
dan 62 HST. Berdasar tabel 3, dapat segar buah tanaman pada semua umur
dijelaskan, pertumbuhan cabang pada umur pengamatan panen. Namun perlakuan
pengamatan 34 HST menunjukkan peng- pemberian konsentrasi pupuk hayati yang
aruh nyata pada pemberian konsentrasi 10 berbeda menunjukkan berpengaruh nyata
ml l-1. Hal ini diduga karena cabang terhadap bobot segar buah per tanaman
tanaman cabai mendapat asupan unsur cabai besar. Perlakuan frekuensi pemberian
88

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 84 ± 91

pupuk hayati tidak berpengaruh nyata meningkatkan kesuburan tanah karena


terhadap bobot segar buah per tanaman bakteri yang terkandung dalam konsentrasi
maupun bobot segar per buah. Hasil panen tersebut dapat bekerja maksimal dalam
pada perlakuan konsentrasi 5 ml l -1 merombak dan memfasilitasi asupan unsur
pemberian pupuk hayati memiliki bobot hara yang dibutuhkan tanaman. Selain itu
segar buah per tanaman paling tinggi pada konsentrasi 5 ml l-1 tidak ada
daripada perlakuan konsentrasi 10 ml l -1, kompetisi antara bakteri dan tanaman cabai
konsentrasi 15 ml l -1 pemberian pupuk besar dalam memperebutkan nutrisi.
hayati dan tanpa pemberian pupuk hayati Kompetisi terjadi jika dua jenis mikro-
yaitu sebesar 1208,93 g tan-1. Hal ini organisme memerlukan sesuatu yang sama
menunjukkan bahwa dengan pemberian dan jumlahnya terbatas seperti nutrisi,
konsentrasi 5 ml l-1 pupuk hayati dapat ruang atau udara.

Tabel 3 Rata - Rata Jumlah Cabang Tanaman Cabai Besar Akibat Perlakuan Berbagai
Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Hayati pada Berbagai Umur
Pengamatan
Rerata Jumlah Cabang (buah) pada Berbagai Umur Pengamatan
Perlakuan
34 HST 48 HST 62 HST
Konsentrasi
5 ml l-1 (K1) 1,47 a 5,44 18,72
10 ml l-1 (K2) 2,81 b 5,33 18,39
15 ml l-1 (K3) 1,44 a 5,17 18,06
BNT 5% 0,37 tn tn
Frekuensi
1 minggu sekali (F1) 1,94 5,33 17,89
2 minggu sekali (F2) 1,72 5,17 18,11
3 minggu sekali (F3) 2,06 5,44 19,17
BNT 5% tn tn tn
KK 12,88 27,69 16,01
Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada umur yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST = hari setelah tanam; tn = tidak nyata; KK =
koefisien keragaman.

Tabel 4 Rata - Rata Bobot Segar Buah per Tanaman Cabai Besar Akibat Perlakuan Berbagai
Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Hayati pada Umur Pengamatan Panen
Rerata Bobot Rerata Bobot Rerata Hasil Panen ton
Segar (g) per Segar Buah (g) per hektar (ton ha-1)
Perlakuan
Buah per Tanaman
Cabai Besar
Konsentrasi
5 ml l-1 (K1) 11,54 1208,93 b 15,99 b
10 ml l-1 (K2) 11,43 922,82 a 12,21 a
15 ml l-1 (K3) 10,88 797,81 a 10,55 a
BNT 5% tn 207,24 2,74
Frekuensi
1 minggu sekali (F1) 11,30 976,21 12,91
2 minggu sekali (F2) 11,40 978,80 12,95
3 minggu sekali (F3) 11,16 974,56 12,89
BNT 5% tn tn tn
KK 10,13 21,24 21,22
Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST = hari setelah tanam; tn = tidak nyata; KK
= koefisien keragaman.
89

Wahyuningratri, dkk, Pengaruh Konsentrasi dan ...

