Anda di halaman 1dari 12

95

Plantropica: Journal of Agricultural Science 2020. 5(2):95 - 106

Profil Mikromorfologi Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC) Mutan Akibat


Iradiasi Sinar Gamma Cobalt-60
Winged-bean Micromorphology Profile (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC)
Mutants Due to Irradiation of Gamma Cobalt-60 Rays
Siti Samiyarsih, Anisa Rohma, Nurtjahjo Dwi Sasongko, Nur Fitrianto*

Departemen Botani, Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman


Jalan Dr. Suparno No. 63 Purwokerto 53122, Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia
Telp:(0281) 638794 Fax: (0281) 631700

*Korespondensi: nurfitrianto17@gmail.com

Diterima 6 Juni 2020 / Disetujui 15 Juli 2020

ABSTRAK
Mutasi fisik menggunakan sinar Cobalt-60 merupakan salah satu cara yang dapat digunakan
dalam pemuliaan tanaman. Karaktrisasi daun kecipir mutan merupakan bagian dari program pemuliaan
tanaman untuk mengetahui keragaman genetik yang berpengaruh dalam peningkatan produksi. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui struktur anatomi daun kecipir polong pendek yang teradiasi sinar
Cobalt-60 dengan dosis 75Gy dan lama penyinaran 10 menit, dan mengetahui perbedaan karakter
anatomi daun kecipir polong pendek pada tanaman tipe liar dan tanaman yang teradiasi sinar Cobalt-60
dengan dosis 75Gy dan lama penyinaran 10 menit. Metode penelitian menggunakan survey dengan
teknik pengambilan sampel secara acak. Sampel daun dibuat preparat mikroskopis dengan membuat
preparat segar dan preparat awetan (metode parafin). Variabel yang diamati adalah karakter anatomi
daun kecipir, dengan parameter tebal kutikula, tebal epidermis, tebal mesofil, tebal daun, rasio palisade,
ukuran stomata (panjang dan lebar) dan jumlah stomata. Metode analisis yang digunakan adalah secara
deskriptif untuk mengetahui perbedaan karakter anatomi daun pada tanaman tipe liar dan tanaman yang
termutasi sinar Cobalt-60. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur anatomi daun kecipir terdiri dari
tiga sistem jaringan, yaitu epidermis, mesofil, dan jaringan vaskuler. Iradiasi sinar Cobalt-60 dengan dosis
75x10 menyebabkan penurunan terhadap tebal epidermis, tebal mesofil, tebal daun dan jumlah stomata
per mm2 luas daun. Daun kecipir yang teradiasi memiliki tebal epidermis atas 8,3 µm, epidermis bawah
4,5 µm; tebal mesofil 58; tebal daun 75,5 µm; jumlah stomata atas 4,5 per mm2 daun; stomata bawah
15,5 per mm2.
Kata kunci: Cobalt-60, kecipir, mikromorfologi, mutan.

ABSTRACT
The characterization of the mutant winged bean leaf is a part of a plant breeding program to know
the genetic diversity that affecting production enhancement. This study aimed to identify the anatomical
structure of short-winged been leaf that had been irradiated with Cobalt-60 light in 75Gy dosage for 10
minutes and to know the difference of anatomical character between wild type and mutant type by Cobalt-
60 irradiation of short-winged bean leaf. The study was conducted by a survey method and random
sampling. The leaf samples were made in two different samples (fresh and preserved paraffin). The
observed variables were the anatomical characters of winged leaves, with some parameters like the
96

Siti Samiyarsih, Profil Mikromorfologi Kecipir…

cuticle thickness, epidermis thickness, mesophyll thickness, leaves thickness, palisade ratio, stomata size
(length and width) and the stomata density. The analytical method used was descriptive to know the
differences of leaf anatomical characters between control and mutated by plant Cobalt-60. The result
showed that the anatomical structure of winged bean leaves consists of three tissue systems, namely
epidermis, mesophyll, and vascular tissue. Irradiation of Cobalt-60 at 75Gy, 10 minutes causes the
decrease in epidermis thickness, mesophyll thickness, leaves thickness, and the number of stomata per
mm2. The winged been mutant leaf is characterized by 8,3 μm upper epidermis, 4,5 μm lower epidermis;
mesophyll thickness 58 μm; leaves width 75.5 μm; and the number of upper stomata of 4.5 unit per mm2
and smaller stomata 15,5 unit per mm2.
Keywords : Cobalt-60, micromorphology, mutant, winged-bean

