Profil Mikromorfologi Kecipir
Profil Mikromorfologi Kecipir
*Korespondensi: nurfitrianto17@gmail.com
ABSTRAK
Mutasi fisik menggunakan sinar Cobalt-60 merupakan salah satu cara yang dapat digunakan
dalam pemuliaan tanaman. Karaktrisasi daun kecipir mutan merupakan bagian dari program pemuliaan
tanaman untuk mengetahui keragaman genetik yang berpengaruh dalam peningkatan produksi. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui struktur anatomi daun kecipir polong pendek yang teradiasi sinar
Cobalt-60 dengan dosis 75Gy dan lama penyinaran 10 menit, dan mengetahui perbedaan karakter
anatomi daun kecipir polong pendek pada tanaman tipe liar dan tanaman yang teradiasi sinar Cobalt-60
dengan dosis 75Gy dan lama penyinaran 10 menit. Metode penelitian menggunakan survey dengan
teknik pengambilan sampel secara acak. Sampel daun dibuat preparat mikroskopis dengan membuat
preparat segar dan preparat awetan (metode parafin). Variabel yang diamati adalah karakter anatomi
daun kecipir, dengan parameter tebal kutikula, tebal epidermis, tebal mesofil, tebal daun, rasio palisade,
ukuran stomata (panjang dan lebar) dan jumlah stomata. Metode analisis yang digunakan adalah secara
deskriptif untuk mengetahui perbedaan karakter anatomi daun pada tanaman tipe liar dan tanaman yang
termutasi sinar Cobalt-60. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur anatomi daun kecipir terdiri dari
tiga sistem jaringan, yaitu epidermis, mesofil, dan jaringan vaskuler. Iradiasi sinar Cobalt-60 dengan dosis
75x10 menyebabkan penurunan terhadap tebal epidermis, tebal mesofil, tebal daun dan jumlah stomata
per mm2 luas daun. Daun kecipir yang teradiasi memiliki tebal epidermis atas 8,3 µm, epidermis bawah
4,5 µm; tebal mesofil 58; tebal daun 75,5 µm; jumlah stomata atas 4,5 per mm2 daun; stomata bawah
15,5 per mm2.
Kata kunci: Cobalt-60, kecipir, mikromorfologi, mutan.
ABSTRACT
The characterization of the mutant winged bean leaf is a part of a plant breeding program to know
the genetic diversity that affecting production enhancement. This study aimed to identify the anatomical
structure of short-winged been leaf that had been irradiated with Cobalt-60 light in 75Gy dosage for 10
minutes and to know the difference of anatomical character between wild type and mutant type by Cobalt-
60 irradiation of short-winged bean leaf. The study was conducted by a survey method and random
sampling. The leaf samples were made in two different samples (fresh and preserved paraffin). The
observed variables were the anatomical characters of winged leaves, with some parameters like the
96
cuticle thickness, epidermis thickness, mesophyll thickness, leaves thickness, palisade ratio, stomata size
(length and width) and the stomata density. The analytical method used was descriptive to know the
differences of leaf anatomical characters between control and mutated by plant Cobalt-60. The result
showed that the anatomical structure of winged bean leaves consists of three tissue systems, namely
epidermis, mesophyll, and vascular tissue. Irradiation of Cobalt-60 at 75Gy, 10 minutes causes the
decrease in epidermis thickness, mesophyll thickness, leaves thickness, and the number of stomata per
mm2. The winged been mutant leaf is characterized by 8,3 μm upper epidermis, 4,5 μm lower epidermis;
mesophyll thickness 58 μm; leaves width 75.5 μm; and the number of upper stomata of 4.5 unit per mm2
and smaller stomata 15,5 unit per mm2.
