Smart Village Kab. Batang
Smart Village Kab. Batang
ABSTRAK
Kabupaten Batang merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah yang sudah mulai menerapkan
konsep smart village. Smart governance merupakan salah satu komponen penting dalam konsep smart village.
Implementasi komponen smart governance masih menghadapi berbagai kendala yakni keterbatasan layanan
jaringan dan sumber daya manusia sehingga dapat menghambat penerapan konsep smart village di Kabupaten
Batang. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana penerapan komponen smart governance berdasarkan
konsep smart village di Kabupaten Batang. Penelitian ini bertujuan untuk menilai penerapan smart governance
berdasarkan konsep smart village di Kabupaten Batang. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif
dengan analisis scoring. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang
didistribusikan kepada 56 perangkat desa pilot project smart village di Kabupaten Batang pada tahun 2018.
Variabel yang diteliti yaitu pelayanan publik, sistem informasi desa, dan pengelolaan dana desa. Berdasarkan
hasil scoring, penerapan komponen smart governance sebagian besar masih kurang optimal (76,79%),
sedangkan sisanya sudah optimal (16,07%) dan belum optimal (7,14%). Aspek sistem informasi desa sudah
diterapkan dengan cukup baik, sedangkan aspek pelayanan publik dan aspek pengelolaan dana desa masih
buruk dalam penerapannya.
Kata Kunci: Smart Governance, Pelayanan Publik, Smart Village, Teknologi Informasi
146
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 2 Desember 2020
147
Implementasi Smart Governance Berdasarkan Konsep Smart Village
Aulia Shabrinawati dan Nany Yuliastuti
Siwatu, Brokoh, Bandar, Kluwih, Tumbrep, yang diperoleh dari hasil scoring. Dalam setiap
Blado, Selopajang Barat, Kembanglangit, parameter akan diberikan skor sesuai dengan
Kambangan, Tambakboyo, Ngroto, Reban, kondisinya di lapangan, kemudian dijumlahkan
Bawang, Sangubanyu, Candigugur, Tersono, dan diklasifikasikan sesuai rentang skor yang
Plosowangi, Kranggan, Rejosari Barat, didapatkan (Sihotang, 2016).
Rejosari Timur, Mentosari, Sawangan,
Krengseng, Gringsing, Kutosari, Limpung, Variabel: Pelayanan Publik, Sistem
Informasi Desa, Pengelolaan Dana
Sidomulyo, Amongrogo, Ngaliyan, Subah, Desa
Sengon, Kemiri Barat, Kalimanggis,
Keborangan, Tulis, Wringingintung, Scoring
Simbangdesa, Kaliboyo, Kandeman, Tegalsari,
Botolambat, Banyuputih, Sembung, Timbang, Klasifikasi
Kalibalik, Pecalungan, Selokarto, Kalisalak,
Klidangwetan, Kalipucang Wetan, dan Penerapan Komponen Smart
Karanganyar. Governance
Fokus penelitian ini adalah pada Gambar 1. Tahapan Analisis Scoring
komponen smart governance yang terdiri dari Sumber: Hasil Modifikasi dari Sihotang (2016). 2020.
aspek pelayanan publik, sistem informasi desa,
dan pengelolaan dana desa. Pendekatan Gambar 1 menunjukkan tahapan analisis
penelitian yang digunakan adalah pendekatan scoring yang dilakukan dalam penelitian ini.
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ini dilakukan Tahap pertama diawali dengan melakukan
dalam dua tahapan yaitu pengumpulan data dan identifikasi terhadap variabel pelayanan publik,
pengolahan data. Pengumpulan data dilakukan sistem informasi desa, dan pengelolaan dana
melalui studi literatur, penyebaran kuesioner desa. Selanjutnya dilakukan proses scoring atau
kepada 56 perangkat desa smart village, dan pemberian nilai pada setiap variabel di masing-
wawancara dengan personil Dinas Komunikasi masing desa smart village yang diamati.
dan Informatika Kabupaten Batang. Data hasil Kemudian, skor yang ada dijumlahkan dan
wawancara ini digunakan untuk melengkapi diklasifikasikan menurut kategorinya.