PENDAHULUAN Krisnawati (2010) keunggulan pada tanaman


kecipir akan kandungan proteinnya yang
Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.)
sangat tinggi dapat dimanfaatkan sebagai
DC) merupakan salah satu jenis sayuran
sumber pangan alternatif untuk perbaikan
polong yang termasuk dalam famili kacang-
gizi masyarakat, maka tanaman kecipir perlu
kacangan (Fabaceae) dan sudah dikenal di
dilakukan upaya peningkatan produksi.
Indonesia meskipun belum dibudidayakan
Peningkatan produksi bisa dilakukan dengan
secara luas. Menurut Rismunandar (1983)
berbagai cara, antara lain melalui usaha
penanaman kecipir belum dilakukan secara
pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman
sungguh-sungguh hanya sebagai tanaman
dapat dilakukan dengan merakit varietas
pagar, sehingga informasi mengenai
unggul. Salah satu upaya peningkatan
produksi dan keunggulannya masih sangat
keragaman yaitu dengan induksi mutasi.
terbatas. Masyarakat umumnya
Teknik mutasi merupakan salah satu metode
memanfaatkan tanaman kecipir hanya
pemuliaan tanaman yang banyak digunakan.
sebatas polong mudanya saja sebagai
Teknik ini menggunakan agen mutagen,
sayur, sehingga tidak banyak masyarakat
seperti sinar Cobalt, untuk menginduksi
yang mengetahui keunggulan gizi yang ada
terjadinya mutasi pada tanaman. Mutan-
pada tanaman kecipir.
mutan yang dihasilkan kemudian dapat
Menurut Setyohadi et al. (2016) biji kecipir dijadikan sebagai populasi dasar untuk
merupakan salah satu bagian dari tanaman seleksi dalam program pemuliaan lebih
kecipir yang mempunyai harapan baik lanjut (Sobir, 2007).
sebagai sumber protein nabati, karena
Upaya untuk mengetahui keragaman suatu
kandungan proteinnya yang tinggi sekitar 30-
tanaman dapat dilakukan berdasarkan
37%. Protein biji kecipir merupakan protein
karakter anatomi. Karakter anatomi
yang berkualitas baik karena mengandung
merupakan salah satu karakter yang dipakai
asam amino yang lengkap dengan kadar
dalam sistem taksonomi selain karakter
yang tinggi. Kandungan asam amino
morfologi, karena menurut Sulistiarini (1989)
esensial penyusunannya setara dengan
karakter anatomi cenderung bersifat konstan
kedelai, bahkan kandungan asam amino lisin
dibandingkan karakter morfologi.
dan sistein lebih tinggi dari pada kedelai.
Karakteristik jumlah stomata, bentuk sel
Proporsi kandungan protein, lemak dan
epidermis, dan struktur mesofil daun bersifat
karbohidrat biji kecipir lebih unggul
konstan pada setiap spesies, sehingga
dibandingkan daging sapi, domba dan
dapat dijadikan sebagai acuan untuk
kacang-kacangan lainnya.
membantu proses identifikasi dan klasifikasi
Kandungan gizi kecipir antara lain protein, serta menunjang pengembangan varietas
lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, unggul untuk mendukung program
vitamin A, vitamin B1 dan vitamin C. Menurut
97

Siti Samiyarsih, Profil Mikromorfologi Kecipir…

pemuliaan tanaman (Rahayu & Handayani, Pembuatan dan pengamatan profil


2008). mikroanatomi daun kecipir dilakukan di
Laboratorium Struktur Perkembangan
Kajian secara ilmiah mengenai tanaman
Tumbuhan Fakultas Biologi UNSOED.
kecipir ini perlu dilakukan sehingga tanaman
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
kecipir dapat dibudidayakan secara optimal.
Februari sampai Juli 2017. Bahan yang
Penerapan teknik mutasi diharapkan dapat
digunakan dalam penelitian ini adalah daun
memberikan variasi genetik pada tanaman
Kecipir mutan polong pendek yang kontrol
kecipir. Menurut Maesaroh et al. (2014)
dan yang termutasi sinar Cobalt-60, alkohol
tanaman yang diberi perlakuan sinar Cobalt
96%, xilol, albumin-gliserin, parafin, entelan,
menyebabkan peningkatan keragaman
kutek bening, etanol absolut, larutan FAA,
genetik secara acak. Penggunaan sinar
pewarna safranin 1%, dan aquades.
Cobalt efektif untuk memperoleh varietas
mutan dalam rangka pemuliaan tanaman. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
Hingga saat ini penelitian mengenai karakter adalah mikroskop cahaya, rotary microtom,
anatomi daun kecipir yang termutasi sinar kantong plastik, pipet tetes, cutter atau silet,
Cobalt masih sangat terbatas. Berdasarkan object glass, cover glass, label, gelas ukur,
uraian di atas, maka dirumuskan pinset, beaker glass, botol flakon, spidol
permasalahan bagaimana karakter anatomi marker, alat tulis, kayu holder ukuran 2x2x2
daun kecipir yang mengalami mutasi, dan cm, baki, bunsen, stopwacth, cawan petri,
apakah terdapat perbedaan karakter hot plate, tissue, dan camera digital.
anatomi daun kecipir pada tanaman kontrol
Pengambilan sampel daun kecipir yang
dan tanaman yang mengalami mutasi?
digunakan sebagai sampel adalah dari daun
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui
kecipir polong pendek yang kontrol dan yang
profil mikromorfologi daun kecipir
teradiasi sinar Cobalt-60. Daun kecipir yang
(Psophocarpus tetragonolobus) polong
diambil adalah daun ke lima dari cabang
pendek yang termutasi sinar Cobalt-60
yang paling ujung. Masing-masing daun
dengan dosis 75 Gy dan lama penyinaran 10
diambil dari tiga (3) tanaman sebagai
menit. (2) Mengetahui perbedaan karakter
ulangan. Sampel daun dibuat preparat segar
anatomi daun kecipir (Psophocarpus
dan preparat awetan menggunakan metode
tetragonolobus) polong pendek pada
parafin.
tanaman kontrol dan tanaman yang
termutasi sinar Cobalt-60 dengan dosis 75 Sampel daun kecipir yang diteliti karakteristik
Gy dan lama penyinaran 10 menit. stomata dibuat preparat segar menurut
Rompas et al. (2011) dan Samiyarsih et al.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
(2020), sebagai berikut: Setiap bagian
adalah memberikan informasi mengenai
bawah dan atas daun kecipir diolesi dengan
karakter anatomi daun kecipir (P.
kutek tipis dan dibiarkan sampai mengering.
tetragonolobus) yang termutasi sinar Cobalt-
Lapisan kutek bagian bawah dan atas daun
60. Sehingga dapat digunakan untuk
kecipir dilepas kemudian diletakkan di object
meningkatkan produksi tanamna kecipir
glass, ditetesi akuades dan ditutup dengan
khususnya dalam program pemuliaan
cover glass. Preparat segar kemudian
tanaman. Hasil anatomi daun yang diamati
diamati di bawah mikroskop.
dapat digunakan sebagai materi
pembelajaran anatomi dan perkembangan Pembuatan Preparat Anatomi Daun dengan
tumbuhan yang berhubungan dengan Metode Parafin
anatomi daun dikotil, khususnya pada Pembuatan preaparat organ daun dengan
tanaman kecipir. metode parafin menurut Sass (1958) adalah
BAHAN DAN METODE sebagai berikut: Daun dipotong ± 1 cm
menggunakan cutter atau silet yang tajam.
98

Siti Samiyarsih, Profil Mikromorfologi Kecipir…

Fiksasi: Potongan daun tersebut kemudian bertingkat dengan larutan xilol I, xilol II,
dimasukkan ke dalam botol flakon yang xilol:etanol (3:1), xilol:etanol (1:1), xilol:etanol
berisi larutan fiksatif FAA selama 24 jam. (1:3), etanol absolut, alkohol 96%, alkohol
Komposisi larutan fiksatif FAA adalah 80%, alkohol 70% masing-masing selama 30
formalin 5 ml, asam asetat glasial 5 ml dan menit. Setelah itu object glass dimasukkan
alkohol 70% 90 ml. Dehidrasi: Setelah 24 ke dalam zat warna safranin 1% dalam
jam larutan FAA dibuang lalu diganti alkohol alkohol 70% selama 1-2 jam. Dehidrasi
dengan konsentrasi secara bertingkat, yaitu dilakukan secara bertingkat dengan alkohol
70%, 80%, 96% dan etanol absolut I & II 70%, alkohol 80%, alkohol 96%, dan etanol
masing-masing selama 30 menit. absolut masing-masing selama 30 menit.
Dealkoholisasi (penjernihan): Setelah Dealkoholisasi secara bertingkat dengan
dehidrasi dilakukan proses dealkoholisasi etanol:xilol (3:1), etanol:xilol (1:1), etanol:xilol
(penjernihan) yaitu sampel daun dipindahkan (1:3), xilol I, xilol II masing-masing selama 30
ke dalam larutan etanol-xilol berturut-turut menit. Penutupan (Mounting): Irisan daun
dengan perbandingan etanol dan xilol 3:1, pada object glass ditetesi dengan entelan
1:1, 1:3, xilol I, xilol II masing-masing selama dan ditutup dengan cover glass, diberi label
30 menit. Infiltrasi parafin: Potongan sampel dan dikeringkan di atas termostat pada suhu
daun dimasukkan ke dalam campuran 450C sampai kering.
xilol:parafin 1:9 selama 24 jam di dalam
Pengamatan Preparat diamati dibawah
oven dengan temperatur 60oC. Setelah 24
mikroskop. Pengukuran Tebal Kutikula,
jam, campuran xilol:parafin 1:9 diganti
Tebal epidermis, Tebal Mesofil, dan tebal
dengan parafin murni selama 2 jam di dalam
daun
oven dengan temperatur 60oC. Pembuatan
Blok: Selanjutnya sampel daun ditanam Pengukuran tebal daun, tebal kutikula dan
dalam kotak karton yang berisi parafin cair, tebal mesofil menurut Sulistyaningsih et al.
dan diatur posisisnya sehingga tepat berada (1994) dan Samiyarsih et al (2019) adalah
ditengah dan terselubungi oleh parafin dan sebagai berikut: Preparat awetan daun
dibiarkan membeku. Sectioning: Parafin kecipir diletakkan di atas meja preparat
dilepaskan dari kotak karton, diiris dengan mikroskop, kemudian dicari fokus bayangan
hati-hati, lalu ditempel pada kayu (holder) preparat pada perbesaran 400x. Mikrometer
menurut arah sayatan, dilakukan dengan okuler dipasang pada tabung lensa okuler,
mencairkan sebagian blok parafin dengan kemudian diatur posisi skala sesuai dengan
skalpel yang telah dipanasi kemudian tebal kutikula, tebal epidermis, tebal mesofil,
diletakkan pada kayu (holder). Blok parafin dan tebal daun. Dihitung jumlah skala yang
yang berisi organ daun diiris menggunakan terukur, kemudian dikalikan dengan nilai
mikrotom putar (rotary microtom) dengan kalibrasi skala mikrometer okuler.
tebal irisan ± 10 µm. Penempelan (Affixing) Pengukuran tebal kutikula, tebal epidermis,
Pita-pita hasil irisan kemudian dilakukan tebal mesofil, dan tebal daun dilakukan pada
perekatan dengan cara pita parafin 3 sediaan daun sebagai ulangan.
diletakkan di atas object glass yang sudah
diolesi dengan albumin:gliserin (1:1) dan
akuades. Object glass tersebut kemudian Penghitungan Rasio Palisade: Kalibrasi
diletakkan diatas hot plate sampai pita adalah mencari nilai 1 skala mikrometer
parafin merenggang. okuler, menurut Sass (1951), adalah sebagai
berikut: Penghitungan rasio palisade
Pewarnaan: setelah pita parafin merenggang dilakukan menurut Sass (1958) dan
selanjutnya dilakukan deparafinisasi dengan Samiyarsih et al (2020) adalah sebagai
cara object glass yang berisi pita parafin berikut: Preparat awetan penampang
direndam dalam staining jar secara melintang daun kecipir diletakkan di atas
99