Keywords : Cobalt-60, micromorphology, mutant, winged-bean
Fiksasi: Potongan daun tersebut kemudian bertingkat dengan larutan xilol I, xilol II,
dimasukkan ke dalam botol flakon yang xilol:etanol (3:1), xilol:etanol (1:1), xilol:etanol
berisi larutan fiksatif FAA selama 24 jam. (1:3), etanol absolut, alkohol 96%, alkohol
Komposisi larutan fiksatif FAA adalah 80%, alkohol 70% masing-masing selama 30
formalin 5 ml, asam asetat glasial 5 ml dan menit. Setelah itu object glass dimasukkan
alkohol 70% 90 ml. Dehidrasi: Setelah 24 ke dalam zat warna safranin 1% dalam
jam larutan FAA dibuang lalu diganti alkohol alkohol 70% selama 1-2 jam. Dehidrasi
dengan konsentrasi secara bertingkat, yaitu dilakukan secara bertingkat dengan alkohol
70%, 80%, 96% dan etanol absolut I & II 70%, alkohol 80%, alkohol 96%, dan etanol
masing-masing selama 30 menit. absolut masing-masing selama 30 menit.
Dealkoholisasi (penjernihan): Setelah Dealkoholisasi secara bertingkat dengan
dehidrasi dilakukan proses dealkoholisasi etanol:xilol (3:1), etanol:xilol (1:1), etanol:xilol
(penjernihan) yaitu sampel daun dipindahkan (1:3), xilol I, xilol II masing-masing selama 30
ke dalam larutan etanol-xilol berturut-turut menit. Penutupan (Mounting): Irisan daun
dengan perbandingan etanol dan xilol 3:1, pada object glass ditetesi dengan entelan
1:1, 1:3, xilol I, xilol II masing-masing selama dan ditutup dengan cover glass, diberi label
30 menit. Infiltrasi parafin: Potongan sampel dan dikeringkan di atas termostat pada suhu
daun dimasukkan ke dalam campuran 450C sampai kering.
xilol:parafin 1:9 selama 24 jam di dalam
Pengamatan Preparat diamati dibawah
oven dengan temperatur 60oC. Setelah 24
mikroskop. Pengukuran Tebal Kutikula,
jam, campuran xilol:parafin 1:9 diganti
Tebal epidermis, Tebal Mesofil, dan tebal
dengan parafin murni selama 2 jam di dalam
daun
oven dengan temperatur 60oC. Pembuatan
Blok: Selanjutnya sampel daun ditanam Pengukuran tebal daun, tebal kutikula dan
dalam kotak karton yang berisi parafin cair, tebal mesofil menurut Sulistyaningsih et al.
dan diatur posisisnya sehingga tepat berada (1994) dan Samiyarsih et al (2019) adalah
ditengah dan terselubungi oleh parafin dan sebagai berikut: Preparat awetan daun
dibiarkan membeku. Sectioning: Parafin kecipir diletakkan di atas meja preparat
dilepaskan dari kotak karton, diiris dengan mikroskop, kemudian dicari fokus bayangan
hati-hati, lalu ditempel pada kayu (holder) preparat pada perbesaran 400x. Mikrometer
menurut arah sayatan, dilakukan dengan okuler dipasang pada tabung lensa okuler,
mencairkan sebagian blok parafin dengan kemudian diatur posisi skala sesuai dengan
skalpel yang telah dipanasi kemudian tebal kutikula, tebal epidermis, tebal mesofil,
diletakkan pada kayu (holder). Blok parafin dan tebal daun. Dihitung jumlah skala yang
yang berisi organ daun diiris menggunakan terukur, kemudian dikalikan dengan nilai
mikrotom putar (rotary microtom) dengan kalibrasi skala mikrometer okuler.
tebal irisan ± 10 µm. Penempelan (Affixing) Pengukuran tebal kutikula, tebal epidermis,
Pita-pita hasil irisan kemudian dilakukan tebal mesofil, dan tebal daun dilakukan pada
perekatan dengan cara pita parafin 3 sediaan daun sebagai ulangan.
