Materi 1-Pengoperasian Peralatan GI
Materi 1-Pengoperasian Peralatan GI
PENGOPERASIAN
PERALATAN GARDU INDUK
一
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. Pengoperasian Peralatan Gardu Induk
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... ii
1. PENGOPERASIAN PERALATAN GARDU INDUK ................................................. 1
1.1 PENGENALAN GARDU INDUK ........................................................................ 1
1.1.1 Peranan Gardu Induk dalam Sistem Kelistrikan ...................................... 1
1.1.2 Pengertian dan Fungsi Gardu Induk ........................................................ 1
1.1.3 Jenis Gardu Induk.................................................................................... 1
1.1.3.1 Menurut pelayanannya ............................................................... 1
1.1.3.2 Menurut Penempatannya ........................................................... 1
1.1.3.3 Menurut isolasinya ...................................................................... 2
1.1.3.4 Menurut rel ................................................................................. 2
1.1.4 Single Line Diagram ................................................................................ 2
1.1.5 Peralatan Gardu Induk ............................................................................. 4
1.1.5.1 Transformator Tenaga ................................................................ 4
1.1.5.2 Transformator Instrument ........................................................... 9
1.1.5.3 Pemisah (PMS) ........................................................................ 11
1.1.5.4 Pemutus Tenaga (PMT) ........................................................... 12
1.1.5.5 Lightning Arrester (LA).............................................................. 12
1.1.5.6 Reaktor ..................................................................................... 14
1.1.5.7 Capasitor .................................................................................. 14
1.1.5.8 Pentanahan .............................................................................. 14
1.1.5.9 Sistem catu daya ...................................................................... 15
1.1.5.10 Meter........................................................................................ 17
1.1.5.11 Relai Proteksi ........................................................................... 18
1.2 PENGOPERASIAN GARDU INDUK ............................................................... 21
1.2.1 Wewenang dan Tanggung Jawab ......................................................... 21
1.2.1.1 Wewenang dan Tanggung Jawab Operator dalam
Pengoperasian GI .................................................................... 21
1.2.1.2 Wewenang dan Tanggung Jawab Unit GI dalam Sistem.......... 22
1.2.2 Macam-Macam Kondisi Operasi Gardu Induk ....................................... 22
1.2.2.1 Operasi GI Kondisi Normal ....................................................... 22
1.2.2.2 Operasi GI Kondisi Tidak Normal ............................................. 22
1.2.2.3 Operasi GI Kondisi Baru ........................................................... 23
1.2.3 Pengoperasian Bay Penghantar, Trafo, Kopel, Kapasitor dan Kubikel .. 24
1.2.4 Proses Perintah Manuver Peralatan s.d. Pelaksanaan di Jaringan Gardu
Induk ..................................................................................................... 26
1.2.5 Prosedur Manuver PMT Dan PMS Untuk Pengoperasian Dan
Pembebasan Peralatan Di Jaringan Gardu Induk ................................. 27
1.2.6 Pengamatan, Pemeriksaan Dan Pengendalian Operasi Kondisi Normal
.............................................................................................................. 29
1.2.6.1 Pemeriksaan Dan Pengaturan Tegangan................................. 29
1.2.6.2 Pengamatan Beban .................................................................. 29
1.2.6.3 Pemeriksaan Kabel TT ............................................................. 29
1.2.6.4 Pemeriksaan Transformator Tenaga ........................................ 29
1.2.6.5 Pemeriksaan PMT .................................................................... 30
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 1-1. Warna garis pada Single Line Diagram mengacu pada Grid Code P3B
Sumatera ................................................................................................... 2
Tabel 1-2. Simbol dan Status Peralatan mengacu pada Grid Code P3B Sumatera .... 3
Tabel 1-3. Batas Kenaikan Temperatur Trafo Dengan Isolasi Kelas A ....................... 7
Tabel 1-4. Batas Kenaikan Temperatur Trafo Dengan Isolasi Kelas F ........................ 7
Tabel 1-5. Suhu-Suhu Tertinggi Menurut Standar VDE .............................................. 8
Tabel 1-6. Batas Tegangan Lebih Menurut SPLN 1: 1978 dan IEC 71 ....................... 8
Tabel 1-7. Batas Faktor Pembebanan Lebih Trafo Menurut VDE ............................... 8
Tabel 1-8. Contoh Jenis dan Indikasi Gangguan, Berhubungan Dengan sistem Luar
................................................................................................................. 34
Tabel 1-9. Contoh Jenis dan Indikasi Gangguan, Oleh Sistem Setempat ................. 35
Gardu Induk merupakan simpul didalam sistem tenaga listrik, yang terdiri dari
susunan dan rangkaian sejumlah perlengkapan yang dipasang menempati
suatu lokasi tertentu untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik,
menaikkan dan menurunkan tegangan sesuai dengan tingkat tegangan
kerjanya, tempat melakukan kerja switching rangkaian suatu sistem tanaga
listrik dan untuk menunjang keandalan sistem tenaga listrik terkait.