penjelasan deskriptif. Adapun pengolahan data Klasifikasi dilakukan berdasarkan nilai total
dalam penelitian ini dilakukan dengan skor pada setiap desa dengan rentang klasifikasi
menggunakan analisis scoring yang disajikan ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut:
dalam bentuk tabel, diagram, gambar, peta dan
penjelasan deskriptif. Analisis scoring atau 𝑛 𝑛
148
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 2 Desember 2020
149
Implementasi Smart Governance Berdasarkan Konsep Smart Village
Aulia Shabrinawati dan Nany Yuliastuti
150
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 2 Desember 2020
Online Offline
19.64%
Gambar 4. Persentase Penyampaian Aspirasi
Masyarakat Desa di Kabupaten Batang
Sumber: Hasil Analisis. 2020. 80.36%
151
Implementasi Smart Governance Berdasarkan Konsep Smart Village
Aulia Shabrinawati dan Nany Yuliastuti
5.36%
39.29%
60.71%
94.64%
152
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 2 Desember 2020
1.79%
41.07%
57.14%
Gambar 8. Laporan Dana Desa melalui Lingkungan dan Ekonomi/ Lingkungan dan Sosial/
Ekonomi dan Sosial
Website dan Infografik Penggunaan Dana
Desa Gambar 9. Persentase Alokasi Penggunaan
Sumber:http://kemiribarat.desa.id/ dan Dokumentasi
Dana Desa di Kabupaten Batang
Pribadi. 2019.
Sumber: Hasil Analisis. 2020.
153
Implementasi Smart Governance Berdasarkan Konsep Smart Village
Aulia Shabrinawati dan Nany Yuliastuti
154
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 2 Desember 2020
Skor
Total
Kecamatan Desa/Kelurahan Pelayanan Sistem Informasi Pengelolaan Dana Keterangan
Skor
Publik Desa Desa
Kalimanggis 3 3 3 9 Optimal
Tulis Wringingintung 2 3 1 6 Kurang Optimal
Tulis 2 3 1 6 Kurang Optimal
Kaliboyo 2 3 3 8 Optimal
Simbangdesa 1 3 2 6 Kurang Optimal
Kandeman Tegalsari 1 3 2 6 Kurang Optimal
Kandeman 1 2 1 4 Belum Optimal
Botolambat 3 3 3 9 Optimal
Banyuputih Banyuputih 1 2 2 5 Kurang Optimal
Sembung 2 3 2 7 Kurang Optimal
Timbang 2 3 1 6 Kurang Optimal
Kalibalik 3 2 1 6 Kurang Optimal
Pecalungan Pecalungan 1 2 2 5 Kurang Optimal
Selokarto 2 3 2 7 Kurang Optimal
Batang Kalipucang Wetan 3 3 3 9 Optimal
Kalisalak 2 3 2 7 Kurang Optimal
Karanganyar 2 3 2 7 Kurang Optimal
Klidangwetan 2 3 2 7 Kurang Optimal
Sumber: Hasil Analisis. 2020.
Dari Tabel 3 diketahui bahwa penerapan smart governance, dan sisanya yaitu empat desa
komponen smart governance di Kabupaten (7,14%) belum optimal. Desa-desa dengan
Batang digolongkan ke dalam tiga kategori, penerapan yang sudah optimal yaitu Desa
yaitu optimal, kurang optimal, dan belum Sariglagah, Wates, Bandar, Sawangan, Kemiri
optimal. Terdapat sembila desa (16,07%) yang Barat, Kalimanggis, Kaliboyo, Botolambat, dan
sudah menerapkan komponen smart governance Kalipucang Wetan. Adapun desa-desa yang
secara optimal. Adapun 43 desa (76,79%) belum optimal yaitu: Desa Warungasem,
kurang optimal dalam menerapkan komponen Tumbrep, Amongrogo, dan Kandeman.
