Kegiatan Pembelajaran 13:
ILMU QIRA’AT AL-QUR’AN
A. Pengertian Qiraat
Secara etimologis, géna'at (alas) merupakan bentuk jamak dari kata girw‘ab
+i) yang merupakan iim musdar dasi kata gana’ (4), yang berasti bacaan.
Adapun definisi gin'a/ menurut istilah cukup beragam. Hal ini disebabkan olch
keluasan makna dan sisi pandang yang dipakai oleh para ulama tersebut. Qira’at
menurut al-Zarkasyi merupakan perbedaan lafal-lafalal-Que’an, baik meayangkut
Inumnf-hueufaya maupun cara pengueapan huruf-huraf terseut, sepeti Maki
tagydid dam ai-lain.
Dari pengertian yang diungkapkan olch al-Zarkasyi, terlihat bahwa ia hanya
terbatas pada lafal-lafal al-Que‘an yang memiliki perbedsan gira’at saja. Ta tidak
menjelaskan bagaimana perbedaan gira’at itu dapat terjadi dan bagaimana pula
cara mendapatkan gi’at itu.
Sclanjutnya, al-Zarqani memberikaa pengertian qira’at sebagai suatu mazhab
yang dianut oleh seorang imam dari para imam gi’ yang berbeda dengan yang
jainnya dalam pengucapan al-Quean al-Karim dengan kesesuaian riwayat dan
thurag dasinya. Baik itu perbedaan dalam pengueapan huruf-huruf ataupun
pengucapan bentuknya.
Dari pengertian al-Zarqani terscbut, terdapat beberapa kata kunci dalam
membicarakan qiraat yang harus diketahui. Kata kunci tersebut adalah qira’at,
iwayat dan tarigah. Berkut ini akan dipaparkan pengetian dan perbedaan antara
gia’at dengan siwayat dan tarigah, scbayai berikut:
1. Qirwat adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang imam dari
qua’ yang. tujub, sepaluh atau empat belas; seperti gira’at Naf’, qira’at
Ton Kasi, gira’at Hamzah dan lain sebagainya.
2. Sedangkan Riwayat adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang
perawi dari para qurra’ yang tujuh, sepuluh atau empat belas. Misalnya,
Naf’ mempunyai dua orang perawi, yaita Qalnn dan Warsy, maka disebut
dengan riwayat Qalun ‘an Nafi’ (riwayat Qalun dari Nafi’) atau siwayat
Warsy ‘an Nai? (riwayat Warsy dari Naf).
3. Adapun yang dimaksud dengan tarigah adalah bacaan yang disandarkan
kepada orang yang mengambil giry’at dari periwayat gum’ yang tajuh,
sepuluh atau empat belas. Misalnya, Warsy mempunyai dua murid yaitu
al-Azeaq dan al-Asbahani, maka disebur tariq al-Nzraq ‘ae Warsy, atau
siwayat Warsy avin tharig al-Azeag (siwayat Warsy dai riwayat al-Azraq).
Bisa juga discbut dengan girw’at Naf? min siwayati Warsy min char al-
Azraq,
Imu Qira’at al-Qur’an2| 1B. Sejarah Perkembangan Qira’at
Pembahasan tentang sejarah dan perkembangan ilmu qira’at ini dimulai
dengan adanya perbedaan pendapat tentang waktu mulai diturunkannya gira’at.
Ada dua pendapat tentang hal inis
Pertama, giea’at mulai diturankan di Makkah bersamaan dengan turunnya al-
Qur'an. Alasannya adalah bahwa sebagian besar surat-surat al-Qur’an adalah
Makkiyah di mana terdapat juga di dalamnya girwat scbagaimana yang terdapat
pada susat-surat Madaniyah. Ial ini menunyjukkan bahwa gisa’at itu sudah mulai
Gitarunkan sejak di Makkah.
Kedua, gira’at mulai diturunkan di Madinah sesudah peristiwa Hijrah, di mana
orang-orang yang masuk Islam sudah banyak dan saling berbeda ungkapan
bahasa Arab dan dialcknya, Pendapat ini dikuatkan oleh hadis yang disiwayatkan
oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya, demikian juga Tbn Jarir al-Tabasi
dalam kitab tafsirnya. Hadis yang panjang tersebut menunjukkan tentang waktu
dibolchkannya membaca al-Quran dengan tujuh husuf adalah sesudah Hijrab,
sebab sumber air Bani Gaffar— yang discburkan dalam hadis tersebut--terlerak di
dekat kota Madinah.
‘Kuataya pendapat yang kedua ini tidak berarti menolak membaca surat-surat
yang diturankan di Makkah dalam tujuh huruf, karena ada hadis yang
menceritakan tentang adanya perselisihan dalam bacaan surat al-Furgan yang
termasuk dalam surat Makkiyah, jadi jelas bahwa dalam surat-surat Makkiyah juga
dalam tujuh huraf.
Ketika mushaf disalin pada masa Usman bin Affan, tulisanaya sengaja tidak
liberi tik dan harakat, schingya kalimat-kalimatnya dapat menampung lebih dasi
satu gira’at yang berbeda. Jika tidak bisa dicakup oleh satu kalimat, maka ditulis
pada mushaf yang lain. Demikian seterusaya, schingga mushaf Usmani mencakup
ahruf sab’ah dan berbagai gisa’at yang ada,
Periwayatan dan Tudaggi (si guru membaca dan murid mengikuti bacaan
tersebut) dati orang-orang yang ésigah dan dipercaya merupakan kunci utama
pengambilan qira’at al-Qur’an secara benar dan tepat sebagaimana yang diajarkan
Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Para sahabat berbeda-beda ketika
‘menerima qira’at dari Rasulullah. Ketika Usman mengirimkan mushaf-mushaf ke
berbagai kota Islam, beliau menyertakan orang yang sesuai giraatnya dengan
mushaf tersebut. Qisw’at orang-orang ini berbeda-beda satu sama lain,
sebagaimana mereka mengambil girwat dari sababat yang berbeda pula,
sedangkan sahabat juga berbeda-beda dalam mengambil gira’at dari Rasulullah
SAW.
Dapat disebutkan di sini para Sahabat abl qira’at, antara lain adalah: Usman
bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Ibn Mas’ud, Abu
al-Daeda’, dan Abu Musa al-‘Asy’ati. Para salsabat kemudian menyebar ke selucuh
pelosok negeri Islam dengan membawa gi’at _masing-masing. Hal ini
menyebabkan berbeda-beda juga ketika Tabi’in mengambil gira’at dari para
Imu Qira’at al-Qur’an2| 1Sahabat. Demikian halnya dengan ‘Tabiut-tabi’in yang berbeda-beda dalam
mengambil qita’at dari para ‘Tabi'in.
‘Abli-ahli gira’at di kalangan ‘Tabiin juga telah menyebar di berbagai kota.
shli qira’at yang tinggal di Madinah antara lain: Tn al-Musayyab,
im, Umar bin Abdul Aziz, Sulaiman dan’Ata’ (keduanya putea Yasar),
Muadz bin Hatits yang terkcnal dengan Mu’ad al-Qari’, Abdurrahman bin
Hurmuy al-A’raj, Ibn Syihab al-Zuhri, Muslim bin Jundab dan Zaid bin Aslam.
Yang tinggal di Makkah, yaitu: ‘Ubaid bin 'Umair, ‘Ata’ bin Abu Rabah, ‘Tawus,
Mujahid, ‘Ikrimah dan fbn Abu Malikab.
“Tabiin yang tinggal di Kufah, ialah : ‘Algamah, al-Aswad, Marug, ‘Ubaidah,
‘Ame bin Surahbil, al-Iaris bin Qais,Amg bin Maimun, Abu Abdurrahman al-
Sulami, Said bin Jabir, al-Nakha’i dan al-Sya'bi.
-mentara Tabiin yang tinggal di Basrah , adalah Abu ‘Aliyah, Abu Raja’,
Nasr bin ‘Asim, Yahya bin Ya’mar, al-Hasan, Ibn Sirin dan Qatadah.
Sedangkan Tabi’in yang tinggal di Syam adalah : al-Mugirah bin Abu Syihab
al-Makhzumi dan Khalid bin Sa’d.
Keadaan ini terus berlangsung sehingga muncul para imam gitaat yang
termasyhur, yang mengkhususkan disi dalam ginVat — gira’at tertentu dan
mengajackan gira’at mereka masing-masing.
Perkembangan selanjutnya ditandai dengan munculnya masa pembukuan
«ita’at, Para ahli sojarah menyebutkan bahwa orang yang pertama kali menuliskan
ilmu qira’at adalah Imam Abu Ubaid al-Qasim bin Salam yang wafat pada tahun
224 11. la menulis kitab yang diberi nama al-Qira’at yang menghimpun giraat dati
25 orang perawi. Pendapat lain menyatakan bahwa orang yang pertama kali
menuliskan ilmu giraat adalah Husain bin Usman bin ‘Tsabit al-Baghda
Dhatir yang wafat pada @hun 378 H. Dengan demikian mulai saat ita qisa’at
‘menjadi ilmu tersendisi dalam ‘Ulum al-Qur’an. Menurut Sya’ban Muhammad
Ismail, kedua pendapat ita dapat dikompromikan. Orang yang pertama kali
menulis masalah giraat dalam bentuk prosa adalah al-Qasim bin Salam, dan orang
yang pertama kali menulis tentang gir’at sab’ah dalam bentuk puisi adalah
Husain bin Usman al-Baghdadi.
Pada penghujung Abad ke III Fijriyah, Ibn Mujahid menyusun qira’at Sab’ah
dalam kitabnya af-Sab'ah. Dia hanya memasukkan para imam giraat yang terkenal
sigat dan amanah serta panjang pengabdiannya dalam mengajarkan al-Que’an,
yang berjumlah tujuh orang. Tentunya masih banyak imam gira’at yanng lain yang
Gapat dimasukkan dalam kitabnya.
Tha Mujahid menamakan kitabaya dengan Kitab al-Sabish hanyalah secara
kebetulan, tanpa ada maksud tertentu. Setelah munculaya kitab ini, orang-orang
awam menyangka bahwa yang dimaksud dengan ahny/sab'ah adalah qira’at sab’ah
oleh Ibn Mujahid ini, Padahal masih banyak lagi imam qiewat lain yang kadar
kemampuannya setara dengan tujuh imam gira’at dalam kitab Ibn Mujahid.
Abu al-Abbas bin Ammar mengecam Ibn Mujahid Karena telah
‘mengumpulkan qira’at sab’ah, Menurutaya Ibn Mujahid telah melakukan hal yang
imu Qira’at al-Qur'an 3| 1]tidak sclayaknya dilakukan, yang mengaburkan pengertian orang awam bahwa
Qiraat Sab’ah itu adalah abruf sab'ah seperti dalam hadis Nabi itu. Dia juga
menyatakan, tentunya akan lebih baik jika Tbn Mujahid mau mengurang atau
menambah jumlahnya dari tujuh, agar tidak terjadi syubhat.
Banyak sekali kitab-kitab giraar yang ditulis para ulama setelah Kitab Sab’ah
ini. Yang paling terkenal di antaranya adalah: aéTaysir fi ab-Qiruut al-Sab’ yang
diisusun oleh Abu Amr al-Dani, Matan alSyalibinab ji Qira'at al-Sab't karya Imam
al-Syatibi, atNasyr ff Qira’at alAgr kaeya Ibn al-jazasi dan Itaf Vidala’ ai-Bagyar fi
al Qina'at at-Arba‘ah ‘Agara karya Imam al-Dimyati al-Banna. Masih banyak lagi
kitab-kitab Iain tentang gira’at yang membahas gieaat dari berbagai segi secara
las, hingga saat ini
C. Mengenal Imam-Imam Qiraat
Berikut ini adalah para imam qira’at yang terkenal dalam sebutan qira’at
Sab’ah:
1. Nafi’al-Madani_
Nama lengkapnya adalah Abu Ruwaim Nafi’ bin Abdurrahman bin Abu
‘Nu‘aim al-Laitsi, maula Ja’unah bin Syu’ub al-Laits. Berasal dari Isfahan.
‘Wafat di Madieah pada tahun 177 H.
Jamempelajari qira’at dari Abu Ja’far Yavid bin Qa’ga’, Abdurrahman bin
Hurmuz, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Iyasy bin Abi Rabi’ah al-
Makhzumi; mereka semua menerima qiraat yang mereka ajarkan dari Ubay
bin Ka’ab dari Rasulullah.
