Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PIKOM

(Penelitian Komunikasi dan Pembangunan) Vol. 21 No.2 Desember 2020

IMPLEMENTASI SMART GOVERNANCE BERDASARKAN KONSEP


SMART VILLAGE

IMPLEMENTATION OF SMART GOVERNANCE BASED ON SMART


VILLAGE CONCEPT

Aulia Shabrinawati1 dan Nany Yuliastuti2


1,2
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jalan Prof. Soedarto, SH Tembalang, Semarang
aulia.shabrinawati16@pwk.undip.ac.id
Diterima : 19 April 2020 Direvisi : 29 April 2020 Disetujui : 03 Juli 2020
ABSTRACT
Batang Regency is one of the regions in Central Java Province that has implemented smart village concept.
Smart governance represents a key factor of the smart village concept. The implementation of the smart
governance still faces various obstacles, namely limited network services and limited human resources, which
can hamper the application of the smart village concept in Batang Regency. Therefore, it is necessary to
understand how to apply the smart governance component based on the smart village concept in Batang
Regency. This study aimed to assess the application of smart governance components based on smart village
concept in Batang Regency. The method used was quantitative descriptive with scoring analysis and data
collection through questionnaires distributed to 56 Batang smart villages in 2018. The variables studied were
public services, village information systems, and village fund management. Based on the scoring results, the
implementation of smart governance components was predominantly less optimal (76,79%), optimal (16,07%),
and not optimal (7,14%). The aspects of the village information system have been implemented quite well,
while the aspects of public services and aspects of village fund management were still poorly implemented.

Keywords: Smart Governance, Public Services, Smart Village, Information Technology

ABSTRAK
Kabupaten Batang merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah yang sudah mulai menerapkan
konsep smart village. Smart governance merupakan salah satu komponen penting dalam konsep smart village.
Implementasi komponen smart governance masih menghadapi berbagai kendala yakni keterbatasan layanan
jaringan dan sumber daya manusia sehingga dapat menghambat penerapan konsep smart village di Kabupaten
Batang. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana penerapan komponen smart governance berdasarkan
konsep smart village di Kabupaten Batang. Penelitian ini bertujuan untuk menilai penerapan smart governance
berdasarkan konsep smart village di Kabupaten Batang. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif
dengan analisis scoring. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang
didistribusikan kepada 56 perangkat desa pilot project smart village di Kabupaten Batang pada tahun 2018.
Variabel yang diteliti yaitu pelayanan publik, sistem informasi desa, dan pengelolaan dana desa. Berdasarkan
hasil scoring, penerapan komponen smart governance sebagian besar masih kurang optimal (76,79%),
sedangkan sisanya sudah optimal (16,07%) dan belum optimal (7,14%). Aspek sistem informasi desa sudah
diterapkan dengan cukup baik, sedangkan aspek pelayanan publik dan aspek pengelolaan dana desa masih
buruk dalam penerapannya.

Kata Kunci: Smart Governance, Pelayanan Publik, Smart Village, Teknologi Informasi

DOI: http://dx.doi.org/10.31346/jpikom.v21i2.3020 145


Implementasi Smart Governance Berdasarkan Konsep Smart Village
Aulia Shabrinawati dan Nany Yuliastuti

PENDAHULUAN 11 Tahun 2018 tentang Program Pembangunan


Pengembangan kawasan perdesaan dan Pengembangan Smart Village yang
melalui penerapan konsep smart village tidak dilaksanakan di seluruh desa/kelurahan secara
terlepas dari dukungan teknologi informasi dan bertahap sesuai amanat Rencana Pembangunan
komunikasi. Menurut Supangkat et al., (2015), Jangka Menengah Daerah Kabupaten Batang
smart village adalah desa yang mampu Tahun 2017-2022. Melalui penerapan konsep
memahami permasalahan dan mampu smart village ini, diharapkan kawasan
mengatur sumber daya yang dimilikinya untuk perdesaan di Kabupaten Batang sudah memiliki
menyelesaikan permasalahan yang ada serta akses jaringan internet, sumber daya manusia
mengoptimalkan potensinya agar penduduknya yang mumpuni, tata kelola yang baik, dan
merasa nyaman, aman, dan berkelanjutan. sarana prasarana yang memadai.
Konsep smart village mengadopsi prinsip- Konsep smart village dikonstruksikan ke
prinsip smart city, yaitu: budaya, etika, dan dalam komponen-komponen pembentuknya
norma; ramah lingkungan; berkelanjutan; (Santoso et al., 2019; Herdiana, 2019; Subekti
kemitraan; ekonomis, efisien, dan efektif; bagi- & Damayanti, 2019; dan Rachmawati, 2018),
pakai layanan; kepentingan publik; adaptif; dan seperti tampak pada Tabel 1 berikut.
citizen centric (Djunaedi et al., 2018). Seiring
dengan perkembangannya, konsep smart city Tabel 1. Komponen-Komponen Smart Village
diadopsi ke dalam lingkup yang lebih kecil, Sumber
yaitu smart village. Namun dalam Komponen Santoso
Herdiana
Subekti &
Rachmawati
et al. Damayanti
implementasinya, konsep smart village ini (2019)
(2019)
(2019)
(2018)

dipahami secara berbeda-beda. Akibatnya, Smart v v v v


Community
setiap daerah menggunakan indikator yang Smart v - v v
berbeda pula dalam penerapannya (Herdiana, Economy
Smart v v v v
2019). Environment
Smart v v v v
Kabupaten Batang merupakan salah satu Governance
Smart v - - -
daerah di Provinsi Jawa Tengah yang sudah Living
mulai menerapkan konsep smart village. Pada Smart v - - -
Mobility
tanggal 9 November 2017, Bupati Batang Smart v - v -
Tourism
melakukan launching program Smart City dan
Smart Village (dikutip dari website resmi Sumber: Hasil Analisis. 2020.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tanggal 10
November 2017). Kemudian pada tahun 2018, Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
Kabupaten Batang terpilih sebagai salah satu terdapat tiga komponen smart village yang
daerah yang masuk dalam Program Gerakan digunakan oleh Santoso et al., (2019); Herdiana
Menuju 100 Smart City (dikutip dari website (2019); Subekti & Damayanti, (2019); dan
resmi Kementerian Komunikasi dan Rachmawati (2018), yaitu smart community,
Informatika tanggal 15 November 2018). smart environment, dan smart governance.
Dalam mendukung penerapan konsep smart Smart governance merupakan
village, Pemerintah Kabupaten Batang prerequisite yang harus dipersiapkan sebelum
menetapkan Peraturan Bupati Batang Nomor menerapkan komponen smart village yang lain.

146
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 2 Desember 2020

Smart governance didefinisikan sebagai implementasi smart governance di Kabupaten


kemampuan pemerintah untuk membuat Batang masih mengalami berbagai kendala
keputusan yang baik melalui dukungan terkait dengan layanan jaringan dan kompetensi
teknologi informasi dan tata kelola kolaboratif SDM. Menurut artikel berita
(Pereira et al., 2018). Peran pemerintah radarpekalongan.co.id tertanggal 28
diperlukan untuk mengintegrasikan November 2018, data dari Dinas Komunikasi
perencanaan, peraturan, dan regulasi dan Informatika Kabupaten Batang
pembangunan desa (Susanto et al., 2016). menunjukkan bahwa 35 persen wilayah masih
Implementasi program pengembangan desa berupa area blank spot atau tidak terjangkau
tidak akan berhasil tanpa adanya peran jaringan internet. Selain masalah jaringan, di
pemerintah desa, partisipasi masyarakat, serta Kabupaten Batang juga terdapat masalah
dukungan kelompok masyarakat di lingkungan keterbatasan sumber daya manusia yang
tersebut (Yuliastuti et al., 2017). kompeten di bidang TIK, sehingga dibutuhkan
Komponen smart governance terdiri dari pelatihan TIK bagi seluruh perangkat daerah
beberapa aspek yang harus ada, yaitu: (dikutip dari website resmi Dinas Komunikasi
pelayanan publik, sistem informasi desa, dan dan Informatika Kabupaten Batang tanggal 5
pengelolaan dana desa (Santoso et al., 2019; November 2017). Berbagai kendala tersebut
Herdiana, 2019; Subekti & Damayanti, 2019; akan memengaruhi implementasi komponen
dan Rachmawati, 2018). Aspek pertama, smart governance berdasarkan konsep smart
pelayanan publik merupakan rangkaian village. Berdasarkan latar belakang tersebut,
kegiatan dalam pemenuhan kebutuhan dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai
pelayanan bagi setiap penduduk atas barang, berikut, “Bagaimana penerapan komponen
jasa, dan pelayanan administratif yang smart governance berdasarkan konsep smart
disediakan oleh penyelenggara pelayanan village di Kabupaten Batang”.
publik (Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Penelitian ini bertujuan untuk menilai
tentang Pelayanan Publik). penerapan smart governance berdasarkan
Aspek kedua, Sistem Informasi Desa konsep smart village di Kabupaten Batang.
(SID) merupakan bagian dari implementasi e- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
government yang merupakan alat bantu bagi rekomendasi kepada pemerintah terkait
desa untuk melakukan pengelolaan data desa implementasi aspek-aspek smart governance
seperti administrasi desa, pengelolaan surat dan faktor yang memengaruhi
menyurat, serta pengelolaan data implementasinya, khususnya di Kabupaten
kependudukan desa (Fitri et al., 2017). Aspek Batang.
terakhir, dana desa merupakan alokasi anggaran
dari pemerintah untuk menjalankan fungsi- METODOLOGI PENELITIAN
fungsi pemerintahan, pembangunan, dan Lokasi penelitian dibatasi pada 56 desa/
kegiatan kemasyarakatan di tingkat desa kelurahan “smart village” yang menjadi pilot
(Santoso et al., 2019). Ketiga aspek ini menjadi project penerapan konsep smart village di
tolok ukur untuk mengetahui implementasi Kabupaten Batang tahun 2018. Adapun lokasi
smart governance dalam konsep smart village. penelitian terdiri dari: Desa Warungasem,
Walaupun program smart village telah berjalan, Cepagan, Sariglagah, Wonotunggal, Wates,

147
Implementasi Smart Governance Berdasarkan Konsep Smart Village
Aulia Shabrinawati dan Nany Yuliastuti

Siwatu, Brokoh, Bandar, Kluwih, Tumbrep, yang diperoleh dari hasil scoring. Dalam setiap
Blado, Selopajang Barat, Kembanglangit, parameter akan diberikan skor sesuai dengan
Kambangan, Tambakboyo, Ngroto, Reban, kondisinya di lapangan, kemudian dijumlahkan
Bawang, Sangubanyu, Candigugur, Tersono, dan diklasifikasikan sesuai rentang skor yang
Plosowangi, Kranggan, Rejosari Barat, didapatkan (Sihotang, 2016).
Rejosari Timur, Mentosari, Sawangan,
Krengseng, Gringsing, Kutosari, Limpung, Variabel: Pelayanan Publik, Sistem
Informasi Desa, Pengelolaan Dana
Sidomulyo, Amongrogo, Ngaliyan, Subah, Desa
Sengon, Kemiri Barat, Kalimanggis,
Keborangan, Tulis, Wringingintung, Scoring
Simbangdesa, Kaliboyo, Kandeman, Tegalsari,
Botolambat, Banyuputih, Sembung, Timbang, Klasifikasi
Kalibalik, Pecalungan, Selokarto, Kalisalak,
Klidangwetan, Kalipucang Wetan, dan Penerapan Komponen Smart
Karanganyar. Governance
Fokus penelitian ini adalah pada Gambar 1. Tahapan Analisis Scoring
komponen smart governance yang terdiri dari Sumber: Hasil Modifikasi dari Sihotang (2016). 2020.
aspek pelayanan publik, sistem informasi desa,
dan pengelolaan dana desa. Pendekatan Gambar 1 menunjukkan tahapan analisis
penelitian yang digunakan adalah pendekatan scoring yang dilakukan dalam penelitian ini.
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ini dilakukan Tahap pertama diawali dengan melakukan
dalam dua tahapan yaitu pengumpulan data dan identifikasi terhadap variabel pelayanan publik,
pengolahan data. Pengumpulan data dilakukan sistem informasi desa, dan pengelolaan dana
melalui studi literatur, penyebaran kuesioner desa. Selanjutnya dilakukan proses scoring atau
kepada 56 perangkat desa smart village, dan pemberian nilai pada setiap variabel di masing-
wawancara dengan personil Dinas Komunikasi masing desa smart village yang diamati.
dan Informatika Kabupaten Batang. Data hasil Kemudian, skor yang ada dijumlahkan dan
wawancara ini digunakan untuk melengkapi diklasifikasikan menurut kategorinya.
penjelasan deskriptif. Adapun pengolahan data Klasifikasi dilakukan berdasarkan nilai total
dalam penelitian ini dilakukan dengan skor pada setiap desa dengan rentang klasifikasi
menggunakan analisis scoring yang disajikan ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut:
dalam bentuk tabel, diagram, gambar, peta dan
penjelasan deskriptif. Analisis scoring atau 𝑛 𝑛

Weighted Linear Combination bertujuan untuk 𝑋𝑚𝑖𝑛 = ∑ 𝑥𝑚𝑖𝑛⁡_𝑖 𝑋𝑚𝑎𝑥 = ∑ 𝑥𝑚𝑎𝑥⁡_𝑖


menggambarkan tingkat kedekatan, 𝑖=1 𝑖=1

keterkaitan, dan berat pada dampak tertentu


dalam suatu fenomena secara spasial (Drobne Rentang skor = (xmax – xmin)/n
& Lisec, 2009). Dalam penelitian ini akan
dilihat secara spasial sebaran penerapan Gambar 2. Penentuan Klasifikasi pada
komponen smart governance di lokasi smart Metode Scoring
Sumber: Sihotang. 2016.
village Kabupaten Batang berdasarkan kategori

148
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 2 Desember 2020

Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa diakses dengan mudah oleh seluruh


klasifikasi ditentukan berdasarkan rentang skor masyarakat secara online dan penyusunan
dari nilai tertinggi (xmax) dikurangi nilai informasi desa selalu melibatkan
terendah (xmin) dibagi dengan jumlah kelas (n). masyarakat. Dikategorikan sedang apabila
Adapun untuk menentukan jumlah kelas informasi tentang desa dapat diakses oleh
digunakan rumus Sturges (Sugiyono, 2009), masyarakat secara online namun
dengan perhitungan sebagai berikut. penyusunan informasi desa tidak melibatkan
masyarakat secara langsung. Dikategorikan
K = 1 + 3,3 log (n) buruk apabila seluruh informasi tentang desa
= 1 + 3,3 log (3) hanya diperoleh masyarakat secara offline
= 2,57 ≈ 3 kelas (dengan mendatangi kantor desa secara
langsung) dan penyusunan informasi desa
Nilai n diperoleh dari jumlah variabel tidak melibatkan masyarakat.
yang dianalisis. Pada penelitian ini akan  Pengelolaan Dana Desa. Dikategorikan baik
dilakukan analisis scoring terhadap 3 variabel, apabila seluruh laporan keuangan desa
yaitu pelayanan publik, sistem informasi desa, mudah diakses secara online dan dana desa
dan pengelolaan dana desa. Data yang dialokasikan untuk seluruh bentuk kegiatan
digunakan untuk analisis scoring berasal dari desa. Dikategorikan sedang apabila laporan
hasil kuesioner yang dibagikan kepada 56 keuangan desa dapat diakses secara online
perangkat desa di lokasi smart village meskipun ada juga yang masih
Kabupaten Batang. Skor diberikan sesuai menggunakan sistem offline (melalui poster,
kategori penilaian pada setiap variabel yaitu: spanduk, pamflet, dan lain sebagainya) dan
baik (3), sedang (2), dan buruk (1) berdasarkan dana desa dialokasikan untuk satu atau dua
kriteria scoring yang telah ditentukan. Adapun jenis kegiatan desa. Dikategorikan buruk
kriteria scoring untuk setiap variabel adalah: apabila laporan keuangan desa hanya dapat
 Pelayanan Publik. Dikategorikan baik diakses oleh masyarakat secara offline
apabila semua kegiatan pelayanan (melalui poster, spanduk, pamflet, dan lain
administrasi desa dan penyampaian aspirasi sebagainya) dan dana desa dialokasikan
masyarakat desa sudah dilakukan secara untuk satu atau dua bentuk kegiatan desa.
online. Dikategorikan sedang apabila Kemudian, total skor pada setiap variabel
kegiatan pelayanan administrasi desa sudah dari masing-masing desa dijumlahkan dan
dilakukan secara online maupun offline dan kemudian diklasifikasikan sesuai ketentuan
penyampaian aspirasi masyarakat desa pada Tabel 2 sebagai berikut:
masih dilakukan secara offline.
Dikategorikan buruk apabila semua kegiatan Tabel 2. Klasifikasi Smart Governance
pelayanan administrasi desa dan Total Skor Klasifikasi
penyampaian aspirasi masyarakat desa <5,00 Belum Optimal
5,00-7,00 Kurang Optimal
belum dilakukan secara online karena masih
>7,00 Optimal
menggunakan sistem offline. Sumber: Hasil Analisis. 2020.
 Sistem Informasi Desa. Dikategorikan baik
apabila seluruh informasi tentang desa dapat

149
Implementasi Smart Governance Berdasarkan Konsep Smart Village
Aulia Shabrinawati dan Nany Yuliastuti

Tabel 2 menunjukkan bahwa penerapan Pelayanan administrasi masyarakat di


komponen smart governance di Kabupaten Kabupaten Batang sudah dilakukan secara
Batang diklasifikasikan ke dalam tiga kategori online, yaitu melalui pelayanan e-village
berdasarkan rentang skornya, yaitu belum (evillage.batangkab.go.id) meskipun masih ada
optimal (memiliki total skor di bawah 5), yang menggunakan sistem offline (dengan
kurang optimal (memiliki total skor antara 5 mendatangi kantor desa, kecamatan, dan
hingga 7), dan optimal (memiliki total skor di kabupaten secara langsung). Berdasarkan data
atas 7). Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten
Batang (2019), pelayanan administrasi desa
HASIL DAN PEMBAHASAN melalui pelayanan e-village berupa pengurusan
Smart governance merupakan salah satu surat-menyurat yang terdiri dari tiga jenis surat,
komponen penting dalam mendukung yaitu surat keterangan (seperti: usaha, izin
penerapan konsep smart village. Konsep ini kerja, taksiran harga tanah, perbedaan nama
berhubungan dengan aktor yang terlibat yaitu tanggal lahir, alamat, domisili perorangan dan
pemerintah. Pemerintah berperan sebagai badan usaha, ahli waris, dan lain-lain), surat
fasilitator, mediator, koordinator, mobilisator, pengantar (seperti: pindah tempat, kematian,
maupun penyedia pelayanan untuk kelahiran, dokumen kependudukan (KTP, KK,
mempercepat pembangunan desa. Penerapan KIA), pembuatan akta perusahaan, pembuatan
komponen smart governance dapat diukur dari SIUP/ SIUM, pembuatan SKTM, permohonan
tiga aspek pembentuknya, yaitu aspek pembelian BBM, dan lain-lain) dan surat
pelayanan publik, sistem informasi desa, dan eksternal (seperti: pengantar SKCK, keterangan
pengelolaan dana desa. kehilangan, pengantar keramaian, pengantar
dispensasi, pengantar N1-N7, dan lain-lain).
Pelayanan Publik
Pelayanan publik saat ini mengalami
perubahan tata kelola. Penggunaan teknologi
informasi lebih diutamakan karena dianggap 37.50%
merupakan solusi digital yang memudahkan 62.50%
pelayanan masyarakat. Dahulu, pelayanan
publik masih dilakukan dengan cara manual
Online Offline
dengan langsung mendatangi kantor desa/
Gambar 3. Persentase Pelayanan Administrasi
kelurahan, kemudian ke kecamatan dan
kabupaten. Cara ini membutuhkan waktu yang Desa di Kabupaten Batang
Sumber: Hasil Analisis. 2020.
cukup lama apalagi kalau lokasi desa/
kelurahannya jauh dari pusat kecamatan Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa
maupun pusat kabupaten. Namun, dengan pelayanan administrasi desa secara online
adanya pelayanan administrasi secara online, melalui pelayanan e-village secara efektif baru
masyarakat dapat mengurusnya dengan cepat dilaksanakan oleh 21 desa (37,50%). Adapun
sehingga pelayanan publik dianggap lebih cepat 35 desa lainnya (62,50%) masih menggunakan
dan optimal karena adanya teknologi informasi. sistem offline karena adanya kendala dalam

150
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 2 Desember 2020

menjalankan pelayanan e-village. Kendala Adapun 36 desa lainnya (64,29%) masih


yang dihadapi pemerintah desa dalam menggunakan sistem offline dengan
menjalankan e-village yaitu buruknya kualitas mendatangi kantor desa secara langsung.
jaringan internet; terbatasnya sumber daya
manusia, yang mencakup perangkat desa Sistem Informasi Desa
maupun masyarakat; kurangnya kompetensi Sistem informasi desa yang
sumber daya manusia dalam menggunakan dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten
perangkat TIK; dan keterbatasan kapasitas Batang adalah sistem informasi desa melalui
perangkat IT dalam mengolah database yang website desa. Sistem informasi desa di
ada. Hal ini menjadi catatan penting bagi Kabupaten Batang berisi profil desa, laporan
Pemerintah Kabupaten Batang untuk selalu keuangan, landasan hukum, maupun potensi
melakukan evaluasi secara berkala serta lokal desa. Sistem informasi desa ini
memperbaiki sistem pelayanan e-village yang merupakan langkah awal pengembangan smart
sudah dibangun dengan cukup baik. Dengan village di Kabupaten Batang. Data yang ada di
demikian, ke depannya diharapkan agar semua dalam Sistem Informasi Desa (SID) Kabupaten
desa di Kabupaten Batang mampu Batang terhubung dengan database Dinas
mengoperasikan sistem ini dengan mudah serta Kependudukan dan Pencatatan Sipil sehingga
memberikan kemudahan bagi masyarakat data yang ada di setiap desa sudah ter-update
dalam mengurus keperluannya. dan mudah diverifikasi. Berdasarkan hasil
Selain pelayanan administrasi desa, wawancara dengan Kepala Seksi
masyarakat juga dapat menyampaikan Pengembangan Aplikasi dan Tata Kelola e-
aspirasinya kepada pemerintah desa secara Government, Dinas Komunikasi dan
langsung melalui media website/Twitter/ Informatika Kabupaten Batang (2019)
Facebook/WhatsApp maupun media sosial diketahui bahwa teknis pelaksanaan smart
lainnya yang dimiliki oleh masing-masing desa. governance di Kabupaten Batang dimulai dari
pembuatan website desa dan Sistem Informasi
Desa (SID) yang terhubung dengan database
35.71% Dispendukcapil dan dikoordinasikan bersama
Dispermades, kecamatan, dan desa.
64.29%

Online Offline
19.64%
Gambar 4. Persentase Penyampaian Aspirasi
Masyarakat Desa di Kabupaten Batang
Sumber: Hasil Analisis. 2020. 80.36%

Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa Online Offline


penyampaian aspirasi masyarakat di lokasi Gambar 5. Persentase Akses Informasi Desa
smart village Kabupaten Batang secara online di Kabupaten Batang
sudah dilakukan oleh 20 desa (35,71%). Sumber: Hasil Analisis. 2020.

151
Implementasi Smart Governance Berdasarkan Konsep Smart Village
Aulia Shabrinawati dan Nany Yuliastuti

Berdasarkan Gambar 5 diketahui bahwa Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa


informasi desa di lokasi smart village penyusunan informasi desa di lokasi smart
Kabupaten Batang sudah dapat diakses secara village Kabupaten Batang sebagian besar sudah
online oleh 45 desa (80,36%). Adapun 11 desa melibatkan masyarakat secara langsung yaitu di
lainnya (19,64%) belum dapat mengakses 53 desa (94,64%). Adapun tiga desa lainnya
informasi desanya secara online. Penyampaian (5,36%) belum melibatkan masyarakat secara
informasi desa secara online dilakukan melalui langsung dalam penyusunan informasi desanya.
media website ataupun media sosial (Facebook, Sesuai dengan konsep yang disampaikan
Twitter, WhatsApp, dan lain sebagainya) yang oleh Rachmawati (2018), sistem informasi desa
dimiliki oleh masing-masing desa. dan penyusunan basis data desa merupakan
Informasi desa terutama terkait profil kebutuhan mendasar untuk memutakhirkan
desa (potensi dan masalah) harus melibatkan data desa dan memudahkan aparat
unsur masyarakat di dalamnya, meski dalam pemerintahan dalam memanfaatkan data
implementasinya terkadang masih sulit tersebut untuk menyusun perencanaan desa.
dilakukan karena kurangnya kepedulian Oleh karena itu, kebutuhan pembangunan desa
masyarakat terhadap lingkungannya. Menurut memerlukan pelibatan masyarakat secara
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang langsung agar sesuai dengan kebutuhan aktual
Desa, masyarakat perlu dilibatkan dalam setiap masyarakat desa.
tahapan pembangunan desa, baik perencanaan,
pelaksanaan, maupun pengawasan. Sistem Pengelolaan Dana Desa
informasi desa yang disusun dengan melibatkan Pengelolaan dana desa di Kabupaten
masyarakat secara langsung, dapat Batang berupa SISKEUDES (Sistem Keuangan
menghasilkan data yang lebih akurat dan sesuai Desa) dan SIPADES (Sistem Informasi
dengan kebutuhan masyarakat desa. Dengan Pendampingan Dana Desa). Laporan keuangan
demikian, seluruh stakeholder terkait desa di Kabupaten Batang dapat diakses
(pemerintah, swasta maupun masyarakat) dapat melalui media online maupun offline. Hal ini
mengetahui kebutuhan pembangunan suatu bertujuan agar penggunaan dana desa dapat
desa sesuai kondisi aktual yang dibutuhkan dikontrol oleh seluruh masyarakat, sehingga
masyarakat. transparansi dana desa dapat terwujud.

5.36%

39.29%
60.71%
94.64%

Ada Tidak Ada Online Offline


Gambar 6. Persentase Pelibatan Masyarakat Gambar 7. Persentase Akses Laporan
dalam Penyusunan Informasi Desa di Keuangan Desa di Kabupaten Batang
Kabupaten Batang Sumber: Hasil Analisis. 2020.
Sumber: Hasil Analisis. 2020.

152
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 2 Desember 2020

Gambar 7 memperlihatkan bahwa Alokasi penggunaan dana desa di lokasi


penyampaian laporan keuangan desa di lokasi smart village Kabupaten Batang disesuaikan
smart village Kabupaten Batang secara online dengan potensi dan masalah yang ada di
dilaksanakan oleh 22 desa (39,29%), sedangkan masing-masing desa. Desa-desa yang berada di
34 desa lainnya (60,71%) masih lokasi strategis maupun dilewati Jalan Raya
menyampaikan laporan keuangannya secara Pantura lebih banyak mengalokasikan dana
offline. desanya untuk kegiatan lingkungan (seperti
perbaikan jalan, perbaikan drainase,
pengelolaan air, dan lain sebagainya). Adapun
desa-desa yang memiliki potensi unggulan
seperti potensi wisata maupun potensi ekonomi
lebih banyak mengalokasikan dana desanya
untuk kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi
masyarakat (seperti sosialisasi dan pelatihan
keterampilan).

1.79%

41.07%
57.14%

Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial

Gambar 8. Laporan Dana Desa melalui Lingkungan dan Ekonomi/ Lingkungan dan Sosial/
Ekonomi dan Sosial
Website dan Infografik Penggunaan Dana
Desa Gambar 9. Persentase Alokasi Penggunaan
Sumber:http://kemiribarat.desa.id/ dan Dokumentasi
Dana Desa di Kabupaten Batang
Pribadi. 2019.
Sumber: Hasil Analisis. 2020.

Gambar 8 menunjukkan bahwa Dari Gambar 9 diketahui bahwa sebanyak


penyampaian laporan keuangan desa secara 32 desa (57,14%) di lokasi smart village
online dilakukan melalui media website, Kabupaten Batang telah mengalokasikan
sedangkan penyampaian informasi desa secara penggunaan dana desa untuk seluruh aspek
offline dilakukan dengan media cetak seperti kegiatan (kegiatan lingkungan, kegiatan
spanduk, pamflet, dan poster. Penyampaian ekonomi, dan kegiatan sosial). Adapun 23 desa
laporan keuangan desa di lokasi smart village (41,07%) mengalokasikan dana desanya untuk
Kabupaten Batang melalui website ini dua kegiatan utama (kegiatan lingkungan dan
mencakup informasi detail tentang penggunaan kegiatan ekonomi/kegiatan lingkungan dan
dana desa, pendapatan asli desa, bantuan kegiatan sosial/kegiatan ekonomi dan kegiatan
keuangan provinsi, bantuan keuangan sosial) dan 1 desa (1,79%) mengalokasikan
kabupaten, maupun dana bagi hasil pajak dan dana desanya untuk satu jenis kegiatan saja
retribusi daerah.

153
Implementasi Smart Governance Berdasarkan Konsep Smart Village
Aulia Shabrinawati dan Nany Yuliastuti

(kegiatan lingkungan/kegiatan ekonomi/ desa. Tujuan utamanya adalah meningkatkan


kegiatan sosial). kesejahteraan masyarakat desa itu sendiri.
Seperti disampaikan oleh Santoso et al.,
(2019), bahwa dana desa diperlukan untuk Penerapan Smart Governance
meningkatkan pelayanan publik di desa, Penerapan smart governance di
mengentaskan kemiskinan, memajukan Kabupaten Batang diukur berdasarkan 3 aspek,
perekonomian desa, mengatasi kesenjangan yaitu: aspek pelayanan publik, aspek sistem
pembangunan antardesa, dan memperkuat informasi desa, dan aspek pengelolaan dana
masyarakat desa sebagai subjek pembangunan. desa. Setiap aspek diberikan skor berdasarkan
Tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan
mengembangkan smart village. Dana desa yang sebelumnya dan diklasifikasikan sesuai Tabel
mampu dialokasikan dengan baik dapat 2. Penilaian penerapan komponen smart
mengatasi segala permasalahan yang ada di governance pada tiap desa/kelurahan di lokasi
desa dan sekaligus mengembangkan potensi smart village Kabupaten Batang tahun 2018
dijelaskan pada Tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3. Penilaian Penerapan Komponen Smart Governance di Kabupaten Batang


Skor
Total
Kecamatan Desa/Kelurahan Pelayanan Sistem Informasi Pengelolaan Dana Keterangan
Skor
Publik Desa Desa
Warungasem Cepagan 1 3 3 7 Kurang Optimal
Warungasem 1 1 1 3 Belum Optimal
Sariglagah 2 3 3 8 Optimal
Wonotunggal Siwatu 3 3 1 7 Kurang Optimal
Brokoh 1 3 2 6 Kurang Optimal
Wonotunggal 1 2 2 5 Kurang Optimal
Wates 2 3 3 8 Optimal
Bandar Bandar 2 3 3 8 Optimal
Kluwih 1 3 3 7 Kurang Optimal
Tumbrep 1 2 1 4 Belum Optimal
Blado Blado 1 3 2 6 Kurang Optimal
Kembanglangit 2 3 1 6 Kurang Optimal
Kambangan 2 3 2 7 Kurang Optimal
Selopajang Barat 2 3 1 6 Kurang Optimal
Reban Tambakboyo 1 2 2 5 Kurang Optimal
Ngroto 1 2 2 5 Kurang Optimal
Reban 2 3 2 7 Kurang Optimal
Bawang Bawang 2 3 2 7 Kurang Optimal
Sangubanyu 2 3 2 7 Kurang Optimal
Candigugur 2 3 2 7 Kurang Optimal
Tersono Tersono 2 2 1 5 Kurang Optimal
Plosowangi 2 3 2 7 Kurang Optimal
Kranggan 1 3 1 5 Kurang Optimal
Rejosari Barat 2 3 1 6 Kurang Optimal
Rejosari Timur 2 3 2 7 Kurang Optimal
Gringsing Mentosari 1 3 2 6 Kurang Optimal
Sawangan 2 3 3 8 Optimal
Krengseng 2 3 2 7 Kurang Optimal
Gringsing 2 3 2 7 Kurang Optimal
Kutosari 2 2 2 6 Kurang Optimal
Limpung Limpung 1 3 2 6 Kurang Optimal
Sidomulyo 2 3 2 7 Kurang Optimal
Amongrogo 1 2 1 4 Belum Optimal
Ngaliyan 1 3 2 6 Kurang Optimal
Subah Kemiri Barat 3 3 3 9 Optimal
Sengon 1 3 2 6 Kurang Optimal
Subah 1 2 3 6 Kurang Optimal
Keborangan 2 3 2 7 Kurang Optimal

154
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 2 Desember 2020

Skor
Total
Kecamatan Desa/Kelurahan Pelayanan Sistem Informasi Pengelolaan Dana Keterangan
Skor
Publik Desa Desa
Kalimanggis 3 3 3 9 Optimal
Tulis Wringingintung 2 3 1 6 Kurang Optimal
Tulis 2 3 1 6 Kurang Optimal
Kaliboyo 2 3 3 8 Optimal
Simbangdesa 1 3 2 6 Kurang Optimal
Kandeman Tegalsari 1 3 2 6 Kurang Optimal
Kandeman 1 2 1 4 Belum Optimal
Botolambat 3 3 3 9 Optimal
Banyuputih Banyuputih 1 2 2 5 Kurang Optimal
Sembung 2 3 2 7 Kurang Optimal
Timbang 2 3 1 6 Kurang Optimal
Kalibalik 3 2 1 6 Kurang Optimal
Pecalungan Pecalungan 1 2 2 5 Kurang Optimal
Selokarto 2 3 2 7 Kurang Optimal
Batang Kalipucang Wetan 3 3 3 9 Optimal
Kalisalak 2 3 2 7 Kurang Optimal
Karanganyar 2 3 2 7 Kurang Optimal
Klidangwetan 2 3 2 7 Kurang Optimal
Sumber: Hasil Analisis. 2020.

Dari Tabel 3 diketahui bahwa penerapan smart governance, dan sisanya yaitu empat desa
komponen smart governance di Kabupaten (7,14%) belum optimal. Desa-desa dengan
Batang digolongkan ke dalam tiga kategori, penerapan yang sudah optimal yaitu Desa
yaitu optimal, kurang optimal, dan belum Sariglagah, Wates, Bandar, Sawangan, Kemiri
optimal. Terdapat sembila desa (16,07%) yang Barat, Kalimanggis, Kaliboyo, Botolambat, dan
sudah menerapkan komponen smart governance Kalipucang Wetan. Adapun desa-desa yang
secara optimal. Adapun 43 desa (76,79%) belum optimal yaitu: Desa Warungasem,
kurang optimal dalam menerapkan komponen Tumbrep, Amongrogo, dan Kandeman.

155
Implementasi Smart Governance Berdasarkan Konsep Smart Village
Aulia Shabrinawati dan Nany Yuliastuti

Gambar 10. Penerapan Komponen Smart Governance di Kabupaten Batang


Sumber: Hasil Analisis. 2020.

Tampak dari Gambar 10 bahwa secara Desa Warungasem dan Desa Kandeman yang
spasial, desa-desa yang sudah optimal dalam berlokasi dekat dengan pusat pemerintahan
menerapkan komponen smart governance ini kabupaten sehingga akses jaringan internetnya
berada di dekat pusat keramaian maupun pusat cukup baik.
pemerintahan kabupaten. Adapun desa-desa Dilihat dari penerapan pada setiap
yang belum optimal ini ada yang lokasinya aspeknya, penerapan aspek sistem informasi
dekat maupun jauh dari pusat pemerintahan desa dan aspek pengelolaan dana desa di desa-
kabupaten. Di antara empat desa yang belum desa yang sudah optimal tergolong dalam
optimal dalam menerapkan komponen smart kategori baik. Adapun penerapan aspek
governance, Desa Tumbrep dan Desa pelayanan publik di desa-desa yang sudah
Amongrogo memiliki lokasi yang jauh dari optimal masih tergolong dalam kategori sedang.
pusat kabupaten sehingga memiliki akses Selain itu, penerapan aspek pelayanan publik
jaringan internet yang buruk. Berbeda dengan dan aspek pengelolaan dana desa di desa-desa

156
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 2 Desember 2020

yang belum optimal tergolong dalam kategori Aspek terakhir, pengelolaan dana desa juga
buruk, sedangkan penerapan aspek sistem dapat diketahui dengan mudah dan cepat.
informasi desa di desa-desa yang belum optimal Sebelumnya, pemerintah desa hanya
sudah tergolong dalam kategori sedang. Hal ini menyimpan laporan keuangan desanya di kantor
karena desa-desa yang belum optimal memiliki desa. Namun saat ini, laporan keuangan dana
desa dapat dilihat secara luas melalui website
kendala yang sama yaitu keterbatasan sumber
desa, SIPADES dan SISKEUDES. Dengan
daya manusia. Selain jumlah perangkat desa
demikian, terciptalah transparansi dana desa
yang terbatas, kompetensi sumber daya manusia
yang memungkinkan masyarakat mengetahui
(SDM)-nya juga belum memadai dalam secara detail penggunaan dana desanya.
mengoperasikan perangkat TIK. Masyarakat juga dapat menyampaikan laporan
secara langsung apabila terjadi penyimpangan di
Pentingnya Teknologi Informasi dalam lapangan.
Penerapan Smart Governance Menurut Herdiana (2019), pemanfaatan
Teknologi informasi sangat diperlukan teknologi informasi dalam proses pembinaan
dalam penerapan semua aspek smart dan pemberdayaan menjadi media bersama
governance, baik pelayanan publik, sistem antara pemerintah desa dan masyarakat untuk
informasi desa, maupun pengelolaan dana desa. saling menemukenali masalah, tuntutan, dan
Aspek pertama, pelayanan publik dapat lebih keinginan masing-masing. Selain itu,
cepat dan optimal dengan diterapkannya smart pemanfaatan teknologi informasi juga dapat
governance. Sebelumnya, masyarakat desa yang meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
hendak mengurus keperluan administrasi desa secara efektif dan transparan. Jadi, teknologi
harus menempuh jarak yang cukup jauh dari informasi dalam penerapan komponen smart
desanya menuju pusat kecamatan bahkan pusat governance ini diperlukan dalam proses
kabupaten sehingga memerlukan waktu dan pengembangan desa terutama dalam
tenaga ekstra untuk mengurusnya. Setelah peningkatan fungsi pemerintahan dan
adanya pelayanan e-village, segala keperluan produktivitas masyarakat melalui
administrasi desa dapat dilakukan dengan cepat pemberdayaan masyarakat.
dan mudah karena dapat langsung diverifikasi
oleh petugas kecamatan maupun kabupaten KESIMPULAN DAN SARAN
tanpa harus mengunjungi kantor kecamatan Penerapan smart governance di
maupun kabupaten. Aspek kedua, informasi Kabupaten Batang sebagian besar masih kurang
desa dapat diperoleh masyarakat secara luas optimal (76,79%), sedangkan sisanya sudah
dengan mudah dan cepat. Sebelumnya, optimal (16,07%) dan belum optimal (7,14%).
masyarakat desa yang ingin mengetahui Secara spasial, desa-desa yang sudah optimal
informasi desanya harus mengunjungi kantor dalam menerapkan komponen smart
desa. Namun saat ini, masyarakat desa di governance ini berada di dekat pusat keramaian
Kabupaten Batang dapat mengakses informasi maupun pusat pemerintahan kabupaten. Adapun
desanya melalui website desa. Melalui website desa-desa yang belum optimal ada yang
tersebut, masyarakat dapat mengetahui potensi, berlokasi dekat maupun jauh dari pusat
permasalahan dan kebutuhan perencanaan desa. pemerintahan kabupaten. Semakin jauh

157
Implementasi Smart Governance Berdasarkan Konsep Smart Village
Aulia Shabrinawati dan Nany Yuliastuti

lokasinya dari pusat kabupaten, akses jaringan keterampilan). Dengan adanya peningkatan
internet yang tersedia semakin buruk bahkan kualitas pelayanan e-village dan website desa di
ada yang belum terjangkau jaringan sama sekali. Kabupaten Batang, diharapkan agar smart
Selain itu, dilihat dari penerapan pada setiap governance dapat diterapkan lebih optimal.
aspek smart governance di Kabupaten Batang, Dengan demikian, ke depannya kawasan
penerapan aspek pelayanan publik dan aspek perdesaan di Kabupaten Batang dapat lebih
pengelolaan dana desa di desa-desa yang belum maju, berkembang, aktif, dan mandiri.
optimal tersebut masih tergolong buruk.
Sementara itu, penerapan aspek sistem UCAPAN TERIMA KASIH
informasi desa tergolong dalam kategori sedang Penulis mengucapkan terima kasih kepada
atau sudah diterapkan dengan cukup baik. Pemerintah Kabupaten Batang, khususnya
Implementasi smart governance membutuhkan Bapak Dwi Marendra, S.Kom. selaku Kepala
keseimbangan antara ketiga aspek tersebut, Seksi Pengembangan Aplikasi dan Tata Kelola
yang mencakup pelayanan publik yang baik, e-Government, Dinas Komunikasi dan
sistem informasi desa yang detail, dan Informasi Kabupaten Batang yang telah
pengelolaan dana desa yang transparan. Dengan meluangkan waktunya dan memberikan
demikian, penerapan smart governance informasi mendalam terkait penerapan smart
berdasarkan konsep smart village dapat governance dalam mendukung smart village di
dilakukan lebih optimal, efektif, dan efisien. Kabupaten Batang. Selain itu, penulis juga
Penerapan smart governance berdasarkan mengucapkan terima kasih kepada Magister
konsep smart village ini sesuai dengan konsep Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas
yang disampaikan oleh Herdiana (2019); Diponegoro yang mendukung terlaksananya
Rachmawati (2018); Santoso et al., (2019); dan penelitian ini.
Subekti & Damayanti (2019). Dibutuhkan smart
relationship dengan dukungan teknologi DAFTAR PUSTAKA
informasi di dalamnya dalam penerapan smart Admin. (2018). Waduh, Ternyata 63 Desa Ini
governance berdasarkan konsep smart village. Belum Tersentuh Jaringan
Dengan demikian akan dapat dihasilkan Internet.Diakses tanggal 18 Agustus 2019
dari website Radar Pekalongan:
sinergisitas antaraspek yang berorientasi pada
https://radarpekalongan.co.id/52155/wad
peningkatan kualitas sumber daya manusia, uh-ternyata-63-desa-ini-belum-tersentuh-
peningkatan fungsi pemerintahan dengan jaringan-internet/.
mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten
dan transparansi penggunaan dana desa, serta Batang. (2017). Diskominfo Kabupaten
peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Batang Selenggarakan Pelatihan TIK.
Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu Diakses pada tanggal 21 Oktober 2019
dari website resmi Dinas Komunikasi dan
peningkatan kualitas pelayanan publik dengan
Informatika Kabupaten Batang:
memanfaatkan teknologi informasi; menjalin https://kominfo.batangkab.go.id/?p=3&id
kerja sama antar pemangku kepentingan dalam =8.
penyediaan infrastruktur (seperti penyediaan Djunaedi, A., Permadi, D., Nugroho, L. E.,
jaringan); dan peningkatan kualitas sumber daya Widyawan, Rachmawati, R., Hidayat, A.,
manusia (seperti sosialisasi dan pelatihan … Egaravanda, S. (2018). Membangun