Gardu Induk adalah suatu instalasi listrik mulai dari TET (Tegangan Ekstra
Tinggi), TT (Tegangan Tinggi) dan TM (Tegangan Menengah) yang terdiri dari
bangunan dan peralatan listrik.
Fungsi Gardu Induk adalah untuk menyalurkan tenaga listrik (kVA, MVA)
sesuai dengan kebutuhan pada tegangan tertentu. Daya listrik dapat berasal
dari Pembangkit atau dari gardu induk lain.
Diagram satu garis adalah suatu diagram listrik pada gardu induk yang berisi
penjelasan secara umum tentang letak, jenis peralatan gardu induk seperti rel
(busbar), pemisah (PMS), pemutus (PMT), PMS tanah, Trafo arus (CT), trafo
tegangan (PT), Lightning Arrester (LA), trafo tenaga dll.
Warna garis pada single line diagram menunjukkan level tegangan yang
digunakan, dan untuk keseragaman penggunaan warna maka dibuat suatu
aturan yang dimuat dalam aturan jaringan (grid code) P3B Sumatera.
Tabel 1-1. Warna garis pada Single Line Diagram mengacu pada Grid Code P3B
Sumatera
Hal Warna
Begitu juga dengan simbol dan status dari peralatan untuk keseragaman
penggunaan dibuat dalam suatu aturan seperti pada Tabel 1-2 sebagai
berikut:
Tabel 1-2. Simbol dan Status Peralatan mengacu pada Grid Code P3B Sumatera
PMS-tanah
Berwarna sesuai warna rel
tertutup
PMS-tanah
Berwarna sesuai warna rel
terbuka
PMT racked
Blank, tidak berwarna
out
G
Generator
Trafo 2 belitan
Berwarna sesuai warna rel
Trafo 3 belitan
Berwarna sesuai warna rel
Status
Putih
tegangan “on”
Status
Tidak berwarna, blank
tegangan “off”
Trafo tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk
mentransformasikan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah
atau sebaliknya.
Kelas isolasi
Bagian Transformator
A Ao E B F H
Batas tegangan lebih yang diijinkan menurut SPLN 1 : 1978 dan IEC
71 dapat dilihat pada Tabel 1-6 berikut ini:
Tabel 1-6. Batas Tegangan Lebih Menurut SPLN 1: 1978 dan IEC 71
500 525 20 21
70 72,5 6 6,3
30 31,5 - -
Batas Faktor pembebanan lebih trafo menurut VDE dapat dilihat pada
Tabel 1-7 berikut ini:
% Over load
Load Faktor 10 % 20 % 30 % 40 % 50 %
0,5 3 1,5 1 30 15
0,75 2 1 0,5 15 8
1 KV = 1 M ohm
Transformator instrument yang berazaskan induksi terdiri dari inti (core) dan
kumparan (winding). Inti berfungsi sebagai jalannya fluxi magnit sedangkan
kumparan berfungsi mentransformasikan arus dan tegangan. Kumparan
primer dan sekunder dapat lebih dari satu kumparan.
