Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah lingkungan keluarga,
maupun lingkungan masyarakat. Kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam
pendidikan. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
perkembangan peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek yang
berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat
menentukan keberhasilan peserta didik dalam sekolah.
Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan interaksi edukatif dan pengembangan kognitif
peserta didik, perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan
kognitif pada anak didiknya.
Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan
pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua
belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan
kognitif, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif anak.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi peserta didik,
diperlukan penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik pengertian maupun tahap-
tahap karakteristik perkembangan kognitif peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkembangan kognitif ?
2. Bagaimana proses perkembangan kognitif peserta didik ?
3. Apa saja karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya?
4. Masalah apa yang berkaitan dengan perkembangan kognitif peserta didik dan
bagaimana solusinya ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian perkembangan kognitif peserta didik.
2. Mengetahui proses perkembangan kognitif peserta didik.
3. Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya.
4. Mengetahui masalah seputar karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan
solusinya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Kognitif


Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif anak
juga mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana, pada buku karangan
(Desmita, 2009) dijelaskan kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak
untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan
masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan peserta didik
menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya
dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya, sesuai buku karangan (Desmita, 2009).
Teori perkembangan kognitif, menurut Pieget Perkembangan kognitif seorang anak
terjadi secara bertahap, lingkungan tidak tidak dapat mempengaruhi perkembangan
pengetahuan anak. Seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan
tidak bisa langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat
secara bertahap dengan cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah.
Kemudian, pandangan perkembangan kognitif menurut Vygotsky berbeda dengan
piaget. Vygotsky lebih menekankan pada konsep sosiokultural, yaitu konteks sosial dan
interaksi dengan orang lain dalam proses belajar anak. Vygotsky juga yakin suatu
pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau dari guru saja, tetapi suatu pembelajaran
dapat terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum pernah dipelajari
disekolah namun tugas-tugas itu bisa dikerjakannya dengan baik, misalnya di masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami bahwa kognitif
atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua
aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan
informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah,
dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana
individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai
dan memikirkan lingkungannya. (Desmita, 2009).

2
B. Proses Perkembangan Kognitif
Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, ada dua alternative proses
perkembangan kognitif yaitu pada teori dan tahap-tahap perkembangan yang
dikemukakan oleh Piaget dan proses perkembangan kognitif oleh para pakar psikologi
pemprosesan informasi.
1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari bayi sampai dia
dewasa. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di
lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif,
yaitu tahap sensori-motorik (dari lahir sampai 2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2
sampai 7 tahun), tahap konkret-operasional (usia 7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional
formal (usia 11 tahun ke atas), dalam buku karangan Desmita(2009:101) dan (Anwar
Holil,2008).
a. Tahap Sensori-Motorik (usia 0-2 tahun)
Desmita (2009:101) Dikatakan bahwa bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif
pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu
pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor
dengan tindakan fisik.
b. Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari berbagai
gambar. Kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran
simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik (Desmita,
2009).
c. Tahap Konkret-Operasional (usia 7-11 tahun)
Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang
konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda
(Desmita, 2009). Tetapi dalam tahapan konkret-operasional masih mempunyai
kekurangan yaitu, anak mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya
dalam situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan suatu
masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu
untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.

3
d. Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun-dewasa)
Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik.

C. Karakteristik Perkembangan Kognitif Peserta Didik


Karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Masa kanak-kanak awal
a. Pengertian perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal
Jean Piaget menanamkan masa kanak-kanak awal. Dari sekitar usia 2 sampai 7
tahun, sebagai tahap praoperasional, karena anak-anak belum siap untuk terlibat
dalam operasi atau manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran logis.
Karakteristik perkembangan dalam tahap kedua adalah perluasan penggunaan
pemikiran simbolis, atau kemampuan representional, yang pertama kali muncul pada
akhir tahap sensorimotor. Menurut Montessori (Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun
adalah anak yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu
suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak
terhambat perkembangannya. Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang
berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang
berada dalam proses perkembangan. Proses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun
secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak.
b. Kemampuan yang mampu dikuasai anak
Pada tahap ini kemampuan anak berada pada tahap praoperasional. Dikatakan
praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami. Fase praoperasional
dapat dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir
secara egosentris dan subfase berpikir secara intuitif. Fase ini rnemberikan andil yang
besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak tidak berpikir
secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan
menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan
kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini merupakan fase permulaan
bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh
sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara
baik.

4
Fase praoperasional mencakup tiga aspek, yang memiliki kemampuan yaitu:
1. Berpikir Simbolik
Berpikir simbolik yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan
peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di
hadapan anak.Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa
ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang
secara fisik tidak hadir. Contoh kemampuan ini membuat anak dapat
rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah-rumahan, menyusun
puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar
manusia secara sederhana. Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari
bahwa pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat
dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan
melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Anak tidak harus berada dalam kondisi
kontak sensorimotorik dengan objek, orang, atau peristiwa untuk memikirkan hal
tersebut. Anak dapat membanyangkan objek atau orang tersebut memiliki sifat
yang berbeda dengan yang sebenarnya.
Contoh: Citra bertanya kepada ibunya tentang gajah yang mereka lihat
dalamperjalanan mereka ke sirkus beberapa bulan yang lalu.
2. Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak
benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu,
anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain.
Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit
membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain.
Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara
egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau
cara berpikir orang lain. Anak berasumsi bahwa orang lain berpikir, menerima
dan merasa sebagaimana yang mereka lakukan.
Contoh: Clara menyadari bahwa dia harus mebalik buku agar ayahnya dapat
melihat gambar yang dia minta untuk diterangkan. Dia malah memegang buku di
depan wajahnya sehingga hanya dia sendiri yang dapat malihat buku tersebut.
3. Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu,
seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan
5
pasti alasan untuk melakukannya. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia
4 - 7 tahun. Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini
anak kelihatannva mengerti dan mengetahui sesuatu. Contoh: Ani menyusun
balok meniadi rumah-rumahan, akan tetapi pada hakikatnya Ani tidak
mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok itu dapat disusun meniadi
rumah. Dengan kata lain, anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara
kritis tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian.
Kemampuan lain yang dikuasai anak tahap ini adalah:
a. Memahami identitas
Anak memahami bahwa perubahan di permukaan tidak mengubah karakter
alamiah sesuatu.
Contoh: Boris mengetahui bahwa gurunya sedang berbusana bajak laut tetapi
orang itu tetap gurunya yang berada di dalam kostum.
b. Memahami sebab akibat
Anak mengetahui bahwa peristiwa memiliki sebab dan akibat.
Contoh: Anas melihat bola menggelinding dari balik tembok, lalu dia melihat
belakang tembok untuk mencari siapa yang menendang bola tersebut.
c. Mampu mengklasifikasi
Anak mengorganisir objek, orang, dan peristiwa kedalam kategori yang memiliki
makna.
Contoh: Susan memilah mainannya ke kelompok bagus dan jelek.
d. Memahami angka
Anak dapat berhitung dan bekerja dengan angka.
Contoh: Rosa membagi permen kepada teman-temannya dan menghitung permen
yang dia punya untuk memastikan setiap orang mendapatkan permen yang sama.
e. Empati
Anak menjadi lebih mampu untuk membayangkan apa yang dirasakan oleh orang
lain.
Contoh: Budi mencoba untuk menenangkan temannya yang sedang kecewa dan
menangis.
f. Teori pikiran
Anak menjadi lebih dasar akan aktivitas mental dan fungsi pikirannya.
Contoh: Putri ingin menyimpan beberapa potong coklat untuk dirinya sendiri,
karena itu ia menyimpan coklat dari adiknya ke dalam kotak pensil. Dia
6
mengetahui bahwa coklatnya akan aman didalam kotak tersebut karena sang adik
tidak akan mencarinya ke tempat yang biasanya tidak terdapat coklat.
Batasan pemikiran praoperasional (merujuk kepada piaget), yaitu:
Sentrasi: ketidakmampuan untuk decenter
Diskripsi: Anak fokus kepada satu aspek dari situasi dan mengabaikan yang lain.
Contoh: Timon menggoda adik perempuannya bahwa ia memiliki juice yang lebih
kerena juice-nya dituangkan ke dalam gelas yang panjang dan ramping sedangkan
milik adiknya dituangkan dalam gelas yang pendek dan melebar.
Irreversibility
Diskripsi: Anak gagal memahami bahwa beberapa operasi atau tindakan dapat dibalik,
dikembalikan ke situasi semula.
Contoh: Timon tidak menyadari bahwa juice dalam tiap gelas dapat dikembalikan ke
dalam kotak juice yang merupakan tempat semula juice tersebut, dan berlawanan
dengan klaim miliknya lebih banyak dibandingkan milik sang adik.
Fokus kepada situasi, bukan kepada transformasi
Diskripsi: Anak gagal memahami nilai penting transformasi antar pernyataan
Contoh: Dalam tugas percakapan, Timon tidak memahami bahwa tranformasi bentuk
cairan (dituangkan dari satu tempat ke tempat yang lain) tidak mengubah jumlah.
Penalaran transduktif
Diskripsi: Anak tidak menggunakan penalaran deduktif atau induktif, mereka malah
melompat dari satu penalaran ke yang lain dan mencari sebab ketika tidak
menemukannya.
Contoh: Sarah memarahi adiknya, kemudian adiknya jatuh sakit, sarah menyimpulkan
bahwa yang menyebabkan adiknya sakit adalah dia.
Animisme
Diskripsi: Anak mengatributkan kehidupan kepada objek yang tidak hidup.
Contoh: Amanda mengatakan bahwa musim semi mencoba untuk datang dan musim
gugur berkata, “saya tidak mau pergi! Saya tidak mau pergi.
Ketidakmampuan membedakan penampakan dengan kenyataan
Diskripsi: Anak merasa bingung dengan apa yang sebenarnya penampilan.
Contoh: Budi merasa bingung dengan spon yang dibuat berbentuk batu. Dia
menyatakan bahwa benda tersebut berbentuk seperti batu dan benar-benar batu.

7
D. Tahap perkembangan bahasa berbicara pada masa kanak-kanak awal
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1
tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai hasrat anak
mengucapkan kata kata yang pertama, yang merupakan saat paling menakjubkan bagi
orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
1. Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang
kornpleks, baik yang bcrupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa pcrbedaan yang
jelas. Misalnya kata duduk, bag: anak dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi
tempat duduk, dapat juga berarti “mama sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti
dan memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kiia tahu dalam
konteks apa kata tersrbut diucapkan, sambil mcngamati mimik (ruut muka) gerak serta
bahasa tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama yang diurapkan oleh anak adalah
kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2. Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekkar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah
dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-
kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan
obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat
dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang
digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan uniuk dirinya sendiri. Mulailah
mcngadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan
tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan
kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
3. Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang bcrlangsung antara usia dua setengah sampai
lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat.
Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan
tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya,
terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu
mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu
mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih
lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab,

8
memerintah, memberitahu dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu
pembicaraan “gaya” dewasa.
Kemampuan memori yang berkembang pada masa kanak-kanak awal
· Model pemprosesan informasi mendeskripsikan tiga tahap dalam mengingat yaitu:
1. Encoding: proses di mana informasi dipersiapkan untuk penyimpanan jangka panjang
dan pemanggilan kembali di kemudian hari.
2. Storage: penyimpanan ingatan untuk penggunaan di masa depan.
3. Retrieval: proses di mana informasi diakses atau dipanggil kembali dari penyimpanan
ingatan.
Pada semua usia, mengenal dapat dilakukan lebih baik dari mengingat, akan tetapi
kedua kemampuan tersebut meningkat pada masa anak-anak awal.
Membentuk memori anak. Memori tentang pengalaman pada masa anak-anak awal
jarang sekali yang terjadi secara disengaja: anak kecil biasanya mengingat peristiwa
yang membuat kesan yang sangat kuat, dan dan sebagian besar dari memori sadar
awal, ini tampaknya bersifat jangka pendek. Cara seorang anak membentuk memori
permanen ada tiga tipe yaitu:
1. Memori generic: memori yang menghasilkan script bagi rutinitas yang akrab
untuk memandu perilaku. Script adalah catatan umum yang akrab dan berulang,
dipergunakan untuk memandu perilaku. Misalnya: seorang anak bisa saja
memiliki script untuk menaiki bus ke sekolah atau makan siang di rumah nenek.
2. Memori episodis: memori jangka panjang tentang peristiwa yang kerap terjadi dan
akrab, dihubungkan dengan tempat dan waktu.
3. Memori autobiografis: memori tentang peristiwa tertentu dalam kehidupan
seseorang. Misalnya: seorang anak mengingat saat dia pergi ke kebun binatang.
Karena ke kebun binatang itu dia mengingat peristiwa baru dan unik, dia juga
mengingat detail dari perjalanan tersebut hingga beberapa tahun.

