Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Syntax Transformation Vol. 1 No.

9, November 2020
p-ISSN : 2721-3854 e-ISSN : 2721-2769 Sosial Sains

TINJAUAN YURIDIS ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME


TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

Agus Sugiarto
Fakultas Hukum Universitas Nahdlatul Ulama Cirebon Jawa Barat, Indonesia
Email: agus-sugiarto@unucirebon.ac.id

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Diterima 2 November 2020 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Diterima dalam bentuk revisi analisis tindak pidana hukum terorisme tentang sistem
10 November 2020 peradilan pidana anak. Metode penelitian yang digunakan
Diterima dalam bentuk revisi adalah metode penelitian yuridis normatif, yaitu suatu
15 November 2020 prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran
Kata kunci: berdasarkan logika. Hasil penelitian ini, berdasarkan
Children, criminal acts, pembahasan disimpulkan bahwa beberapa sanksi yang
terrorism, juridical dan law dijatuhkan oleh hakim terhadap terdakwa AW adalah
benar sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, yaitu
sesuai dengan pasal 15 jo. Pasal 9 Undang-Undang No.
15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme di mana terdakwa telah terbukti memenuhi
unsur-unsur dalam pasal 15 dan pasal 9 Undang-Undang
No. 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme. Penjatuhan Sanksi Pidana Terhadap Anak
pelaku Tindak Pidana Terorisme dalam Putusan Pengadilan
Negeri Klaten Nomor:19/Pid.Sus/11/PN.Klt., terbagi dalam
pertimbangan yuridis dan pertimbangan non yuridis, yakni:
pertimbangan yuridis, yang terdiri dari umur terdakwa,
dakwaan Jaksa Penuntut Umum, Keterangan Saksi,
Keterangan Terdakwa, Barang Barang Bukti, Alat Bukti Surat,
Pasal 19 Undang-Undang No. 15 Tahun Tahun 2003 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No. 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme Menjadi Undang-Undang, Pasal 26 ayat (1) dan
ayat (2) Undang-Undang No. 3 Tahun Dan 1997 Tentang
Pengadilan Anak. Pertimbangan non yuridis, yang terdiri dari
Hal-Hal yang memberatkan terdakwa AW, hal-hal yang
meringankan terdakwa AW, dan Laporan Hasil Penelitian
Kemasyarakatan tentang terdterdaka AW.

Pendahuluan anak terjadi bukan sekedar perilaku


Indonesia yang berada di peringkat menyimpang yang berasal dari faktor internal,
empat negara berpenduduk terbesar di dunia tetapi juga seiring dengan faktor eksternal
(setelah China, India dan Amerika), tentu yaitu akibat derasnya globalisasi informasi,
tidak terlepas dari maraknya permasalahan teknologi dan komunikasi yang potensial
demografi atau kependudukan, diantaranya melunturkan kultur. Itu semua tidak lepas
adalah permasalahan sosial kenakalan anak sebagai akibat dari dampak negatif
yang cukup kursial di negeri ini. Kenakalan pembangunan yang cenderung bersifat