N1 / N2 = V1/ V2 = I2 /I1
Dimana :
N1 : Jumlah lilitan primer N2 : Jumlah lilitan sekunder
V1 : Tegangan primer V2 : Tegangan sekunder
I1 : Arus primer I2 : Arus sekunder
V
proteksi
metering
Pada dasarnya, prinsip kerja trafo tegangan sama dengan prinsip kerja
pada trafo arus. Pada trafo tegangan perbandingan transformasi
tegangan dari besaran primer menjadi besaran sekunder ditentukan oleh
jumlah lilitan primer dan sekunder.
Diagram fasor arus dan tegangan untuk trafo arus juga berlaku untuk
trafo tegangan.
Persoalan isolasi adalah salah satu dari beberapa persolakan yang penting
dalam teknik tenaga listrik tegangan tinggi. Isolasi yang dipakai dalam setiap
peralatan listrik tegangan tinggi adalah merupakan bagian besar biaya yang
diperlukan dalam pembuatan peralatan listrik. Oleh karenanya pembuatan
isolasi peralatan listrik harus rasional dan ekonomis tanpa mengurangi
kemampuan sebagau isolator. Alat pelindung peralatan listrik tersebut dari
bahaya tegangan lebih dari luar dan dalam mutlak diperlukan. Alat
pelindung dimaksud adalah Lightning Arrester (LA).
Jenis-jenis arrester:
Type expulsion: terdiri dari dua elektroda dan satu fibre tube. Tabung
fibre menghasilkan gas saat terjadi busur api dan menghembuskan
busur api kearah bawah. Setelah busur hilang maka arrester bersifat
isolator kembali.
Type Valve: bila tegangan surja petir menyambar jaringan dan dimana
terdapat arrester terpasang maka seri gap akan mengalami kegagalan
mengakibatkan terjadi arus yang besar melalui tahanan kran yang saat
itu mempunyai nilai kecil. Bila tegangan telah normal kembali maka
tahanan kran mempunyai nilai besar sehingga busur api akan padam
pada saat tegangan susulan sama dengan nol.
1.1.5.6 Reaktor
1.1.5.7 Capasitor
Pada GI yang jauh dari sumber pembangkit atau beban yang besar dapat
mengakibatkan tegangan menjadi turun. Pengaturan melalui tap maupun
lainnya telah dilakukan namun tegangan tetap menunjukkan perubahan
tegangan yang signifikan maka dipasanglah capasitor. Pemasangan
capasitor diharapkan dapat memperbaiki tegangan sesuai yang diinginkan.
1.1.5.8 Pentanahan
Berdasarkan tujuan pentanahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Pentanahan sistem (Pentanahan titik netral)
Pentanahan sistem yang dimaksud menghubungkan titik netral
peralatan (trafo) ke tanah. Pentanahan sistem bertujuan:
Melindungi peralatan/saluran dari bahaya kerusakan yang
diakibatkan oleh adanya gangguan fasa ke tanah;
Melindungi peralatan/saluran terhadap bahaya kerusakan isolasi
yang diakibatkan oleh tegangan lebih;
Untuk keperluan proteksi jaringan;
Melindungi makhluk hidup terhadap tagangan langkah (step
voltage);
2. Pentanahan statis (pentanahan peralatan)
1.1.5.10 Meter
Untuk mengukur arus pada system tiga phasa diperlukan tiga buah
amper meter yang dipasang pada setiap phasa. Pengukuran arus juga
menggunakan arus pada sisi sekunder trafo arus (CT).