Kompetisi merupakan bagian dari panen. Dengan semakin banyak jumlah


mekanisme antagonis yang berarti suatu buah yang dipanen walaupun memiliki
keadaan interaksi antar berbagai bobot segar per buah yang kecil maka hasil
organisme, dimana pertumbuhan suatu panen yang didapatkan akan meningkat.
organisme terganggu oleh kehadiran Jumlah buah panen dapat menjadi
organisme lainnya. Tidak adanya kompetisi penyebab peningkatan hasil panen diduga
ini ditunjukkan dengan kandungan unsur karena unsur K yang dibutuhkan tanaman
hara yang lebih banyak terdapat pada lahan cabai tersedia. Hasil analisis tanah awal dan
yang diberikan pupuk hayati konsentrasi 5 akhir juga menunjukkan adanya pe-
ml l-1 bila dibandingkan dengan kandungan ningkatan unsur hara K. Lingga dan
unsur hara pada lahan yang diberikan Marsono (2007) menjelaskan, pada fase
pupuk hayati pada konsentrasi yang lain. generatif dari terbentuknya buah seperti
Akan tetapi frekuensi pemberian pupuk jumlah buah dan berat buah tentu saja tidak
hayati tidak memberikan pengaruh terhadap lepas dari peranan unsur hara yang
bobot segar buah per tanaman sehingga terdapat pada tanah dan penambahan
kemungkinan perlu ditambahkan frekuensi pupuk. Pada fase ini unsur hara makro P
pemberian pupuk hayati. Pemberian dan K berperan aktif, sebab unsur P ber-
konsentrasi pupuk hayati dapat me- fungsi untuk mempercepat pembungaan,
ningkatkan bobot segar buah per tanaman. pemasakan biji, dan buah. Unsur K ber-
Hal ini terlihat dari perbandingan antara fungsi untuk memperkuat bagian tubuh
hasil bobot segar buah per tanaman yang tanaman seperti daun, bunga dan buah
didapat dengan deskripsi varietas cabai tidak mudah gugur, meningkatkan daya
besar. Bobot segar buah per tanaman yang tahan tanaman terhadap kekeringan dan
terdapat didalam deskripsi yaitu ± 0,7 kg penyakit serta meningkatkan mutu dari biji.
sedangkan bobot segar buah per tanaman
yang diperoleh dalam penelitian rata-rata Indeks Panen
diatas 1 kg. Namun, pemberian konsentrasi Berdasarkan tabel 5 dijelaskan
dan frekuensi pupuk hayati tidak menunjuk- bahwa meningkatnya hasil panen ternyata
kan pengaruh nyata terhadap bobot segar tidak memberikan pengaruh terhadap
per buah. Walaupun bobot segar per buah indeks panen. Indeks panen menunjukkan
tidak memberikan pengaruh yang nyata, efektivitas tanaman dalam memanfaatkan
bobot segar per buah pada penelitian ini hasil fotosintesis. Kemungkinan yang terjadi
memiliki bobot segar per buah yang karena konsentrasi dan frekuensi pupuk
mendekati deskripsi varietas tanaman cabai hayati yang diberikan hanya berpengaruh
besar. Peningkatan yang terjadi pada bobot terhadap bobot segar hasil tanaman (Tabel
segar buah per tanaman diduga akibat dari 4). Hal ini menunjukkan bahwa hasil
banyaknya jumlah buah panen, sehingga fotosintesis lebih banyak digunakan untuk
walaupun bobot per buah memiliki bobot perkembangan buah. Menurut Syafruddin et
yang kurang dari deskripsi varietas tanaman al. (2006), menyatakan bahwa indeks panen
cabai besar namun memiliki jumlah buah yang tinggi menunjukkan bahwa proses
yang dipanen lebih banyak. fotosintesis cukup baik karena hasil
fotosintat lebih banyak terakumulasi pada
Jumlah Buah Panen Total Tanaman biji. Walaupun indeks panen tidak mem-
Berdasarkan gambar 1 dapat di- berikan pengaruh terhadap pemberian
jelaskan bahwa jumlah buah panen yang konsentrasi dan frekuensi pupuk hayati,
dipanen mengalami peningkatan setiap kali namun indeks panen tanaman cabai besar
panen. Pada pembahasan diatas telah di- pada perlakuan konsentrasi 5 ml l -1 pem-
sebutkan bahwa kemungkinan peningkatan berian pupuk hayati lebih besar daripada
hasil panen dipengaruhi oleh jumlah buah perlakuan yang lain.
90