569
Agus Sugiarto

materiil ketimbang moral dan identitas jati diri perbuatan yang dilakukannya sehingga timbul
suatu bangsa (Andriani, 2018). tugas yang mulia bagi Hakim untuk
Anak merupakan seseorang yang menjatuhkan sanksi yang sesuai dan tepat
dianggap belum dewasa dari segi umur. bagi anak mengingat anak tersebut masih
Batasan seseorang dikatakan sebagai anak memiliki masa depan yang panjang (Farhan,
tidak memiliki keseragaman (Fitriana, 2016). Perkembangan masa kini, perbuatan
pidana yang dilakukan oleh anak semakin
2017). Undang-undang dan peraturan serta
berkembang. Tindak pidana extra Ordinary
ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di
crime (seperti tindak pidana narkotika dan
Indonesia menentukan tingkatan usia
terorisme) juga tidak terlepas dari anak. Anak
seseorang dikatakan sebagai anak, namun
pada masa kini telah turut sebagai pelaku
undang-undang dan peraturan serta ketentuan-
tindakan pidana extra Ordinary Crime ini.
ketentuan lain yang berlaku di Indonesia
Terkhusus tindak pidana terorisme yang
tersebut tidak memiliki keseragaman dalam
dilakukan oleh anak (Nasution, 2017).
menentukan tingkatan usia seseorang dapat
Kejahatan Terorisme yang dipandang
dikatakan sebagai anak, berkaitan dengan
melanggar dan menindas HAM mengalami
masalah penentuan Pertanggungjawaban
pertentangan apabila pelakunya adalah
pidana anak (Illah, 2019).
seorang anak. Anak yang merupakan tunas,
Anak berdasarkan Undang-undang
potensi dan penerus cita-cita perjuangan
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan
bangsa tentu tidak dapat dihukum begitu saja
Anak adalah seseorang yang belum berusia
sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya
18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
walaupun perbuatan tersebut merupakan
masih di dalam kandungan (Kismadewi &
Ordinary Crime mengingat fungsi dan
Darmadi, 2017). Anak adalah bagian dari
peranan anak itu sendiri (Puspitasari, 2020).
generasi penerus yang akan datang. Baik
Kemampuan anak yang masih terbatas
buruknya masa depan bangsa tergantung pula
dan tidak sempurna orang dewasa harus
pada baik buruknya kondisi anak saat ini.
diperhatikan oleh Undang-Undang serta
Anak merupakan potensi dan penerus cita-cita
aparat penegak hukum dalam menerapkan
perjuangan bangsa, maka anak perlu
sanksi terhadap anak pelaku tindak pidana
mendapatkan pembinaan, dan untuk
terorisme yang dilihat peneliti dalam putusan
melaksanakan pembinaan dan memberikan
Pengadilan Negeri Klaten nomor:
perlindungan terhadap anak, diperlukan
19/Pid.Sus/11/PN.Klt dimana anak pelaku
dukungan, baik yang menyangkut
terorisme dijatuhi hukuman 2 tahun.
kelembagaan maupun perangkat hukum yang
Bagaimana pengaturan sanksi anak yang
lebih mantap dan memadai, Oleh karena itu
melakukan terorisme serta hal-hal apa yang
Ketentuan mengenai penyelenggaraan
menjadi bahan pertimbangan hakim dalam
pengadilan bagi anak perlu dilakukan secara
menjatuhkan sanksi terhadap anak sebagai
khusus (Sinaga & Lubis, 2010).
pelaku tindak pidana terorisme kemudian
Di dalam kehidupan masyarakat, tidak
menarik peneliti untuk melakukan penelitian
asing dan tidak jarang ditemukan seseorang
ini dengan mengacu pada putusan Pengadilan
yang dikatakan sebagai anak melakukan
Negeri Klaten nomor: 19/Pid.Sus/11/PN.Klt.
tindak pidana. Seperti anak yang melakukan
Berdasarkan uraian tersebut diatas,
pencurian, pembunuhan pemerkosaan, dan
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
sebagainya. Anak yang melakukan tindak
hukum dengan judul : "Tinjauan Yuridis
pidana tersebut tidak terlepas dari
Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana
pertanggungjawaban hukum positif terhadap
Terorisme Sebelum Berlakunya Undang-

570 Syntax Transformation, Vol. 1 No. 9, November 2020


Tinjauan Yuridis Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Terorisme Sebelum Berlakunya Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang alternatif pertama dan mengesampingkan


