Anda di halaman 1dari 7

. Latar Belakang Preeklamsia dan eklamsia merupakan suatu komplikasi dari hipertensi pada ibu hamil.

Dan preeklamsia dapat dibagi lagi menjadi preeklamsia ringan dan berat. Di indonesia, setelah perdarahan dan infeksi preeklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini preeklamsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklamsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Kekurangan gizi hingga kini masih menjadi masalah besar bagi dunia ketiga, termasuk indonesia. Masalah gizi menjadi serius sebab akan berdampak pada melemahnya daya saing bangsa akibat tingginya angka kesakitan dan kematian , serta timbulnya gangguan kecerdasan dan kognitif anak. Golongan yang paling rentan terhadap kekurangan gizi adalah ibu hamil, bayi, dan balita. Kecenderungan semakin tingginya angka kekurangan energi protein pada ibu hamil akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian ibu serta ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Bayi yang lahir dengan berat 2500 gram rentan terhadap gangguan pertumbuhan dan kecerdasan. Anak yang kekurangan gizi saat lahir atau semasa bayi berisiko terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes melitus pada masa dewasa. Resiko kematian akibat kekurangan gizi juga lebih besar, justru dalam usia produktif. Pada kehamilan, selain terjadi perubahan psikologis, juga fisiologi. Oleh karena itu, menegakkan diagnosis dini pre eklamsia dan mencegah agar jangan berlanjut menjadi eklamsia merupakan tujuan pengobatan. Diperkirakan pre eklamsia terjadi 5 % kehamilan, lebih sering ditemukan pada kehamilan pertama. Juga pada wanita yang sebelumnya menderita tekanan darah tinggi atau menderita penyakit pembuluh darah. TINJAUAN TEORI A. Definisi Pre-eklampsia merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,edema,dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (prof. Dr. Hanifa wiknjosastro, DSOG,dkk,1999:282) Ekslampsia merupakan penyakit akut dengan kejang-kejang dan koma pada wanita hamil dan wanita dalam masa nifas disertai dengan hipertensi,edema,dan proteinuria (PUSDIKNAKES,Depkes RI, 1990;9). Pre-eklampsia dan ekslampsia adalah komplikasi kehamilan pada tri mester ke tiga dengan gejala klinis hipertensi, edema , protein uria, konvulsi dan koma. ( Manuaba,Prof.dr.Ida Bagus Gde.Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri Dan Ginekologi.1993.EGC.Jakarta). B. Etiologi Penyebab preeklamsia dan eklampsia secara pasti belum di ketahui. Teori yang bayak di kemukakan sebagai penyebabnya adalah adalah iskemia plasenta atau kurangnya sirkulasi O2 ke plasenta. faktor predisposisi atau terjadinya preeklamsia dan eklampsia, antara lain: 1. Diabetes militus 2. Gangguan ginjal kronik 3. Hipertensi 4. Molahydatidosa

5. Polyhydramnion 6. Primi grapida tua C. Patofisiologi Preeklamsia ringan jarang sekali menyebabkan kematian. Tidak ada perubahan yang khas pada preeklamsia dan eklampsia. Perdarahan, infak, dan trombosis pembuluh darah kecil pada penyakit ini dapat ditemukan didalam berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriol. Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor yang juga penting dalam patogenesis kelainankelainan tersebut. Perubahan pokok yang didapatkan pada preeklampsia adalah spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada beberapa kasus lumenarteriol demikian kecilnya, sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah saja. Tekanan darah yang meningkat merupakan usaha mengatasi kenaikan tekanan perifer, agar oksigenasi jaringan dapat tercukupi. Kenaikan berat badan dan edema karena penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstisial belum diketahui sebabnya. Pada preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Pada preeklamsia permeabelitas pembuluh darah terhadap protein meningkat. Menurunnya aliran darah memberikan dampak kepada organ-organ tubuh. Pada plasenta, menurunnya aliran darah mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama, pertumbuhan janin terganggu. Pada hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin sampai kematiannya karena kekurangan oksigenasi. Kurangnya darah ke ginjal mengakibatkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan yang penting adalah dalam hubungan dengan proteinuria serta dengan retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus menurun sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan diuresis turun, pada keadaan lanjut dapat terjadi olliguri atau anuria. Pada preeklampsia tampak edema retina , spasmus setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri . Diplopia dan ambliopia pada kasus preeklampsia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Hal ini disebabkan oleh perubahan aliran darah pusat penglihatan di korteks serebri. Edema paru merupakan sebab utama kematian penderita preeklampsia dan eklampsia. Komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri. Hemokonsentrasi yang tinggi pada preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui sebabnya. Terjadi pergeseran air dari ruang intravaskular ke ruang interstisial. Terjadi peningkatan hemotokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema menyebabkan volume darah berkurang, viskositas darah meningkat, dan waktu peredaran arah akan lebih lam. Aliran darah ke berbagai bagian tubuh berkurang mengakibatkan hipoksia. D. Manifestasi Klinik Preeklamsia ringan : A. Hipertensi antara 140/90 atau kenaikan sistol dan diastol 30mmhg/15mmhg. B. Edema kaki,tangan atau muka atau kenaikan BB 1kg/minggu. C. Proteinuria 0,3 gr/24 jam atau plus 1-2. D. Oliguria Preeklamsia berat:

A. Hipertensi 160/110mmhg. B. Proteinuria 5gr/24 jam atau plus 4-5. C. Oliguria 400cc/24 jam. D. Edema baru dapat disertai sianosis. E. Keluhan subjektif: nyeri kepala frontal gangguan penglihatan -nyeri epigastrium Eklampsia: A. Gejala preeklamsia. B. Disertai koma atau konvulsi. C. Disertai asfiksia intrauterin IUGR atau IUFD? F. Pemeriksaan Diagnostik Preeklampsia ringan : Urine lengkap Preeklampsia berat dan eklampsia : Hb, Ht, Urine lengkap, asam urat,trombosit, fungsi hati, fungsi ginjal. Pengukuran tekana darah Pemeriksaan edema Pengukuran tinggi fundus Pemeriksaaan fuduskopik Pemeriksaan fungsi ginjal(ureum ,kreatinin) G. Komplikasi Komplikasi di bawah ini biasanya terjadi pada preeklamsia dan eklampsia: 1. Solusio plasenta 2. Payah: ginjal,jantung,paru disebabkan edema,lever oleh karena nekrosis 3. Pendarahan otak 4. Siendrom HELLP: hemolisis,eleved lever enzyms,low platelet 5. Kematian ibu dan janin. 6. Hypofibrinogenemia 7. Kelainan mata 8. Nekrosif hati. 9. Kelainan ginjal. 10. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intrauterina H. Penatalaksanaan Tata laksana preeklampsia dan eklampsia : a. Konservatif 1. Isolasi : Pasang kateter 2. Obat-obatan : -infus dextr 5% -valium 120gr/24jam -MgSO4 -Litik koktil : -Largatil 50

-Pethidin 100 -Promethazine 50 3. observasi : -konvulsi da n koma - reaksi pengobatan -diuresis kesadaran fisik -kriteria eden - lamanya 224 jam 4. konsultasi : - penyakit dalam - penyakit mata - anestesia - dokter anak b. Terapi Aktif beerdasarkan pertimbangan klinis induksi persalinan -oxytoksin drip -pecahkan ketuban -seksio sesaria c. terapi obstetri - kehamilan 36 minggu atau lebih bila setelah 24-48 jam tidak ada perbaikan yang jelas induksi persalinan pecahkan selaput ketuban, teteskan oxytoksin. -selama persalinan: percepatan persalinan,pecahkan selaput ketuban, teteskan oxytoksin, persalinan forsep atau vacum. -bahaya pada fetus, insuvisiensi plasenta , akut atau kronik : amnioscopy, rekaman pemantauan janin. Seksio sesaria hanya atas indikasi fetus setelah hilangnya eklampsia. d. Terapi Antikonvulsi -magnor bine (magnesium askorbat) 20%, 20ml IM atau IV. -magnesium dapat diberikan sampai 5gr tiap 5 6 jam -hentikan terapi Mg bila refleks tendon patela hilang atau depresi pernapasan. I. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian A. Riwayat kesehatan 1. Identitas umum ibu 2. Usia ibu, apakah primi gravida 3. Apakah penyakit hipertensi dalam keluarga 4. Status gizi ibu 5. Riwayat penyakit gagal ginjal kronik 6. Keluhan penyakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri uluhati, mual dan muntah B. Riwayat obstetri 1. Pernahkah melahirkan kembar 2. Adakah riwayat hiydramnion 3. Adakah riwayat molahidatidosa

C. Pemeriksaan fisik 1. Adakah edema 2. adanya peningkatan berat badan berlebihan 3. kulit lembat warna kepucatan 4. apakah penglihatan kabur, sakit kepala, nyeri ulu hati 5. penurunan out put urin 6. pemeriksaan vital signs 7. protein uria 8. serum protein total dan albumin menurun 9. hematorik meningkat, nemuglobin rendah 10. asam urat meningkat 11. kreatinin meningkat, ureum miningkat 12. SOGT dan lactic dehidrogenase meningkat 13. Waktu pembekuan darah menurun 2. Diagnosa keperawatan 1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik,perubahan permeabilitas pembuluh darah, serta retensi sodium dan air. 2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemi/ penurunan aliran balik vena. 3. Resiko tinggi terjadi cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke plasenta. 3. Intervensi Diagnosa 1 : Kelebihan caiarn berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik, perubahan permeabilitas pembuluh darah,serat retensi sodium dan nair. a. Pantau dan catat intake dan output setiap hari. Rasional : Dengan memantau intake dan output diharapkan dapat diketahui adanya keseimbanngan cairan dan dapat diramalkankeadaan dan kerusakanglomerulus. b. Pemantauan TTV Rasional : Dengan memanatu TTV dan pengisian kapiler dapat dijadikan pedoman untuk penggantian cairan atau menilai respon dari kardiovaskular. c. Memantau atau menimbang berat badan ibu. Rasional : Dengan memantau berat badan ibu dapat diketahui berat badan yang merupakan indikator yang tepat untuk menentukan keseimbangan cairan. d. Observasi keadaan edema Rasional : Keadaan edema merupakan indikator keadaan cairan dalam tubuh. e. Berikan diet rendah garam sesuai hasil kolaborasi dengan ahli gizi. Rasional : Diet rendah garam akan mengurangi terjadinya kelebihan cairan. f. Kolaborasi untuk pemberian terapi diuretika. Rasional :