155
Implementasi Smart Governance Berdasarkan Konsep Smart Village
Aulia Shabrinawati dan Nany Yuliastuti
Tampak dari Gambar 10 bahwa secara Desa Warungasem dan Desa Kandeman yang
spasial, desa-desa yang sudah optimal dalam berlokasi dekat dengan pusat pemerintahan
menerapkan komponen smart governance ini kabupaten sehingga akses jaringan internetnya
berada di dekat pusat keramaian maupun pusat cukup baik.
pemerintahan kabupaten. Adapun desa-desa Dilihat dari penerapan pada setiap
yang belum optimal ini ada yang lokasinya aspeknya, penerapan aspek sistem informasi
dekat maupun jauh dari pusat pemerintahan desa dan aspek pengelolaan dana desa di desa-
kabupaten. Di antara empat desa yang belum desa yang sudah optimal tergolong dalam
optimal dalam menerapkan komponen smart kategori baik. Adapun penerapan aspek
governance, Desa Tumbrep dan Desa pelayanan publik di desa-desa yang sudah
Amongrogo memiliki lokasi yang jauh dari optimal masih tergolong dalam kategori sedang.
pusat kabupaten sehingga memiliki akses Selain itu, penerapan aspek pelayanan publik
jaringan internet yang buruk. Berbeda dengan dan aspek pengelolaan dana desa di desa-desa
156
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 2 Desember 2020
yang belum optimal tergolong dalam kategori Aspek terakhir, pengelolaan dana desa juga
buruk, sedangkan penerapan aspek sistem dapat diketahui dengan mudah dan cepat.
informasi desa di desa-desa yang belum optimal Sebelumnya, pemerintah desa hanya
sudah tergolong dalam kategori sedang. Hal ini menyimpan laporan keuangan desanya di kantor
karena desa-desa yang belum optimal memiliki desa. Namun saat ini, laporan keuangan dana
desa dapat dilihat secara luas melalui website
kendala yang sama yaitu keterbatasan sumber
desa, SIPADES dan SISKEUDES. Dengan
daya manusia. Selain jumlah perangkat desa
demikian, terciptalah transparansi dana desa
yang terbatas, kompetensi sumber daya manusia
yang memungkinkan masyarakat mengetahui
(SDM)-nya juga belum memadai dalam secara detail penggunaan dana desanya.
mengoperasikan perangkat TIK. Masyarakat juga dapat menyampaikan laporan
secara langsung apabila terjadi penyimpangan di
Pentingnya Teknologi Informasi dalam lapangan.
Penerapan Smart Governance Menurut Herdiana (2019), pemanfaatan
Teknologi informasi sangat diperlukan teknologi informasi dalam proses pembinaan
dalam penerapan semua aspek smart dan pemberdayaan menjadi media bersama
governance, baik pelayanan publik, sistem antara pemerintah desa dan masyarakat untuk
informasi desa, maupun pengelolaan dana desa. saling menemukenali masalah, tuntutan, dan
Aspek pertama, pelayanan publik dapat lebih keinginan masing-masing. Selain itu,
cepat dan optimal dengan diterapkannya smart pemanfaatan teknologi informasi juga dapat
governance. Sebelumnya, masyarakat desa yang meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
hendak mengurus keperluan administrasi desa secara efektif dan transparan. Jadi, teknologi
harus menempuh jarak yang cukup jauh dari informasi dalam penerapan komponen smart
desanya menuju pusat kecamatan bahkan pusat governance ini diperlukan dalam proses
kabupaten sehingga memerlukan waktu dan pengembangan desa terutama dalam
tenaga ekstra untuk mengurusnya. Setelah peningkatan fungsi pemerintahan dan
adanya pelayanan e-village, segala keperluan produktivitas masyarakat melalui
administrasi desa dapat dilakukan dengan cepat pemberdayaan masyarakat.
dan mudah karena dapat langsung diverifikasi
oleh petugas kecamatan maupun kabupaten KESIMPULAN DAN SARAN
tanpa harus mengunjungi kantor kecamatan Penerapan smart governance di
maupun kabupaten. Aspek kedua, informasi Kabupaten Batang sebagian besar masih kurang
desa dapat diperoleh masyarakat secara luas optimal (76,79%), sedangkan sisanya sudah
dengan mudah dan cepat. Sebelumnya, optimal (16,07%) dan belum optimal (7,14%).