Murid-murid Imam Nafi’ banyak sckali, antara lain: Imam Malik bin Anas,
al-Lais bin Sa’ad, Abu ‘Amar ibn al-‘Alla’, ‘Isa bin Wardan dan Sulaiman bin
Jamaz. Perawi qira’at Imam Nai’ yang terkenal ada dua orang, yaitu Qalun
(w. 220 H) dan Warasy (w.197 H).
2. Ibn Kasir al-Makki
‘Nama lengkapnya adalah Abdullah ibn Kasir bin Umar bin Abdullah bin
Zada bin Fairuz bin Hurmuy al-Makki. Labir di Makkah tahun 45H. dan
wafat juga di Makkah tahun 120 11
Beliau_mempelajari gira’at dari Abu as-Sa’ib, Abdullah bin Sa’ib al-
Makhvumi, Mujahid (maula Tha ‘Abbas).
Mereka semua masing-masing menerima dati Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Sabit
dan Umar bin Khattab; ketiga Sahabat ini menerimanya langsung dati
Rasulullah SAW.
‘Murid-mosid Imam Iba KAsir banyak sekali, namun perawi giraataya
yang terkenal ada dua orang, yaitu Bazzi (w. 250 H) dan Qunbul (w. 251 H).
3. Abu’Amr al-Basri
‘Nama lengkapnya Zabban bin ‘Alla’ bin ‘Ammar bin ‘Aryan al-Mazani at-
“Tamimi al-Bashr. Ada yang mengatakan bahwa namanya adalah Yahya. Beliau
Imu Qira’at al-Qur’an 4| 1adalah imam Bashrah sckaligus ahli giraat Bashrah. Beliau lahir di Mekkah
tahun 70 H, besar di Bashrah, kemudian bersama ayahnya berangkat ke
Makkah dan Madinah. Wafat di Kufah pada tahun 154 H.
cliau belajar qira’at dari Abu Ja’far, Syaibah bin Nasah, Naf’ bin Abu
Nu‘aim, Abdullah ibn Kasie, ‘Ashim bin Abu al-Nujud dan Abu al“aliyah,
Abu liyah mencrimanya dari Umar bin Khattab, Ubay bin Ka’ab, Zaid
bin Sabit dan Abdullah bin Abbas. Keempat Sahabat ini menerima qira’at
Jangsung dari Rasulullah SAW
Murid beliau banyak sekali, yang terkenal adalah Yahya bin Mubarak bin
Mughirah al-Vazidi (w. 202 H.) Dari Yahya inilah kedua perawi qiraat Abu
‘Amr menerima giraatnya, yaitu al-Duuri (w. 246 11) dan al-Suusii (w. 261 1).
4, Abdullah bin ‘Amir al-Syami
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin ‘Amie bin Yazid bin ‘Tamim bin
Rabi'ah al-Yahshabi. Nama panggilannya adalah Abu ‘Amr, ia termasuk
gologan Tabi'in. Beliau adalah imam giraat negesi Syam, lahie pada tahun 8
HI, wafat pada tahun 118 HI di Damsyik.
Ubn ‘Amir menerima gira’at dari Mugisah bin Abu Syibab, Abdulla bin
Umar bin Mugirah al-Makhzumi dan Abu Darda’ dati Utsaman bin Affan
dari Rasulullah SAW.
Di antara para muridaya yang menjadi perawi gieaatnya yang terkenal
adalah Hisyam (w. 145 H) dan Ton Zakwaan (w. 242 F1).
5. ‘Ashim al-Kufi
Nama lengkapnya adalah ‘Ashim bin Abu al-Nujud. Ada yang
mengatakan bahwa nama ayahaya adalah Abdullah, sedang Abu al-Nujud
adalah nama panggilannya, Nama panggilan ‘Ashim senditi adalah Abu Bakar,
ia masih tergolong Tabi'in. Beliau wafat pada tahun 127 IT
Beliau menerima qira’at dari Abu Abdurrahman bin Abdullah al-Salami,
idan Abu Umar Saad bin Tlyas al-Syaibani, Mercka
bertiga menerimanya dari Abdullah bin Masud. Abdullah bin Mas’ud
menerimanya dari Rasulullah SAW.
Di antara para muridaya yang menjadi perawi giraainya yang terkenal
adalah Syu’bah (w.193 1) dan Hafs (w. 1801).