Masa Kanak-kanak Akhir


Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut
pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental
yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Masa ini berlangsung
padamasa kanak-kanak akhir. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi
terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai
mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan
9
kenyataan sesungguhnya. Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak
berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak
masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah
berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi
sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.
Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan
operasi – operasi, yaitu:
a) Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan-
hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b) Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-
akibat dalam suatu keadaan.
c) Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang
ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu
perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini
anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk
melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
E. KEMAJUAN KOGNITIF
Pemikiran spasial
Contoh : Dani dapat menggunakan peta atau model untuk membantunya mencari objek
tersembunyi dan dapat memberikan arah untuk menemukan benda tersebut kepada orang lain.
Dia dapat menemukan jalan ke sekolah dan pulang ke rumah, dapat memperkirakan jarak,
dapat menilai berapa waktu yang dibutuhkan untuk pergi dari satu tempat ke tempat yang
lain.
Sebab akibat
Contoh : Doni mengetahui atribut fisik objek mana yang akan memengaruhi hasil (misalnya,
jumlah objek berpengaruh sedangkan jumlah warna tidak). Tetapi dia belum mengetahui
faktor spesial mana seperti posisi dan penempatan objek, yang membuat perbedaan.
Klasifikasi
Kemampuan mengategorisasi membantu anak untuk berpikir secara logis.
Contoh : elena dapat memilah objek ke dalam beberapa kategori, seperti bentuk, warna, atau
keduanya. Dia mengetahui bahwa subkelas (mawar) memiliki anggota yang lebih sedikit
dibandingkan dengan kelas yang menjadi induknya (bunga).