masyarakat desa yang ingin mengetahui Secara spasial, desa-desa yang sudah optimal
informasi desanya harus mengunjungi kantor dalam menerapkan komponen smart
desa. Namun saat ini, masyarakat desa di governance ini berada di dekat pusat keramaian
Kabupaten Batang dapat mengakses informasi maupun pusat pemerintahan kabupaten. Adapun
desanya melalui website desa. Melalui website desa-desa yang belum optimal ada yang
tersebut, masyarakat dapat mengetahui potensi, berlokasi dekat maupun jauh dari pusat
permasalahan dan kebutuhan perencanaan desa. pemerintahan kabupaten. Semakin jauh
157
Implementasi Smart Governance Berdasarkan Konsep Smart Village
Aulia Shabrinawati dan Nany Yuliastuti
lokasinya dari pusat kabupaten, akses jaringan keterampilan). Dengan adanya peningkatan
internet yang tersedia semakin buruk bahkan kualitas pelayanan e-village dan website desa di
ada yang belum terjangkau jaringan sama sekali. Kabupaten Batang, diharapkan agar smart
Selain itu, dilihat dari penerapan pada setiap governance dapat diterapkan lebih optimal.
aspek smart governance di Kabupaten Batang, Dengan demikian, ke depannya kawasan
penerapan aspek pelayanan publik dan aspek perdesaan di Kabupaten Batang dapat lebih
pengelolaan dana desa di desa-desa yang belum maju, berkembang, aktif, dan mandiri.
optimal tersebut masih tergolong buruk.
Sementara itu, penerapan aspek sistem UCAPAN TERIMA KASIH
informasi desa tergolong dalam kategori sedang Penulis mengucapkan terima kasih kepada
atau sudah diterapkan dengan cukup baik. Pemerintah Kabupaten Batang, khususnya
Implementasi smart governance membutuhkan Bapak Dwi Marendra, S.Kom. selaku Kepala
keseimbangan antara ketiga aspek tersebut, Seksi Pengembangan Aplikasi dan Tata Kelola
yang mencakup pelayanan publik yang baik, e-Government, Dinas Komunikasi dan
sistem informasi desa yang detail, dan Informasi Kabupaten Batang yang telah
pengelolaan dana desa yang transparan. Dengan meluangkan waktunya dan memberikan
demikian, penerapan smart governance informasi mendalam terkait penerapan smart
berdasarkan konsep smart village dapat governance dalam mendukung smart village di
dilakukan lebih optimal, efektif, dan efisien. Kabupaten Batang. Selain itu, penulis juga
Penerapan smart governance berdasarkan mengucapkan terima kasih kepada Magister
konsep smart village ini sesuai dengan konsep Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas
yang disampaikan oleh Herdiana (2019); Diponegoro yang mendukung terlaksananya
Rachmawati (2018); Santoso et al., (2019); dan penelitian ini.
Subekti & Damayanti (2019). Dibutuhkan smart
relationship dengan dukungan teknologi DAFTAR PUSTAKA
informasi di dalamnya dalam penerapan smart Admin. (2018). Waduh, Ternyata 63 Desa Ini
governance berdasarkan konsep smart village. Belum Tersentuh Jaringan
Dengan demikian akan dapat dihasilkan Internet.Diakses tanggal 18 Agustus 2019
dari website Radar Pekalongan:
sinergisitas antaraspek yang berorientasi pada
https://radarpekalongan.co.id/52155/wad
peningkatan kualitas sumber daya manusia, uh-ternyata-63-desa-ini-belum-tersentuh-
peningkatan fungsi pemerintahan dengan jaringan-internet/.
mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten
dan transparansi penggunaan dana desa, serta Batang. (2017). Diskominfo Kabupaten
peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Batang Selenggarakan Pelatihan TIK.
Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu Diakses pada tanggal 21 Oktober 2019
dari website resmi Dinas Komunikasi dan
peningkatan kualitas pelayanan publik dengan
Informatika Kabupaten Batang:
memanfaatkan teknologi informasi; menjalin https://kominfo.batangkab.go.id/?p=3&id
kerja sama antar pemangku kepentingan dalam =8.