6, Hamzah al-Kufi
Nama lengkapnya adalah Hamzah bin Habib bia ‘Ammarah bin Ismail
al-Kufi. Beliau adalah imam giraat di Kufah setelah Imam ‘Ashim. Lahie pada
tahun 80 HL, wafat pada tahun 156 H di Halwan, suatu kota di Trag.
Beliau belajar dan mengambil qiraat dari Abu Hamzah Hamsan bin
A’yun, Abu Ishag ‘Ame bin Abdullah al-Sabi’i, Muhammad bin Abdurrahman.
bin Abu Ya'la, Abu Muhammad ‘Talhah bin Mashraf al-Yamani dan Abu
Abdullah Ja’far al-Shadiq bin Muhammad al-Bagir bin Zainul ‘Abidin bin
Imu Qira’at al-Qur’an 5| 1Huscin bin Ali bin Abi ‘Thalib serta Abdullah bin Mas'ud dari Rasulullah
SAW.
Dj antara para muridnya yang menjadi perawi giraat -nya yang terkenal
adalah Khalaf (w. 150 F) dan Khallad (w. 229 H1).
7. Al-Kisa’i al-Kufi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Hamzah bin Abdullah bin Usman al-
Nabi. Nama panggilanaya Abul Hasan dan ia bergelas Kisa’i karena ia mulai
‘melaksukan ihram di Kisaa’. Beliau wafat pada tahun 189 H
Beliau mengambil gira’at dari banyak ulama. Diantaranya adalah Hamzah
bin Habib al-Zayyat, Muhammad bin Abducrahman bin Abu Laia, ‘Ashim
bin Abun Nujud, Abu Bakar bin'llyasy dan Ismail bin Ja’far yang,
menerimanya dari Syaibah bin Nashah (guru Imam Naf? al-Madani), mereka
semua mempunyai sanad yang bersambung kepada Rasulullah SAW.
Murid-murid Imam Kisaa’i yang dikenal sebagai perawi yang dikenal
sebagai perawi gira’at-nya adalah al-Lais (w. 2401) dan Haish al-Duusi (w.
246 HD.
D. Syarat-syarat Sahnya Qiraat
Para ulama menetapkan tiga syarat sah dan diterimanya giraat. Yaitu: pertama,
sesuai dengan salah satu kaidah bahasa Arab; Kedha, sesuai dengan tulisan pada
salah satu mushaf Usmani, walaupun hanya tersieat; Keiiga, shahih sanadya. Yang
dimaksud dengan “sesuai dengan salah satu kaidah bahasa Arab“ ialah tidak
menyalahi salah satu segi dari scgi-segi qawa’id bahasa Arab, baik bahasa Arab
yang paling fasih ataupun sckedar fasih, atau berbeda sedikit tctapi tidak
‘mempengaruhi maknanya. Yang lebih dijadikan pegangan adalah qiraat yang telah
tersebar secara luas dan ditesima para imam dengan sanad yang shahih.
Sementara yang dimaksud dengan “sesuai dengan salah satu tulisan pada
mushaf Usmani” adalah sesuainya qiraat itu dengan tulisan pada salah satu
mushaf yang ditulis oleh panitia yang dibentuk olch Usman bin ‘Affan dan
dikirimkannya ke kota-kota besar Islam pada masa itu.
Adapun maksud dari “shahih sanadnya” ini ulama berbeda pendapat.
Sebagian menganggap cukup dengan shahih saja, scbagian yang lain
mensyaratkan harus mutawatr.
yaikh Maki bin Abu Talib al-Qaisi menyatakan bahwa giraat shabih adalah
Giraat yang shahih sanadnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW, ungkepan
kalimataya sempuena menurut kaedah tata bahasa Aeab dan sesuai dengan tulisan
pada salah satu mushaf Usmani, Pendapat ini dikuti oleh Ibal Jazasi, sebagaimana
disebutkan dalam kitabnya Tayyibatun Nasyar fi at Qira't al-‘Agyar.
‘Menurut Sya’ban Muhammad Ismail, mengutip pendapat al-Shafagasi,
pendapat ini lemah karena membawa akibat tidak adanya perbedaan antara al-
Quran dengan yang bukan al-Qur’an. Akan tetapi pada kesempatan lain, Tbnl
Jazasi mensyaratkan mutawatir untuk diterimanya qiraat yang shahih, seperti
imu Qira’at al-Qur’an 6| 1disebutkan pada kitabnya Meogid alMagriin wa Mursyid al-Talibin. Jadi, mungkin
yang dimaksud dengan shahih sanadnya oleh Ibnl Jazari di sini adalah Mutawatir.