Mengukur daya dan energi aktif diperlukan alat ukur watt meter dan kWh
meter. Pada prinsipnya baik watt meter dan kWh meter mempunyai
Mengukur daya reaktif diperlukan alat ukur Var meter. Pada pengukuran
tiga phasa terdapat system pengukuran tiga phasa empat kawat dan tiga
phasa tiga kawat. Sepasang kumparan arus dan tegangan memberikan
kontribusi sebesar Q = V x I x sin ө . Jadi bla beban dalam keadaan
seimbang akan memberikan Q 3ө = 3 x V x I x sin ө.
4. Prinsip pengawatan dan pemasangan meter (Amp, kV, MW, MVar, kWh)
PT kV
Pht 1
Rel TT
TD 150/
20 kV
TM
Pht 1 Pht 2
Rel 1
TT
Rel 2
Kopel
TD 150/
20 kV
TM
GI Double bus bar
3. Gardu Induk dengan rel ganda dengan 1,5 PMT (One and half circuit
breaker)
TD#1
A B 150/20 kV
Pht 1
A1 AB1 B1
Pht 2
TD#2
A2 AB2 B2
150/20 kV
Pada sistem double bus bar bila terjadi gangguan/pemeliharaan salah satu
rel maka pengaman relative tidak terlalu lama, karena konfigurasinya
memungkinkan untuk diadakan pemindahan rel. Pada sistem double bus
bar dengan 1,5 PMT lebih satu diameter bila terjadi
gangguan/pemeliharaan salah satu rel atau PMT maka dimungkinkan tidak
terjadi pemadaman.
1.2.4 Proses Perintah Manuver Peralatan s.d. Pelaksanaan di Jaringan Gardu Induk
1.2.5 Prosedur Manuver PMT Dan PMS Untuk Pengoperasian Dan Pembebasan
Peralatan Di Jaringan Gardu Induk
Contoh 1:
Perhatikan konfigurasi GI di bawah ini. Pada keadaan normal penghantar 1
pada rel I, penghantar 2 pada rel II, trafo pada rel I dan kopel dalam posisi
masuk maka urutan manuver pengoperasiannya sebagai berikut:
Pht 1 Pht 2
1. Penghantar 1:
PMS Line //
PMS Rel I //
PMT //
2. Transformator: Rel 1
PMS Rel 2 Tr // TT
Rel 2
PMT Prim (TT) Tr //
PMT sec (TM) Tr // Kopel
3. Penghantar 2:
TD 150/
PMS Line // 20 kV
PMS rel II //
PMT // TM
GI Double bus bar
4. Kopel
PMS rel I Kopel //
PMS rel II kopel //
PMT kopel //
Urutan pembebasannya dapat mengacu pada pedoman pembebasan.
Contoh 2:
Perhatikan konfigurasi GI double bus bar sistem 1,5 PMT di bawah ini. Dalam
keadaan normal semua PMT/PMS keadaan masuk.
Urutan pengoperasiannya sebagai berikut:
TD#1 150/20
A B kV
Pht 1
A1 AB1 B1
Pht 2
A2 AB2 B2
1. Penghantar 1 5. Diameter 2
PMS A1-3 // PMS AB2-1 //
PMS A1-1 // PMS AB2-2 //
PMS A1-2 // PMT AB2 //
PMT A1 // PMS B2-1 //
2. Trafo daya PMS B2-2 //
PMS B1-3 // PMT B2//
PMS B1-1 //
PMS B1-2 //
PMT B1 //
3. Diameter 1
PMS AB1-1 //
PMS AB1-2 //
PMT AB1 //
4. Penghantar 2
PMS A2-3 //
PMS A2-1 //
PMS A2-2 //
PMT A2 //
1. Tujuan
Agar Pelaksanaan pemeliharaan dapat berjalan baik tanpa
mengganggu operasi
Agar dapat menjamin keamanan dan keselamatan personil
Agar tercipta koordinasi antara kesiapan operasi dengan kesiapan
pemeliharaan
2. Prosedur Pemeliharaan dalam GI meliputi:
Koordinasi pengaturan operasi dengan rencana pemeliharaan
Tata cara kerja pengaman/pelaksanaan pemeliharaan
Tata cara manuver peralatan yang akan dipelihara.