10
Seriasi dan kesimpulan transitif
Kemampuan untuk mengenali hubungan antara dua objek dengan mengetahui hubungan
antara masing-masing objek tersebut dan objek ketiga.
Contoh : nina dapat mengatur kumpulan tongkat sesuai urutan, dari yang paling pendek ke
yang paling panjang, dan dapat memasukkan tongkat berukuran menengah ke tempat yang
tepat. Dia mengetahui apabila satu tongkat lebih panjang dibandingkan tongkat kedua, dan
tongkat kedua lebih panjang dari tongkat ketiga, maka tongkat pertama lebih panjang dari
tongkat ketiga.
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif merupakan tipe penalaran logis yang bergerak dari yang observasi
khusus terhadap anggota kelas hingga mencapai kesimpulan tentang kelas tersebut. Dan
penalaran deduktif merupakan tipe penalaran logis yang bergeneral dari premis umum
tentang sebuah kelas kepada sebuah kesimpulan tentang anggota tertentu atau beberapa
anggota dari kelas tersebut.
Contoh : Dara dapat memecahkan masalah induktif maupun deduktif dan mengetahui bahwa
kesimpulan induktif (yang didasarkan pada beberapa premis tertentu) memiliki tingkat
kepastian yang lebih rendah dibandingkan dengan kesimpulan deduktif (didasarkan kepada
premis umum).
Konservasi
Dalam memecahkan berbagai masalah konservasi, anak-anak yang berada dalam tahap
operasi konkret dapat mencari jawabannya dalam kepala mereka: mereka tidak harus
mengukur atau menimbang objek tersebut.
Contoh : Pada usia 7 tahun, Andre mengetahui apabila bola tanah liat digulung menjadi
bentuk sosis, maka ia memiliki jumlah tanah liat yang sama (konservasi substansi). Pada usia
9 tahun, dia mengetahui bahwa berat bola dan sosis sama. Baru pada usia awal remaja, dia
mengetahui bahwa keduanya meluberkan jumlah cairan yang sama jika keduanya diletakkan
dalam segelas air.
F. POKOK BAHASAN KOGNITIF
a. Perkembangan Memori
Cara otak menyimpan informasi dipercaya bersifat universal, walaupun efisiensi dari
sistem tersebut bervariasi dari orang ke orang (Siegler, 1998). Model pemrosesan
informasi menggambarkan otak memiliki tiga “gudang”, yaitu:
1. Memori sensoris (sensory memory) adalah sistem penyimpanan awal “tangki
penampungan” sementara bagi informasi sensoris yang masuk. Ingatan sensoris
11
menunjukkan sedikit perubahan berkaitan dengan usia; sebagaimana yang telah kita
saksikan, bayi pun memilii ingatan sensoris.
2. Memori kerja (working memory) adalah sebuah “gudang” jangka pendek bagi
informasi yang sedang dikerjakan oleh seseorang pada saat ini; dan informasi
tersebut adalah informasi yang berusaha untuk dipahami, diingat, atau dipikirkan.
3. Memori jangka panjang (long-term memory) adalah sebuah “gudang” dengan
kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas, yang menyimpan informasi dalam jangka
waktu yang lama.
b. Metamemori: Memahami memori
Antara anak usia 5 dan 7 tahun, lobus frontal mengalami perkembangan signifikan
dan reorganisasi, memungkinkan peningkatan pemanggilan kembali dan metamemori,
pengetahuan tentang proses memori (Janowsky & Carper, 1996). Anak-anak TK dan
tingkat pertama mengetahui bahwa orang akan mengingat lebih baik jika mereka
belajar lebih lama, orang akan melupakan sesuatu seiring dengan berjalannya waktu,
dan akan lebih mudah untuk mempelajari kembali sesuatu yang telah dipelajari
daripada mempelajarinya untuk pertama kali.
c. Mnemonik: Strategi untuk Mengingat
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik.
Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai
adanya keterbatasan – keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut, anak
berusaha menggunakan teknik untuk membantu ingatan (strategi mnemonik) yang
digunakan untuk meningkatkan memori. Terdapat 4 macam strategi mnemonik, yaitu:
a. Bantuan memori eksternal : Terpancing oleh sesuatu dari luar orang tersebut.
Pada anak usia 5 dan 6 tahun dapat melakukan hal ini, tetapi yang berusia 8 tahun
lebih sering berpikir untuk melakukannya.
Contoh : Roni membuat daftar yang harus dia lakukan hari ini.
b. Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara
mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.
Pada anak usia 6 dan 7 tahun dapat diajari untuk melakukan hal ini, anak usia 7
tahun melaksanakannya secara spontan.
Contoh : tim berulang-ulang menyebutkan huruf dalam kata ejaannya sampai dia
mengetahuinya.
c. Organization (Organisasi) : Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang
digunakan untuk mesningkatkan memori.
12
Sebagian besar anak tidak dapat melakukan hal ini sampai mereka berusia 10
tahun, tetapi anak yang lebih muda dapat diajari melakukannya.
Contoh : anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut
susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas.
d. Elaborasi : mengasosiasikan item yang akan diingat dengan sesuatu yang lain
seperti frasa, scene, atau cerita.
Anak yang berusia lebih tua lebih sering melakukan ini secara spontan dan
mengingat lebih baik apabila mereka membuat asosiasi mereka sendiri; anak yang
lebih muda akan mengingat lebih baik apabila ada orang lain yang membuatkannya
untuk mereka.
Contoh : Yolanda mengingat garis nada musik (E,G,B,D,F) dengan
mengasosiasikannya dengan frasa “Every good boy does fine”.
d. Perkembangan Pemikiran Kritis
Perkembangan pemikiran kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap
permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak
mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta
mampu befikir secara reflektif dan evaluatif.
e. Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan
sekolah.
f. Perkembangan Bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut.
Perkembangan bahasa pada usia sekolah yaitu antara lain:
a) Aspek pada penggunaan bahasa adalah narasi dan percakapan.
Umumnya pada usia ini, tugas komunikasi menjadi kompleks dan sulit , sehingga
anak-anak usia ini mengalami kesulitan untuk memahami perasann orang lain, lalu
anak usia 5-6 tahun cenderung kurang mampu mengkomunikasikan informasi dari
anak yang lebih tua, jadi informasi yang abstrak belum mampu dikomuikasikan pada
anak-anak.
b) Meningkatnya jumlah pembendaharaan dan spesifikasi definisi.
Dalam masa pertumbuhan pemahaman kata dan hubungannya berlangsung terus
menerus, sehingga mereka dapat memperkaya perbendaharaan katanya lebih banyak
melalui bacaan-bacaan yang sifatnya konstekstual, peningkatan tersebut mungkin
13
setelah kelas empat SD. Namun walaupun terjadi peningkatan perbendaharaan kata
tidak selalu anak dapat memahami makna suatu kata atau kalimat. Karena, dapat
terjadi bila anak tidak menguasai perbendaharaan dari semua kata di dalam kalimat,
tapi anak itu dapat memahami makna kata atau kalimat secara tepat. Sebaliknya,
anak yang menguasai arti dari seluruh kata dalam suatu kalimat tertentu tidak dapat
memahami makna kata atau suatu kalimat. Untuk itu dalam memaknai suatu kata
ataupun kalimat diperlukan lebih banyak kemampuan menjustifikasi suatu kata atau