‘Menurut Imam al-Nuwairi: “Meniadakan syarat mutawatir adalah pendapat
yang baru, bertentangan dengan jima’ para abli figih, ahli hadis dan yang lain-lain.
Sebab al-Qur'an menurut jumhur ulama empat mazhab yang terkemuka adalah
kalamullah yang disiwayatkan sccara mutawatir dan dituliskan pada mushaf.
Semua orang yang memegang definisi ini pasti mensyaratkan mutawatir,
sebagaimana yang dikatakan oleh Ibm Hajib. Dengan demikian, menurut para
imam dan pemuka mazhab yang empat, syarat mutawatir itu merupakan
kcharusan. Banyak orang yang secara jelas menerangkan pendapat ini seperti Abu
Abdul Barr, al-Azra’i, Ibn ‘Athiyah, al-Zarkasyi dan al-Asnawi. Pendapat yang
mensyaratkan mutawatir inipun telah menjadi ijma’ para abli giraat. ‘Tidak ada
ulama mutaakhirin yang tidak sependapat kecuali al-Makki dan beberapa orang
lainaya.”
E. Pengaruh Qiraat Terhadap Istinbat Hukum
Dalam hal istimbat hukum, giraat dapat membantu menetapkan hukum,
secara lebih jeli dan cermat. Perbedaan giraat al-Que'an yang berkaitan dengan
substansi laf atau kalimat, adakalanya mempengaruhi makna dati lafaz tersebut
adakalanya tidak. Dengan demikian, maka perbedaan giraat al-Qur'an adakalanya
berpeagaruh terhadap istimbat hukum dan adakalanya tidak.
1. Perbedaan Qira’at yang Berpengaruh Terhadap Istinbat Hukum
(Qira’at shahihah (Mutawatir dan Masyhus) bisa dijadikan sebagai tafsic
dan penjelas serta dasar penetapan hukum, misalnya gitw’at membanty
penafsiran gira’at (xi) dalam menetapkan hal-hal yang membatalkan wudu
seperti dalam Q.S Al-Nisa (4): 43:
a Laie if pit Se al nas pb
pk le OS hl Sadat ng nal te
Dan ja karma sakie tan sedang dalam mnsafir at datang dari tempat bnang
air atau Kanon telah menyentub perenpuan, Remudian kamu tidak mendapatkan air,
maka bertayamunla kamu dengan tanah yang baike (oui): copula mukama dan
tanganmu Sesenggulnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampr’
‘Ada perbedaan cara membaca pada lafaz (ail gis). Ibn Katsie, Naf,
‘Ashim, Abu ‘Amer dan Tbn ‘Amir, membaca (slitting), sedangkan Ham-
zah dan al-Kisa'i, membaca (sidisna¥)
Para ulama berbeda pendapat tentang makna dasi giea’at (juz), ada tiga
versi pendapat ulama mengenai makna (#!4:¥), yaitu: bersetubuh, bersentuh,
dan bersentuh serta bersetubuh.
Imu Qira’at al-Qur’an7| 1Para ulama juga berbeda pendapat tentang maksud dari (iu). Ibn
Abbas, al-Iasan, Mujahid, Qatadah dan Abu Hanifah berpendapat bahwa
maksudya adalah: bersetubuh. Sementara itu, Ibn Mas'ud, Ibn Abbas al-
Nakha'i dan Imam Syaifi berpendapar, bahwa yang dimaksud adalah:
bersentuh kulit baik dalam bentuk persetubuhan atau dalam bentuk lainaya.
Ada sebuah pendapat yang menyatakan, bahwa yang dimaksud
dengan (aii) £28) adalah sekedar menyentuh perempuan. Sedangkan
maksud dari (gaa) adalah berjima’ dengan perempuan. Sementara ada
hadis shahih yang menceritakan bahwa Nabi SAW pernah mencium istrinya
sebclum berangkat sholat tanpa berwudhu lagi. Jadi yang dimaksud dengan
kata (lai git) di sini adalah berjima’, bukan sckedar menyentuh
perempuaa. Dari contoh di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa yang
‘membatalkan wudhn adalah berjima’, bukan sekedar bersentuhan dengan
perempuan.
Pendapat lain menyatakan bahwa pendapat yang kuat adalah yang berarti
bersentuhan kulit Pendapat ini dikuatkan oleh al-Razi yang menyatakan
Dahwa kata aflums (jal) dalam qira’at (eat), makna hakikinya adalah
menyentuh dengan tangan. Ia menegaskan bahwa bahwa pada dasarnya
snatu lafaz.harus diartikan dengan pengertian hakikinya. Sementaa itu, kata
al-mulamasat (sts!) dalam gira’at (44:3) makna hakikinya adalah saling
menyentuh, dan bukan berarti bersetubuh.
2, Perbedaan Qiraat yang Tidak Berpengaruh ‘Terhadap Istinbat
Hukum
Berikut ini adalah contoh dari adanya perbedaan gira’at tetapi tidak
berpengaruh terhadap istimbath hukum, yaitu pada Q'S. al-Alzab (33): 49.
ie yn Sg hatS ad Shy teat Si Job ie GA pets teat GAS AL 5,
Dae Bay
“Hai orang-orang yang beriman, apabile kamu menikahi perempuan-perempoan
yang beriman, kemudian kame ceraikan mereka sehelum kamu mencanpurinya,
‘maka sekalckali tidak wajib atas mercka iddab baginu yang kamu minta
‘menyempurnakannya, Maka berilah mercka mut'ab, dan lgpastanlah mereka itu
dengan cara sebuike-baiknya.”
Ayat di atas menjelaskan, bahwa seorang iste! yang diceraiakn oleh
suaminya dalam keadaan belum disetubuhi, maka tidak ada masa iddah
baginya, Masa ida) adalah masa menunggu bagi seorang wanita yang
diccraikan suaminya, scbclum wanita terscbut dibolchkan kawin lagi dengan
akitaki Iain.
imu Qira’at al-Qur’an 8| 11Berkenaan dengan ayat di atas, Hamzah dan al-Kisai, membacanya
dengan 34,4b5 3143, sementara Ibn Kasir, Abu 'Amir, Iba 'Ashim, dan Naf"
membaca: §4p4i 5 Jub Ge Perbedaan bacaan tersebut tidak menimbulkan
perbedaan maksud atau ketentuan hukum yang terkandung di dalamnya,
3. Pemakaian Qira’at Syaz dalam Istinbat Hukum
‘Tidak hanya gira’at mutawatir dan masyhur yang dapat dipengunakan
untuk mengeali hukum-hukum syariyah, bahkan gira’at Syag juga boleh
dipakai untuk membantu menetapkan hukum syariyah. Hal itu dengan
pertimbangan bahwa gira’at Syag itu sama kedudukannya dengan hadis Ahad
(setingkat di bawah Mutawatie), dan mengamalkaa hadis Ahad adalah boleh.
Ini merupakan pendapat Jumhur ulama,
‘Ulama mazhab Syaf’i tidak menerima dan tidak menjadikan Qiraat. Spay
sebagai dasar penetapan hukum dengan alasan bahwa Qiraat Syag tidak
termasuk al-Qur'an. Pendapat ini dibantah olch Jumhur Ulama yang
mengatakan bahwa dengan menolak Qira’at Syag schagai al-Qur'an tidak
berarti sekaljgus menolak Qiraat Syuz sebagai Khabar (Iadis). Jadi, paling
tidak Qimaat Sug tersebut merupakan Hadis Ahad.
Contoh penggunaan Qira’at Syaz sebagai dasar hukum adalah sebagai
Derik:
(1) Memotong tangan kanan_pencuri, berdasarkan kepada giraat Iba
Masud dalam surat al-Maidah ayat 38, yang berbuny
Lagilal Iyidadt A, Leg Steg
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang menvuri, potonglab tanggn
aman kedeanya....