158
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 2 Desember 2020

Kota dan Kabupaten Cerdas: Sebuah Santoso, A. D., Fathin, C. A., Effendi, K. C.,
Panduan bagi Pemerintah Daerah. Novianto, A., Sumiar, H. R., Angendari,
Yogyakarta: Gadjah Mada University D. A. D., & Putri, B. P. (2019). DESA
Press. CERDAS: Transformasi Kebijakan dan
Drobne, S., & Lisec, A. (2009). Multi-attribute Pembangunan Desa Merespon Era
Decision Analysis in GIS: Weighted Revolusi Industri 4.0. (E. A. Purwanto &
Linear Combination and Ordered D. Permady, Eds.). Yogyakarta: Center
Weighted Averaging. Informatica, 33(4), for Digital Society.
459–474. Sihotang, D. M. (2016). Metode Skoring dan
Fitri, R., Asyikin, A. N., & Nugroho, A. S. B. Metode Fuzzy dalam Penentuan Zona
(2017). Pengembangan Sistem Informasi Resiko Malaria di Pulau Flores. Jurnal
Desa untuk Menuju Tata Kelola Desa Nasional Teknik Elektro Dan Teknologi
yang Baik (Good Governance) Berbasis Informasi (JNTETI), 5(4), 302–308.
TIK. Jurnal Positif, 3(2), 99–105. https://doi.org/10.22146/jnteti.v5i4.278
Herdiana, D. (2019). Pengembangan Konsep Subekti, T., & Damayanti, R. (2019). Penerapan
Smart Village bagi Desa-Desa di Model Smart Village dalam
Indonesia. IPTEK-KOM, 21(1), 1–16. Pengembangan Desa Wisata: Studi pada
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. (2017). Desa Wisata Boon Pring Sanankerto
Bupati Launching Batang Smart City dan Turen Kabupaten Malang. JPALG
Smart Village. Diakses pada tanggal 18 (Journal of Public Administration and
Oktober 2019 dari website resmi Local Governance), 3(1), 18–28.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah: Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
https://jatengprov.go.id/beritadaerah/bupa Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
ti-launching-batang-smart-city-dan- Bandung: Alfabeta.
smart-village/. Supangkat, S. H., Arman, A. A., & Nugarah, I.
Peraturan Bupati Batang Nomor 11 Tahun 2018 G. B. (2015). Pengenalan dan
tentang Program Pembangunan dan Pengembangan Smart City. Bandung: e-
Pengembangan Smart Village. Indonesia Initiatives Institut Teknologi
Pereira, G. V., Parycek, P., Falco, E., & Bandung.
Kleinhans, R. (2018). Smart governance Susanto, A., Sari, D., A., V. H., Prabowo, A.,
in the context of smart cities: A literature W., R. A., Mahmudah, D., …
review. Information Polity, 23(2), 143– Purwaningsih. (2016). Komunikasi Dan
162. https://doi.org/10.3233/IP-170067 Informatikan Indonesia Buku Putih 2016.
Rachmawati, R. (2018). Pengembangan Smart (H. R. Sekar, A. Anggorosesar, E. A.
Village Untuk Penguatan Smart City Dan Maranny, I. Julwendy, T. Rachmadhani,
Smart Regency. Jurnal Sistem Cerdas, & R. Wijaya, Eds.). Jakarta: Puslitbang
01(02), 12–18. Sumber Daya, Perangkat dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Penyelenggaraan Pos dan Informatika,
Daerah (RPJMD) Kabupaten Batang Badan Penelitian dan Pengembangan
Tahun 2017-2022. Sumber Daya Manusia, Kementerian
Rizkinaswara, Leski . (2018). Gerakan Menuju Komunikasi dan Informatika.
100 Smart City. Diakses pada tanggal 22 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Oktober 2019 dari website resmi Pelayanan Publik.
Kementerian Komunikasi dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Informatika: Desa.
https://aptika.kominfo.go.id/2018/11/gera Yuliastuti, N., Wahyono, H., Syafrudin, S., &
kan-menuju-100-smart-city/. Sariffuddin, S. (2017). Dimensions of

159
Implementasi Smart Governance Berdasarkan Konsep Smart Village
Aulia Shabrinawati dan Nany Yuliastuti

Community and Local Institutions’ (Switzerland), 9(2), 1–19.


Support: Towards an Eco-Village https://doi.org/10.3390/su9020245
Kelurahan in Indonesia. Sustainability

160

Anda mungkin juga menyukai