diletakkan di atas object glass yang sudah
diolesi dengan albumin:gliserin (1:1) dan
akuades. Object glass tersebut kemudian Penghitungan Rasio Palisade: Kalibrasi
diletakkan diatas hot plate sampai pita adalah mencari nilai 1 skala mikrometer
parafin merenggang. okuler, menurut Sass (1951), adalah sebagai
berikut: Penghitungan rasio palisade
Pewarnaan: setelah pita parafin merenggang dilakukan menurut Sass (1958) dan
selanjutnya dilakukan deparafinisasi dengan Samiyarsih et al (2020) adalah sebagai
cara object glass yang berisi pita parafin berikut: Preparat awetan penampang
direndam dalam staining jar secara melintang daun kecipir diletakkan di atas
99
(Fahn, 1991). Berdasarkan pengamatan Perubahan terjadi dalam hal ukuran dan
anatomi, daun kecipir tidak ditemukannya jumlah, terlihat dari ketebalan kutikula, tebal
Kecipir Tebal kutikula Tebal epidermis (µm) Tebal mesofil Tebal daun Rasio palisade (per sel)
polong (µm) (µm) (µm)
pendek
trikoma pada permukaan atas dan epidermis, tebal mesofil, tebal daun, ukuran
bawahnya. Stomata pada kecipir termasuk stomata, jumlah stomata, dan rasio palisade.
ke dalam tipe stomata anisositik yaitu setiap Struktur daun kecipir yang teradiasi sinar
sel penjaga dikelilingi oleh tiga sel tetangga Cobalt-60 tidak menunjukkan adanya
yang ukurannya tidak sama, dan sel penutup kerusakan, tetapi menyebabkan sedikit
berbentuk ginjal (Gambar 2). Letak stomata perbedaan jika dibandingkan dengan kontrol.
daun kecipir polong pendek berada pada Hasil pengamatan terhadap karakter
permukaan atas dan permukaan bawah anatomi daun kecipir yang teradiasi sinar
daun sehingga disebut amfistomatik (Fahn, Cobalt-60 dengan dosis 75x10 dan daun
1991) serta memiliki stomata yang letaknya kecipir kontrol (tanpa radiasi) diperoleh hasil
menyebar. Permukaan epidermis atas dan seperrti yang tersaji dalam tabel 1.
epidermis bawah daun kecipir terdapat
stomata yang jumlahnya pada permukaan Tebal Kutikula
bawah lebih banyak dibandingkan Berdasarkan hasil pengamatan, pada
permukaan atas. Sesuai dengan pernyataan permukaan atas tanaman kontrol memiliki
Campbell et al., 2003), jumlah stomata lebih tebal kutikula sebesar 1,2 µm, sedangkan
banyak pada permukaan bawah tanaman teradiasi yaitu 1,4 µm, permukaan
dibandingkan permukaan atas daun, hal ini bawah pada tanaman kontrol memiliki tebal
merupakan suatu mekanisme adaptasi kutikula sebesar 1 µm, sedangkan tanaman
terhadap lingkungan darat. yang teradiasi yaitu 1,2 µm (tabel 1).
Tanaman kecipir yang terkena radiasi sinar
Cobal-60 dengan dosis 75x10 memiliki
kutikula yang lebih tebal pada permukaan
atas dibandingkan dengan tanaman kontrol.
Hal tersebut terkait respon tanaman
terhadap lingkungan. Tanaman yang
teradiasi diduga lebih responsif terhadap
Gambar 2. Stomata daun kecipir polong pendek sinar Cobalt-60 dibandingkan dengan
(perbesaran 400x (A) tanaman kontrol (B)
tanaman kontrol dengan meningkatkan tebal
tanaman teradiasi sinar Cobalt-60 (75x10).
Keterangan: 1. Sel epidermis, 2. Sel tetangga, 3. Sel
kutikula pada permukaan atasnya, sehingga
penutup, 4. Porus, 5. Mikrometer line dapat mengurangi laju transpirasi pada
Sehingga hal tersebut dapat mengurangi daun. Menurut Qosim (2006) tanaman yang
transpirasi pada permukaan (Tambaru et al., memiliki tebal kutikula lebih besar
2014). kemungkinan memiliki sifat lebih toleran
Iradiasi sinar Cobalt-60 pada tanaman terhadap kekeringan, karena kutikula yang
kecipir tidak menunjukkan adanya lebih tebal dapat mengurangi laju transpirasi
perubahan pada struktur anatomi daun. air. Kutikula juga befungsi untuk melindungi
Tabel 1. Rata-rata karakter anatomi daun kecipir polong pendek (Psophocarpus tetragonolobus) (µm).