penyediaan infrastruktur (seperti penyediaan Djunaedi, A., Permadi, D., Nugroho, L. E.,
jaringan); dan peningkatan kualitas sumber daya Widyawan, Rachmawati, R., Hidayat, A.,
manusia (seperti sosialisasi dan pelatihan … Egaravanda, S. (2018). Membangun
158
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 2 Desember 2020
Kota dan Kabupaten Cerdas: Sebuah Santoso, A. D., Fathin, C. A., Effendi, K. C.,
Panduan bagi Pemerintah Daerah. Novianto, A., Sumiar, H. R., Angendari,
Yogyakarta: Gadjah Mada University D. A. D., & Putri, B. P. (2019). DESA
Press. CERDAS: Transformasi Kebijakan dan
Drobne, S., & Lisec, A. (2009). Multi-attribute Pembangunan Desa Merespon Era
Decision Analysis in GIS: Weighted Revolusi Industri 4.0. (E. A. Purwanto &
Linear Combination and Ordered D. Permady, Eds.). Yogyakarta: Center
Weighted Averaging. Informatica, 33(4), for Digital Society.
459–474. Sihotang, D. M. (2016). Metode Skoring dan
Fitri, R., Asyikin, A. N., & Nugroho, A. S. B. Metode Fuzzy dalam Penentuan Zona
(2017). Pengembangan Sistem Informasi Resiko Malaria di Pulau Flores. Jurnal
Desa untuk Menuju Tata Kelola Desa Nasional Teknik Elektro Dan Teknologi
yang Baik (Good Governance) Berbasis Informasi (JNTETI), 5(4), 302–308.
TIK. Jurnal Positif, 3(2), 99–105. https://doi.org/10.22146/jnteti.v5i4.278
Herdiana, D. (2019). Pengembangan Konsep Subekti, T., & Damayanti, R. (2019). Penerapan
Smart Village bagi Desa-Desa di Model Smart Village dalam
Indonesia. IPTEK-KOM, 21(1), 1–16. Pengembangan Desa Wisata: Studi pada
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. (2017). Desa Wisata Boon Pring Sanankerto
Bupati Launching Batang Smart City dan Turen Kabupaten Malang. JPALG
Smart Village. Diakses pada tanggal 18 (Journal of Public Administration and
Oktober 2019 dari website resmi Local Governance), 3(1), 18–28.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah: Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
https://jatengprov.go.id/beritadaerah/bupa Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
ti-launching-batang-smart-city-dan- Bandung: Alfabeta.
smart-village/. Supangkat, S. H., Arman, A. A., & Nugarah, I.
Peraturan Bupati Batang Nomor 11 Tahun 2018 G. B. (2015). Pengenalan dan
tentang Program Pembangunan dan Pengembangan Smart City. Bandung: e-
Pengembangan Smart Village. Indonesia Initiatives Institut Teknologi
Pereira, G. V., Parycek, P., Falco, E., & Bandung.
Kleinhans, R. (2018). Smart governance Susanto, A., Sari, D., A., V. H., Prabowo, A.,
in the context of smart cities: A literature W., R. A., Mahmudah, D., …
review. Information Polity, 23(2), 143– Purwaningsih. (2016). Komunikasi Dan
162. https://doi.org/10.3233/IP-170067 Informatikan Indonesia Buku Putih 2016.
Rachmawati, R. (2018). Pengembangan Smart (H. R. Sekar, A. Anggorosesar, E. A.
Village Untuk Penguatan Smart City Dan Maranny, I. Julwendy, T. Rachmadhani,
Smart Regency. Jurnal Sistem Cerdas, & R. Wijaya, Eds.). Jakarta: Puslitbang
01(02), 12–18. Sumber Daya, Perangkat dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Penyelenggaraan Pos dan Informatika,
Daerah (RPJMD) Kabupaten Batang Badan Penelitian dan Pengembangan
Tahun 2017-2022. Sumber Daya Manusia, Kementerian
Rizkinaswara, Leski . (2018). Gerakan Menuju Komunikasi dan Informatika.
100 Smart City. Diakses pada tanggal 22 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Oktober 2019 dari website resmi Pelayanan Publik.
Kementerian Komunikasi dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Informatika: Desa.
https://aptika.kominfo.go.id/2018/11/gera Yuliastuti, N., Wahyono, H., Syafrudin, S., &
kan-menuju-100-smart-city/. Sariffuddin, S. (2017). Dimensions of
159
Implementasi Smart Governance Berdasarkan Konsep Smart Village
Aulia Shabrinawati dan Nany Yuliastuti
160