Dalam Qiraat yang shahihah ayat tersebut berbnayi:
fai, ls Sts
Q Mazhab Hanafi mewajibkan puasa tiga hari berturut-turut sebagai
kafarah sumpah, juga berdasarkan kepada giraat ba Mas'ud dalam
surat al-Maidah ayat 89, yang berbunyi:
ag i pli AE Aad ig aad
. Barangsiupa tidak sanggup melakukan demikian, maka
-afaruya prea selama tiga hari berdurat-turut
Dalam gira’at yang shahihah ayat tersebut berbunyi =
Sya’ban Muhammad Ismail, mengutip pernyataan Abu ‘Ubaid,
menyatakan bahwa tujuan scbenarnya dari Qiraat Syay adalah
merupakan ‘Tafsir dari qiraat shahih (gaasyhu7) dan penjelasan mengenai
dirinya. Huruf-huruf terscbut harakatnya Qafaz Qira’at Syuz tersebut)
menjadi tafsic bagi ayat al-Que’an pada tempat tersebut. Hal yang
demikian ini, yaitu taisir mengenai ayatayat tersebut, pernah
Imu Qira’at al-Qur’an9| 1dikemukakan oleh para Tabi’in, dan ini merupakan hal yang sangat
baik. Pendapat ini diperkuat dengan pernyataan al-Suyuti, sebagai
berkut:
Jka penafsiran ita dikemukakan oleh sahabat-sahabat Nabi
Muhammad SAW yang benar, yang kemudian menjadi bagian dari
qiraat al-Qur’an itu senditi, tentu talsir ini lebih tinggi nilainya dan
lebih kuat. Mengumbil kesimpulan hukum dari penafsiran_ yang
dikemukakan Qira’at Syug ini adalah suatu pengejawantahan yang
dapat dipertanggung jawabkan.”
F, Manfaat Perbedaan Qiraat
Adanya bermacam-macam giraat seperti teh disebutkan div atas,
mempunyai berbagai manfaat, yaitu:
1. Meringankan umat Islam dan mudahkan mereka untuk membaca al-
Qur'an. Keringanan ini sangat dirasakan Khususnya oleh penduduk Arab
pada masa awal diturunkannya al-Que'an, dimana mercka terditi dari
berbagai kabilah dan suku yang diantara mereka banyak terdapat
perbedaan logat, tckanan suara dan scbagainya. Meskipun sama-sama
berbahasa Arab. Sekiranya al-Que’an itu diturunkan dalam satu giraat saja
maka tentunya akan memberatkan suku-suku lain yang berbeda
bahasanya dengan al-Que’an.
2. Menunjukkan betapa terjaganya dan terpeliharanya al-Quean dasi
perubahan dan penyimpangan, padahal kitab ini mempunyai banyak segi
bacaan yang berbeda-beda.
3. Dapat menjelaskan hal-hal mungkin masih global atau samar dalam giraat
yang lain, baik qira’at itu Mutawatir, Masyhur ataupun Syadz. Misalnya
cira’at Syadz yang menyalahi rasam mushaf Usmani dalam lafuz dan
makna tctapi dapat membantu penafsiran, yaitu laf. (lysed) sebagai
ganti dari lafaz.(jjait8) pada QS. al-jumu’ah (62): 9:
a 85 at 5 Sh paths th os So wil gos! Hi] Maal Graig
Yang dimaksud dengan (ja) di sini adalah bukan berjalan ccpat-cepat
dan tergesa-gesa, tetapi bersegera pergi ke masjid dan berjalan dengan
tenang.
4. Bukti kemukjizatan al-Que’an dati segi kepadatan maknanya, karena
setiap giraat menunjukkan suatu hukum syara’ tertentu tanpa perlu
adanya pengulangan lafav.
5. Meluruskan agidah sebagian orang yang salah, misalnya dalam penafsiran
tentang sifatsifat surga dan penghuninya dalam QS. al-Insan (76): 20 :
tas Biss
alas Sah 15
Iimu Qira’at al-Qurtan 10] 11Dalam girw’at lain dibaca (1s) dengan memjazhablan mim dan
mengkasrahkan /am, schingga gira’at ini menjelaskan girwat pertama
bahwa orang-orang mukmin akan melihat wajah Allah di akhirat nanti
Menunjukkan keutamaan dan kemuliaan umat Muhammad SAW atas
umat-umat pendahulunya, karena kitab-kitab yang terdahulu hanya turun
dengan satu segi dan satu giraat saja, berbeda dengan al-Qur’an yang
turun dengan beberapa giraat.
Iimu Qira’at al-Qurtan 1] 11