Sistem Peradilan Pidana Anak (Analisis dakwaan alternatif kedua.
Putusan Nomor 19/Pid.Sus/2011/PN.Klt.)". Unsur-unsur dalam pasal 15 Jo.
Pasal 9 undang-undang Republik
Indonesia No.15 tahun 2003 tentang
Metode Penelitian
penetapan peraturan pemerintah
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian yuridis normatif,
pengganti undang-undang Nomor 1
yaitu suatu prosedur penelitian ilmiah untuk Tahun 2002 tentang pemberantasan tindak
menemukan kebenaran berdasarkan logika pidana terorisme menjadi undang-undang
keilmuan hukum dari sisi normatifnya telah dipenuhi oleh perbuatan terdakwa
(Soekanto & Mamudji, 2006). Dalam kajian dan oleh karena menurut pertimbangan
ini, hukum dilihat sebagai sebuah sistem Hakim majelis, tidak terdapat adanya
tersendiri yang terpisah dengan berbagai alasan alasan-alasan pemaaf maupun
sistem lain yang ada di dalam masyarakat alasan-alasan pembenar atas perbuatan
sehingga memberi batas antara sistem hukum yang dilakukan oleh terdakwa tersebut,
dengan sistem lainnya.
maka terdakwah harus dinyatakan terbukti
Hasil dan Pembahasan
secara sah dan meyakinkan bersalah
Hakim telah menjatuhkan putusan melakukan tindak pidana sebagaimana
dalam perkara dengan nomor yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut
19/Pid.Sus/11/PN.Klt. Putusan tersebut Umum dalam surat dakwaan pada
menghukum terdakwa (AW) pidana alternatif pertama/kesatu primer dan harus
penjara selama 2 tahun karena telah dijatuhi pidana.
melanggar pasal 15 jo pasal 19 Undang- Perkara terdakwa AW adalah
Undang No. 15 tahun 2003 tentang perkara pidana dengan penyertaan. suatu
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. penyertaan dikatakan terjadi jika dalam
Putusan ini dijatuhkan oleh Majelis suatu peristiwa tindak pidana terlibat
Hakim dengan dasar surat tuntutan dan lebih dari satu orang. Hal ini terbukti
dakwaan dari jaksa penuntut umum serta lewat fakta-fakta hukum dalam
fakta-fakta hukum selama di persidangan persidangan perkara AW yang
perkara dengan nomor menyatakan AW bukanlah sebagai satu-
19/Pid.Sus/11/PN.Klt. Dan berdasarkan satunya pelaku, melainkan sebagai orang
pertimbangan-pertimbangan Hakim yang turut serta melakukan (dader). Salah
terhadap surat dakwaan jaksa penuntut satu fakta hukum yang menyatakan AW
umum dan berdasarkan fakta-fakta hukum bukanlah pelaku tunggal adalah
yang diajukan dalam persidangan dihadirkannya saksi mahkota yaitu Roki
terdakwa AW, Hakim majelis Aprisdianto alias Atok, Nugroho Budi
berpendapat bahwa dakwaan alternatif Santoso, Joko Lelono, Tri Budi Santoso,
pertama yang lebih tepat karena itu Yudha Anggoro yang secara bersama-
didakwakan kepada terdakwa dan oleh sama terdakwa melakukan tindak pidana
karena itu pula maka Hakim Majelis terorisme. Saksi mahkota merupakan
untuk mempertimbangkan dakwaan teman terdakwa yang melakukan tindak
pidana bersama-sama, diajukan sebagai