101
Tabel 2. Rata-rata ukuran (panjang dan lebar) dan jumlah stomata daun kecipir polong pendek
(Psophocarpus tetragonolobus) (µm)
tinggi intensitas cahaya, jumlah stomata di µm, epidermis bawah 4,5 µm; tebal mesofil
kedua permukaan daun juga semakin 58; tebal daun 75,5 µm; jumlah stomata atas
meningkat. Tanaman kecipir yang memiliki 4,5 per mm2 daun; stomata bawah 15,5 µm.
jumlah stomata yang banyak memungkinkan
pertukaran gas atau penyerapan CO2 yang DAFTAR REFERENSI
tinggi sehingga laju fotosintesis akan lebih
tinggi, sehingga dapat mendukung Campbell, N.A., J.B. Reece & L.G. Mitchell,
pertumbuhan tanaman 2003. Biologi. Edisi Kelima - Jilid 2.
Berdasarkan pengamatan pada Jakarta: Penerbit Erlangga.
tanaman kontrol dan tanaman yang teradiasi Dickison, W.C., 2000. Intregative Plant
sinar Cobalt-60 menunjukkan adanya Anatomy. Tokyo: Academic Press.
perbedaan karakter anatomi daun Fahn, A., 1991. Anatomi Tumbuhan. (Edisi
berdasarkan ukurannya pada beberapa Ketiga). Yogyakarta: Gadjah Mada
parameter yang di amati. Hal ini disebabkan University Press.
oleh faktor lingkungan maupun genetiknya. Hidayah, S.R., 2009. Analisis Karakteristik
Menurut Sitompul & Guritno (1995) Stomata, Kadar Klorofil, dan
menyatakan bahwa faktor genetik yang Kandungan Logam Berat Pada Daun
berbeda akan menyebabkan penampilan Pohon Pelindung Jalan Kawasan
berbeda dan perubahan penampilan ini Lumpur Porong Sidoarjo. Malang:
tergantung berapa besar perubahan Fakultas Sains dan Teknologi,
lingkungan yang terjadi pada lingkungan Universitas Islam Malang.
tumbuh pada genotipe tanaman tersebut. Kiong, A.L.P., Lai, A.G., Hussein, S., &
Iradiasi sinar radiasi sinar Cobalt-60 pada Harun, A.R., 2008. Physiological
tanaman memberikan pengaruh yang Responses of Orthosiphon stamineus
berbeda terhadap perubahan struktur Plantles to Gamma Irradiation.
anatomi daun baik pada irisan melintang American-Eurasian Journal of
atau membujur. Perubahan struktur anatomi Sustainable Agriculture, 2(2)pp.135-
daun pada tanaman tersebut bersifat 149.
individual. Iradiasi dengan dosis yang sama Kovacs, E., & Keresztes. A., 2002. Effect of
belum tentu sama pengaruhnya pada Gamma and UV-B/C Radiation on
tanaman, karena pengaruh mutagen dapat Plant Cell. Micron, 33 pp.199-210.
bersifat acak (random). Krisnawati, A., 2010. Keragaman Genetik
dan Potensi Pengembangan Kecipir
SIMPULAN DAN SARAN (Psophocarpus tetragonolobus L.) di
Indonesia. Jurnal Litbang Pertaniani,
Berdasarkan hasil penelitian dapat 29(3), pp.113-119.
disimpulkan bahwa: mikromorfologi daun Lestari, N.K.D., Astarini, I, A. & Oka, N. I. G.
kecipir terdiri dari tiga (3) sistem jaringan M., 2009. Perubahan Anatomi Stomata
yaitu epidermis, mesofil (parenkim palisade Daun Lili Trumpet (Lilium longiflorum)
dan bunga karang) dan berkas pengangkut Setelah Pemaparan Radiasi Sinar X.
daun kecipir memiliki derivat epidermis yaitu Jurnal Metamorfosa, I(1), pp.1-5.
stomata. Radiasi sinar Cobalt-60 dengan Maesaroh, A., Adi, M. & Alice, Y., 2014.
dosis 75x10 menyebabkan penurunan tebal Analisis RAPD Kecipir Polong Panjang
epidermis, tebal mesofil, tebal daun dan Psophocarpus tetragonolobus (L.) Dc
jumlah stomata per mm2. Daun kecipir yang Hasil Mutasi Iradiasi Sinar Gamma.
teradiasi memiliki tebal epidermis atas 8,3 Scripta Biologica, 1(1), pp. 1-7.
105
Mc Cree, K.J. and S.D. Davis. 1994. Effect Biosaintifika: Journal of Biology &
Of Water Stress And Temperature on Biology Education, 10(1): 131-137.
Leaf And on Size And Number Of Samiyarsih S, Naipospos N, Palupi D.
Epidermal Cells In Grain Sorghum. 2019. Variability of Catharanthus
Crop Science 14: 751-705 roseus based on morphological and
Purwitasary, R., 2006. Skrining ex Vitro anatomical characters, and
untuk Toleransi terhadap Cekaman chlorophyll contents. Biodiversitas
Kekeringan pada 12 Varietas Kedelai 20(10):2986-2993.
(Glycine max L. merr) Berdasarkan Sasongko ND, Samiyarsih S. 2018. Half
Respon Pertumbuhan Vegetatif dan seed chromatography-a non
Anatomi Daun. Skripsi. Malang: destructive method in seed’s mass
Jurusan Biologi Fmipa Universitas selection. Prosiding: Pengembangan
Brawijaya. Sumber Daya Perdesaan dan
Qosim, A. W., Roedhy P., Wattimena,G.A., & Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII,
Witjaksono., 2007. Perubahan Anatomi 14-15 November 2018 Purwokerto,
Daun pada Regeneran Manggis Akibat 8(1): 111-122.
Iradiasi Sinar Gamma In Vitro. Sass JE. 1958. Botanical Microtehnique.
Zuriat. 18(1), pp.20-30. Iowa: Iowa State Coll Pr.
Rahayu, S.E., & Handayani, S., 2008. Setyohadi, K.P.T., Andini, P.R., 2016.
Keanekaragaman Morfologi dan Pengaruh Substitusi Tepung Biji
Anatomi Pandanus (Pandanacae) di Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus
Jawa Barat. Vis Vitalis, 1(20), pp.29- L.) dalam Makanan terhadap Kadar
44. Protein Serum Tikus Putih Galur
Rismunandar., 1983. Kecipir: Penghasil Wistar yang Diberi Diet Rendah
Protein dan Karbohidrat yang Protein. Majalah Kesehatan FKUB,
Serbaguna. Bandung: Sinar Baru. 3(2), pp.86-92.
Rompas, Y., Rampe, H.L. & Rumondor, M. Sitompul, M., & Guritno., 1995. Analisis
J., 2011. Struktur Sel Epidermis dan Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta:
Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Gadjahmada.
Orchidaceae. Jurnal Bioslogos, 1(1), Sobir, P.R., 2007. Mangosteen genetic and
pp. 13-19. improvement. Journal Plant Breed,
Salisbury, F.B., & Ross, C.W., 1995. 1(2), pp.105-111.
Fisiologi Tumbuhan. Diterjemahkan Sulistiarini, D., 1989. Pemanfaatan Hasil
oleh Diyah R Lukman dan Penelitian Taksonomi dalam
I.Sumaryono. ITB Press Bandung. Pendidikan Botani. Sisipan Floribunda
Samiyarsih S, Fitrianto N, Proklamasiningsih 1, pp.14-15.
E, Juwarno, Muljowati Sulistyaningsih, Y.C., Dorly, & Hilda, A.,
JS. 2020. Phytochemical diversity and 1994. Studi Anatomi Daun
antimicrobial properties of methanol Saccharumspp. Sebagai Induk dalam
extract of several cultivars Pemuliaan Tebu. Hayati, 1(2), pp.32-
of Catharanthus roseus using GC- 35.
MS. Biodiversitas 21(4): 1332-1344. Sundari, T., Soemartono, Tohari &
Samiyarsih, S., Juwarno, J., & Muljowati, J. Mangoendidjojo, W., 2008. Anatomi
S. (2018). The structural resistance’s Daun Kacang Hijau Genotip Toleran
anatomy of sweet potato leaves to Dan Sensitif Naungan (Leaf Anatomy
fungal pathogen Sphaceloma batatas. of Tolerant and Sensitivite
106