Persiapan Pelaksanaan
Pengawas keselamatan kerja menjelaskan peralatan keselamatan kerja
yang harus dipakai dan penanggung jawab pekerjaan menjelaskan daerah
aman dan tidak aman serta pembagian tugas bagi pelaksana pekerjaan.
Rel 1
TT
Rel 2
Kopel
TD 150/ TD 150/
20 kV 20 kV
TM
Kopel
F1 F2 F3 F4
Setelah mendapat ijin dari UPB dan Distribusi telah siap maka urutan
pembebasan trafo 1 sebagai berikut:
1. PMT kopel 20 kV //
2. PMT Incoming Tr 1 //
3. PMT 150 kV Tr 1 //
4. PMS 150 kV Tr 1 //
5. PMS 20 kV Tr 1 (draw out) //
6. PMS ground 20 kV //
7. Pemasangan ground lokal pada area bebas tegangan bay trafo 1.
Tabel 1-9. Contoh Jenis dan Indikasi Gangguan, Oleh Sistem Setempat
No Jenis Gangguan Indikasi Gangguan
1 Tekanan SF6 PMT rendah
Alarm Buzer control panel bunyi
Announciator muncul ”SF6 low
pressure stage 1”
Trip Buzer control panel bunyi
Announciator muncul ”SF6 low
pressure trip”
2 Sumber DC hilang Buzer control panel bunyi
Announciator ”DC fault” muncul
Relai dan announciator yang bekerja setelah dicatat segera direset kecuali
announciator tertentu (bucholz, sudden pressure, tekanan minyak dan
sebagainya) tidak dapat direset sebelum gangguan diatasi/dilokalisir.
Pencatatan dan pemeriksaan gangguan harus jelas, lengkap dan akurat
agar dapat dianalisa secara baik.
3. Pelaporan data/informasi kejadian gangguan memuat:
Waktu ganguan (hari, tanggal, bulan, jam);
Nama PMT yang trip dan relai/announciator yang bekerja;
Beban sebelum gangguan;
Kondisi fisik peralatan;
PMT-PMT yang dibuka;
Penyebab gangguan/kerusakan (bila sudah diketahui).
Data-data/informasi tersebut disampaikan kepada pihak yang
berwewenang antara lain:
Petugas piket UPB;
Petugas piket distribusi (bila terjadi pemadaman pada konsumen);
Pejabat pengelolah GI/piket pimpinan untuk gangguan yang
mengakibatkan kerusakan dan perlu diatasi.
4. Penormalan dalam mengatasi gangguan
Usaha penormalan kembali setelah terjadi gangguan antara lain:
Mereset relai dan announciator yang bekerja;
Memasukkan kembali PMT trip atau yang dibuka.
Dalam memasukkan PMT terlebih dahulu mendapat persetujuan dengan
UPB dan telah diadakan pemeriksaan secara seksama bahwa:
Tidak ada kerusakan pada peralatan;
Tidak ada indikasi gangguan berat seperti relai pengaman internal
trafo;
Setelah gangguan telah diatasi/dilokalisir.
belum
ya
tidak ya
Usut dan
perbaikan
UPB perintah
Coba masuk
masuk
SCADA berfungsi mengambil data dari pusat pembangkit atau gardu induk,
mengolah informasi yang diterima, menyajikan data dan memberi reaksi yang
ditimbulkan dari hasil pengolahan informasi.
Informasi sistem tenaga listrik yang dikumpulkan dari Gardu Induk dan Pusat
Pembangkit menggunakan peralatan yang bekerja secara kontiniu
mengirimkannya ke pusat pengatur beban. Demikian juga fungsi kontrol
dikirim dari pusat pengatur beban ke peralatan yang ditempatkan di Gardu
Induk dan di Pusat Pembangkit untuk mengatur peralatan sistem tenaga
listrik.