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 84 ± 91

Jumlah Buah Panen (buah)


800
700 687
600
567 572
500
449
400
347 365 jumlah buah panen (buah)
300
200
134
100 77 79
58
0

Gambar 1 Kurva jumlah total buah panen

Tabel 5 Rata - Rata Indeks Panen Tanaman Cabai Besar Akibat Perlakuan Berbagai
Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Hayati pada Berbagai Umur
Pengamatan
Perlakuan Rerata Indeks Panen Tanaman Cabai Besar
Konsentrasi
5 ml l-1 (K1) 2,43
10 ml l-1 (K2) 2,14
15 ml l-1 (K3) 1,67
BNT 5% tn
Frekuensi
1 minggu sekali (F1) 1,94
2 minggu sekali (F2) 2,06
3 minggu sekali (F3) 2,25
BNT 5% tn
KK 30,96
Keterangan : HST = hari setelah tanam; tn = tidak nyata; KK = koefisien keragaman.

KESIMPULAN Barbieri, P. 2006. Wheat Inoculation with


Azospirillum sp. Sp6 and some
Pengaplikasian konsentrasi pupuk mutants altered in Nitrogen Fixation
hayati secara terpisah dengan konsentrasi and Indole 3 - Acetic Acid Production.
yang rendah dapat meningkatkan hasil J. FEMS Microbiology Letters . 3(8):
pada parameter bobot segar buah per 87-90.
tanaman dan jumlah buah panen tanaman Bastari, T. 2006. Penerapan Anjuran
cabai besar (C. annum L.). Teknologi untuk Meningkatkan
Efisiensi Penggunaan Pupuk. Pusat
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Tanah dan Agriklomat.
Badan Litbang Pertanian. Bogor.
Asroh, A. 2010. Pengaruh Takaran Pupuk Fallik, E. 2008. Identification and
Kandang dan Interval Pemberian Qualification of IAA and IBA
Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan Azospirillum sp. Inoculated Maize
dan Hasil Tanaman Jagung Manis Roots. J. Soil Biochemical. 2(1): 147-
(Zea mays Saccharata Linn). J. 153.
Agronomi. 2 (4): 144-148.
91

Wahyuningratri, dkk, Pengaruh Konsentrasi dan ...

Fallik, E. and Y. Okon. 2006. The Lingga dan Marsono. 2007. Edisi Revisi.
Responses of Maize (Zea mays) to Petunjuk Penggunaan Pupuk. PT
Azospirillum Inoculation in Various Penebar Swadaya. Jakarta.
Types of Soils in the Field. World J. Nugrahani, O., Suprihatin, dan Yohanes
Biotechnology. 1 (2): 511-515. Hendro Agus. 2012. Pengaruh
Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Berbagai pupuk hayati terhadap
Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman pertumbuhan dan hasil tanaman sawi
Budidaya. Universitas Indonesia sendok (Brassica juncea (L.)(zern.))
Pres. Jakarta. dengan budidaya secara ramah
Gunarto, L. 2009. Isolation and Selection of lingkungan. J. Agriculture. 24 (1) : 29-
Indigenous Azospirillum spp. from a 34.
Subtropical Island, and Effect of Simanungkalit. 2006. Aplikasi Pupuk
Inoculation on Growth of Lowland Hayati dan Pupuk Kimia : Suatu
Rice Under Several Levels of Nitogen Pendekatan Terpadu. J. Agronomi
Application. J. Biology Fertilization Bioteknologi. 4 (2): 56-61.
Soils. 2 (8): 129-135. Syafruddin, M. Rauf, R.Y Arvan dan M.
Hamastuti, H. 2012. Peran Mikroorganisme Akil. 2006. Kebutuhan Pupuk N, P,
Azotobacter sp., Pseudomonas sp., dan K Tanaman Jagung pada Tanah
Aspergillus niger pada Pembuatan Inceptisol Hapluslepts. J. Penelitian
Kompos Limbah Sludge Industri Pertanian Tanaman Pangan. 25 (1):
Pengolahan Susu. Jurnal Teknik 1-8.
Pomits. 1(1):1-5.

Anda mungkin juga menyukai