kalimat daripada sekedar mengetahui arti kata.
g. Masa Remaja
Pengertian perkembangan kognitif remaja
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya
para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-
masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas
berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi
apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman
masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan
rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja
mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Perkembangan kognitif remaja mencapai tahap operasional formal yang
memungkinkan remaja berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja mampu
mengambil keputusan untuk dirinya. Selama masa remaja, kemampuan untuk
mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Masa remaja
adalah awal dari tahap pikiran formal operasional, yang mungkin dapat dicirikan
sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan atau deduksi. Tahap ini
terjadi di semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman mereka.
Namun, bukti riset tidak mendukung hipotesis itu yang menunjukkan bahwa
kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi dari proses
belajar dan pendidikan yang terkumpul.
14
Unsur yang terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah
latihan dan pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya,
serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan
pemikirannya ataupun intelegensinya. Piaget membedakan dua macam pengalaman,
yaitu :
1. Pengalaman fisis: terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di
hadapi untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.
2. Pengalaman matematis-logis: terdiri dari tindakan terhadap objek untuk
mempelajari akibat tindakan-tindakan terhadap objek itu.
Kemampuan yang dimiliki pada tahap operasional formal ini adalah:
a. Abstrak
Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman
yang benar-benar terjadi. Mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.
b. Fleksibel dan kompleks
Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang
suatu hal. Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain,
dan dunia, serta membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standard-
standard ideal ini. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap
operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu
hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah
mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu
bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang
dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari
tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan
dirinya. Di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia), masih banyak
sekali remaja yang belum mampu berpikir dewasa. Sebagian masih memiliki
pola pikir yang sangat sederhana. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan di
Indonesia banyak menggunakan metode belajar mengajar satu arah atau
ceramah, sehingga daya kritis belajar seorang anak kurang terasah. Bisa juga
pola asuh orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja seperti anak-
anak sehingga mereka tidak punya keleluasan dalam memenuhi tugas
perkembangan sesuai dengan usianya. Seharusnya seorang remaja harus sudah
15
mencapai tahap perkembangan pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus
sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
c. Logis
Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka
mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa
depan (Santrock, 2001). Mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan
terbaik akan jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk
memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah
secara sistematis.Misal : Dalam pengambilan keputusan oleh remaja mulai dari
pemikiran, keputusan sampai pada konsekuensinya, bagaimana lingkungannya
yang menunjukkan peran lingkungan dalam membantu pengambilan keputusan
pada remaja.
G. Masalah Perkembangan Kognitif Peserta Didik
a) Masa kanak-kanak awal
Permasalahan membaca pada masa ini masih dengan cara dieja, pemahamannya hanya
satu kata dan terkadang anak sulit diajak belajar membaca.
Solusi: Membaca diikuti kata-kata bergambar agar menari anak untuk membaca.
b) Masa kanak-kanak akhir
Permasalahan membaca dan pemahaman di SD saat ini umumnya menggunakan sistem
klasikal yang menempatkan kecepatan memahami isi bacaan berdasarkan kecepatan
rata-rata memahami isi buku atau siswa merasa bahwa pembelajaran membaca
pemahaman yang dilakukan oleh guru terlalu cepat.
Solusi: Guru mengefektifkan pembelajaran membaca interpretatif dengan
mengelompokkan siswa menjadi 8 kelompok dengan memahami isi bacaan & sharing.
c) Masa Remaja
Permasalahan membaca pemahaman di masa SMP/SMA lebih ke kurang memahami isi
bacaan.
Solusi: Seharusnya dengan membaca pemahaman secara serius.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang
cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak
merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan
melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis
yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses
perkembangan kognitif tersebut. Selain itu karakteristik perkembangan kognitif
peserta didik juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada
karakteristik perkembangan peserta didik, pengajar dan orang tua dapat mengetahui
sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan usia mereka
masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan ilmu yang sesuai
dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak,
setidaknya kita sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami
tentang perkembangan kognitif dan tahap-tahap karakteristik perkembangan
kognitif agar kita mampu mengetahui perkembangan kemampuan kognitif masing-
masing anak.

17
Daftar Pustaka

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung: CV
Pustaka Setia.
Papalia, Dian.,dkk. 200. Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi
Kesembilan. Jakarta: Kencana.
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) & ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan
Indonesia). 2003. Jurnal Ilmu Pendidikan jilid 10 nomor 3. Madiun: IKIP PGRI.
Holil, A. 2008. Teori perkembangan kognitif Piaget. (online).
(http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/teori-perkembangan-kognitif-piaget.html,
diakses 2 November 2010).
Arya. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/03/31/perkembangan-kognitif-pada-anak/,
diakses 2 November 2010).
Joesafira. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/perkembangan-kognitif-pada-anak.html,
diakses 2 November 2010).
Wiriana, 2008. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-padaanak, diakses 4
November 2010).

18

Anda mungkin juga menyukai