Siti Samiyarsih, Profil Mikromorfologi Kecipir…

meja preparat mikroskop, kemudian dicari


fokus bayangan preparat pada perbesaran
400x. Sel-sel epidermis (4 sel) dan sel-sel
palisade yang ada dibawahnya dihitung
jumlah selnya. Penghitungan rasio palisade
dilakukan pada 3 sediaan daun sebagai
ulangan. Pengukuran Ukuran (Panjang &
Lebar Stomata)
Pengukuran ukuran panjang dan lebar
stomata menurut Sulistyaningsih et al. Gambar 1. Irisan melintang daun kecipir polong
(1994) dan Samiyarsih et al. (2020) adalah pendek pada perbesaran 400x. Keterangan:
1. Kutikula atas, 2. Epidermis atas, 3. Mesofil 4.
sebagai berikut: Preparat segar irisan
Palisade, 5. Bunga karang, 6. Epidermis bawah, 7.
paradermal daun kecipir diletakkan di atas Kutikula bawah, 8. Berkas pengangkut.
meja preparat mikroskop, kemudian dicari
fokus bayangan preparat pada perbesaran Berdasarkan pengamatan terhadap
400x. Mikrometer okuler dipasang pada struktur anatomi daun kecipir terdiri dari tiga
tabung lensa okuler, kemudian diatur posisi
(3) sistem jaringan yaitu epidermis, mesofil,
skala sesuai dengan panjang dan lebar
dan berkas pengangkut (Gambar 1). Daun
stomata. Dihitung jumlah skala yang terukur,
dan biji kecipir memiliki kelenjar sebagai
kemudian dikalikan dengan nilai kalibrasi
skala mikrometer okuler. Pengukuran penghasil minyak (Sasongko et al. 2018).
panjang dan lebar stomata dilakukan hingga Daun kecipir memiliki selapis sel
3 kali ulangan. epidermis pada permukaan atas dan bawah.
Daun kecipir yang telah diamati tidak
Penghitungan Jumlah Stomata per mm2
memiliki trikoma pada epidermis bagian atas
Penghitungan jumlah stomata menurut
maupun epidermis bawahnya. Daun kecipir
Lestari et al. (2009) dan Samiyarsih et al
termasuk ke dalam dikotil dimana mesofil
(2018) adalah sebaga berikut: Preparat
segar daun kecipir diletakkan di atas meja daun terdiferensiasi menjadi parenkim
preparat mikroskop, kemudian dicari fokus palisade dan parenkim bunga karang.
bayangan preparat pada perbesaran 400x. Parenkim palisade hanya terdapat pada
Mikrometer square dipasang di dalam lensa bagian atas yang terdiferensiasi sempurna
okuler mikroskop. Jumlah stomata dihitung memanjang tegak lurus dengan epidermis,
berdasarkan luas mikrometer square. tersusun rapat dan mengandung banyak
Perhitungan jumlah stomata dilakukan pada kloroplas. Parenkim bunga karang terdapat
3 sediaan daun sebagai ulangan. di bagian bawah dengan ukuran relatif kecil
Data yang diperoleh dianalisis secara membulat, susunanya tidak teratur sehingga
deskriptif untuk mengetahui perbedaan banyak mengandung rongga udara. Berkas
karakter mikromorfologi daun kecipir yang pengangkut yang berupa xilem dan floem
termutasi dan yang tidak termutasi sinar terdapat pada bagian tulang daun dan
Cobalt-60. letaknya ada pada daerah parenkim bunga
karang, serta memiliki tipe berkas
HASIL DAN PEMBAHASAN
pengangkut tipe kolateral terbuka yaitu
Struktur anatomi daun kecipir polong pendek diantara xilem dan floem terdapat kambium.
(P. tetragonolobus) yang teradiasi sinar Daun kecipir termasuk dalam tipe daun
Cobalt-60. dorsiventral atau bifasial yaitu daun yang
memiliki parenkim palisade di satu sisi dan
parenkim bunga karang di sisi yang lain
100

Siti Samiyarsih, Profil Mikromorfologi Kecipir…

(Fahn, 1991). Berdasarkan pengamatan Perubahan terjadi dalam hal ukuran dan
anatomi, daun kecipir tidak ditemukannya jumlah, terlihat dari ketebalan kutikula, tebal
Kecipir Tebal kutikula Tebal epidermis (µm) Tebal mesofil Tebal daun Rasio palisade (per sel)
polong (µm) (µm) (µm)
pendek