Kelebihan beban atau kegagaln sirkulasi dapat menyebabkan edema pulmoner yang memerlukan terpi agresif. Sebaliknya, hal ini dikontra indikasikan bila ini mungkin menyebabkan dehidrasi. Diagnosa 2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemik atau penurunan aliran balik vena. a. Pemanataun nadi dan tekanan darah. Rasional : Denagn memantau tekanan darah dan nadi dpat melihat peningkatan volume plasma, relaksasi vaskriferular dengan penurunan tahana perifer b. Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi kiri. Rasional : Meningkatkan aliran balik vena, curah jantung, dan perfusi ginjal. c. Pemantauan parameter hemodinamik infasiv (kolaborasi) Rasional : Memberikan gambaran akurat dari perubahan vaskular dan volume cairan.Konstruksi vaskular yang lama,peningkatan dan hemokonsentrasi, serta perpindahan cairan menurunnkan curah jantung. d. Berikan obat antihipertensi sesuai kebutuhan berdasarkan kolaborasi dengan Dokter Rasional : Obat antihipertensi bekerja secara langsung pada arteriol untuk meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskular dan membantu meningkatkan suplai darah. e. Pemanatauan tekanan darah dan obat antihipertensi. Rasional : Mengetahui efek samping yang terjadi seperti takikardi, sakit kepala, mual,muntah dan palpitasi. Diagnosa 3 : Resiko tinggi terjadi cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke plasenta a. Istirahatkan ibu. Rasional : Dengan menistirahatkan ibu diharapkan metabolisme tubuh menurun dan peredaran darah ke plasenta jadi adekuat, sehingga kebutuhan oksigen untuk janin dapat dipenuhi. b. Anjurkan ibu untuk miring kekiri. Rasional : Dengan tidur miring kekiri diharapkan vena kava bagian kanan tidak tertekan oleh uterus yang membesar, sehingga aliran darah ke plasenta jadi lancar. c. Pantau tekanan darah ibu. Rasional : Dengan memanatau tekanan darah ibu dapat diketahui keadaan aliran darah ke plasenta seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke plasenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke janin berkurang. d. Pantau bunyi jantung ibu Rasional : Dengan memantau denyut jantung janin dapat diketahui keadaan jantung janin lemah atau menurun menandakan suplai oksigen ke plasenta berkurang, sehingga dapat direncankan tindakan selanjutnya.

e. Beri obat hipertensi setelah berkolaborasi dengan dokter Rasional : Dengan obat antihipertensi akan menurunkan tonus arteri dan menyebabkan afterload jantung dengan vasodilatasi pembuluh darah, sehingga tekanan darah turun.Dengan menurunnya tekanan darah, maka aliran darah ke plasenta menjadi adekuat. 4. Implementasi Keperawatan Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya atau hilangnya masalah ibu. Pada tahap implementasi ini terdiri atas beberapa tindakan yaitu validasi rencana keperawatan, menuliskan atau mendokumentasikan rencana keperawatan, Serta melanjutkan pengumpulan data. Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukkup mendetail dan jelas supaya semua tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan baik dalam waktu yang ditentukan. Perawat dapat melaksanakn langsung atau bekerjasama dengan para tenaga pelaksana lainnya. 5. Evaluasi Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat diatasi. Disamping itu, perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses keperawatan dapat dimodifikasi. DAFTAR PUSTAKA Prof. Dr. Hanifa wiknjosastro, DSOG,dkk,1999:282 PUSDIKNAKES,Depkes RI, 1990;9 Manuaba,Prof.dr.Ida Bagus Gde.Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri Dan Ginekologi.1993.EGC.Jakarta Luz Heller. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri.1981.EGC.Jakarta. Manuaba,Prof.Dr.Ida BagusGde,SpOG. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.2001. EGC. Jakarta. Bobak,Irene M,RN,PhD,FAAN dkk. Maternity Nursing.1995.Mosby. Mitayani,SSt.m.Biomed. Asuhan Keperawatan Maternitas.2009.Salemba Medika .Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai