Anda di halaman 1dari 77

“Bahan Ajar SMA / MA Kelas XI”

KD 3: 3.5 Menganalisis dinamika kependudukan di Indonesia untuk perencanaan pembangunan.

KD 4: 4.5 Menyajikan data kependudukan dalam bentuk peta, tabel, grafik, dan/atau gambar

Wisnu Sinartejo

2019

KELAS11

A. PENDUDUK DAN SUMBER DATA KEPEDUDUKAN

Penduduk adalah orang yang tinggal di suatu wilayah atau orang yang

secara hukum berhak tinggal di suatu wilayah. Penduduk juga dapat diartikan

sebagai setiap orang atau kumpulan orang yang berada di suatu wilayah dan

terikat oleh aturan-aturan yang berlaku serta saling berinteraksi.

Penduduk merupakan bagian terpenting bagi suatu negara dilihat dari segi

kuantitas maupun kualitasnya. Kajian tentang penduduk dipelajari dalam disiplin

ilmu demografi dan ilmu kependudukan. Demografi adalah ilmu yang mempelajari

analisis statistik terhadap jumlah, distribusi, komposisi penduduk dan komponen

peruahannya. Sedangkan ilmu kependudukan mengkaji antara variabel demografi

dengan ilmu lainnya yang menunjang.

Sebagai salah satu unsur dari sebuah negara, penduduk menjadi modal

utama bagi pembangunan suatu negara. Oleh karena itu perlu diketahui jumlah,

komposisi, dan persebaran penduduk yang berasal dari data kependudukan.

Sumber data kependudukan dibagi menjadi tiga, yaitu sensus peduduk, registrasi

penduduk, dan survey penduduk.

1. Sensus penduduk

Sensus penduduk adalah pencatatan seluruh penduduk secara serentak

dengan tujuan utama untuk mengetahui jumlah penduduk, persebara, dan

karakteristik penduduk. Sensus penduduk dilakukan oleh Badan Pusat

Statistik (BPS) seriap 10 tahun sekali. Sensus memiliki tiga dimensi, yaitu:

a. Pencatatan yang menyeluruh terhadap semua orang

Artinya, semua orang yang tinggal di suatu wilayah atau negara wajib
dicatat dan didata tanpa terkecuali.

b. Dilaksanakan pada waktu tertentu

Artinya, sensus hanya dilaksanakan pada suatu waktu tertentu, dan pada

umumnya dilaksanakan setiap 10 tahun sekali.

c. Mencakup suatu wilayah

Artinya, ruang lingkup sensus harus meliputi suatu wilayah adaministratif

tertentu. Hal ini dilakukan dengan menggunakan batasan administratif

negara.

➢ Berdasarkan status tempat tinggal penduduk, ada dua macam sensus

yaitu sebagai berikut:

a. Sensus de yure, adalah pencatatan yang dilakukan terhadap

penduduk yang bertempat tinggal di daerah atau tempat diadakan

pencatatan sesuai identitas kependudukan yang dimiliki

b. Sensus de facto, adalah pencatatan yang dilakukan terhadap penduduk

yang tinggal di suatu daerah padasaat dilakukan pencatatan

➢ Dalam pelaksanaan sensus terdapat dua metode, yaitu sebagai berikut:

a. Metode canvaser

Metode canvaser adalah sensus penduduk dengan cara petugas

sensus mencatat identitas dan mengisi daftar pertanyaan sesuai dengan

jawaban dari penduduk. Dengan metode ini, petugas mendapatkan jawaban

langsung dari penduduk.

b. Metode householder

Metode hoseholder adalah sensuspenduduk dengan cara memberikan

daftar isian kepada setiap kepala rumah tangga untuk diisi. Cara ini hanya

dilaksanakan di negara-negara maju dan penduduknya bebas dari buta

huruf.

➢ Sensus penduduk sangat berguna untuk:

a. Mengetahui keseluruhan jumlah penduduk


b. Mengetahui persebaran penduduk

c. Memperoleh informasi migrasi penduduk

d. Mengetahui karakteristik penduduk (tingkat pendidikan, agama, jenis

kelamin, dan umur)

➢ Sensus penduduk memiliki beberapa ciri khas antara lain;

a. Bersifat individu, artinya setiapinformasi demografi dan sosial ekonomi

yang dikumpulkan berasal dari individu penduduk

b. Bersifat universal atau meneyeluruh

c. Pencacahan diselenggarakan serentak di seluruh wilayah negara

d. Sensus penduduk dilaksanakan secara periodik

➢ Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan informasi yang harus ada

dalam sensus penduduk adalah sebagai berikut:

a. Geografi dan migrasi penduduk. Informasi ini meliputi lokasi daerah

pencacahan, jumlah penduduk secara de jure dan de facto.

b. Kondisi rumah tangga. Informasi yang harus diperoleh meliputi hubungan

anggota keluarga dengan kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, dan

jenis kelamin anggota keluarga.

c. Kelahiran dan kematian. Berisi informasi mengenai jumlah anak yang lahir

maupun jumlah anggota keluarga yang meninggal.

d. Karakteristik pendidikan. Dalam bagian ini, informasi yang harus diperoleh

adalah tingkat pendidikan tiap penduduk yang ada di suatu wilayah.

e. Karakteristik ekonomi. Informasi yang harus diperoleh adalah jenis mata

pencaharian penduduk yang ada di suatu wilayah, serta tingkat pendapatan

penduduk yang diperoleh di wilayah tersebut

➢ Ada beberapa faktor lain yang ikut menentukan kualitas hasil sensus

penduduk, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan pencacahan di

lapangan, yaitu sebagai berikut:

a. Kerjasama dan partisipasi masyarakat


Penduduk harus diyakinkan bahwa hasil sensus penduduk berguna

untuk perencanaan pembangunan ekonomi, sosial, dan politik.

b. Kondisi geografis dan topografis

Mudah dan sulitnya situasi geografis dan topografis wilayah sensus

mempengaruhi kelengkapan cakupan sensus penduduk.

c. Kualitas petugas

Petugas harus berkualitas dan mempunyai dedikasi tinggi terhadap

pekerjaannya. Hal ini dapat dibentuk dengan persiapan, perencanaan, dan

pelatihan yang sempurna.

d. Kualitas penduduk sebagai responden

Responden perlu mengetahui dengan benar maksud dari pertanyaan

yang diajukan dan diharapkan dapat menjawab dengan jujur.

e. Perencanaan dan pelaksanaan

Pelaksanaan di lapangan sesuai dengan rencana dan ketentuan,

serta ditunjang dengan peralatan yang dibutuhkan.

➢ Dalam melakukan sensus dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit, besar

kemungkinan terjadi kesalahan. Hal ini disebut kesalahan sensus. Penjelasan

untuk jenis-jenis kesalahan sensus adalah sebagai berikut.

a. Kesalahan cakupan

Kesalahan ini terjadi ketika tidak seluruh penduduk tercacah, atau

ada sebagian penduduk yang tercacah dua kali. Hal ini biasanya terjadi

pada negara-negara dengan jumlah penduduk yang besar.

b. Kesalahan isi laporan

Kesalahan ini terjadi akibat adanya kesalahan pelaporan oleh

responden. Contohnya adalah penduduk yang tidak tahu usia sebenarnya,

atau penduduk yang menutupi kondisi sebenarnya.

c. Kesalahan ketepatan pelaporan

Kesalahan ini terjadi akibat adanya kelalaian petugas sensus atau


penduduk yang disensus.

2. Registrasi penduduk

Registrasi penduduk berkaitan dengan komponen penduduk yang

dinamis, seperti kelahiran, kematian, migrasi penduduk, perkawinan dan

perceraian. Komponen-komponen ini cepat berubah, sehingga diperlukan

registrasi penduduk yang dapat diperbarui setiap saat.Berbeda dengan sensus

penduduk, registrasi penduduk lebih bersifat pasif. Registrasi penduduk

dianggap pasif karena dilakukan oleh perwakilan keluarga dari kepala keluarga

yang tengah mengalami peristiwa tertentu, seperti kelahiran atau kematian.

Pelaporan dengan sistem pasif ini menimbulkan beberapa permasalahan,

terutama ketidaklengkapan data pelaporan,sebagai contoh:

a. Seorang bayi lahir beberapa menit, kemudian meninggal dunia. Seharusnya

hal tersebut dicatatkan sebagai peristiwa kelahiran dan kematian, tetapi

orang tua bayi tersebut tidak melapor.

b. Jarak kantor desa terlalu jauh dari rumah penduduk yang melahirkan,

sehingga tidak dilaporkan.

c. Registrasi penduduk, penduduk yang boleh mencatatkan peristiwa-

peristiwa demografi adalah penduduk de jure.

Untuk memperoleh data registrasi yang baik dan benar, PBB

mensyaratkan beberapa aturan, yaitu sebagai berikut:

a. Ada peraturan yang memaksa penduduk untuk melapor (compulsory of

registration).

Dalam pelaksanaan registrasi ini harus dilandaskan atas dasar hukum,

sehingga memaksa penduduk untuk selalu melaporkan setiap kejadian

yang dialami keluarganya, baik peristiwa kelahiran, kematian, atau lainnya.

b. Dilaksanakan oleh badan pemeritah.

Pelaksanaan registrasi penduduk serta penyajian data statistiknya harus

dilakukan oleh lembaga pemerintah. Dengan demikian, hasil yang disajikan

akan menghasilkan data yang konsisten dan berkesinambungan.


c. Ada sanksi hukum.

Pelaksanaan registrasi penduduk harus memiliki sanksi hukum. Hal ini

dilakukan untuk menjamin bahwa setiap orang mau mendaftarkan diri

untuk didata. Begitu juga agar terhindar dari kelalaian dan pelanggaran

pendaftaran.

d. Ada petugas yang melaksanakan pendaftaran.

Tugas dan tanggung jawab petugas harus ditulis dengan jelas untuk

menghindari kesalahan dan untuk menjamin keseragaman dalam

pelaksanaan registrasi penduduk.

e. Keterangan yang dilaporkan.

Informasi dasar yang harus dilaporkan meliputi identitas penduduk, seperti

nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, dan lain-lain.

f. Khusus untuk pelaporan kelahiran dan kematian.

Tanggal kejadian dan tanggal pelaporan, begitu juga tempat kejadian serta

tempat pelaporan sangat diperlukan untuk dapat disajikan ke dalam hasil

catatan dan tabulasi data statisitik.

g. Proses tabulasi dan penyajian data

Proses pemindahan laporan menjadi suatu data tabulasi adalah hal yang

sangat penting, terutama dalam hal keakuratannya. Oleh karena itu, harus

ada peraturan mengenai prosedur pelaporan dan penyajian data statistik.

3. Survei penduduk

Survei adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalui

pencacahan sampel atau hanya mencacah sebagian penduduk. Survei dapat

dilaksanakan kapan saja sesuai kebutuhan. Contoh survei yang dilaksanakan

oleh BPS adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dan Survei

Penduduk Antar Sensus (SUPAS).

Setiap metode pengumpulan data kependudukan tentunya memiliki

kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Kelemahan metode survei adalah


tidak dapat mewakili semua penduduk karena hanya diambil berdasarkan

sampel. Sedangkan kelebihan dari metode survei akan diuraikan sebagai

berikut.

a. Dapat dilakukan kapan saja.

b. Data yang diambil sesuai kebutuhan survei.

c. Data yang dikumpulkan lebih lengkap dan rinci.

d. Penghematan terhadap waktu, biaya, dan tenaga.

B. KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN

Komposisi penduduk adalah pengelompokkan penduduk atas dasar

kriteria tertentu, kriteria tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

• Biologis, meliputi umur, dan jenis kelamin.

• Sosial, antara lain meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan, dsb.

• Ekonomi, meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan,

jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dsb.

• Geografis, berdasarkan tempat tinggal, daerah perkotaan, pedesaan, propinsi,

kabupaten, dsb.

Komposisi penduduk dalam pembahasan ini mengklasifikasikan

penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin tertentu. Komposisi penduduk

berdasarkan jenis kelamin adalah pengelompokan penduduk menurut jenis

kelaminnya. Sedangkan komposisi penduduk berdasarkan umur adalah

pengelompokan penduduk berdasarkan umur tunggal (single age group) dan

umur lima tahunan (five years age group). Pengelompokkan umur tergantung

pada kebutuhan analisis.

Tabel 1. Komposisi Penduduk Indonesia tahun 2010

Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

0 – 4 11.662.369 11.016.333 22.678.702

5 – 9 11.974.094 11.279.386 23.253.480


10 – 14 11.662.417 11.008.664 22.671.081

15 – 19 10.614.306 10.266.428 20.880.734

20 – 24 9.887.713 10.003.920 19.891.633

25 – 29 10.631.311 10.679.132 21.310.443

30 – 34 9.949.357 9.881.328 19.830.685

35 – 39 9.337.517 9.167.614 18.505.131

40 – 44 8.322.712 8.202.140 16.524.852

45 – 49 7.032.740 7.008.242 14.040.982

50 – 54 5.865.997 5.695.324 11.561.321

55 – 59 4.400.316 4.048.254 8.448.570

60 – 64 2.927.191 3.131.570 6.058.761

65 – 69 2.225.133 2.468.898 4.694.031

70 – 74 1.531.459 1.924.872 3.456.331

75 – 79 842.344 1.135.561 1.977.905

80 – 84 481.462 661.708 1.143.170

85 – 89 182.432 255.529 437.961

90 – 94 63.948 106.951 170.899

95 + 36.095 68.559 104.654

Jumlah 119.630.913 118.010.413 237.641.326

Sumber: Badan Pusat Statistik dalam bps.go.id

Dalam kaitannya dengan komposisi penduduk, ada konsep, definisi dan

ukuran-ukuran yang perlu diperhatikan seperti Sex Ratio dan Dependency

Ratio.

1. Sex Ratio (Rasio Jenis Kelamin)

Rasio jenis kelamin adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-

laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan

waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki

per 100 perempuan.


Rumus:

SR = MF x k

Keterangan :

SR = rasio jenis kelamin

M = jumlah penduduk laki-laki di suatu daerah pada waktu

tertentu

F = jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu

tertentu

k = konstanta, nilainya 100

Contoh :

Pada tahun 2010 di Indonesia jumlah penduduk laki-laki sebesar

119.507.580 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan sebesar 118.048.783

jiwa. Hitung sex ratiopenduduk pada tahun tersebut!

SR = 119.507.580

118.048.783 x 100 =101,23

Jadi pada tahun 2010 rasio jenis kelamin penduduk Indonesia

sebesar 101, berarti tiap 100 penduduk perempuan ada 101 penduduk laki-

laki.

Besar kecilnya Rasio Jenis Kelamin di suatu daerah dipengaruhi oleh :

a. Rasio Jenis Kelamin pada saat Kelahiran (Sex Ratio at Birth)

Di beberapa negara besarnya sex ratio of birth umumnya berkisar antara

103 – 105 bagi laki-laki per 100 perempuan.

b. Pola mortalitas antara penduduk laki-laki dan perempuan.

Jika kematian laki-laki lebih besar daripada jumlah kematian

perempuan maka rasio jenis kelamin semakin kecil.

c. Pola migrasi antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan.

Jika di suatu daerah Sex Ratio > 100 berarti di daerah tersebut

lebih banyak penduduk laki-laki. Sedangkan jika Sex Ratio < 100
berarti lebih banyak penduduk perempuan.

2. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)

Angka beban tanggungan atau angka ketergantungan adalah angka

yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak

produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan

banyaknya orang yang termasuk usia produktif (umur 15 – 64 tahun).

Rumus:

DR = Jumlah Jumlah penduduk penduduk tidak produktif produktif

xk

Keterangan:

DR = Angka beban tanggungan

Penduduk tidak produktif = penduduk umur 0 – 14 th dan 65 th ke

atas

Penduduk produktif = penduduk umur 15 – 64 tahun

k = konstanta, nilainya 100

Contoh:

Pada tahun 2010 di Indonesia penduduk yang berumur 0 – 14 tahun adalah

68.603.263 jiwa, sedangkan penduduk yang berumur 15 – 64 tahun adalah

157.053.112 jiwa, dan penduduk umur lebih dari 65 tahun adalah

11.984.951 jiwa. Hitung dependency ratio pada tahun tersebut!

DR = 68.603.263+11.984.951

157.053.112 x 100= 51,312 Maka diperoleh hasil 51,312 yang dibulatkan ke 51, yang berarti setiap 100

penduduk umur produktif menanggung 51 penduduk umur tidak produktif.

3. Piramida Penduduk

Piramida penduduk adalah grafik berbentuk piramida yang

merupakan gambaran secara visual dari komposisi penduduk menurut

umur dan jenis kelamin. Sumbu horizontal menggambarkan jumlah

penduduk tertentu. Pemilihan skala pada sumbu horizontal bergantung

8
pada jumlah penduduk dalam persentase dari jumlah pendudukyang

terdapat pada tiap golongan umur di sumbu vertikal. Sumbu vertikal

menggambarkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis

kelamin, karakteristik penduduk di suatu daerah atau wilayah dapat

dibedakan menjadi tiga kelompok. Berikut ini contoh piramida

penduduk yang menggambarkan beberapa komposisi penduduk:

Gambar 1. Macam bentuk piramida penduduk

(sumber : http://egarteknikinformatika.blogspot.co.id/2011/10/penduduk- masyarakat-dan-


kebudayaan.html)

a. Piramida penduduk ekspansif (limas)

Piramida penduduk ini menggambarkan sebagian besar penduduk

berada dalam kelompok usia muda, sehingga jumlah usia kelompok

muda lebih tinggi dibandingkan usia dewasa dan tua. Negara yang

berada di tipe ini termasuk dalam pertumbuhan penduduk yang

tinggi dan terdapat pada negara-negara yang sedang berkembang

dengan angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang tinggi.

Negara yang termasuk pada tipe piramida adalah Indonesia,

Malaysia, India, Brasil, dan sebagainya.

b. Piramida penduduk konstruktif (granat)

Piramida ini menggambarkan penduduk yang berada di kelompok

usia muda jumlahnya lebih sedikit. Tipe ini terdapat pada negara-

negara yang tingkat kematiannya rendah.

c. Piramida penduduk stasioner (batu nisan)

Piramida ini menggambarkan penduduk yang berada di kelompok

usia muda, dewasa, dan tua jumlahnya hampir sama, kecuali pada

kelompok umur tertentu. Tipe ini menggambarkan tingkat kelahiran

dan kematian rendah.

9
C. PERTUMBUHAN PENDUDUK

Pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan dinamis antara faktor-

faktor yang menambah dan mengurangi jumlah penduduk.Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan

migrasi. Faktor pertumbuhan penduduk, kelahiran, kematian tergolong faktor

alami, sedangkan migrasi tergolong faktor nonalami. Pertumbuhan penduduk

dapat dibedakan menjadi pertumbuhan penduduk alami dan pertumbuhan

penduduk total.

1. Pertumbuhan penduduk alami

Pertumbuhan penduduk alami adalah selisih antara jumlah kelahiran dan

jumlah kematian. Dalam pertumbuhan alami, jumlah imigran dan emigran

tidak diperhitungkan karena jumlahnya dianggap tidak signifikan. Rumus

untuk menghitung pertumbuhan penduduk alami adalah sebagai berikut.

Keterangan :

T = pertumbuhan penduduk

L = jumlah kelahiran

M = jumlah kematian

Contoh:

Misalkan pada tahun 2014 angka kelahiran kasar penduduk di Pulau Jawa

sebesar 50.000 jiwa dan jumlah penduduk yang meninggal sebesar 20.000

jiwa. Berapakah pertumbuhan penduduk alami di Pulau Jawa?

T=L–M

= 50.000 – 20.000

= 30.000

Jadi, pertumbuhan penduduk alami Pulau Jawa tahun 2014 adalah 30.000

jiwa.

2. Pertumbuhan penduduk total

Berbeda dengan pertumbuhan penduduk alami, pertumbuhan penduduk

total memperhitungkan jumlah penduduk yang melakukan migrasi (imigrasi


dan emigrasi), dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

Ttotal = pertumbuhan penduduk total

L = jumlah kelahiran

T = (L –M)

Ttotal = (L –M) + (I – E)

10

M = jumlah kematian

I = jumlah imigrasi

E = jumlah emigrasi

Contoh:

Misalkan, jumlah kelahiran kasar penduduk di Pulau Jawa pada tahun

2014 adalah 50.000 jiwa dan jumlah kematian kasar sebanyak 20.000 jiwa.

Diketahui pula jumlah penduduk yang melakukan imigrasi sebanyak

15.000 jiwa dan penduduk yang melakukan emigrasi sebanyak 7.000 jiwa.

Hitunglah pertumbuhan penduduk total di Pulau Jawa pada tahun 2014!

Ttotal = (L – M) + (I – E)

= (50.000 – 20.000) + (15.000 - 7.000)

= 30.000 + 8.000

= 38.000

Jadi, pertumbuhan total Pulau Jawa tahun 2014 adalah 38.000 jiwa.

Pertumbuhan penduduk dapat digolongkan menjadi tinggi, sedang, dan

rendah. Pertumbuhan penduduk dikatakan rendah jika persentase nilai Ttotal

terhadap jumlah penduduk tahun awal perhitungan kurang dari 1%,

pertumbuhan penduduk dikatakan sedang jika persentase nilai Ttotal antara 1 – 2%, dan pertumbuhan
penduduk dikatakan tinggi jika persentase nilai Ttotal di

atas 2%.

D. PERSEBARAN DAN KEPADATAN PENDUDUK

Persebaran atau distribusi penduduk adalah hasil dari penyebaran


penduduk di suatu wilayah atau negara.Kepadatan penduduk adalah angka

yang menunjukkan jumlah rata-rata penduduk untuk tiap satuan luas pada

suatu wilayah atau negara.Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran dan

kepadatan penduduk pada tiap daerah atau negara adalah sebagai berikut:

1. Faktor fisiografis

Penduduk selalu memilih tempat tinggal pada lokasi yang baik, strategis,

terdapat tanah yang subur, berelief halus, cukup air, dan aman.

2. Faktor biologis

Tingkat pertumbuhan penduduk di setiap daerah berbeda-beda. Hal ini

disebabkan adanya perbedaan tingkat kematian, tingkat kelahiran, dan

jumlah perkawinan.

11

3. Faktor kebudayaan dan teknologi

Daerah dengan masyarakat yang memiliki pola pikir modern dan

pembangunan fisik yang pesat akan tumbuh lebih cepat dibandingkan

dengan daerah lain.

Ketidakmerataan persebaran penduduk di Indonesia menyebabkan

kepadatan penduduk berbeda-beda pada setiap daerah. Ada daerah dengan

kepadatan penduduk tinggi dan ada pula daerah dengan kepadatan

penduduk rendah.

Kepadatan penduduk dapat dibedakan atas dua macam, yaitu sebagai

berikut:

1. Kepadatan penduduk aritmatik, yaitu jumlah rata-rata penduduk per

luas wilayah.

Kepadatan penduduk aritmatik = jumlah luas wilayah penduduk (Km(jiwa)

2)

Kepadatan penduduk aritmatik sangat mudah dihitung. Data

kepadatan penduduk aritmatik sangat bermanfaat dalam bidang

perencanaan wilayah. Contohnya, dengan mengetahui tingkat kepadatan


penduduk di suatu wilayah, pemerintah daerah dapat membuat

perencanaan pembangunan fasilitas sosial. Jika suatu daerah memiliki

kepadatan penduduk aritmatik rendah, pembangunan masalah kesehatan,

seperti puskesmas, dapat digabung dengan daerah lain yang berdekatan.

Perencanaan pembangunan wilayah permukiman juga memerlukan data

kepadatan penduduk aritmatik.

2. Kepadatan Penduduk Agraris, yaitu jumlah rata-rata penduduk petani

per luas lahan pertanian. Kepadatan penduduk agraris dapat dihitung

dengan rumus:

Kepadatan penduduk agraris = jumlah luas lahan penduduk pertanian petani (Km(jiwa)

2)

Kepadatan penduduk di Indonesia antara pulau satu dengan pulau

yang lain tidak seimbang. Selain itu, kepadatan penduduk antara provinsi

yang satu dengan provinsi yang lain juga tidak seimbang. Hal ini

disebabkan persebaran penduduk Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa.

Padahal luas wilayah Pulau Jawa hanya sebagian kecil dari luas wilayah

12

Indonesia. Akibatnya pulau Jawa memiliki tingkat kepadatan penduduk

yang tinggi.

Kepadatan penduduk erat kaitannya dengan kemampuan wilayah

dalam mendukung kehidupan penduduk. Daya dukung lingkungan pada

berbagai daerah di Indonesia tidak sama. Daya dukung lingkungan di

Pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan pulau-pulau lain. Setiap satuan luas

di wilayah Pulau Jawa dapat mendukung kehidupan lebih banyak

dibandingkan dengan Pulau Kalimantan, Papua, Sulawesi, dan Sumatera.

E. PROYEKSI PENDUDUK

Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk di masa yang

akan datang berdasarkan asumsi arah perkembangan fertilitas, mortalitas dan

migrasi. Di Indonesia data penduduk yang dapat dipakai dan dipercaya untuk
keperluan proyeksi adalah berasal dari sensus penduduk (SP) yang

dilaksanakan pada tahun yang berakhiran angka 0 (nol) dan survei antar

sensus (SUPAS) pada tahun kelipatan 5 (lima).

1. Manfaat Proyeksi Penduduk

Salah satu sumber data kependudukan yang dianggap paling

lengkap dan akurat adalah hasil sensus penduduk. Akan tetapi sesnsus

dilakukan setiap 5 tahun sekali bahkan pada umumnya di negara sedang

berkembang dilakukan 10 tahun sekali sehingga tidak dapat memenuhi

permintaan data secara mendesak untuk suatu keperluan tertentu. Untuk

tujuan perencanaan pembangunan dan penilaian program baik oleh

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah diperlukan data-data

kependudukan tidak hanya besar atau jumlahnya saja tetapi komposisi

penduduk menurut umur dan jenis kelamin serta karakteristik sosial

ekonomi baik pada saat sekarang maupun untuk masa yang akan datang.

Untuk tujuan tersebut diperlukan teknik estimasi ataupun proyeksi jumlah

penduduk di masa mendatang beserta struktur umurnya.

Pada masa dahulu, pemerintah tertarik pada ‘population projection’

terutama untuk keperluan pajak atau keperluan mengetahui besarnya

kekuatan negaranya. Pada dekade akhir-akhir ini pemerintah memerlukan

proyeksi penduduk sehubungan dengan tanggungjawabnya untuk

memperbaiki kondisi sosial ekonomi dari rakyatnya melalui pembangunan

yang terencana.

13

Mengingat semua rencana pembangunan, baik ekonomi maupun

sosial, menyangkut pertimbangan tentang jumlahserta karakteristik dari

pendudukdi masa mendatang, proyeksi mengenai jumlah serta struktur

penduduk dianggap sebagai persyaratan minimum untuk proses

perencanaan pembangunan di bidang:

a. Pangan
Untuk menentukan kebutuhan akan bahan pangan sesuai dengan gizi

serta susunan penduduk menurut umur.

b. Kesehatan

Menentukan jumlah medis, dokter, obat-obatan, jumlah tempat tidur di

rumah sakit yang diperlukan selama periode proyeksi.

c. Pendidikan

Proyeksi penduduk dipakai sebagai dasaruntuk memperkirakan jumlah

murid, jumlah guru, gedung-gedung sekolah,, pendidikan pada masa

yang akan datang.

2. Cara Penghitungan Proyeksi Penduduk

Jumlah penduduk di masa yang akan datang dapat diperkirakan

atau diproyeksikan. Informasi mengenai perkiraan jumlah penduduk di

masa yang akan datang sangat penting dalam perencanaan pembangunan.

Misalnya, untuk merencanakan penyediaan sarana dan prasarana

kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Berikut ini metode-metode yang

dapat digunakan untuk memproyeksikan penduduk :

a) Model Geometrik

Asumsi dalam model ini adalah penduduk akan

bertambah/berkurang pada suatu tingkat pertumbuhan (persentase)

yang tetap. Misalnya, jika Pn+1 dan Pn adalah jumlah penduduk dalam

tahun yang berurutan, maka penduduk akan bertambah atau berkurang

pada tingkat pertumbuhan yang tetap (yaitu sebesar Pn+1/Pn ) dari

waktu ke waktu. Menurut Klosterman (1990), proyeksi dengan tingkat

pertumbuhan yang tetap ini umumnya dapat diterapkan pada wilayah,

dimana pada tahun-tahun awal observasi pertambahan absolut

penduduknya sedikit dan menjadi semakin banyak pada tahun-tahun

akhir.

14

Metode geometrik dalam proyeksi penduduk dapat dihitung dengan


menggunakan rumus:

Keterangan:

Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n

Po = jumlah penduduk pada tahun ke-0 atau tahun dasar

n = jumlah tahun antara ke-0 hingga ke-n

r = tingkat pertumbuhan penduduk per tahun (dalam persen)

contoh soal:

Misalkan pada tahun 2001 jumlah penduduk Indonesia tercatat 205 juta

jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk per tahun adalah 1,5%. Berapakah

proyeksi penduduk Indonesia untuk tahun 2016?

Jawab:

Pn = Po (1 + r)n

= 205 (1 + 1,5%)15

= 205 (1 + 0,015)15

= 205 (1,015)15

= 205 (15,225)

= 3.121

Jadi, proyeksi penduduk Indonesia untuk tahun 2016 dengan tingkat

pertumbuhan penduduk 1,5% per tahun adalah 3.121 juta jiwa.

b) Model Aritmatik

Model linear Aritmatik menurut Klosterman (1990) adalah teknik

proyeksi yang paling sederhana dari seluruh model trend. Model ini

menggunakan persamaan derajat pertama (first degree equation).

Berdasarkan hal tersebut, penduduk diproyeksikan sebagai fungsi dari

waktu, dengan persamaan:

Keterangan:

Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun ke depan.

P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal.

r = Angka pertumbuhan penduduk.


n = Jangka waktu dalam tahun.

contoh soal:

Pn = Po (1 + r)n

Pn = Po {1 + (r.n)}

15

Wilayah Jakarta memiliki jumlah penduduk sebanyak 40.000 jiwa pada

tahun 2014 dan pertumbuhan penduduknya sebesar 2% per tahun.

Berapakah jumlah penduduk wilayah jakarta setelah 6 tahun kemudian?

Jawab:

Pn = P0 {1 + (r.n)}

= 40.000 { 1 + (0,02 x 6)}

= 40.000 + 4800

= 44.800 jiwa

Jadi jumlah penduduk Jakarta pada tahun 2020 diperkirakan sebanyak

44.800 jiwa dengan pertumbuhan sebanyak 4.800 jiwa tiap tahunnya.

c) Model Exponensial

Metode eksponensial memiliki asumsi bahwa persentase

pertumbuhan penduduk sama setiap hari. Hasil proyeksi penduduk

dengan menggunakan metode eksponensial akan berbentuk garis

lengkung yang lebih terjal daripada garis lengkung pada metode

geometrik. Metode eksponensial dalam proyeksi penduduk dapat dihitung

dengan menggunakan rumus:

Pn = Po er.n Keterangan:

Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun ke depan. P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal.

r = Angka pertumbuhan penduduk.

n = Jangka waktu dalam tahun.

e = Bilangan eksponensial = 2,7182818.

contoh soal:

Jumlah penduduk wilayah Merauke pada tahun 2013 adalah 10.000 jiwa
dan pertumbuhan penduduk 2% per tahun. Berapakah jumlah

penduduknya pada tahun 2018?

Jawab:

Pn = P0er.n

= 10000 x 2,71828180,02×5

= 10000 x 2,71828180,1

= 11052 jiwa

Jadi jumlah penduduk Merauke pada tahun 2018 sebanyak 11052 jiwa

dengan pertumbuhan sebesar 1052 jiwa tiap tahunnya.

16

d) Metode Double Time

Adalah perhitungan yang memperkirakan kapan terjadi lonjakan

jumlah penduduk dua kali lipat di suatu wilayah.

contoh soal:

Penduduk Indonesia pada akhir tahun 1991 berjumlah 180 juta jiwa dengan

pertumbuhan penduduk alami 2% per tahun. Jika diproyeksikan, maka

kapan jumlah penduduk Indonesia akan mencapai dua kali lipatnya?

Jawab: DT = kr = 702 = 35 tahun Jadi jumlah penduduk Indonesia akan menjadi dua kali lipat atau 360
juta

jiwa pada tahun: 1991 + 35 = 2026.

F. FAKTOR DINAMIKA KEPENDUDUKAN

Penduduk merupakan salah satu faktor pembentuk suatu negara.

Selain itu, penduduk adalah modal utama pembangunan sebuah negara.

Penduduk Indonesia memiliki 4 ciri umum yaitu jumlah penduduk yang terus

bertambah, sebagian besar penduduk berusia muda, persebaran penduduk

yang tidak merata, dan sebagian besar penduduk bekerja di sector pertanian.

Kondisi penduduk di Indonesia dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu natalitas,

mortalitas dan migrasi.

1. Natalitas (Kelahiran)
Gambar 2. Kelahiran Sumber : www.analisadaily.com/tag/k/kelahiran

Kelahiran merupakan salah satu faktor kependudukan yang bersifat

menambah jumlah penduduk. Tingkat kelahiran bergantung pada jumlah

pasangan usia subur dan jumlah bayi yang dilahirkan. Kelahiran bayi dapat

dibedakan menjadi bayi lahir hidup dan bayi lahir mati. Bayi lahir hidup

17

apabila mempunyai tanda-tanda kehidupan sewaktu lahir, misalnya

bernapas, ada gerakan otot, dan ada denyut jantung. Beberapa faktor yang

mendukung kelahiran (pronatalitas) dan menghambat kelahiran

(antinatalitas), antara lain sebagai berikut.

➢ Faktor-faktor pronatalitas

a. Kawin usia muda

Apabila seorang perempuan kawin pada usia muda maka masa

reproduksi perempuan tersebut menjadi lebih lama. Masa reproduksi

yang lama memberikan kesempatan bagi perempuan itu untuk

mempunyai anak lebih banyak dibandingkan dengan perempuan

yang kawin pada usia dewasa.

b. Tingkat kesehatan

Tingkat kesehatan yang rendah menyebabkan banyaknya bayi yang

meninggal menyebabkan orang tua cenderung memilih mempunyai

banyak anak. Hal ini bertujuan apabila ada satu anak yang

meninggal masih ada anak yang lain. Tingkat kesehatan yang baik

juga berperan dalam peningkatan kelahiran, karena semakin baik

kesehatan seorang ibu maka semakin besar kemampuannya untuk

melahirkan anak.

c. Anggapan banyak anak banayak rezeki

Masyarakat agraris tradisional memiliki semboyan banyak anak

banyak rezeki. Hal tersebut terjadi karena masyarakat agraris

tradisional bekerja dengan lebih banyak mengandalkan tenaga


manusia dan hewan.

➢ Faktor-faktor antinatalitas

a. Pembatasan usia menikah

Indonesia menerapkan peraturan pembatasan usia pernikahan.

Batas usia menikah bagi perempuan minimal 16 tahun, sedangkan

bagi laki-laki minimal 19 tahun.

b. Program keluarga berencana

Pemerintah membatasi jumlah kelahiran dengan memasyarakatkan

program keluarga berencana dan menyediakan berbagai peralatan

kontrasepsi. Jumlah anak yang diperbolehkan dalam program KB

adalah maksimal 2 orang. Perencanaan jumlah keluarga dengan

pembatasan juga dapat dilakukan dengan penggunaan alat-alat

kontrasepsi.

18

c. Pembatasan tunjangan anak

Pada pegawai negeri dan karyawan perusahaan tertentu,

diberlakukan pembatasan tunjangan anak. Pembatasan tunjangan

ini akan mendorong para pegawai untuk memiliki jumlah anak sesuai

syarat untuk mendapatkan tunjangan.

d. Anak merupakan beban

Masyarakat modern memiliki anggapan bahwa anak merupakan

beban bagi orang tua. Orang tua harus menyiapkan berbagai fasilitas

kesehatan, sosial, dan pendidikan bagi anak-anaknya.

Pengukuran kelahiran dapat dilakukan melalui beberapa cara.

a. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate- CBR)

Angka kelahiran kasar (crude birth rate atau CBR) menunjukkan jumlah

kelahiran tiap 1.000 penduduk setiap tahun, dengan rumus sebagai

berikut.

CBR = BP x k
Keterangan:

B = jumlah anak yang lahir (birth) pada tahun tertentu

P = jumlah penduduk (population) pada pertengahan tahun

k = konstanta (1.000)

Angka kelahiran kasar dapat dibedakan menjadi tiga golongan,

yaitu sebagai berikut.

a. Tinggi, jika angka kelahiran kasar suatu daerah lebih dari 30 tiap

1.000 orang.

b. Sedang, jika angka kelahiran kasar suatu daerah berkisar antara 20-

30 tiap 1.000 orang.

c. Rendah, jika angka kelahiran kasar suatu daerah kurang dari 20 tiap

1.000 orang.

contoh soal:

Pada suatu daerah terdapat penduduk sejumlah 25 juta orang dan

jumlah bayi yang lahir dalam setahun sebanyak 500.000 orang.

Berapakah nilai CBR untuk daerah tersebut?

CBR = BP x k

= 500.000

25.000.000 x 1.000

19

= 20 bayi/1.000 wanita

Jadi, nilai CBR daerah tersebut adalah 20 bayi/1.000 wanita.

b. Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Birth Rate -ASBR)

Cara pengukuran kelahiran menggunakan metode CBR seringkali

dianggap kurang memuaskan karena tidak memperhatikan pembagian

menurut jenis kelamin dan golongan umur. Oleh karena itu,

digunakanlah cara pengukuran kelahiran dengan mempertimbangkan

umur yaitu cara age specific birth rate (ASBR). ASBR adalah angka yang

menunjukkan jumlah kelahiran setiap 1.000 wanita golongan umur


tertentu setiap tahun. Nilai ASBR dihitung dengan rumus sebagai

berikut.

ASBR = BxPx x k

Keterangan :

Bx = jumlah anak yang lahir dari wanita kelompok umur x

Px = jumlah wanita pada kelompok umur x

k = konstanta (1.000)

Penduduk bisa digolongkan dalam kelompok umur tertentu, misalnya

kelompok umur lima tahunan, yaitu 20 – 24 tahun, 25 – 29 tahun, 30 –

34 tahun, dan seterusnya.

contoh soal:

Pada suatu wilayah terdapat 100.000 wanita yang berumur antara 25 –

29 tahun, dan jumlah kelahiran dari wanita dalam kelompok umur

tersebut sebanyak 20.000 orang. Berapakah nilai ASBR wilayah

tersebut? ASBR = BxPx x k ASBR = 20.000

100.000 x 1.000 = 200 bayi/1.000 wanita

Jadi, ASBR daerah tersebut adalah 200 bayi dari setiap 1.000 wanita

pada kelompok umur 25 – 29 tahun.

20

2. Mortalitas (Kematian)

Gambar 3. Mortalitas Sumber: www.google.com

Pertumbuhan jumlah penduduk dipengaruhi oleh tingginya tingkat

kematian. Tingkat kematian adalah jumlah kematian per 1.000 penduduk

setiap tahun. Tingkat kematian pada suatu kelompok penduduk berbeda

dengan tingkat kematian penduduk pada kelompok lainnya. Biasanya

tingkat kematian penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan

penduduk perempuan.

Negara maju umumnya mempunyai tingkat kematian yang lebih

rendah dibandingkan dengan negara berkembang. Tingkat kematian


penduduk dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi sosial, ekonomi,

pekerjaan, tempat tinggal, pendidikan, dan jenis kelamin. Semua faktor

tersebut, menurut sifatnya, dapat dibedakan menjadi faktor pendukung

kematian (pro-mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti-mortalitas)

sebagai berikut.

➢ Faktor-faktor anti-mortalitas

a. Fasilitas kesehatan yang memadai.

b. Lingkungan yang bersih dan teratur.

c. Ajaran agama yang melarang bunuh diri.

d. Tingkat kesehatan yang tinggi.

➢ Faktor-faktor pro-mortalitas

a. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan.

b. Gaya hidup tidak sehat dan penggunaan narkoba

c. Kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai, seperti rumah sakit,

peralatan kesehatan, dan obat-obatan.

d. Sering terjadi kecelakaan lalu lintas

e. Terjadi bencana alam yang mengakibatkan korban jiwa

21

f. Terjadi peperangan

Pengukuran tingkat kematian dapat dilakukan melalui beberapa cara.

a. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate atau CDR)

Angka kematian kasar (crude death rate atau CDR) adalah angka yang

menunjukkan jumlah kematian dari setiap 1.000 penduduk per tahun,

dengan rumus sebagi berikut. CDR = DP x k Keterangan:

D = jumlah kematian

P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun

k = konstanta (1.000)

Angka kematian kasar dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu

sebagai berikut.
1) Tinggi, jika angka kematian kasar suatu daerah lebih dari 20 orang

dari setiap 1.000 penduduk.

2) Sedang, jika angka kematian kasar suatu daerah berkisar antara 10 –

20 orang dari setiap 1.000 penduduk.

3) Rendah, jika angka kematian kasar suatu daerah kurang dari 10 orang

dari setiap 1.000 penduduk.

Contoh soal:

Jumlah penduduk suatu negara pada pertengahan tahun adalah 25 juta

jiwa. Pada tahun tersebut terdapat 50.000 orang yang meninggal dunia.

Berapakah tingkat kematian pada negara tersebut?

CDR = DP x k

= 50.000

25.000.000 x 1.000 = 2 orang

Jadi, besar CDR untuk negara tersebut adalah 2 orang dari setiap 1.000

penduduk.

b. Angka Kematian Menurut Umur (Age Specific Death Rate atau ASDR)

Angka kematian menurut umur (age specific death rate atau ASDR)

adalah angka yang menyatakan banyaknya kematian pada kelompok umur

tertentu dari setiap 1.000 penduduk dalam kelompok umur yang sama. Bila

dibandingkan dengan CDR, hasil perhitungan ASDR lebih teliti karena

didasarkan pada kelompok umur. Rumus untuk menghitung angka

kematian menurut umur adalah sebagai berikut.

22

ASDR = DxPx x k Keterangan

Dx = jumlah kematian dalam kelompok umur x

Px = jumlah penduduk pada kelompok umur x

k = konstanta (1.000)

Contoh soal:

Pada suatu daerah terdapat penduduk berusia antara 50 – 55 tahun


sebanyak 1.000.000 orang. Pada golongan umur tersebut terjadi 10.000

kematian dalam setahun. Berapakah besar ASDR untuk daerah tersebut?

ASBR = DxPx x k ASBR = 10.000

1.000.000 x 1.000 = 10 orang Jadi, besar ASDR daerah tersebut adalah 10 orang dari tiap 1.000

penduduk golongan usia 50 – 55 tahun.

3. Migrasi Migrasi adalah pergerakan atau perpindahan penduduk dari suatu

tempat ke tempat lain, dan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pertambahan penduduk di suatu daerah atau suatu negara.

Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi

pertumbuhan penduduk, selain kelahiran dan kematian. Migrasi secara

regional dan lokal sangat penting, berkaitan dengan densitas atau

kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merata. Ketidakmerataan

inilah yang menjadi salah satu pendorong dan penarik orang-orang dalam

melakukan migrasi.

Pada umumnya, orang melakukan migrasi karena keinginan untuk

meningkatkan taraf hidup. Alasan lain adalah karena adanya faktor-faktor

yang memaksa dirinya untuk berimigrasi dari daerah asalnya ke daerah

yang baru. Contohya adalah bencana alam, konflik sosial, peperangan, atau

tingginya frekuensi tindak kejahatan di suatu wilayah.

G. MOBILITAS PENDUDUK

merupakan gerak penduduk yang melewati batas wilayah dan dalam

periode waktu tertentu. Batas wilayah tersebut umumnya digunakan batas

administrasi seperti batas negara, propinsi, kabupaten, kecamatan,

kelurahan/desa, dan dusun. Mobilitas berkaitan dengan move yang berarti

23

bergerak. Mobilitas penduduk merupakan perpindahan yang tidak disertai

dengan unsur niatan untuk menetap di daerah tujuan.

Mobilitas dapat dibedakan antara mobiltas horizontal dan mobilitas

vertikal. Mobilitas vertikal sening disebut perubahan status pekerjaan.


Misalnya seseorang yang sebelumnya bekerja di sektor pertanian sekarang

bekerja di bidang non peranian. Mobilitas horizontal sering disebut dengan

istilah mobilitas geografis, adalah gerak (movement) yang melewati batas

wilayah menuju wilayah yang lain pada periode waktu tertentu.

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam melaksanakan sensus penduduk

Indonesia menggunakan batas propinsi menjadi batas wilayah, sedangkan

batas waktu digunakan enam bulan atau lebih. Jadi menurut definisi yang

dibuat BPS, sesorang disebut migran apabila orang bergerak melintasi batas

propinsi menuju ke propinsi lain, dan lamanya tinggal di popinsi tujuan adalah

enam bulan atau lebih. Atau seseorang disebut migran walaupun waktu di

propinsi tujuan kurang dan enam bulan, tetapi orang tersebut berniat untuk

tinggal menetap. Jika waktunya kurang dari 6 bulan dan tidak mempunyai

niatan untuk menetap maka dinamakan mobilitas.

Gambar 4. Mobilitas penduduk Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-


MDFoeEeRvIg/UqyAIrdS_II/AAAAAAAAP0g/2lWrdCZIACI/s1600/tjuyjuyf.jpg diunduh tanggal 18 April
2017

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Penduduk

a. Faktor Pendorong

Beberapa faktor pendorong yang berasal dari daerah asal yaitu:

1) Turunnya sumber daya alam.

2) Hilangnya mata pencaharian.

3) Diskriminasi yang bersifat penekanan atau penyisihan

24

4) Memudarnya rasa ketertarikan oleh karena kesamaan kepercayaan,

kebiasaan atau kebersamaan perilaku baik antar anggota keluarga

maupun masyarakat sekitar.

5) Menjauhkan diri dari masyarakat oleh karena tidak lagi kesempatan

untuk pengembangan diri, pekerjaan atau perkawinan.

6) Menjauhkan diri dari masyarakat oleh karena bencana alam seperti


banjir, kebakaran, kekeringan, gempa bumi, atau epidemic penyakit.

b. Faktor Penarik

Beberapa faktor pendorong yang berasal dari daerah tujuan yaitu:

1) Kesempatan yang melebihi untuk bekerja sesuai dengan latar belakang

profesinya dibandingkan di daerah asal.

2) Kesempatan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.

3) Kesempatan yang lebih tinggi memperoleh pendidikan atau pelatihan

sesuai dengan spesialisasi yang dikehendaki.

4) Keadaan lingkungan yang menyenangkan, seperti perumahan, sekolah,

dan fasilitas umum lainnya.

5) Ketergantungan, seperti dari seorang isteri terhadap suaminya yang

tinggal di tempat yang dituju.

6) Penyediaan untuk melakukan berbagai kegiatan yang berbeda atau yang

baru dilihat dari berbagai sisi lingkungan, penduduk atau budaya

masyarakat sekitar.

2. Kendala Mobilitas Penduduk

Faktor kendala merupakan faktor yang terletak diantara daerah asal

dan daerah tujuan. Yang termasuk dalam faktor ini,misalnya jarak,

aksesibilitas, jenis transportasi, dan biaya transportasi. Jarak yang dekat

dan mudahnya transportasi mendorong terjadinya mobilitas penduduk.

Gambar 5. Aksesibilitas buruk

25

Sumber: http://www.rmolsumsel.com/images/berita/thumb_275582JalanRusak.jpg diunduh tanggal 18


April 2017

3. Macam-Macam Mobilitas

a. Mobilitas Permanen (Tetap/Migrasi)

Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain

dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Secara garis besar

migrasi dapat dibagi menjadi dua,yaitu :


1) Migrasi Internasional

Migrasi internasional yang dapat di bedakan atas migrasi masuk

(imigrasi), migrasi keluar (emigrasi) dan remigrasi.

a) Imigrasi

Imigrasi adalah masuknya penduduk suatu negara ke negara kita

baik untuk maksud berkunjung, bekerja ataupun kepentingan

lain dalam waktu tertentu (lebih dari 6 bulan) atau untuk

selamanya.Contoh: Orang Inggris menikah dengan orang

Indonesia kemudian menetap di Indonesia. Imigrasi dalam jumlah

besar biasanya disebabkan oleh konflik di suatu negara.

Gambar 6. Imigran Tidak Resmi Sumber: http://cdn.gresnews.com/2012721Imigran- portaltiga.jpeg


diunduh tanggal 18 April 2017 b) Emigrasi

Emigrasi adalah perpindahan penduduk dari negara kita ke

negara lain dengan tujuan untuk menetap selamanya atau

bekerja(lebih dari 6 bulan). Contoh: perginya orang Indonesia

(TKI) ke timur tengah untuk bekerja dan menetap disana.

26

Gambar 7. TKI Sumber: http://www.boombastis.com/wp-content/01/TKI-rela- berjauhan.jpg diunduh


tanggal 18 April 2017 c) Remigrasi

Remigrasi merupakan kembalinya penduduk dari suatu negara

ke negara asalnya.Contoh: Orang Indonesia yang kembali ke

Indonesia setelah lama bekerja di Malaysia.

Gambar 8. TKI Kembali Ke Tanah Air

Sumber: http://www.suaramerdeka.com/harian/0706/23/sm1ceriyati123.j pg diunduh tanggal 18 April


2017

2) Migrasi Internal/Transmigrasi

Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari daerah yang

padat penduduknya ke daerah yang jarang penduduknya dan

masih berada dalam satu wilayah negara. Contoh:pindahnya

penduduk dari Jawa kedaerah daerah di Sumatra, Kalimantan,


Papua, dsb.

27

Gambar 9. Permukiman Penduduk Transmigran Sumber:


https://cdn.tmpo.co/data/2012/12/28/id_158477/158477_620. jpg diunduh tanggal 18 April 2017

➢ Tujuan Transmigrasi

a) Mengusahakan kekayaan alam di luar pulau jawa.

b) Supaya terjadi asimilasi antar suku sehingga perasaan

kesukuan hilang. Ini merupakan salah satu realisasi dari

Sumpah Pemuda.

c) Untuk pertahanan keamanan dan ketahanan nasional.

d) Penyebaran penduduk supaya merata,sehingga program

pembangunan dapat merata ke seluruh pelosok tanah air.

➢ Jenis-Jenis Transmigrasi

a) Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang dilakukan dan

dilaksanakansebagai program pemerintah. Konsekuensinya semua

pembiayaan ditanggung oleh pemerintah, seperti ongkos perjalanan,

jaminan hidup selama areal pertaniannya belum menghasilkan,

tempat permukiman, dan perlengkapan lainnya di tempat

transmigrasi.

b) Transmigrasi khusus, yaitu transmigrasi yang dilaksanakan oleh

pemerintah karena suatu keadaan atau tujuan tertentu, seperti ada

bencana, dan transmigrasi yang dilakukan oleh para veteran

TNI/Polri demi menjaga stabilitas keamanan di kawasan tertentu.

c) Transmigrasi spontan (swakarsa), yaitu transmigrasi yang dilakukan

atas prakarsa atau keinginan penduduk sendiri. Sehingga

konsekuensi biayanya ditanggung sendiri oleh penduduk yang

28

melakukan transmigrasi. Pemerintah hanya menyediakan lahan 2 Ha

di lokasi beserta kelengkapan pertanian termasuk bibit.


d) Transmigrasi swakarya, yaitu transmigrasi yang terjadi atas inisiatif

penduduk, tetapi pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah dan

pelaku transmigrasi sendiri. Sehingga ada kerja sama antara pihak

peminat transmigrasi dan penyelenggara transmigrasi, dalam hal ini

pemerintah.

e) Transmigrasi lokal, yaitu transmigrasi yang dilakukan dari suatu

daerah ke daerah lain yang masih dalam kawasan tujuan

transmigrasi dan masih dalam satu provinsi.

f) Transmigrasi bedol desa, yaitu transmigrasi yang dilakukan oleh

seluruh penduduk desa termasuk seluruh aparatur desanya ke pulau

lain, dikarenakan desa tersebut terkena proyek pemerintah, seperti

pembuatan jalan, jembatan, atau bendungan.

g) Transmigrasi sektoral, adalah transmigrasi yang dilakukan oleh

penduduk suatu daerah menuju pulau lain, dimana pembiayaan

ditanggung oleh pemerintah daerah asal para transmigran dan

pemerintah daerah yang menjadi tujuan transmigrasi.

Gambar 10. Persebaran Daerah Tujuan Transmigrasi Sumber:


http://gaktauapaalamatnya.blogspot.co.id/2015/10/perkembangan- masyarakat-indonesia.html
diunduh tanggal 18 April 2017 ➢ Dampak Positif

a) Memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa dengan akulturasi atau

perpaduan budaya antara transmigran dengan penduduk asli.

b) Terjadi peningkatan kesejahteraan hidup para transmigran.

c) Pemerataan kepadatan penduduk.

29

d) Merangsang pembangunan daerah baru.

➢ Dampak Negatif

a) Berkurangnya areal hutan untuk lahan permukiman

b) Terganggunya habitat satwa di daerah tujuan transmigrasi

c) Pada beberapa kasus, transmigrasi menimbulkan kecemburuan


sosial antara penduduk asli dengan para pendatang

b. Mobilitas Non Permanen / Mobilitas Sirkuler (Tidak Tetap)

Mobilitas sirkuler atau mobilitas non permanen adalah gerak

penduduk dari suatu wilayah menuju ke wilayah lain dengan tidak ada

niatan menetap di daerah tujuan. Sebagai contoh, di Indonesia mobilitas

penduduk sirkuler dapat didefinisikan sebagai gerak penduduk yang melintas

batas propinsi menuju ke propinsi lain dalam jangka waktu kurang enam

bulan. Hal ini sesuai dengan paradigma geografis yang didasarkan atas

konsep ruang (space) dan waktu (time). Data mobilitas penduduk sirkuler

sukar didapat. Hal ini disebabkan para pelaku mobilitas sirkuler tidak

memberitahu kepergian mereka kepada kantor desa di daerah asal, begitu

juga dengan kedatangan mereka di daerah tujuan. Meskipun deminian,

dengan segala keterbatasan data, mobilitas penduduk Indonesia, baik

permanen maupun nonpermanent (sirkuler) diduga frekuensinya akan terus

meningkat dan semakin lama semakin cepat, hal ini dipengaruhi oleh

tersedianya prasarana transport dan komunikasi yang mewadai dan modern.

➢ Jenis-Jenis Mobilitas Sirkuler

Berdasarkan intensitas waktunya, sirkulasi dapat dibedakan menjadi

sirkulasi harian, mingguan, atau bulanan.

1) Sirkulasi Harian

Sirkulasi harian adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke

daerah lain yang dilakukan pada pagi hari dan kembali pada sore atau

malam harinya (ulang-alik tanpa menginap). Pelaku sirkulasi ulang-

alik ini disebut dengan penglaju atau komuter.

2) Sirkulasi Mingguan

Sirkulasi mingguan adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah

ke daerah lain pada awal pekan dan akan kembali pada akhir pekan

(ulang-alik dengan menginap).

3) Sirkulasi Bulanan
Sirkulasi bulanan adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke

daerah lain yang dilakukan sebulan sekali. Sirkulasi bulanan terjadi

30

jika jarak tempuh antardaerah relatif jauh, sehingga dianggap tidak

efektif (baik dari segi waktu atau biaya) untuk melakukan sirkulasi

harian atau mingguan.

4) Sirkulasi Musiman

Mereka pindah ke kota pada saat musim tanam tiba karena tidak

punya aktivitas di sawah. Sedangkan ketika musim panen tiba, mereka

balik lagi ke kampung halamannya masing-masing untuk melakukan

panen. Gambar 11. Penglaju Yang Melakukan Mobilitas Harian

Sumber: http://kliqcommuter.com/wp- content/uploads/2016/10/penumpang1.jpg

diunduh tanggal 18 April 2017

➢ Faktor-Faktor Penyebab Mobilitas Sirkuler

1) Faktor Sentrifugal dan Sentripetal

Kekuatan sentrifugal adalah kekuatan yang terdapat di suatu wilayah

yang mendorong penduduk untuk meinggalkan daerahnya. Sementara

itu, kekuatan sentripetal adalah kekuatan yang mengikat penduduk

untuk tetap tinggal di daerahnya. Kedua kekuasaan ini tarik-menarik.

Kurangnya kesempatan kerja di bidang pertanian, nonpertanian, dan

terbatasnya fasilitas pendidikan yang ada mendorong orang untuk pergi

ke daerah yang tersedia fasilitas yang lebih lengkap. Hal-hal yang

mengikat penduduk untuk tetap tinggal didesa, antara lain sebagai

berikut.

o Jalinan persaudaraan dan kekeluargaan di antara warga desa yang

sangat erat.

o Adanya sistem gotong-royong yang kuat di pedesaan.

o Penduduk sangat erat dengan tanah pertaniannya.

o Warga desa terikat pada desa tempat mereka tinggal.


31

Adanya kekuatan yang terik-menarik tersebut mengakibatkan

penduduk yang bersangkutan melaksanakan mobilitas sirkuler.

2) Perbaikan Sarana Transportasi

Dorongan untuk melaksanakan mobilitas sirkuler dipengaruhi oleh

adanya perbaikan sarana transportasi yang menghubungi antardesa

dan kota. Sebelumnya, penduduk desar yang bekerja di kota terpaksa

mondok di kota, tetapi setelah jalan-jalan diperbaiki dan banyaknya

kendaraan umum, mereka mejadi penglaju (malaju; pagi berangkat ke

kota sore pulang ke desa).

3) Kesempatan kerja di sektor informal lebih besar dibanding sektor

formal\

Kecilnya pendapatan penduduk yang bekerja di kota dan tingginya

biaya hidupakan menyulitkan untuk tinggal di kota bersama

keluarganya. Inilah sebabnya mengapa sebagian dari mereka tetap

tinggal di desa dan tiap hari menjadi penglaju ke kota. Dengan tinggal

di desa, disamping biaya hidup murah penduduk dapat bekerja di

sawah atau di ladang setelah bekerja di kota. Ini berarti mereka dapat

menambah penghasilan mereka.

➢ Dampak Mobilitas Sirkuler

1) Dampak Positif

a) Terjadinya penyerapan tenaga kerja dari luar daerah

b) Memperoleh tenaga kerja dengan upah yang relatif lebih murah

c) Tejadinya pemerataan pendapatan

d) Adanya arus penglaju dapat meningkatkan sarana dan prasarana

transportasi

2) Dampak Negatif

a) Menimbulkan kemacetan pada jam-jam tertentu

b) Mengurangi peluang kerja bagi penduduk asli


c) Terjadi kepadatan di kota pada jam-jam tertentu sehingga

meningkatkan beban kota yang bisa berdampak pada kondisi

kesehatan lingkungan

c. Urbanisasi

Pengertian urbanisasi umumnya yang kita kenal adalah perpindahan

dari desa ke kota. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu

proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah

32

perkotaan. Urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengkotaan

suatu wilayah. Proses pengkotaan ini dapat diartikan dalam dua pengertian.

Pengertian pertama, adalah merupakan suatu perubahan secara esensial

unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya wilayah karena percepatan

kemajuan ekonomi. Contohnya adalah daerah Cibinong dan Bontang yang

berubah dari desa ke kota karena adanya kegiatan industri. Pengertian

kedua adalah banyaknya penduduk yang pindah dari desa ke kota, karena

adanya penarik di kota, misal kesempatan kerja.

Urbanisasi merupakan suatu proses pembentukan kota, suatu proses

yang digerakkan oleh perubahan struktural dalam masyarakat sehingga

daerah-daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan dengan struktur

mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan masyarakatnya

lambat laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat

kehidupan kota. Pengertian kedua dari urbanisasi adalah, bahwa urbanisasi

menyangkut adanya gejala perluasan pengaruh kota ke pedesaan.

Dari beberapa pengertian mengenai urbanisasi yang diuraikan di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian urbanisasi adalah

merupakan suatu proses perubahan dari desa ke kota yang meliputi

wilayah/ daerah beserta masyarakat di dalamnya dan dipengaruhi oleh

aspek-aspek fisik/ morfologi, sosial, ekonomi, budaya, dan psikologi

masyarakatnya.
Gambar 12. Ilustrasi Arus Urbanisasi Sumber: http://membunuhindonesia.net/wp-
content/uploads/2016/07/arus-balik.jpg diunduh tanggal 18 April 2017

➢ Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Urbanisasi

1) Faktor Pendorong Dari Desa

a) Kurang dan terbatasnya kesempatan kerja atau lapangan kerja di

pedesaan.

33

b) Upah kerja di pedesaan relatif rendah.

c) Fasilitas dan infrastruktur kehidupan di pedesaan kurang

tersedia dan tidak memadai.

d) Tanah pertanian di pedesaan banyak yang sudah tidak produktif

karena tidak subur atau mengalami kekeringan.

e) Kehidupan pedesaan lebih monoton daripada perkotaan.

f) Timbulnya bencana di pedesaan, seperti banjir, gempa bumi,

kemarau panjang, dan wabah penyakit.

g) Momentum hari raya atau hari-hari tertentu.

2) Faktor Penarik Dari Kota

a) Kesempatan kerja di perkotaan lebih banyak dibandingkan

dengan di pedesaan.

b) Upah kerja yang tinggi di perkotaan.

c) Kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, ilmu

pengetahuan, dan teknologi sangat menarik untuk kehidupan

sosial.

d) Tersedia beragam fasilitas kehidupan dan infrastruktur, seperti

fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi, dan pusat-

pusat perbelanjaan.

➢ Dampak Negatif Urbanisasi

1) Bagi Desa

a) Terhambatnya pembangunan desa karena desa kekurangan tenaga


kerja sumber daya manusia . Biasanya, orang-orang muda yang

pindah ke kota merupakan orang-orang muda yang berpendidikan

yang mencari pekerjaan di Jakarta padahal sangat dibutuhkan

potensinya untuk membangun desa menjadi lebih baik. Contohnya

saja seorang sarjana pendidikan mereka lebih memilih menjadi guru

dijakarta karena tunjangan dan fasilitas yang diberikan dijakarta

lebih lengkap dari pada di desa. Akan tetapi hal tersebut membuat

perkembangan pendiidkna di desa tidak dapat berjalan dengan baik.

b) Akibat dari yang pertama di atas akan berdampak lebih lanju

terhadap menurunnya produktifitas sektor pertanian yang menjadi

tumpuan hidup sebagian besar masyarakat desa. Kekuranggan

sumber daya yang berkualitas membuat para petani hanya

menggunakan sumber daya dan teknologi seadaya dalam sektor

34

pertanian dan produksinya tidak sebanyak bila menggunakan orang-

orang yang berkompeten dalam bidang pertanian.

c) Masuknya budaya kota yang kurang baik ke desa, seperti mabuk-

mabukan, pergaulan bebas, dan lain-lain

2) Bagi Kota

a) Sifat Konsumtif.Sifat manusia cenderung konsumtif, yang berarti

bahwa konsumen selalu mengkonsumsi produk atau jasa sepanjang

waktu. Perilaku konsumtif ini muncul selain dikarenakan untuk

pemenuhan kebutuhan yang sangat beragam, tetapi juga untuk

mengikuti trend yang berkembang di pasar.

b) Kekumuhan kota.Hal ini bisa terjadi karena terlalu banyaknya

imigran yang datang ke jakarta tidak dapat membangun rumah yang

layak yang pada akhirnya mereka membuat tempat tinggal di tanah-

tanah milik negara misalnya di bantaran kali, dipinggiran rel,

dibawah kolong jembatan yang sebernarnya hal tersebut hanya


memperburuk tata kota di jakarta.Tata kota suatu daerah tujuan

urban bisa mengalami perubahan dengan banyaknya urbanisasi.

Urban yang mendirikan pemukiman liar di pusat kota serta

gelandangan-gelandangan di jalan-jalan bisa merusak sarana dan

prasarana yang telah ada, misalnya trotoar yang seharusnya

digunakan oleh pedestrian justru digunakan sebagai tempat tinggal

oleh para urban. Hal ini menyebabkan trotoar tersebut menjadi kotor

dan rusak sehingga tidak berfungsi lagi.

c) Kemacetan lalu lintas.Padatnya penduduk di kota menyebabkan

kemacetan dimana-mana, ditambah lagi arus urbanisasi yang makin

bertambah. Para urban yang tidak memiliki tempat tinggal maupun

pekerjaan banyak mendirikan pemukiman liar di sekitar jalan,

sehingga kota yang awalnya sudah macet bertambah macet. Selain

itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan sehingga menambah

volum kendaraan di setiap ruas jalan di kota.

d) Kriminalitas yang tinggi. Kepergian penduduk desa ke kota untuk

mengadu nasib tidaklah menjadi masalah apabila masyarakat

mempunyai keterampilan tertentu yang dibutuhkan di kota. Namun,

kenyataanya banyak diantara mereka yang datang ke kota tanpa

memiliki keterampilan kecuali bertani.Oleh karena itu, sulit bagi

mereka untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa

35

bekerja sebagai buruh harian, penjaga malam, pembantu rumah

tangga, tukang becak, masalah pedagang kaki lima dan pekerjaan

lain yang sejenis.Hal ini akhirnya akan meningkatkan jumlah

pengangguran di kota yang menimbulkan kemiskinan dan pada

akhirnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, orang orang

akan nekat melakukan tindak kejahatan seperti mencuri, merampok

bahkan membunuh. Ada juga masyarakat yang gagal memperoleh


pekerjaan sejenis itu menjadi tunakarya, tunawisma, dan tunasusila.

e) Struktur kota yang berantakan.Membeludaknya penduduk yang

migrasi ke jakarta membuat struktur kota yang telah disusun secara

rapih menjadi berantakan akibat tidak seimbangnya antara struktur

yang ada dengan penduduk yang bertambah.

f) Menambah polusi di daerah perkotaan.Masyarakat yang melakukan

urbanisasi baik dengan tujuan mencari pekerjaan maupun untuk

memperoleh pendidikan, umumnya memiliki kendaraan.

Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang

membanjiri kota yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi

atau pemcemaran seperti polusi udara dan kebisingan atau polusi

suara bagi telinga manusia. Ekologi di daerah kota tidak lagi terdapat

keseimbangan yang dapat menjaga keharmonisan lingkungan

perkotaan.

➢ Dampak Positif Urbanisasi

1) Terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja di kota. Kota memerlukan

banyak sekali tenaga kerja di bidang industri, transportasi,

perdagangan jasa, dan lain-lain. Dengan adanya urbanisasi

kebutuhan tenaga kerja dengan sendirinya dapat terpenuhi.

2) Meningkatnya aktifitas perekonomian kota. Kota bertambah ramai,

perdagangan semakin meningkat, kehidupan di kota semakin

berkembang dengan banyaknya pendatang-pendatang baru dari luar

kota.

3) Meluasnya kesempatan membuka usaha-usaha baru. Dengan

meningkatnya jumlah penduduk kota, diperlukan banyak fasilitas

untuk melayani kebutuhan masyarakat sehingga kesempatan

membuka usaha baru terbuka lebar seperti usaha bengkel,

transportasi, warung, tukang pangkas rumput, dan sebagainya.

36
4) Meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk desa yang

berurbanisasi ke kota. Orang-orang desa yang telah berhasil di kota,

banyak di antara mereka yang mengirimkan sebagian dari

penghasilannya ke desa untuk inventasi maupun untuk membangun

desanya. Hal ini berarti urbanisasi dapat membawa dampak positif

bagi pembangunan desa.

5) Dapat meningkatkan taraf hidup keluarga yang ditinggalkan di desa.

Jumalah penduduk desa yang sebelumnya tidak sebanding dengan

lapangan kerja yang ada, dengan urbanisasi jumalah penduduk desa

semakin berkurang. Denagn demikian penduduk yang tinggal di

desa, dapat lebih mudah bekerja, misalnya dengan mengelolah lahan

yang ada.

6) Terjadinya percampran antara budaya desa dan kota sehingga antara

orang desa dan orang kota akan saling menyerap kebudayaan yang

baik di antara keduanya.

7) Terjadinya hubungan kekeluargaan yang lebih erat antara orang desa

dengan orang kota.

8) Kota mendapatkan pasokan tenaga kerja yang murah untuk

pembangunan, teutama untuk tenaga kasar yang biasanya enggan

dikerjakan penduduk kota.

9) Mengurangi pengangguranpenduduk di desa.

➢ Usaha-Usaha Menghambat Arus Urbanisasi

Masalah urbanisasi ini dapat ditangani dengan memperlambat

laju pertumbuhan populasi kota yaitu diantaranya dengan membangun

desa , adapun program-program yang dikembangkan diantaranya:

1) intensifikasi pertanian

2) mengurangi/ membatasi tingkat pertambahan penduduk lewat

pembatasan kelahiran, yaitu program Keluarga Berencan

3) memperluas dan mengembangkan lapangan kerja dan tingkat


pendapatan di pedesaan

4) program pelaksanaan transmigrasi.

5) penyebaran pembangunan fungsional di seluruh wilayah

6) pengembangan teknologi menengah bagi masyarakat desa

7) pemberdayaan potensi utama desa perlu dukungan politik dari

pemerintah, diantaranya adanya kebijakan seperti reformasi tanah

37

Berdasarkan kebijakan tersebut, maka yang yang berperan adalah

pemerintah setempat dalam penerapannya. Pemerintah daerah perlu berbenah

diri dan perlu mengoptimalkan seluruh potensi ekonomi yang ada di daerah,

sehingga terjadi kegiatan ekonomi dan bisnis yang benar-benar berorientasi

pada kepentingan warganya. Bukan berarti pemerintah daerah saja yang

berperan, di tingkat pusat, pemerintah juga perlu membuat kebijakan lebih

adil dan tegas terkait pemerataan distribusi sumber daya ekonomi. Arus balik

ialah fenomena tahunan. Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik untuk

mengantisipasi meledaknya jumlah penduduk perkotaan dengan segala

macam persoalannya.

d. Ruralisasi

Ruralisasi adalah kebalikan dari urbanisasi, yaitu perpindahan

penduduk dari kota ke desa. Ruralisasi pada umumnya banyak dilakukan oleh

mereka yang dahulu pernah melakukan urbanisasi, namun banyak juga

pelaku ruralisasi yang merupakan orang kota asli. Faktor yang memengaruhi

terjadinya ruralisasi dibedakan menjadi faktor pendorong dan faktor penarik

berikut.

➢ Faktor Pendorong

1) Kejenuhan tinggal di kota.

2) Harga lahan di kota semakin mahal sehingga tidak terjangkau.

3) Keinginan untuk memajukan desa atau daerah asalnya.

4) Merasa tidak mampu lagi mengikuti dinamika kehidupan di kota.


➢ Faktor Penarik

1) Harga lahan di pedesaan relatif lebih murah.

2) Pola kehidupan masyarakatnya lebih sederhana.

3) Suasana lebih tenang, sehingga cocok untuk penduduk usia tua dalam

menjalani masa pensiun.

4) Adanya perasaan keterkaitan dengan daerah asal atau kenangan masa

kecil.

38

Gambar 13. Jakarta Lengang Sumber: http://beritatrans.com/cms/wp-


content/uploads/2016/01/Jakarta_Sepi.jpg diunduh tanggal 18 April 2017

Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia, migrasi

merupakan perpindahan sumber daya manusia yang umumnya

disebabkan oleh beberapa motif. Motif yang mendasari migrasi antar

daerah (negara) adalah:

➢ Pertama, mereka yang bekerja ke luar negeri dengan tujuan untuk

menjual tenaga, ketrampilan atau kepandaian yang dimiliki.

➢ Kedua, mereka bekerja ke luar negeri sehubungan dengan penjualan

teknologi ataupun penanaman modal.

Arus utama aliran tenaga kerja dari bentuk pertama pada

umumnya berasal dari negara-negara berkembang ke negara-negara maju,

dan dari negara-negara surplus tenaga kerja ke negara-negara kekurangan

tenaga kerja, misalnya migrasi tenaga kerja Indonesia dari berbagai

wilayah ke Malaysia. Sedangkan arus utama dari bentuk kedua pada

umumnya adalah dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang.

Perpindahan tenaga kerja dari negara-negara berkembang ke luar

negeri pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan ekonomi antar

negara. Rendahnya tingkat upah ditambah dengan sulitnya mencari

lapangan pekerjaan yang memadai di negara-negara berkembang dan

adanya kesempatan kerja serta tingginya tingkat upah di negara-negara


maju cenderung mendorong perpindahan tenaga kerja dari negara-negara

berkembang ke negara-negara maju.

Migrasi sebagai salah satu komponen dinamika kependudukan

selalu menjadi perhatian para ahli ekonomi sumber daya manusia karena

berkaitan dengan distribusi tenaga kerja yang terjadi sebagai jawaban

terhadap kebutuhan pasar kerja. Permintaan dan penawaran tenaga kerja

39

selalu berada dalam keseimbangan. Perbedaan kesempatan ekonomi,

terutama perbedaan dalam tingkat upah dianggap sebagai penyebab

utama terjadinya migrasi. Dengan demikian, sebagian terbesar perbedaan

tingkat upah akan menyebabkan makin bertambahnya volume arus

migrasi. Selain itu, jarak merupakan faktor penghalang, di mana semakin

jauh jarak akan menyebabkan semakin sedikit volume migrasi. Jarak

dalam hal ini mencakup variabel-variabel terukur dan tidak terukur seperti

kerugian yang berkaitan dengan migrasi terhadap pengeluaran-

pengeluaran transportasi langsung, biaya-biaya psikis dan informasi yang

semakin berkurang dengan semakin jauhnya jarak. Berkaitan dengan hal

tersebut dapat diambil contoh daerah tujuan migrasi sebagian besar

tenaga kerja Indonesia, misalnya Malaysia, Brunei Darussalam, dan

Singapura. Hampir sebagian besar para emigran Indonesia lebih memilih

menjadikan ketiga negara tersebut sebagai tujuan migrasi dengan alasan

kedekatan jaraknya dengan wilayah Indonesia, dan banyaknya informasi

yang tersedia berkaitan kondisi pekerjaan di negara-negara tersebut.

H. KUALITAS PENDUDUK DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

1. Kualitas Penduduk

Kualitas penduduk dapat dibagi menjadi beberapa kategori

berdasarkan parameter penentunya, diantaranya:

a. Kualitas Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Menurut tingkat pendidikannya, penduduk dapat


dikelompokkan menjadi penduduk buta huruf dan penduduk melek

huruf. Penduduk melek huruf dapat dikelompokkan lagi menurut

tingkat pendidikannya, seperti kelompok tidak bersekolah, tidak tamat

sekolah dasar, tamat sekolah dasar, tamat sekolah menengah pertama,

tamat sekolah menengah atas, dan tamat akademi atau perguruan

tinggi.

Tingkat pendidikan berkaitan dengan penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Tingkat pendidikan yang tinggi

memungkinkan penduduk mengolah sumber daya alam dengan baik.

Di samping itu, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

memudahkan penduduk dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup

sehingga taraf hidupnya meningkat. Sebaliknya, tingkat pendidikan

40

yang rendah dapat menyebabkan lambannya kenaikan taraf hidup dan

menghambat proses pembangunan.

Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya tingkat

pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut:

1) Masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya

pendidikan, sebagian penduduk masih menganggap bahwa

bersekolah tidak penting. Untuk bekal hidup, seorang anak cukup

melanjutkan pekerjaan orang tuanya secara turun temurun.

2) Pendapatan penduduk yang rendah menyebabkan anak tidak dapat

melanjutkan pendidikan karena tidak mempunyai biaya.

3) Tidak meratanya ketersediaan sarana pendidikan. Sarana

pendidikan yang dimaksud, misalnya gedung sekolah, ruang kelas,

buku-buku pelajaran, alat-alat praktikum, dan guru yang

berkualitas. Persebaran gedung sekolah yang tidak merata turut

menyebabkan jangkauan pendidikan tidak merata. Kurangnya

buku-buku pelajaran, alat-alat praktikum, dan guru yang


berkualitas akan menyebabkan proses belajar mengajar tidak

berjalan dengan optimal.

Untuk menaikkan tingkat pendidikan penduduk, pemerintah

Indonesia mengambil langkah-langkah, antara lain sebagai berikut:

1) Membangun sekolah-sekolah baru di daerah-daerah terpencil.

2) Memperbaiki dan menambah jumlah alat-alat praktikum,

laboratorium, perpustakaan, dan buku-buku pelajaran.

3) Menambah jumlah dan meningkatkan kualitas guru.

4) Mencanangkan program wajib belajar dan gerakan nasional orang

tua asuh.

5) Memberikan beasiswa kepada murid-murid kurang mampu yang

berprestasi.

6) Mengimplementasikan Undang-Undang Dasar, khususnya pasal 31

tentang pendidikan

b. Kualitas Penduduk Menurut Tingkat Kesehatan

Salah satu tolok ukur untuk menilai kualitas penduduk suatu

negara adalah tingkat kesehatan. Penduduk suatu negara dikatakan

berkualitas tinggi apabila tingkat kesehatannya juga tinggi. Secara

keseluruhan, dapat dikatakan bahwa tingkat kesehatan penduduk

Indonesia masih tergolong rendah. Rendahnya tingkat kesehatan

41

penduduk antara lain dipengaruhi oeh faktor kualitas makanan,

lingkungan, pola hidup, fasilitas kesehatan, dan ketersediaan tenaga

medis.

Tingkat kesehatan penduduk suatu negara dapat dinilai dari

angka kematian kasar, angka kematian bayi, dan usia harapan hidup.

Tingkat kesehatan penduduk dikatakan tinggi apabila angka kematian

kasar dan angka kematian bayi rendah, tetapi usia harapan hidup

tinggi. Angka kematian kasar adalah jumlah kematian tiap 1.000


penduduk yang lahir hidup dalam satu tahun.

Usia harapan hidup dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas

kesehatan dan fasilitas sosial lainnya. Rendahnya layanan fasilitas

kesehatan dan sosial menurunkan usia harapan hidup. Dalam upaya

meningkatkan kesehatan masyarakat, langkah-langkah yang harus

diambil oleh pemerintah, antara lain sebagai berikut:

1) Memperbanyak jumlah dan meningkatkan fungsi rumah sakit,

puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya.

2) Menambah jumlah serta menaikkan kualitas tenaga medis.

3) Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan, gizi, dan kebersihan

lingkungan.

4) Mengadakan program imunisasi massal secara murah atau gratis.

c. Kualitas Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Semakin tinggi tingkat pendidikan, kualitas tenaga kerja pun

semakin meningkat sehingga lapangan kerja dapat terisi oleh tenaga

kerja berkualitas baik. Lapangan pekerjaan meliputi berbagai bidang

usaha. Misalnya bidang pertanian, kehutanan, perikanan,

pertambangan, industri, perdagangan, pariwisata, kontruksi,

transportasi, dan komunikasi. Peningkatan kualitas tenaga kerja

membuat ketergantungan pada tenaga kerja asing dapat berkurang,

sehingga sumber daya alam yang kita miliki dapat dimanfaatkan

secara optimal untuk meningkatkan taraf hidup penduduk.

Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan

masalah yang harus ditangani secara serius karena sangat

berpengaruh terhadap ketahanan nasional. Pertumbuhan angkatan

kerja cukup tinggi akibat pesatnya pertumbuhan penduduk. Di lain

pihak, tenaga kerja usia muda umumnya kurang atau belum terampil.

Pertumbuhan ekonomi saat ini belum mampu menciptakan lapangan

42
kerja yang dapat menyerap seluruh angkatan kerja. Konsentrasi

penduduk di Pulau Jawa menambah rumit masalah distribusi tenaga

kerja. Keadaan ini merugikan pencari kerja karena mereka terpaksa

menerima syarat kerja dengan kondisi dan upah kerja yang kurang

layak.

Pemerintah mempunyai empat kebijakan umum di bidang

perluasan kesempatan kerja, sesuai dengan asas pemerataan yang

diterapkan sebagai kebijakan umum pembangunan nasional.

Kebijakan tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Kebijakan di bidang ekonomi dan sosial

Kebijakan di bidang ekonomi diterapkan melalui kebijakan

fiskal, moneter, dan investasi yang dapat menumbuhkan

kesempatan kerja. Sementara pada bidang sosial diterapkan

kebijakan kependudukan untuk mewujudkan keluarga sehat dan

sejahtera.

2) Kebijakan sektor produksi

Kebijakan pada berbagai sektor produksi diusahakan melalui

perluasan kesempatan kerja dan peningkatan kapasitas produksi

industri.

3) Kebijakan regional (daerah)

Contoh kebijakan di tingkat daerah adalah pengerahan

tenaga kerja dari daerah yang berkelebihan ke daerah yang

membutuhkan. Misalnya, pengiriman tenaga kerja melalui program

AKAD (Antar-Kerja Antar-Daerah), AKL (Antar Kerja Lokal), dan AKAN

(Antar-Kerja Antar-Negara).

4) Kebijakan khusus

Pemerintah secara khusus menyediakan lapangan kerja bagi

kelompok masyarakat berpendapatan rendah, terutama masyarakat

pedesaan.
Disamping kebijakan umum yang telah diuraikan sebelumnya,

pemerintah juga menjalankan berbagai kebijakan khusus, yaitu

sebagai berikut:

1) Mengurangi pengangguran di daerah-daerah berpenduduk padat,

miskin dan rawan bencana alam melalui berbagai program

pembangunan.

43

2) Meningkatkan penyaluran, penyebaran, dan pemanfaatan tenaga

kerja melalui Program Pembangunan dan Penyebaran Tenaga Kerja

(PPTK) dan bursa tenaga kerja.

3) Meningkatkan keterampilan tenaga kerja yang berpengaruh pada

peningkatan produktivitas melalui program pelatihan keterampilan

tenaga kerja.

4) Meningkatkan hubungan ketenagakerjaan yang mantap dan

dinamis, serta membina kesejahteraan buruh dalam kegiatan

pembangunan melalui program perlindungan tenaga kerja.

d. Kualitas Penduduk Menurut Pendapatan

Setiap manusia memerlukan sandang dan pangan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Sandang dan pangan dapat diperoleh

melalui bekerja atau berusaha. Ketika seseorang bekerja, dia akan

mendapat imbalan berupa upah atau gaji. Sebagian besar penduduk

Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Contoh mata

pencaharian lainnya adalah berdagang, berkebun, buruh industri,

pegawai negeri, perwira TNI, dan polisi. Semua jenis mata pencaharian

perlu dijalani dengan sikap profesionalisme yang tinggi.

Besar penghasilan dapat mempengaruhi taraf hidup seseorang.

Makin tinggi penghasilan, makin tinggi pula taraf hidup seseorang.

Taraf hidup suatu negara dipengaruhi oleh pendapatan rata-rata per

kapita negara tersebut. Pendapatan per kapita dipengaruhi oleh


besarnya pendapatan ekonomi nasional dalam satu tahun yang

disebut GNP (gross national product atau produk domestik bruto) dan

perkembangan jumlah penduduk.

Untuk mengetahui nilai pendapatan perkapita rata-rata di

suatu negara, dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Pendapatan per kapita = jumlah GNP

penduduk

Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP)

adalah indeks yang menggambarkan tingkat kemakmuran suatau

negara. Indeks GNP adalah jumlah nilai atau harga seluruh barang

dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam jangka waktu

44

tertentu. Ketika nilai GNP dibagi dengan jumlah penduduk, hasilnya

menggambarkan pendapatan per kapita, atau kekayaan rata-rata

setiap orang di suatu negara.

2. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

a. Konsep Pembangunan Manusia

Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya.

Pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari

pembangunan, bukan alat dari pembangunan. Tujuan utama

pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan

rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan

kehidupan yang produktif (United Nation Development Programme-UNDP).

IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil

pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan

dan sebagainya. Indeks ini pada 1990 dikembangkan oleh pemenang

nobel India Amartya Sen dan seorang ekonom Pakistan Mahbub ul Haq,

serta dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad

Desai dari London School of Economics. Sejak itu indeks ini dipakai oleh
Program pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya. IPM

dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human

Development Report (HDR). IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar :

1) Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life)

2) Pengetahuan (knowledge)

3) Standar hidup layak (decent standart of living)

Dalam UNDP, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk

memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (“a process of enlarging

people’s choices). Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut

pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas.

Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya

dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari

pertumbuhan ekonominya. Sebagaimana dikutip dari UNDP (Human

Development Report, 1995:103), sejumlah premis penting dalam

pembangunan manusia adalah:

1) Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat

perhatian.

45

2) Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi

penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus berpusat pada

penduduk secara keseluruhan dan bukan hanya pada aspek ekonomi

saja.

3) Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya-

upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga

dalam upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut

secara optimal.

4) Pembangunan manusia didukung oleh empat pilat pokok, yaitu:

produktivitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.


5) Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan

pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk

mencapainya.

b. Komponen Indeks Pembagunan Manusia

Lembaga UNDP telah mempublikasikan laporan pembangunan

sumberdaya manusia dalam ukuran kuantitatif yang disebut Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).

Meskipun IPM merupakan alat ukur pembangunan SDM yang

dirumuskan secara konstan, diakui tidak akan pernah menangkap

gambaran pembangunan SDM secara sempurna. Adapun indikator yang

dipilih untuk mengukur dimensi IPM adalah sebagai berikut :

1) Indeks Pendidikan :

• Rata-rata Lama Sekolah –RLS (Mean Years of Schooling -MYS)

Rata-rata Lama Sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang

digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal.

Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah

suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung

dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk

berusia 25 tahun ke atas.

• Angka Harapan Lama Sekolah - HLS (Expected Years of Schooling -

EYS)

Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah

(dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada

46

umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang

anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya

sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah

penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama

Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS


dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem

pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk

lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai

oleh setiap anak.

2) Indeks Kesehatan :

• Angka Harapan hidup saat lahir –AHH (Life Expectacy)

Angka harapan hidup saat lahir didefinisikan sebagai rata-rata

perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang

sejak lahir. AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu

masyarakat. AHH dihitung dari hasil sensus dan survei

kependudukan.

47

Tabel 2. Perkiraan Angka Harapan Hidup saat lahir Provinsi di Indonesia tahun 2000-2050

2) Indeks Pengeluaran:

• Pengeluaran per Kapita Disesuaikan

Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai

pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purcashing Power Parity-

PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari

Susenas, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata

pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar

2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru

menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan

makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode

penghitungan paritas daya beli menggunakan Metode Rao.

c. Metodologi IPM dan Perbedaan antara yang Lama dan Baru

Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam

penghitungan IPM. Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam

48

mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan


kualitas pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian

besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat

pendidikan antardaerah dengan baik. PDB per kapita tidak dapat

menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.

Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM

menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat

ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain. Berikut ini perbedaan

metode lama dan baru:

1) Indikator

• Angka melek huruf pada metode lama diganti dengan Angka

Harapan Lama Sekolah.

• Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk

National Bruto (PNB) per kapita.

2) Metode Penghitungan

Metode agregasi diubah menjadi rata-rata aritmatik menjadi

rata-rata geometrik. Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam

menyusun IPM dapat diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak

dapat ditutupi oleh capaian di dimensi lain. Artinya, untuk

mewujudkan pembangunan manusia yang baik, ketiga dimensi harus

memperoleh perhatian yang sama besar karena sama pentingnya.

Menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan

dengan baik (diskrimintif):

1) Dengan memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka harapan

lama sekolah, dapat diperoleh gambaran yang lebih relevan dalam

pendidikan dan perubahan yang terjadi.

2) PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan

masyarakat pada suatu wilayah.

d. Menghitung Indeks Komponen IPM dan IPM

Setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum dan


maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM. Rumus yang

digunakan sebagai berikut.

1) Dimensi Kesehatan:

Ikesehatan = AHH –AHH min

AHHmaks – AHH min

49

2) Dimensi Pendidikan :

IHLS = RLS – RLSmin

RLSmaks –RLSmin

Ipendidikan = IHLS + IRLS

3) Dimensi Pengeluaran :

Ipengeluaran = In (pengeluaran) – In (pengeluaranmin)

In(pengeluaranmaks) – In(pengeluaranmin)

IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan,

pendidikan, dan pengeluaran.

IPM = 3 √I(kesehatan) x I(pendidikan) x I(pengeluaran) x 100

Untuk melihat capaian IPM antar wilayah dapat dilihat melalui

pengelompokkan IPM ke dalam beberapa kategori, yaitu:

IPM < 60 : IPM rendah 60 ≤ IPM < 70 : IPM sedang 70 ≤ IPM < 80 : IPM tinggi IPM ≥ 80 : IPM sangat tinggi

e. Manfaat IPM

1) IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam

upaya membangun kualitas hidup manusia (masayarakat/penduduk).

2) IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu

wilayah/negara.

3) Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai

ukuran kinerja pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu

alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

I. BONUS DEMOGRAFI
Fenomena perubahan struktur kependudukan telah terjadi di Indonesai

saat ini, yaitu dengan adanya penduduk usia produktif dalam jumlah tinggi

yang berpotensi menjadi engine of growth bagi perekonomian nasional.

Fenomena itu yang disebut dengan Bonus Demografi, yang diperkirakan akan

mencapai puncaknya pada periode 2010-2025, artinya saat ini (2017) Bonus

Demografi sedang terjadi di Indonesia.

Bonus Demografi berasal dari dua kata yaitu “Bonus” dan

“Demografi”.Kata “Bonus” dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, karya dari

50

Eko Hadi Wiyono (2007) berarti upah di luar gaji resmi (sebagai

tambahan).Dalam bahasa umum berarti keuntungan tambahan.Sedangkan,

kata “Demografi” berarti ilmu yang berkenaan dengan susunan, jumlah dan

perkembangan penduduk.Jadi, Bonus Demografi dapat diartikan secara

sederhana sebagai tambahan yang menguntungkan dalam hal kependudukan.

Merujuk pada kamus United Nations Multilingual Demografphic (dalam

Kominfo, 2012) mengartikan kata “Demografi” sebagai studi ilmiah tentang

kependudukan, terutama terkait dengan jumlah penduduk, struktur serta

perkembangan penduduk dalam sebuah negara. Jadi, jika mengacu dalam

dunia kependudukan, Bonus demografi merupakan suatu fenomena di mana

struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangunan karena

jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) sangat besar, sedang proporsi

usia muda (di bawah 15 tahun) sudah semakin kecil dan proporsi usia lanjut

(65 tahun ke atas) belum banyak. Banyak kalangan yang menyatakan bahwa

Bonus Demografi adalah saat keemasan bangsa Indonesia untuk menjadi

negara besar yang maju dalam pembangunan.

Tabel 3. Data Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia

Sumber: Razali Ritonga (BPS)

Tabel 3. menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia dari tahun

ke tahun selalu mengalami pertambahan, hanya saja pada tahun 2015


menunjukkan bahwa usia produktif (15-64 tahun) hampir berjumlah dua kali

lipat dibandingkan usia tidak produktif (0-14 tahun dan 65+ tahun). Di

Indonesia fenomena ini terjadi karena proses transisi demografi dari proses

Baby boom (ledakan jumlah kelahiran) yang terus berkembang sejak beberapa

tahun lalu kemudian mengalami penurunan jumlah kelahiran yang

diakibatkan oleh keberhasilan pemerintah dalam menurunkan tingkat

kehamilan penduduk (fertility)terutama melalui program KB, meningkatkan

51

kualitas kesehatan dan suksesnya program-program pembangunan lainnya

yang dilaksanakan oleh negara.

Fenomena kependudukan tersebut memunculkan parameter yang

disebut ‘rasio ketergantungan’ (dependency ratio), yaitu rasio yang

menunjukkan perbandingan antara kelompok usia produktif dan non

produktif. Rasio ini sekaligus menggambarkan seberapa banyak orang usia

non produktif yang hidupnya harus ditanggung oleh kelompok usia produktif.

Semakin rendah angka rasio ketergantungan suatu negara, maka negara

tersebut makin berpeluang mendapatkan keuntungan dan keuntungan

tersebut dinamakan Bonus Demografi (BD).Bonus demografi tertinggi biasanya

didapatkan angka ketergantungan pada rentang 40-50%, yang berarti bahwa

100 orang usia produktif menanggung 40-50 orang usia tidak produktif.Bisa

dilihat setiap tahun jumlah penduduk Indonesia meningkat terus menerus.

Gambar 14. Data Angka Rasio Ketergantungan Indonesia Sumber: Razali Ritonga (BPS)

Indikator mulai terjadinya transisi demografi ditandai dengan adanya

perubahan struktur kependudukan yang ditunjukkan dengan berubahnya

angka ketergantungan (dependency ratio) selama kurun waktu 20 s.d 25 tahun

terakhir. Perubahan tersebut dapat terlihat dari tahun 2012 yang

menunjukkan angka ketergantungan menjadi 49,6 yang berarti dari 100

penduduk usia produktif hanya menanggung 49,6 atau 50 penduduk usia

tidak produktif saja dan angka tersebut mengalami penurunan dari tahun
2000 dengan tingkat angka ketergantungan 59,2 menjadi 50,5 pada tahun

52

2010 dan berubah lagi menjadi 49,6 (50) pada tahun 2012. Pada saat angka

ketergantungan sudah mencapai angka 46,9%, artinya sudah masuk dalam

rentang ‘gold period’dalam bonus demografi. Yang menarik adalah bahwa

sekitar 68% dari masyarakat kita berada di rentang usia muda (15-35 tahun)

yaitu periode usia yang sangat produktif. Kaum muda harapan bangsa inilah

yang akan menjadi engine of growth yang akan mendorong pertumbuhan

ekonomi Indonesia semakin kencang.

Selain perubahan dalam struktur kependudukan dan angka

ketergantungan, pola pertumbuhan penduduk yang akan terjadi mendatang

diperkirakan akan berbeda dengan yang terjadi dalam 10 tahun terkahir.

Diprediksi akan terjadi transisi demografi dimana akan terjadi susunan

pendudukan semakin sempurna dengan pergeseran struktur penduduk dari

tingkat fertiltas tinggi dan mortalitas tinggi ke pola-pola penduduk dengan

fertiltas rendah dan mortalitas rendah. Hal ini disebabkan oleh semakin

membaiknya layanan kesehatan, pendidikan dan indeks daya beli, sehinga

menyebabkan berubahnya sikap, perilaku dan cara hidup masyarakat

Indonesia yang semakin efisien, produktif dan modern.

Berkaca dari fakta yang ada sekarang, indeks pembangunan manusia

atau human development index (HDI) Indonesia masih rendah.Pada tahun

2015 dari 188 negara di dunia, Indonesiaberada di urutan 113 (Laporan

Pembangunan Manusia/ Human Development Report/ Ringkasan Indonesia:

2016).

1. Dampak Bonus Demografi Terhadap Pembangunan

Bonus demografi dipahami sebagai suatu kondisi di mana

komposisi atau struktur penduduk sangat menguntungkan dari segi

pembangunan. Namun, bonus demografi ini tidak secara otomatis

memberikan dampak positif bagi tujuan pembangunan nasional. Ibarat


pedang bermata dua, bonus demografi bisa memberikan dampak positif

tetapi juga dapat berdampak negatif pada upaya pembangunan bangsa.

a. Dampak Positif Bonus Demografi

Dampak positif bonus demografi bagi Indonesiaadalah peluang

menguntungkan yang dapat diperoleh bangsa Indonesia, apabila bangsa

Indonesia dapat mengelola bonus demografi dengan baik.Dengan

keadaan generasi muda yang siap mengadapi demografi ini tentunya

berdampak positif bagi negara Indonesia,terutama pada laju

pertumbuhan ekonomi.Dengan laju pertumbuhan ekonomi yang baik

53

tentu berdampak pada perkembangan negara Indonesia.Dengan

perekonomian yang sehat kemiskinan dapat teratasi, kesehatan pun

dapat ditingkatkan dan pendidikan juga dapat menjadi lebih baik

lagi.Pada keadaan ini Indonesia dapat menjadi negara maju dan

makmur. Dengan keadaan perekonomian, kesehatan, pendidikan yang

baik tentuakan menghasilkan generasi baru yang lebih baik dan lebih

berkualitas.Dengan catatan pada saat itu Indonesia memiliki SDM yang

berkualitas tinggi sehingga dapat mengelola kehidupan negara Indonesia

yang terarah dan lebih baik. Adapun beberapa dampak positif yang

dapat diperoleh bagi bangsa Indonesia apabila dapat mengelola bonus

demografi dengan baik, diantaranya:

1) JumlahTenaga Kerja Melimpah

Jumlah penduduk usia kerja yang banyak akan menguntungkan

dari sisi pembangunan karenatenaga kerja yang tersedia melimpah

sehingga dapat memacu produktivitas pertumbuhan ekonomi

bangsa. Impasnya adalah meningkatkannya kesejahteraan

masyarakat.

2) TerbentuknyaGenerasi Emas yang Aktif Berkarya

Bonus demografi yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan


generasi emas yang aktif berkarya, siap memikul tanggung jawab

bangsa, mengabdi dan berkorban pada bangsa, serta bersedia

membangun dan mengelola bangsa. Jika hal tersebut tercapai maka

produktivitas bangsadapat meningkat.

3) Tingkat Produktivitas Tinggi yang Memicu Peningkatan

Perekonomian Indonesia

Jika tingkat produktivitas tinggi maka perekonomian Indonesiaakan

meningkat. Meningkatnya laju perekonomian Indonesiaakan

berpengaruh besar terhadap kehidupan bebangsa dan bernegara

untuk menjadi lebih modern,tertata,serta menjadi lebih baik lagi.

4) Peningkatan Kualitas dan Pemerataan Pendidikan

Jika perekonomian bangsa dapat berjalan dengan baik maka

kualitas dan pemerataan pendidikan akan semakin meningkat.

5) Kesehatan Meningkat

Jika perekonomiansemakinmaju, maka kondisi kesehatan

masyarakat Indonesiapun akan terjamin karena segala fasilias

kesehatan dapat terpenuhi dengan baik.

54

6) Rakyat Sejahtera

Jika kondisi perekonomian semakin baik maka Indonesiaakan

menghasilkan generasi baru yang lebih baik dan lebih berkualitas

(SDM yang lebih baik dan berkualitas) sehingga negarapun menjadi

semakin maju dan makmur disertai dengan kesejahteraan

masyarakat yang meningkat.

7) Siap Bersaing dalam Dunia Internasional

Roda perekonomian yang terus berjalan dan tumbuh dengan pesat

serta sumber daya manusia yang mendukung dapat membantu

bangsa Indonesia untuk siap bersaing dalam dunia internasional.

b. Dampak Negatif Bonus Demografi


Dampak negatif yang dimaksud adalah dampak merugikan yang

ditimbulkandan mengancam pembangunan negara jika bonus demografi

tidak bisa dikelola dengan baik.Jika bangsa Indonesia tidak siap dan

gagal dalam mengadapi bonus demografi mendatang,maka bangsa

Indonesiaakan semakin terpuruk dengan adanya ekonomi yang

melemah dan banyaknya kasus sosial dan kasus ekonomi yang menjadi

masalah internal yang mengancam keseimbangan bangsa.Ketika negara

tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menyongsong periode

bonus demografi tersebut, konsekuensi yang terjadi adalah dampak

negatif yang harus dipikul oleh semua pihak. Tanpa dibekali dengan

kualitas sumber daya manusia yang memadai, maka proporsi

penduduk usia produktif yang sedemikian besar pada saat itu hanya

akan menciptakan dampak buruk pada pembangunan nasional.

Kondisi demikian akan memberikan efek berantai ke berbagai

bidang kehidupan manusia. Berkurangnya tingkat pendapatan akibat

ketimpangan antara standar kualifikasi yang dibutuhkan dan kualitas

sumber daya manusia yang tidak memadai dapat memicu lonjakan

tingkat kemiskinan, yang memberikan dampak buruk pada kehidupan

ekonomi, pendidikan, dan kesehatan masyarakat.Oleh karena itu

generasi muda harus siap dalam menghadapi bonus demografi. Berikut

dampak negatif/ancaman yang dapat ditimbulkan jika bonus demografi

tidak dapat dikelola dengan baik:

1) Semakin Sempitnya Lapangan Pekerjaan

Masalah yang paling nyata pada saat terjadi bonus demografi adalah

ketersedian lapangan pekerjaan.Pertanyaan dari permasalahan

55

bonus demografi adalah apakah negara kita mampu menyediakan

lapangan pekerjaan untuk menampung 70% penduduk usia kerja di

tahun 2020-2030?Kalau pun lapangan pekerjaan tersedia,


mampukah sumber daya manusia yang melimpah ini bersaing di

dunia kerja dan pasar internasional?Berkaca dari fakta yang ada

sekarang, indeks pembangunan manusia atau human development

index (HDI) Indonesia masih rendah.Pada tahun 2015 dari 188

negara di dunia, Indonesia berada di urutan 113 (Laporan

Pembangunan Manusia/ Human Development Report/ Ringkasan

Indonesia: 2016). Sementara dikawasan ASEAN, HDI Indonesia

berada di urutan enam dari 10 negara ASEAN.Posisi ini masih di

bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei dan Singapura.Tingkat

HDI ini terbukti dari tidak kompetitifnya.Pekerja Indonesia di dunia

kerja baik di dalam ataupun luar negeri.Paling banter, pekerja

Indonesia di luar negeri adalah menjadi pembantu.Ujung-ujungnya

disiksa dan direndahkan.Untuk tingkat dalam negeri sekali pun,

pekerja Indonesia masih kalah dengan pekerja asing. Hal ini

ditandai dari banyaknya peluang kerja dan posisi strategis yang

malah ditempati tenaga kerja asing.Permasalah pembangunan

sumber daya manusia inilah yang harusnya bisa diselesaikan dari

sekarang, jauh sebelum bonus demografi datang.Jangan sampai hal

yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani

negara karena masalah yang mendasarkualitas manusia.

2) Pengangguran Semakin Banyak

Pengangguran secara besar-besaran sangat mungkin terjadi

mengingat bonus demografi adalah keadaan dimana berlimpahnya

jumlah penduduk usia produktif/usia kerja. Salah satu faktor

penyebabnya ialah kurangnya lapangan kerja, cara yang dapat

dilakukan untuk mengatasi masalah ini diantaranya adalah dengan

mengajak masyarakat untuk berpikir kreatif serta menanamkan

semangat: “membuat lapangan kerja sendiri tanpa harus

mencari”. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung


dapat dilaksanakan di berbagai lembaga khususnya lembaga

pendidikan serta berbagai sarana seperti reklame, iklan, siaran

televisi, siaran radio, dan lain-lain.Dengan adanya kegiatan tersebut

diharapkan banyak masyarakat yang termotivasi dan bergerak

56

untuk menciptakan lapangan kerja sehingga nantinya dapat

mengatasi masalah kurangnya lapangan pekerjaan dengan

sendirinya.

3) Pendapatan Menurun dan Kemiskinan Meningkat

Jika ketersediaan lapangan pekerjaan tidak mencukupi dan

pengangguran meningkat, maka pendapatan suatu negara akan

menurun yang diiringi oleh meningkatnya angka kemiskinan.

4) Pendidikan Rendah akibat Perekonomian Rendah Menyebabkan

SDM Rendah

Sekarang ini banyak anak-anak di Indonesia yang mendapatkan

pendidikan dalam kuota yang cukup minim bahkan banyak pula

yang sama sekali tidak mendapat pendidikan. Kasus tersebut

umumnya terjadi di daerah-daerah pelosok atau pedesaan. Namun

hal ini tidak berarti bahwa semua orang atau anak-anak di kota

besar mendapat pendidikan yang tinggi, kenyataannya banyak juga

anak-anak di kota yang mendapat pendidikan yang rendah bahkan

banyak pula yang tidak sama sekali. Buktinya dapat dilihat dari

banyaknya anak jalanan serta pengamen cilik di beberapa kota

besar di Indonesia. Hal ini akan menjadi ancaman dikarenakan

kekhawatiran terhadap calon usia penduduk produktif di masa

mendatang yang berpendidikan rendah, yang lebih disayangkan lagi

adalah kebanyakan orang Indonesia yang memiliki potensi besar

lebih memilih bekerja di perusahaan Asing ataupun di luar negri.

Masalahnya, bagaimana cara untk mengatasi masalah pendidikan?


untuk mengatasi masalah pendidikan di daerah pedesaan dan

pelosok yang tertinggal, adalah dengan pemerataan sarana dan

fasilitas lembaga pendidikan khususnya sekolah untuk proses

belajar mengajar.

5) Produktivitas Menurun

Ancaman yang satu ini berhubungan langsung dengan dua

ancaman sebelumnya.Bagaimana tidak?Ketika banyak

pengangguran dan orang-orang berpendidikan rendah maka sangat

mungkin produktivitas nasional menurun. Hal ini sebenarnya tidak

akan terjadi apabila masalah pengangguran serta pendidikan

rendah mampu ditanggulangi. Namun pemerintah juga perlu

57

melakukan penyuluhan, sosialisasi, serta pelatihan guna

meningkatkan sikap dan sifat produktif dalam diri masyarakat.

6) Perekonomian yang Memburuk

Jika banyak penduduk usia produktif yang menganggur secara

otomatif pendapatan negarapun semakin menurun. Hal tersebut

dapat menyebabkan semakin memburuknya perekonomian Negara.

7) Kurangnya Lahan Tempat Tinggal Akibat Pertambahan Penduduk

Yang Tidak Terkendali.

8) Timbulnya Kawasan-Kawasan Slum Area Akibat Kemiskinan Yang

Menjamur.

9) Kriminalitas Meningkat akibat Pengangguran yang Meningkat.

10) KualitasKesehatan Penduduk Menurun jika Pemerintah tidak

Mampu Menyediakan Pelayanan Kesehatan yang Memadai.

11) Penduduk Usia Muda Tergerus oleh Budaya Luar

Prof. Sri Edi Swasono, guru besa ilmu ekonomi Indonesia khawatir terkait

ancaman bonus demografi ketika generasi muda telah memegang teguh

budaya luar, hal ini nantinya akan menyebabkan Negara Indonesia


kehilangan jati dirinya. Sebagai bukti dapat dilihat di kalangan remaja yang

banyak menggilai dunia Korea. Hampir seluruh remaja di Indonesia tahu

sedikit banyaknya tentang korea atau K-pop. Ironisnya, banyak remaja yang

tidak mengenal budaya daerahnya sendiri bahkan terkadang ada yang tidak

mampu berbicara bahasa daerahnya namun acap kali berbicara

menggunakan bahasa asing. Bagus memang apabila banyak masyarakat

Indonesia yang pandai berbahasa asing, namun apa jadinya jika nantinya

budaya asli Indonesia sedikit demi sedikit mulai terlupakan atau bahkan

hilang? Oleh karenanya, perlu ditanamkan di dalam diri masyarakat

terutama para pelajar untuk lebih mengenal dan mencintai budaya lokal

sejak dini agar ketika masa bonus demografi tiba, penduduk usia produktif

dapat membangun bangsa yang lebih maju tanpa menghilangkan unsur-

unsur budaya Indonesia.

Ancaman-ancaman diatas tentu merupakan pengaruh dari

pertambahan penduduk secara negatif. Namun tetap saja Indonesiaakan

mengalami masa bonus demografi dan apabila ancaman-ancaman diatas

mampu ditangani oleh pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia, berarti

pertumbuhan penduduk tidak selamanya berdampak negatif. Saat Indonesia

58

mengalami masa bonus demografi, bukan tidak mungkinIndonesiaakan menjadi

negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi secara pesat. Namun pada

kenyataannya pembangunan kependudukan seolah terlupakan dan tidak

dijadikan underlined factor. Padahal pengembangan sumber daya manusia yang

merupakan investasi jangka panjang yang menjadi senjata utama kemajuan

suatu bangsa.

2. Upaya Pemecahan Masalah Dampak Negatif akibat Bonus Demografi

a. Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang Berorientasi Penyiapan

Usia Produktif Menghadapi Dunia Kerja

Sisa dari kurun waktu Pembangunan Jangka Panjang Nasional


(PJPN) 2005-2025 perlu diarahkan untuk merancang konsep kebijakan

makro yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan bagi mereka yang

masuk kedalam usia produktif terutama untuk penyiapan memasuki

dunia kerja. Guna memastikan bahwa lulusan pendidikan dapat diserap

oleh dunia kerja, maka tidak ada jalan lain bahwa dalam waktu yang

bersamaan rancangan kebijakan untuk layanan pendidikan harus

diarahkan pada perluasan akses, peningkatan mutu dan relevansi

pendidikan yang mampu memberikan dukungan terhadap penguatan

daya saing.

Menjawab tantangan globalisasi dan sekaligus menjawab era

Bonus Demogarfi, maka penekanan prioritas harus lebih ditujukan

untuk peningkatan mutu dan daya saing SDM melalui penyediaan

layanan pendidikan tinggi yang lebih merata, relevan dan bermutu

untuk menyediakan angkatan kerja yang semakin terdidik.

b. Pemberian Keterampilan pada SDM Indonesia

Dalam hal ini pemerintah harus mampu menjadi agent of

development dengan cara memperbaiki mutu modal manusia, mulai dari

pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, serta penguasaan

teknologi. Solusi lainnya bisa dengan memberikan keterampilan kepada

tenaga kerja produktif sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada

ketersediaan lapangan pekerjaan tapi mampu menciptakan lapangan

pekerjaan itu sendiri. Selain itu pemerintah juga harus mampu menjaga

ketersediaan lapangan pekerjaan, menjaga aset-aset Negara agar tidak

banyak dikuasai pihak asing yang pastinya akan merugikan dari sisi

peluang kerja.

59

Memberikan keterampilan kepada tenaga kerja produktif

sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada ketersediaan lapangan

pekerjaan tapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri.


Selain itu pemerintah juga harus mampu menjaga ketersediaan

lapangan pekerjaan, menjaga aset-aset Negara agar tidak banyak

dikuasai pihak asing yang pastinya akan merugikan dari sisi peluang

kerja. Bukan hanya pemerintah, masyarakat juga harus menjadi

pendukung utama pembangunan mutu manusia dengan cara

menyadari pentingnya arti pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek yang

dapat mengembangkan kualitas manusia itu sendiri.

c. Perlu Adanya Sosialisasi Peningkatan Sikap Produktif dan Berpikir

Kreatif

Pemerintah perlu melakukan penyuluhan, sosialisasi, serta

pelatihan guna meningkatkan sikap dan sifat produktif dalam diri

masyarakat. Kemudian mengajak masyarakat untuk berpikir kreatif

serta menanamkan semangat: “membuat lapangan kerja sendiri tanpa

harus mencari”. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung

dapat dilaksanakan di berbagai lembaga khususnya lembaga

pendidikan serta berbagai sarana seperti reklame, iklan, siaran televisi,

siaran radio, dan lain-lain.Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan

banyak masyarakat yang termotivasi dan bergerak untuk menciptakan

lapangan kerja sehingga nantinya dapat mengatasi masalah kurangnya

lapangan pekerjaan dengan sendirinya.

d. Peningkatan Kualitas Manusia melalui Makan Makanan Bergizi

Terwujudnya keluarga sehat yang ditopang oleh kecukupan

nutrisi yang memadai akan memberikan fondasi yang kokoh bagi

terwujudkan kualitas sumber daya manusia yang dapat menjawab

tantangan dalam periode demografi yang langka tersebut. Keluarga

sehat dengan nutrisi

yang baik memainkan

peran fundmenal karena

berfungsi sebagai fondasi


bagi pencapaian tujuan-

tujuan pembangunan

lainnya.Jelaspara

ekonom terkemuka

Gambar 18.Hasil Kerajinan Ekonomi Mikro Sumber:


http://palembang.tribunnews.com/2014/10/04/menyulap- koran-bekas-jadi-aneka-kerajinan-kreatif-
bernilai-ekonomi-tinggi

Gambar 15. Makanan Seimbang Sumber: https://www.google.co.id/search?q=makan+makanan+be rgizi

60

dunia dalam panel menyebutkan bahwa tanpa individu-individu yang

sehat dengan nutrisi yang mencukupi tidak mungkin kita dapat

mencapai tingkat pendidikan yang tinggi. Keluarga sehat dengan nutrisi

yang mencukupi merupakan pra-kondisi untuk mencapai tujuan-tujuan

pembangunan lainnya, karena tidak mungkin kita dapat merealisasikan

sumber daya manusia yang kompetitif tanpa dasar-dasar tersebut.Lebih

jauh panel ahli tersebut mengidentifikasi bahwa gizi dapat membantu

memutus lingkaran kemiskinan dan meningkatkan PDB negara 2

hingga 3 persen per tahun.Dengan menginvestasi $1 pada gizi dapat

memberikan hasil $30 dalam bentuk peningkatan kesehatan,

pendidikan, dan produktivitas ekonomi.

e. Berupaya Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia

f. Perlu Adanya Penanaman Rasa Cinta Budaya Lokal

Perlu ditanamkan di dalam diri masyarakat terutama para

pelajar untuk lebih mengenal dan mencintai budaya lokal sejak dini

agar ketika masa bonus demografi tiba, penduduk usia produktif dapat

membangun bangsa yang lebih maju tanpa menghilangkan unsur-unsur

budaya Indonesia.

g. Perlu Adanya Kesadaran Masyarakat akan Arti Pentingnya

Pendidikan, Kesehatan, dan Aspek Pengembangan Kualitas Manusia


Bukan hanya pemerintah, masyarakat juga harus menjadi

pendukung utama pembangunan mutu manusia dengan cara

menyadari pentingnya arti pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek yang

dapat mengembangkan kualitas manusia itu sendiri.Pemuda sebagai

generasi penerus bangsa diharapkan dan harus siap dalam menghadapi

bonus demografi supaya bangsa dapat memperoleh manfaat dan

dampak yang positif dari bonus demografi.Pemuda perlu dibimbing dan

diarahkan supaya berperilaku baik,dapat dibimbing di sekolah melalui

peran guru,ataupun di lingkungan keluarga oleh orang tua.