trikoma pada permukaan atas dan epidermis, tebal mesofil, tebal daun, ukuran
bawahnya. Stomata pada kecipir termasuk stomata, jumlah stomata, dan rasio palisade.
ke dalam tipe stomata anisositik yaitu setiap Struktur daun kecipir yang teradiasi sinar
sel penjaga dikelilingi oleh tiga sel tetangga Cobalt-60 tidak menunjukkan adanya
yang ukurannya tidak sama, dan sel penutup kerusakan, tetapi menyebabkan sedikit
berbentuk ginjal (Gambar 2). Letak stomata perbedaan jika dibandingkan dengan kontrol.
daun kecipir polong pendek berada pada Hasil pengamatan terhadap karakter
permukaan atas dan permukaan bawah anatomi daun kecipir yang teradiasi sinar
daun sehingga disebut amfistomatik (Fahn, Cobalt-60 dengan dosis 75x10 dan daun
1991) serta memiliki stomata yang letaknya kecipir kontrol (tanpa radiasi) diperoleh hasil
menyebar. Permukaan epidermis atas dan seperrti yang tersaji dalam tabel 1.
epidermis bawah daun kecipir terdapat
stomata yang jumlahnya pada permukaan Tebal Kutikula
bawah lebih banyak dibandingkan Berdasarkan hasil pengamatan, pada
permukaan atas. Sesuai dengan pernyataan permukaan atas tanaman kontrol memiliki
Campbell et al., 2003), jumlah stomata lebih tebal kutikula sebesar 1,2 µm, sedangkan
banyak pada permukaan bawah tanaman teradiasi yaitu 1,4 µm, permukaan
dibandingkan permukaan atas daun, hal ini bawah pada tanaman kontrol memiliki tebal
merupakan suatu mekanisme adaptasi kutikula sebesar 1 µm, sedangkan tanaman
terhadap lingkungan darat. yang teradiasi yaitu 1,2 µm (tabel 1).
Tanaman kecipir yang terkena radiasi sinar
Cobal-60 dengan dosis 75x10 memiliki
kutikula yang lebih tebal pada permukaan
atas dibandingkan dengan tanaman kontrol.
Hal tersebut terkait respon tanaman
terhadap lingkungan. Tanaman yang
teradiasi diduga lebih responsif terhadap
Gambar 2. Stomata daun kecipir polong pendek sinar Cobalt-60 dibandingkan dengan
(perbesaran 400x (A) tanaman kontrol (B)
tanaman kontrol dengan meningkatkan tebal
tanaman teradiasi sinar Cobalt-60 (75x10).
Keterangan: 1. Sel epidermis, 2. Sel tetangga, 3. Sel
kutikula pada permukaan atasnya, sehingga
penutup, 4. Porus, 5. Mikrometer line dapat mengurangi laju transpirasi pada
Sehingga hal tersebut dapat mengurangi daun. Menurut Qosim (2006) tanaman yang
transpirasi pada permukaan (Tambaru et al., memiliki tebal kutikula lebih besar
2014). kemungkinan memiliki sifat lebih toleran
Iradiasi sinar Cobalt-60 pada tanaman terhadap kekeringan, karena kutikula yang
kecipir tidak menunjukkan adanya lebih tebal dapat mengurangi laju transpirasi
perubahan pada struktur anatomi daun. air. Kutikula juga befungsi untuk melindungi

Tabel 1. Rata-rata karakter anatomi daun kecipir polong pendek (Psophocarpus tetragonolobus) (µm).
101

Siti Samiyarsih, Profil Mikromorfologi Kecipir…

Atas Bawah Atas Bawah


Kecipir 1.2 1 10.8 5.3 77.8 101.8 5.5
Kontrol

Kecipir 1.4 1.2 8.3 4.5 58 75.5 6.1


mutan (Dosis
75 x 10)
Perbedaan ±14% ±16% ±23% ±15% ±25% ±25% ±9%
(%)
Tebal Mesofil
tanaman dari serangan hama dan penyakit. Mesofil pada tanaman kontrol
Menurut Dickison (2000) iradiasi sinar Cobalt maupun tanaman yang terkena radiasi
dapat meningkatkan ketebalan kutikula, menunjukkan adanya perbedaan dalam hal
epidermis, palisade dan tebal daun pada ketebalan. Berdasarkan pengukuran,
tanaman, walaupun kisaran kenaikannya tanaman kontrol memiliki tebal mesofil
bervariasi dan tidak menunjukkan pola sebesar 77,8 µm, sedangkan tanaman yang
terhadap kenaikan dosis iradiasi. teradiasi mempunyai tebal mesofil sebesar
58 µm (tabel 1). Tanaman kecipir yang
Tebal Epidermis terkena radiasi sinar Cobal-60 dengan dosis
Berdasarkan pengukuran tebal 75x10 memiliki mesofil yang lebih tipis dari
epidermis, pada permukaan atas tanaman tanaman kontrol. Tanaman yang terkena
kontrol memiliki tebal epidermis sebesar radiasi terlihat mempunyai parenkim
10,8 µm, sedangkan tanaman yang teradiasi palisade lebih pendek dari tanaman kontrol,
8,3 µm. Permukaan bawah pada tanaman dan banyak mengandunng kloroplas
kontrol mempunyai tebal epidermis sebesar sehingga mesofilnya terlihat lebih kecil
5,3 µm, sedangkan pada tanaman teradisasi (gambar 3). Iradiasi sinar Cobalt-60 diduga
4,5 µm. Tanaman kecipir yang terkena menyebabkan perubahan pada ketebalam
radiasi sinar Cobal-60 dengan dosis 75x10 mesofil daun yang terjadi pengurangan
memiliki epidermis yang lebih tipis ukuran sel palisade, yang didukung dengan
dibandingkan dengan tanaman kontrol. Hal faktor lingkungan seperti kekeringan yang
tersebut disebabkan karena radiasi sinar dapat mempengaruhi perubahan karakter
Cobalt bersifat secara acak, sehingga radiasi anatomi daun. Menurut penelitian
dapat meningkatkan pertumbuhan atau Purwitasary (2006) menyatakan bahwa
menyebabkan kematian pada tanaman, terjadi pengurangan ukuran sel palisade dan
iradiasi sinar Cobalt pada tanaman bisa ruang interseluler pada mesofil bunga
berdampak positif dan berdampak negatif karang akibat cekaman kekeringan. Jaringan
(Sutapa & Kasmawan, 2016). Perubahan mesofil merupakan bagian utama yang
ketebalan epidermis akibat iradiasi sinar menyusun helaian daun, sehingga
Cobalt-60 dapat terjadi karena sifat ionisasi perubahan ketebalan pada mesofil akan
sinar Cobalt dapat menembus lapisan sangat berpengaruh pada ketebalan daun.
epidermis dan menyebabkan perubahan.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap
karakter anatomi daun selain dari radiasi

adalah lingkungan seperti ketersediaan air,


intensitas cahaya, konsentrasi CO2, dan
temperatur dapat mempengaruhi ketebalan
epidermis.
102