Syntax Transformation, Vol. 1 No. 9, November 2020 571


Agus Sugiarto

saksi yang membuktikan dakwaan Undang No. 15 Tahun 2003 tentang


penuntut umum yang perkaranya Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
diantaranya dipisah karena kurangnya alat Pengaturan tindak pidana
bukti. terorisme yang dilakukan oleh anak
Undang-Undang Republik terdapat dalam Undang-Undang No. 15
Indonesia No.15 Tahun 2003 Tentang Tahun 2003 tentang Pemberantasan
Penetapan Peraturan Pemerintah Tindak Pidana Terorisme. Peraturan
Pengganti Undang-Undang No.1 Tahun tindak pidana terorisme bagi anak tidak
2002 Tentang Pemberantasan Tindak dibedakan dengan pengaturan tindak
Pidana Terorisme Menjadi Undang- pidana terorisme bagi orang yang telah
Undang tidak mengatur tentang dewasa, namun ketentuan sanksi pidana
penyertaan dalam melakukan tindak yang diterima oleh anak sebagai pelaku
pidana terorisme. Sehingga pengaturan terorisme berbeda dengan sanksi yang
tentan penyertaan dikembalikan ke dalam diterima oleh dewasa sebagai pelaku
KUHP yaitu pasal 55 KUHP. terorism,.
Perbuatan terdakwa AW selain Sanksi pidana yang tercantum
merupakan perbuatan penyertaan juga dalam Undang-Undang terorisme antara
merupakan perbarengan tindak pidana lain:
dikarenakan terdakwa AW telah 1. Pidana mati atau penjara seumur
melakukan beberapa tindak pidana hidup atau pidana penjara tertentu
(concursus) seperti melakukan dengan batasan minimal dan
pemufakatan jahat dan meletakkan serta maksimal)
membuatan bom. Tindak pidana 2. Pidana penjara seumur hidup
concursus yang dilakukan AW diatur 3. Pidana penjara (dengan batasan
dalam pasal 65 KUHP karena perbuatan minimal dan maksimal).
AW dipandang sebagai perbuatan yang 4. Pidana mati atau pidana penjara
berdiri sendiri perbuatan itu telah seumur hidup.
memenuhi rumusan tindak pidana yang 1. Pidana kurungan
diatur di dalam undang-undang Nomor 15 Perbedaan pengaturan ketentuan
Tahun 2003 Tentang Pemberantasan tindak pidana terorisme yang dilakukan
Tindak Pidana Terorisme yaitu pasal 15 oleh orang dewasa dengan anak yang
Jo pasal 9. melakukan tindak pidana terorisme
Berdasarkan pembahasan di atas, terletak pada ketentuan sanksi pidana
disimpulkan bahwa beberapa sanksi yang yang akan dijatuhkan yang tercantum
dijatuhkan oleh hakim terhadap terdakwa dalam pasal 19 dan pasal 24 Undang-
AW adalah benar sesuai dengan aturan Undang No. 15 Tahun 2003 Tentang
hukum yang berlaku, yaitu sesuai dengan Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
pasal 15 jo. Pasal 9 Undang-Undang No. Pasal 19 dan pasal 24 dikatakan
15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan penjatuhan pidana minimum khusus yang
Tindak Pidana Terorisme di mana tercantum dalam pasal
terdakwa telah terbukti memenuhi unsur- 6,8,9,10,11,12,13,15,16,20,21,22 Undang
unsur dalam pasal 15 dan pasal 9 Undang- - Undang No. 15 Tahun 2003 tidak

572 Syntax Transformation, Vol. 1 No. 9, November 2020


Tinjauan Yuridis Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Terorisme Sebelum Berlakunya Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

berlaku bagi anak yang terlibat terorisme. Perlindungan Anak


Yang berarti dipakai stafminina umum
yang terdapat di dalam KUHP yaitu untuk
pidana penjara dijatuhkan paling sedikit 1 Kesimpulan
hari. Berdasarkan uraian analisis
pembahasan terhadap putusan Nomor:
Undang-Undang terorisme pasal 19
19/Pid.Sus/11/PN.Klt. Pengadilan Negeri
dan pasal 24 tersebut di atas juga
Klaten, dikemukakan kesimpulan sebagai
menghapuskan ketentuan pidana mati dan berikut: Pertimbangan Hakim dalam
pidana penjara seumur hidup terhadap Penjatuhan Sanksi Pidana Terhadap Anak
seseorang yang belum berusia 18 tahun. pelaku Tindak Pidana Terorisme dalam
Dari pasal tersebut ditarik kesimpulan Putusan Pengadilan Negeri Klaten
bahwa untuk anak yang terlibat (pelaku) Nomor:19/Pid.Sus/11/PN.Klt., terbagi dalam
tindak pidana terorisme tidak berlaku pertimbangan yuridis dan pertimbangan non
stafminimal khusus yang tercantum dalam yuridis, yakni: pertimbangan yuridis, yang
pasal-pasal 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, terdiri dari umur terdakwa, dakwaan Jaksa
20, 21, 22 Undang-Undang No. 15 Tahun Penuntut Umum, Keterangan Saksi,
Keterangan Terdakwa, Barang Barang Bukti,
2003 Tentang Pemberantasan Tindak
Alat Bukti Surat, Pasal 19 Undang-Undang
Pidana Terorisme. Dengan demikian,
No. 15 Tahun Tahun 2003 Tentang Penetapan
seorang anak pelaku tindak pidana Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
terorisme tidak dapat dihukum mati dan Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang
tidak dapat dihukum pidana penjara Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
seumur hidup atau ketentuan pidana mati Menjadi Undang-Undang, Pasal 26 ayat (1)
dan pidana penjara seumur hidup seperti dan ayat (2) Undang-Undang No. 3 Tahun
yang tercantum dalam Undang-Undang Dan 1997 Tentang Pengadilan Anak.
Terorisme tersebut tidak berlaku bagi Pertimbangan non yuridis, yang terdiri dari
anak sebagai pelaku teror. Hal-Hal yang memberatkan terdakwa AW,
Penghapusan staf minimal khusus hal-hal yang meringankan terdakwa AW, dan
Laporan Hasil Penelitian Kemasyarakatan
sanksi pidana yang diancamkan pada anak
tentang terdterdaka AW.
pelaku teror dan tidak diaturnya tata cara
Penerapan sanksi pidana terhadap
persidangan dan hak-hak bagi anak pelaku anak yang melakukan tindak pidana terorisme
teror dalam Undang-Undang No. 15 dalam Putusan Pengadilan Negeri Klaten
Tahun 2003 tentang Pemberantasan Nomor : 19/Pid.Sus/11/PN.Klt, adalah sesuai
Tindak Pidana Terorisme bagi anak diatas dengan aturan hukum. Hakim memberikan
mengartikan berlakulah ketentuan- vonis 2 tahun penjara kepada terdakwa
ketentuan lain diluar Undang-Undang dengan mempertimbangkan dalam Pasal 19
terorisme tersebut untuk mengatur Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 tentang
penjatuhan sanksi pidana dan tata cara Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan
persidangan bagi anak pelaku tindak pasal 26 ayat (1) Undang-Undang No. 3 tahun
1997 tentang Pengadilan Anak.
pidana terorisme. Ketentuan tersebut
adalah Undang-Undang No. 3 tahun 1997
tentang Pengadilan Anak dan Undang-
Undang No. 23 tahun 2002 tentang