61

Gambar 16. Pendidikan sebagai Alat Pengembangan Kualitas Manusia Sumber:


http://www.solopos.com/2012/07/13/untuk-kehidupan- lebih-baik-203129

J. PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN

Permasalahan penduduk Indonesia diuraikan dalam penjelasan sebagai

berikut:

1. Jumlah penduduk besar

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

tertinggi di dunia. Indonesia sendiri menduduki peringkat ke 4 dunia

dengan jumlah penduduk sekitar 259 juta (2016 world population data sheet

, page 20) setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang

besar merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan. Jumlah

penduduk yang besar ini juga menjadi kendala dalam dalam melaksanakan

pembangunan.

Gambar 17. Kemacetan Lalulintas karena Jumlah Penduduk Meningkat Sumber :


https://3.bp.blogspot.com/-SLrvQn2OnLg/VrTC1nS- 2yI/AAAAAAAACd0/fSfSNqcQNiM/s1600/kepadatan
%2Bpenduduk.PNG

Jumlah penduduk yang semakin bertambah dari tahun ke tahun

memberikan dampak sosial ekonomi bagi Indonesia, antara lain sebagai

berikut:

62
a. Meningkatnya permintaan barang – barang kebutuhan pokok.

Fenomena ini sangat erat kaitannya dengan dengan potensi yang dimiliki

Indonesia dalam hal sistem ketahanan pangan. Ironinya adalah jumlah

penduduk yang kian bertambah ini tidak diimbangi dengan

pertambahan ketersediaan sumber daya alam yang ada di Indonesia.

Akibat dari persoalan ini adalah harga beli yang tinggi yang nantinya

akan terjadi kelangkaan.

b. Meningkatnya persaingan dalam dunia kerja

Jumlah penduduk yang tinggi akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja

yang ada di Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang tinggi tanpa diimbangi

dengan ketersediaan lapangan kerja yang luas akan mengakibatkan

meningkatnya persaingan dalam dunia kerja. Tenaga kerja yang banyak

ini akan memperebutkan posisi untuk mengisi peluang kerja yang ada.

c. Meningkatnya jumlah pengangguran

Persaingan dalam dunia kerja yang berat akan menyebabkan

penyerapan tenaga kerja yang tidak merata. Tenaga kerja yang tidak

tereserap ini akan menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran.

Pengangguran yang terjadi di Indonesia ini akan menghambat proses

pembangunan negara, khusus nya dalam bidang ekonomi.

d. Kemiskinan

Jumlah pengangguran yang besar sangat memperngaruhi tingkat

kemiskinan. Kemiskinan merupakan keadaan atau ketidakmampuan

penduduk untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Tingkat

kemiskinan suatu negara dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk

mengetahui kondisi perekonomian suatu negara.

e. Meningkatnya kriminalitas

Kriminalitas merupakan dampak dari banyaknya pengangguran dan

kemiskinan yang ada. Jadi kriminalitas ini merupakan dampak

turunan dari besarnya jumlah penduduk. Banyaknya pengangguran


menyababkan meningkatnya tindakan kriminalitas. Segala cara

dilakukan untuk mendapatkan sesuatu tanpa mempertimbangkan

jalan yang ditempuh.

Beberapa usaha yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi

masalah jumlah penduduk yang besar adalah sebagai berikut:

63

a. Mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) sebagai gerakan

nasional

b. Menerapkan Undang – Undang perkawinan yang mengatur batas usia

menikah

c. Membatasi pemberian tunjangan anak bagi pegawai negeri dan

anggota TNI

d. Meningkatkan pelayanan kesehatan dalam program KB

e. Meningkatkan pelayanan dalam bidang pendidikan, sehingga

keinginan untuk segera menikah dapat dihambat

f. Meningkatkan wajib belajar pendidikan dasar bagi masyarakat.

2. Rendahnya kualitas kesehatan

Kesehatan merupakan investasi penting untuk mendukung

pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya

penanggulangan kependudukan lainnya seperti kemiskinan karena suatu

negara tanpa penduduk yang sehat tidak akan mungkin dapat membangun

negaranya sendiri.

Rendahnya kualitas kesehatan yang ada di Indonesia ini akan

mempengaruhi angka usia harapan hidup. Terdapat beberapa faktor yang

memnyebabkan rendahnya kualitas kesehatan di Indonesia, yaitu sebagai

berkut:

a. Tenaga kesehatan

Faktor tenaga kesehatan merupakan salah satu faktor besar yang

mempengaruhi tingkat pelayanan kesehatan di Indonesia karena tenaga


kesehatan itu sendirilah yang turun kedalam masyarakat untuk

melakukan pelayanan kesehatan. Menurut data dari Kementrian

Kesehatan RI , tenaga kesehatan yang dimiliki Indonesia saat ini

berjumlah sebanyak 876.984 orang yang terdiri atas dokter , perawat ,

bidan , dan tenaga kesehatan lainnya. Dari data didapat bahwa rasio

dokter dengan penduduk Indonesia berbanding 1:2500 penduduk , hal

ini menunjukkan bahwa pelayanan di Indonesia khususnya bidang

pelayanan dokter dalam kondisi memprihatinkan karena perbandingan

ideal antara dokter dan penduduk yang baik harusnya 1 berbanding

1000 penduduk kebawah.Tidak tersebarnya tenaga kesehatan di

Indonesia yang hanya terkonsentrasi di wilayah yang padat

penduduknya saja dan kurang menjangkau daerah-daerah lainnya

64

khusunya wilayah Indonesia bagian timur yang jumlah tenaga

kesehatannya terpaut sangat jauh dari daerah lainnya di Indonesia .Hal

ini tentu harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah

Indonesia khususnya yang mempunyai tugas di bidang kesehatan

untuk menyamaratakan tenaga kesehatan di seluruh wilayah Indonesia.

b. Minimnya sarana kesehatan yang tersedia

Sarana kesehatan seperti Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin,

Posyandu, dan sarana kesehatan lainnya sangat berperan penting dalam

peningkatan pelayanan kesehatan karena disanalah pusat dari

pelayanan kesehatan itu sendiri. Menurut data dari Badan Pusat

Statistik, Indonesia memilih total sarana kesehatan sebanyak 55.543

yang terdiri atas Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, dan sarana

kesehatan lainnya. Penyebaran sarana kesehatan yang ada di Indonesia

sangat tidak merata dimana sebagian besar sarana kesehatan di

Indonesia hanya terpusat pada beberapa wilayah tertentu saja seperti

pulau Jawa dan Sumatera sementara wilayah Indonesia bagian timur


hanya mendapat sedikit sarana kesehatan, contohnya Provinsi Maluku

yang hanya punya rumah sakit sebanyak 43 unit dibanding dengan

Provinsi lainnya yang memiliki Rumah Sakit diatas 100 unit. Hal ini

tentunya harus mendapat perhatian serius dari kita terutama dari

pemerintah untuk menanggulangi kesenjangan ini.

c. Faktor birokrasi yang cukup buruk dalam pelaksanaan pelayanan

kesehatan di Indonesia

Bidang kesehatan sendiri mengalami kerugian hingga mencapai ratusan

milyar rupiah dengan kasus seperti korupsi pengadaan alat bantu

belajar pada dokter dan korupsi dalam pemenangan tender untuk

pembuatan atau penelitian jenis obat tertentu. Sangat disayangkan ,

bidang yang seharusnya bersih dari korupsi karena menyangkut

kesehatan banyak jiwa menjadi lumbung bagi para pencuri uang negara

untuk menambah hartanya.

Beberapa usaha yang dapat dlakukan untuk meningkatkan kualitas

kesehatan yaitu:

a) Peningkatan tenaga kesehatan untuk menambah tenaga kesehatan yang

kurang

65

b) Pembangunan sarana dan prasarana kegiatan penunjang dalam dunia

kesehatan

c) Kebijakan layanan kesehatan yang menunjang bagi masyarakat

d) Subsidi biaya pelayanan kesehatan yang terjangkau

e) Pengawasan birokrasi yang transparan

f) Tunjangan hidup bagi tenaga kesehatan di daerah yang terpelosok

g) Memproduksi obat generik yang terjangkau bagi masayarakat

3. Persebaran penduduk tidak merata

Berdasarkan sensus penduduk dan survei penduduk, persebaran

penduduk Indonesia antar provinsi yang satu dengan provinsi yang lainnya
tidak merata. Konsentrasi kepadatan penduduk di Indonesia berpusat di

pulau jawa. Lebih dari 50% jumlah penduduk di Indonesia mendiami pulau

Jawa.

Berikut ini adalah faktor yang menyebabkan terjadinya persebaran

penduduk:

a. Kesuburan tanah

Kesuburan tanah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

persebaran. Hal ini erat kaitannya dengan rencana pengeloaan tanah

untuk bercocok tanam.

b. Iklim

Wilayah yang beriklim terlalu panas atau terlalu dingin akan

mempengaruhi keinginan penduduk untuk bermigrasi. Iklim disini juga

akan mempengaruhi adaptasi apabila penduduk tersebut berpindah.

c. Topografi

Topografi atau bentuk permukaan tanah sangat mempengaruhi

persebaran penduduk. Persebaran penduduk ini cenderung berada di

daerah dataran.

d. Sumber air

Air merupakan sumber energi mineral yang sangat dibutuhkan oleh

manusia. Oleh karena itu, ketersediaan air pada suatu tempat akan

mempengaruhi persebaran penduduk.

e. Sarana dan prasarana transportasi

Persebaran penduduk yang tidak merata ini sangat dipengaruhi oleh

ketersediaan sarana dan prasana transportasi. Daerah yang memiliki

66

sarana dan prasara tranportasi yang lengkap biasanya menjadi pusat

persebaran.

f. Pusat fasilitas ekonomi serta pusat pemerintah

Daerah yang menjadi pusat pemerintahan biasanya menjadi pusat


persebaran penduduk. Sedangkan daerah daerah yang kurang memiliki

fasilitas yang lengkap biasanya tidak dijadikan sebagai pusat persebaran.

Persebaran penduduk yang tidak merata ini dapat menimbulkan

berbagai permasalahan di wilayah – wilayah tertentu, sebagai contohnya

adalah:

a. Menurunnya kualitas lingkungan

Menurunnya kualitas lingkungan ini disebabkan oleh pemanfaatan

sumberdaya alam yang hanya berpusat pada satu wilayah saja.

b. Stabilitas keamanan menurun

Banyaknya penduduk yang hanya tinggal di suatu wilayah juga

menyebabkan tingkat keamanan penduduk yang rendah. Hal tersebut

karena banyaknya interaksi yang besifat positif maupun negatif.

c. Munculnya pemukiman dengan rumah – rumah yang tidal layak huni

Pertumbuhan jumlah penduduk yang hanya berada disuatu titik,

menyebabkan sempitnya ketersediaan yang ada. Kondisi yang seperti ini

sangat rawan terbentuk pemukiman – pemukiman yang

pembangunannya tidak mempertimbangkan prinsip kenyamanan dan

kesehatan.

d. Bertambahnya pekerjaan di sektor infromal, seperti pedagang kaki lima

yang mengganggu ketertiban

e. Persebaran penduduk yang tidak merata ini dapat menimbulkan

kesenjangan ekonomi yang ada. Hasilnya adalah semakin banyaknya

peluang usaha yang dimanfaatkan tanpa memperhatikan lingkungan.

Upaya penanggulangan yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi

dampak persebaran penduduk yang tidak merata adalah:

a. Melaksanakan program transmigrasi

b. Melaksanakan program pemerataan pembangunan dengan cara

mendirikan industri di pinggir kota

c. Menambah sarana dan prasarana umum,seperti tranportasi dan


pendidikan

67

d. Peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat dalam bidang keamanan,

ekonomi dan kesehatan di berbagai daearah.

K. Analisis Data Kependudukan

Analisis data kependudukan adalah teknik yang digunakan untuk

mengukur dinamika penduduk sepanjang waktu yang berkaitan dengan

jumlah, distribusi, komposisi penduduk, dan komonen perubahannya melalui

dasar demografi berupa kelahiran, kematian, dan migrasi. Analisis demografi

sangat diperlukan dalam membuat kebijakan oleh pemerintah maupun

nonpemerintah serta menjadi acuan untuk menjawab berbagai permsalahan

yang berhubungan dengan kependudukan. Beberapa manfaat analisis

demografi adalah sebagai berikut:

1. Dapat digunakan oleh pemerintah dalam pembuatan kebijakan

pembangunan.

2. Dapat digunakan untuk referensi merancang strategi pemasaran oleh

pengusaha dan industri.

3. Dapat digunakan untuk mengetahui jumlah dan persebaran penduduk

pada suatu wilayah dari waktu ke waktu.

4. Dapat digunakan untuk merancang dan memperkirakan proyeksi

penduduk serta kondisi di masa depan.

5. Dapat digunakan untuk mengetahui daya dukung lingkungan dan

kaitannya terhadap populasi penduduk.

Contoh kebijakan pemerintah yang menggunakan analisis demografi

adalah sebagai berikut:

1. Analisis demografi jumlah penduduk usia sekolah di suatu wilayah

diperlukan untuk perencanaan pembangunan gedung sekolah baru atau

penambahan jumlah tenaga pengajar.

2. Analisis demografi persebaran penduduk di suatu wilayah diperlukan


untuk perencanaan pembangunan sarana dan prasarana umum seperti

jalan, pemerintah, pasar, terminal, dan lainnya.

3. Analisis demografi dari angka beban ketergantungan penduduk dapat

dijadikan asumsi pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam

pembukaan lapangan kerja baru atau program wirausaha.

4. Analisis demografi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendapatan dan

mata pencaharian dapat dijadikan dasar bagi perusahaan restoran cepat

saji untuk membuka cabang baru di wilayah tertentu.

68

5. Analisis demografi mobilitas penduduk di suatu wilayah dapat menjadi

asumsi dasar perusahaan jasa transportasi menyediakan trayek baru.

6. Analisis demografi jumlah penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin

di suatu wilayah apat menjadi acuan bagi perusahaan konveksi untuk

memproduksi jenis pakaian sesuai umur dan jenis kelamin yang dominan

di wilayah tersebut.

69

Anda mungkin juga menyukai