Siti Samiyarsih, Profil Mikromorfologi Kecipir…

Gambar 3. Irisan melintang anatomi daun kecipir


polong pendek pada perbesaran 400x (A)
Rasio Palisade
Tanaman kontrol (B) Tanaman teradiasi sinar
Cobalt-60 (75x10).
Berdasarkan hasil pengukuran,
tanaman kontrol memilili rasio palisade
Tebal Daun sebesar 5,5 sedangkan tanaman yang
Berdasarkan hasil pengukuran, teradiasi 6,1 (tabel 1). Tanaman kecipir yang
tanaman kontrol memiliki tebal daun sebesar terkena radiasi sinar Cobal-60 dengan dosis
101,8 µm, sedangkan tanaman yang 75x10 memiliki rasio palisade lebih besar
teradiasi memiliki tebal daun sebesar 75,5 dari tanaman kontrol. Palisade pada
µm (tabel 1). Tanaman kecipir yang terkena tanaman teradiasi terlihat lebih kecil dan
radiasi sinar Cobal-60 dengan dosis 75x10 kompak, oleh sebab itu rasio palisade pada
memiliki tebal daun lebih tipis dari tanaman tanaman teradiasi lebih besar (Gambar 3).
kontrol. Terlihat pada gambar 3 tanaman Hal tersebut merupakan respon dari
kontrol memperlihatkan bahwa tebal tanaman kecipir terhadap iradiasi sinar
epidermis, palisade dan bunga karang lebih Cobalt-60, serta rasio palisade akan
besar dari tanaman yang terkena radiasi. meningkat pada kondisi kekurangan air.
Tanaman yang terkena radiasi sinar Cobalt- Menurut Salisbury & Ross (1995) daun
60 dengan dosisi 75x10 pada penelitian ini pada intensitas cahaya penuh akan
menyebabkan ukuran ketebalan daun membentuk sel palisade lebih panjang atau
menjadi kecil, hal tersebut disebabkan membentuk tambahan lapisan palisade.
terjadinya sifat yang dapat menurunkan Parenkim palisade akan berkurang
ukuran akibat radiasi sinar Cobalt-60 yang sebanding dengan berkurangnya intensitas
terjadi secara acak (Lestari et al., 2009). cahaya (Sundari et al., 2008).
Pengaruh iradiasi sinar Cobalt secara biologi
didasarkan pada interaksi dengan atom atau
molekul dalam sel, serta partikel air untuk
membentuk radikal bebas (Kovacs &
Keresztes, 2002). Radikal bebas ini dapat
merusak atau memodifikasi komponen yang
penting pada sel tanaman dan berakibat Gambar 4. Irisan melintang anatomi daun kecipir
pada perubahan tanaman baik secara Polong pendek pada pengukuran rasio Palisade
morfologi, anatomi, biokimia, dan fisiologi (perbesaran 400x) C. Ukuran stomata (panjang dan
lebar stomata) dan jumlah stomata
tanaman, bergantung pada dosis iradiasi
yang diberikan. Menurut Kiong et al. (2008)
Hasil pengukuran ukuran (panjang
perubahan karakter pada tanaman meliputi
dan lebar) dan jumlah stomata daun kecipir
perubahan proliferasi sel, peningkatan
pada tanaman kontrol dan tanaman yang
germinasi, pertumbuhan sel, aktivitas enzim,
teradiasi diperoleh hasil seperti yang tersaji
ketahanan terhadap cekaman lingkungan,
pada tabel 2.
ukuran tanaman, waktu pembungaan, dan
kompatibel sel pada kondisi lingkungan
ekstrim.

Tabel 2. Rata-rata ukuran (panjang dan lebar) dan jumlah stomata daun kecipir polong pendek
(Psophocarpus tetragonolobus) (µm)

Kecipir Panjang stomata Lebar stomata Jumlah Stomata


103

Siti Samiyarsih, Profil Mikromorfologi Kecipir…

polong (µm) (µm) (mm2)


pendek Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah
Kecipir 12.3 13.2 2.5 3 6.1 28.3
Kontrol
Kecipir 13.6 14.8 3.2 3.3 4.5 15.5
mutan
(Dosis 75
x 10)
Perbedaan ±9% ±10% ±21% ±9% ±26% ±45%
(%)
permukaan bawah stomata daun termasuk
teradiasi diperoleh hasil seperti yang tersaji dalam kategori ukuran stomata yang kurang
pada tabel 2. panjang, karena ukuran stomatanya kurang
Berdasarkan hasil pengukuran dari 20 µm. Ukuran panjang stomata
stomata, pada permukaan atas tanaman tersebut berkisar antara 12,3 – 14,8 µm dan
kontrol memiliki panjang stomata sebesar lebarnya berkisar antara 2,5 – 3,3 µm.
12,3 µm, sedangkan pada tanaman yang Menurut Hidayah (2009) ukuran stomata
teradiasi sebesar 13,6 µm. Permukaan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu stomata
bawah pada tanaman kontrol memiliki ukuran kurang panjang (<20 µm), panjang
panjang stomata sebesar 13,2 µm, (20-25 µm) dan sangat panjang (>25 µm).
sedangkan pada tanaman yang teradiasi
sebesar 14,8 µm (tabel 2). Pengukuran pada Jumlah stomata
lebar stomata, pada permukaan atas Berdasarkan hasil pengukuran
tanaman kontrol memiliki lebar stomata jumlah stomata, pada permukaan atas
sebesar 2,5 µm, sedangkan pada tanaman tanaman kontrol memiliki jumlah stomata
yang teradiasi sebesar 3,2 µm. Permukaan sebesar 6,1 per mm2 daun, sedangkan pada
bawah pada tanaman kontrol memiliki lebar tanaman yang teradiasi sebesar 4,5 per mm2
stomata sebesar 3 µm, sedangkan pada daun. Pemukaan bawah pada tanaman
tanaman yang teradiasi sebesar 3,3 µm. kontrol mempunyai jumlah stomata sebesar
Tanaman kecipir yang terkena radiasi sinar 28,3 per mm2 daun, sedangkan tanaman
Cobal-60 dengan dosis 75x10 memiliki yang teradiasi sebesar 15,5 per mm2 daun.
ukuran stomata yang lebih besar Tanaman kecipir yang terkena radiasi sinar
dibandingkan dengan tanaman kontrol baik Cobal-60 dengan dosis 75x10 memiliki
pada permukaan atas maupun bawahnya. jumlah stomata yang lebih sedikit
Hal tersebut diduga bentuk respon daun dibandingkan dengan tanaman kontrol.
terhadap radiasi sinar Cobalt-60 yaitu Induksi mutasi dapat menimbulkan
dengan memperbesar ukuran stomata. perubahan anatomi antara lain jumlah dan
Berdasarkan tabel di atas bahwa jumlah stomata menjadi lebih rendah (Qosim
panjang dan lebar stomata pada tanaman et al., 2007). Selain dari radiasi, jumlah
kontrol dan tanaman yang teradiasi yang
diamati, baik permukaan atas maupun

stomata dapat juga dipengaruhi oleh berhubugan dengan ketahanan tanaman


besarnya ukuran stomata. Semakin besar terhadap kekeringan (Mc Cree & Davis,
ukuran stomata, maka nilai kerapatan 1994). Jumlah stomata dapat dipengaruhi
stomata semakin kecil (Willmer, 1983). oleh faktor lingkungan seperti intensitas
Jumlah stomata pada suatu tanaman juga cahaya, suhu dan kelembaban, semakin
104

Siti Samiyarsih, Profil Mikromorfologi Kecipir…

tinggi intensitas cahaya, jumlah stomata di µm, epidermis bawah 4,5 µm; tebal mesofil
kedua permukaan daun juga semakin 58; tebal daun 75,5 µm; jumlah stomata atas
meningkat. Tanaman kecipir yang memiliki 4,5 per mm2 daun; stomata bawah 15,5 µm.
jumlah stomata yang banyak memungkinkan
pertukaran gas atau penyerapan CO2 yang DAFTAR REFERENSI
tinggi sehingga laju fotosintesis akan lebih
tinggi, sehingga dapat mendukung Campbell, N.A., J.B. Reece & L.G. Mitchell,
pertumbuhan tanaman 2003. Biologi. Edisi Kelima - Jilid 2.
Berdasarkan pengamatan pada Jakarta: Penerbit Erlangga.
tanaman kontrol dan tanaman yang teradiasi Dickison, W.C., 2000. Intregative Plant
sinar Cobalt-60 menunjukkan adanya Anatomy. Tokyo: Academic Press.
perbedaan karakter anatomi daun Fahn, A., 1991. Anatomi Tumbuhan. (Edisi
berdasarkan ukurannya pada beberapa Ketiga). Yogyakarta: Gadjah Mada
parameter yang di amati. Hal ini disebabkan University Press.
oleh faktor lingkungan maupun genetiknya. Hidayah, S.R., 2009. Analisis Karakteristik
Menurut Sitompul & Guritno (1995) Stomata, Kadar Klorofil, dan
menyatakan bahwa faktor genetik yang Kandungan Logam Berat Pada Daun
berbeda akan menyebabkan penampilan Pohon Pelindung Jalan Kawasan
berbeda dan perubahan penampilan ini Lumpur Porong Sidoarjo. Malang:
tergantung berapa besar perubahan Fakultas Sains dan Teknologi,
lingkungan yang terjadi pada lingkungan Universitas Islam Malang.
tumbuh pada genotipe tanaman tersebut. Kiong, A.L.P., Lai, A.G., Hussein, S., &
Iradiasi sinar radiasi sinar Cobalt-60 pada Harun, A.R., 2008. Physiological
tanaman memberikan pengaruh yang Responses of Orthosiphon stamineus
berbeda terhadap perubahan struktur Plantles to Gamma Irradiation.
anatomi daun baik pada irisan melintang American-Eurasian Journal of
atau membujur. Perubahan struktur anatomi Sustainable Agriculture, 2(2)pp.135-
daun pada tanaman tersebut bersifat 149.
individual. Iradiasi dengan dosis yang sama Kovacs, E., & Keresztes. A., 2002. Effect of
belum tentu sama pengaruhnya pada Gamma and UV-B/C Radiation on
tanaman, karena pengaruh mutagen dapat Plant Cell. Micron, 33 pp.199-210.
bersifat acak (random). Krisnawati, A., 2010. Keragaman Genetik
dan Potensi Pengembangan Kecipir
SIMPULAN DAN SARAN (Psophocarpus tetragonolobus L.) di
Indonesia. Jurnal Litbang Pertaniani,
Berdasarkan hasil penelitian dapat 29(3), pp.113-119.
disimpulkan bahwa: mikromorfologi daun Lestari, N.K.D., Astarini, I, A. & Oka, N. I. G.
kecipir terdiri dari tiga (3) sistem jaringan M., 2009. Perubahan Anatomi Stomata
yaitu epidermis, mesofil (parenkim palisade Daun Lili Trumpet (Lilium longiflorum)
dan bunga karang) dan berkas pengangkut Setelah Pemaparan Radiasi Sinar X.
daun kecipir memiliki derivat epidermis yaitu Jurnal Metamorfosa, I(1), pp.1-5.
stomata. Radiasi sinar Cobalt-60 dengan Maesaroh, A., Adi, M. & Alice, Y., 2014.
dosis 75x10 menyebabkan penurunan tebal Analisis RAPD Kecipir Polong Panjang
epidermis, tebal mesofil, tebal daun dan Psophocarpus tetragonolobus (L.) Dc
jumlah stomata per mm2. Daun kecipir yang Hasil Mutasi Iradiasi Sinar Gamma.
teradiasi memiliki tebal epidermis atas 8,3 Scripta Biologica, 1(1), pp. 1-7.
105

Siti Samiyarsih, Profil Mikromorfologi Kecipir…

Mc Cree, K.J. and S.D. Davis. 1994. Effect Biosaintifika: Journal of Biology &
Of Water Stress And Temperature on Biology Education, 10(1): 131-137.
Leaf And on Size And Number Of Samiyarsih S, Naipospos N, Palupi D.
Epidermal Cells In Grain Sorghum. 2019. Variability of Catharanthus
Crop Science 14: 751-705 roseus based on morphological and
Purwitasary, R., 2006. Skrining ex Vitro anatomical characters, and
untuk Toleransi terhadap Cekaman chlorophyll contents. Biodiversitas
Kekeringan pada 12 Varietas Kedelai 20(10):2986-2993.
(Glycine max L. merr) Berdasarkan Sasongko ND, Samiyarsih S. 2018. Half
Respon Pertumbuhan Vegetatif dan seed chromatography-a non
Anatomi Daun. Skripsi. Malang: destructive method in seed’s mass
Jurusan Biologi Fmipa Universitas selection. Prosiding: Pengembangan
Brawijaya. Sumber Daya Perdesaan dan
Qosim, A. W., Roedhy P., Wattimena,G.A., & Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII,
Witjaksono., 2007. Perubahan Anatomi 14-15 November 2018 Purwokerto,
Daun pada Regeneran Manggis Akibat 8(1): 111-122.
Iradiasi Sinar Gamma In Vitro. Sass JE. 1958. Botanical Microtehnique.
Zuriat. 18(1), pp.20-30. Iowa: Iowa State Coll Pr.
Rahayu, S.E., & Handayani, S., 2008. Setyohadi, K.P.T., Andini, P.R., 2016.
Keanekaragaman Morfologi dan Pengaruh Substitusi Tepung Biji
Anatomi Pandanus (Pandanacae) di Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus
Jawa Barat. Vis Vitalis, 1(20), pp.29- L.) dalam Makanan terhadap Kadar
44. Protein Serum Tikus Putih Galur
Rismunandar., 1983. Kecipir: Penghasil Wistar yang Diberi Diet Rendah
Protein dan Karbohidrat yang Protein. Majalah Kesehatan FKUB,
Serbaguna. Bandung: Sinar Baru. 3(2), pp.86-92.
Rompas, Y., Rampe, H.L. & Rumondor, M. Sitompul, M., & Guritno., 1995. Analisis
J., 2011. Struktur Sel Epidermis dan Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta:
Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Gadjahmada.
Orchidaceae. Jurnal Bioslogos, 1(1), Sobir, P.R., 2007. Mangosteen genetic and
pp. 13-19. improvement. Journal Plant Breed,
Salisbury, F.B., & Ross, C.W., 1995. 1(2), pp.105-111.
Fisiologi Tumbuhan. Diterjemahkan Sulistiarini, D., 1989. Pemanfaatan Hasil
oleh Diyah R Lukman dan Penelitian Taksonomi dalam
I.Sumaryono. ITB Press Bandung. Pendidikan Botani. Sisipan Floribunda
Samiyarsih S, Fitrianto N, Proklamasiningsih 1, pp.14-15.
E, Juwarno, Muljowati Sulistyaningsih, Y.C., Dorly, & Hilda, A.,
JS. 2020. Phytochemical diversity and 1994. Studi Anatomi Daun
antimicrobial properties of methanol Saccharumspp. Sebagai Induk dalam
extract of several cultivars Pemuliaan Tebu. Hayati, 1(2), pp.32-
of Catharanthus roseus using GC- 35.
MS. Biodiversitas 21(4): 1332-1344. Sundari, T., Soemartono, Tohari &
Samiyarsih, S., Juwarno, J., & Muljowati, J. Mangoendidjojo, W., 2008. Anatomi
S. (2018). The structural resistance’s Daun Kacang Hijau Genotip Toleran
anatomy of sweet potato leaves to Dan Sensitif Naungan (Leaf Anatomy
fungal pathogen Sphaceloma batatas. of Tolerant and Sensitivite
106

Siti Samiyarsih, Profil Mikromorfologi Kecipir…

Mungbean Genotypes to Shading).


Bul. Agrohorti. 36(3), pp.221-228.
Sutapa, G.N., & Kasmawan, I.G.A., 2016.
Efek Induksi Mutasi Radiasi Gamma
60
CO pada Pertumbuhan Fisiologis
Tanaman Tomat (Lycopersicon
esculentum L.). Jurnal Keselamatan
Radiasi & Lingkungan, 1(2), pp.5-11.
Tambaru, E., Laturna, A.I., & Suhadiyah, S.,
2014. Identifikasi Struktur Anatomi
Stomata Penampang Membujur Daun
pada Beberapa Jenis Pohon Hutan
Kota Unhas Makassar. Jurnal Alam
dan Lingkungan, 5(8), pp. 5-10.
Willmer, C.M., 1983. Stomata. London:
Longman

Anda mungkin juga menyukai