Syntax Transformation, Vol. 1 No. 9, November 2020 573


Agus Sugiarto

BIBLIOGRAFI
Kismadewi, P. S., & Darmadi, A. A. N. Y.
Andriani, N. (2018). Implementasi bimbingan (2017). Pertanggungjawaban Pidana
dan konselingdalam penanganan Orangtua Yang Menelantarkan Anaknya
perilaku menyimpang anak usia sekolah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor
kelas X di madrasah aliyah Darul Aitam 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan
(MA DA) Jerowaru Tahun Ajaran Anak. Kertha Wicara: Journal Ilmu
2017/2018. Universitas Islam Negeri Hukum.
Mataram.
Nasution, A. R. (2017). Penegakan Hukum
Farhan, M. I. (2016). Penerapan Diversi Terhadap Kejahatan Terorisme Sebagai
dalam Penyelesaian Tindak Pidana ‘Extraordinary Crime’Dalam Perspektif
Anak Menurut Hukum Positif dan Hukum Internasional Dan Nasional.
Hukum Islam (Analisis Kasus Putusan Deliberatif, 1(1), 1–23.
Perkara Nomor 15/Pid. Sus-
Anak/2014/Pn. Tng). Fakultas Syariah Puspitasari, I. (2020). Perlindungan Hukum
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Terhadap Anak Dalam Pelaku Tindak
Jakarta. Pidana Kejahatan Terorisme. Jurnal
Meta-Yuridis, 3(2). Tindak Pidana
Fitriana, I. (2017). Studi Komparasi Batas Kejahatan Terorisme. Jurnal Meta-
Usia Cakap Hukum Perspektif Hukum Yuridis, 3(2).
Positif dan Hukum Islam (Tinjauan
Pasal 330 KUHPerdata, Pasal 47 Sinaga, S. M., & Lubis, E. Z. (2010).
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Perlindungan Hukum terhadap Anak
Tentang Perkawinan, Pasal 45 KUHP Yang Melakukan Kejahatan dalam
Tentang Pidana Anak, dan Pasal 98 Persidangan Anak. Jurnal Mercatoria,
KHI). 3(1), 52–57.

Illah, M. E. I. (2019). Pertanggung Jawaban Soekanto, S., & Mamudji, S. (2006).


Pidana Terhadap Anak Sebagai Pelaku Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Tindak Pidana. Universitas 17 Agustus Tinjauan Singkat Jakarta: PT
1945. RajaGrafindo Persada.

Copyright holder :
Agus Sugiarto (2020).

First publication right :


Jurnal Syntax Transformation

This article is licensed under:

574 Syntax Transformation, Vol. 1 No. 9, November 2020

Anda mungkin juga menyukai