Anda di halaman 1dari 12

PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA PEMBIBITAN UTAMA

UTILIZATION OF ORGANIC LIQUID FERTILIZER TO GROWTH OIL PALM


(Elaeis guineensis Jacq.) SEEDLING IN MAIN NURSERY

By Kardi Yanto (1006121701)


Supervised by Dr. Ir. Adiwirman, MS and Ir. Nurbaiti, Msi
Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty of Riau University
e-mail : kardiyanto22@gimail.com

ABSTRACT

This study aimed to determine the effect of organic liquid fertilizer and
liquid organic fertilizer obtain a concentration corresponding to the growth of seedlings of
oil palm (Elaeis guineensis Jacq). The main breeding and looking for correlations of all
parameters in the treatment gives the highest influence on the main nursery. Completely
randomized design (CRD), consisting of 5 treatments with 4 replications. Data were
analyzed by analysis of variance, HSD (Honestly Significant Difference) at 5% level and
correlation was used in this research. The parameters were observed in the study were plant
height increment, the increase in diameter stump, in the number of leaves, root volume,
fresh weight and dry weight. Liquid organic fertilizer significantly affects on plant height
increment parameter, the increase in diameter stump, root volume, fresh weight and dry
weight of oil palm seedlings, but no significant difference in the parameter number of
leaves. Organic fertilizer at a concentration of 6 ml / l of water showed the highest value on
each parameter observation that a high increment of plants, increase the diameter of the
pulpit, in the number of leaves, root volume, fresh weight and dry weight of oil palm
seedlings than other concentration.

Keywords : organic liquid fertilizer, palm oil, concentration

tanaman kelapa sawit di Indonesia


PENDAHULUAN merupakan sumber devisa negara yang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis sangat potensial karena menempati
guineensis Jacq) merupakan salah satu urutan ketiga dari sektor perkebunan
tanaman perkebunan yang memegang setelah karet dan kopi. Perkebunan
peranan sangat penting bagi Indonesia kelapa sawit di Riau menempati urutan
sebagai komoditi andalan untuk ekspor pertama dibandingkan dengan tanaman
maupun komoditi yang dapat perkebunan lainnya.
meningkatkan pendapatan perkebunan Melihat kontribusi yang
Indonesia. Menurut Fauzi dkk. (2002) diberikan oleh tanaman kelapa sawit

1. Mahasiswa Faperta Universitas Riau


2. Dosen Faperta Universitas Riau
JOM Faperta Vol.3 No. 2 Oktober 2016 1
dewasa ini dan dimasa yang akan pertumbuhan tunas baru dan dapat
datang, seiring dengan meningkatnya mengurangi tingkat serangan hama dan
kebutuhan akan minyak sawit, maka penyakit tanaman, kosentrasi pupuk
perlu dipikirkan usaha peningkatan organik cair NASA yang di anjurkan
kualitas dan kuantitas dari kelapa sawit untuk tanaman perkebunan 6 cc/liter
dengan memperbaiki teknik (Redaksi Agromedia, 2007).
agronominya, salah satunya adalah Zat pengatur tumbuh yang
pembibitan. Asmono dkk. (2003) terkandung dalam pupuk organik cair
menyatakan bahwa bibit kelapa sawit diantaranya adalah auksin, sitokinin
yang baik memiliki kekuatan dan dan giberalin. Auksin berperan dalam
penampilan tumbuh yang optimal serta proses pemanjangan sel, pembelahan
berkemampuan dalam menghadapi sel, diferensiasi jaringan pembuluh dan
kondisi cekaman lingkungan saat inisiasi akar (Wudianto, 2004).
pelaksanaan transplanting. Sitokinin merupakan zat pengatur
Menurut Parnata (2010) tumbuh yang sangat penting dalam
masalah yang sering dihadapi pada proses pembelahan sel (Davies, 1990).
saat pembibitan kelapa sawit adalah Giberalin berperan meningkatkan
kemampuan tanah dalam penyediaan fotosintat dan memacu translokasi
unsur hara secara terus menerus bagi fotosintat (Weaver, 1972).
pertumbuhan dan perkembangan Penelitian ini bertujuan untuk
kelapa sawit yang terbatas. mengetahui pengaruh pemberian
Keterbatasan daya dukung tanah dalam pupuk organik cair serta mendapatkan
penyediaan hara ini harus diimbangi konsentrasi pupuk organik cair yang
dengan penambahan unsur hara sesuai terhadap pertumbuhan bibit
melalui pemupukan. Pupuk organik kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
terdiri dari pupuk organik padat dan pada pembibitan utama dan mencari
pupuk organik cair. Pupuk organik korelasi semua parameter pada
padat adalah pupuk yang tersusun dari perlakuan yang memberikan pengaruh
materi makhluk hidup, seperti yang tertinggi pada pembibitan utama.
pelapukan sisa-sisa tanaman dan
hewan. Pupuk organik cair adalah METODE PENELITIAN
larutan dari pembusukan bahan-bahan Penelitian ini telah
organik yang berasal dari sisa dilaksanakan di kebun percobaan
tanaman, kotoran hewan dan manusia. Fakultas Pertanian Universitas Riau,
Salah satu pupuk organik cair Kampus Binawidya Km 12,5,
yang ada di pasaran adalah pupuk Kelurahan Simpang Baru ,Kecamatan
organik cair NASA. Pupuk organik Tampan, Pekanbaru. Penelitian ini
cair NASA, mengandung lebih dari dilaksanakan mulai bulan Febuari
satu unsur hara, adapun kandungan sampai Juni 2015.
yang terdapat didalamnya antara lain Bahan yang digunakan dalam
unsur N, P, K, C organik, Zn, Cu, Na, penelitian ini adalah bibit kelapa sawit
B, Si, Al, NaCl, Se, Cr, Mo, V, So4, hasil persilangan Dura x Psifera (DxP)
pH, Lemak, Protein, dan zat pengatur Marihat yang berumur 3 bulan, pupuk
tumbuh yang berfungsi meningkatkan NPK, pestisida Sevin 85 S, Dithane M-
kesuburan tanah, merangsang 45, air, dan pupuk organik cair NASA.

JOM Faperta Vol.3 No. 2 Oktober 2016 2


Alat-alat yang digunakan organik cair dengan konsentrasi 9
adalah cangkul, ayakan, parang, ml/liter air dan P4 : Pemberian pupuk
gembor, meteran, timbangan, polybag organik cair dengan konsentrasi 12
45 cm x 40 cm, oven, amplop, jangka ml/liter air.
sorong dan alat tulis. Parameter yang diamati dalam
Rancangan yang digunakan penelitian ini antara lain pertambahan
adalah Rancangan Acak Lengkap tinggi tanaman, pertambahan diameter
(RAL), terdiri dari 5 perlakuan dengan bonggol, pertambahan jumlah daun,
4 ulangan. Faktor – faktornya sebagai volume akar, berat basah dan berat
berikut : P0 : Tanpa pemberian pupuk kering. Hasil sidik ragam yang
organik cair, P1 : Pemberian pupuk menunjukkan adanya pengaruh nyata
organik cair dengan konsentrasi 3 dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda
ml/liter air, P2 : Pemberian pupuk Nyata Jujur) pada taraf 5%. Untuk
organik cair dengan konsentrasi 6 melihat hubungan antar variable
ml/liter air, P3 : Pemberian pupuk dilakukan uji korelasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN pertambahan tinggi tanaman dan


Hasil pertambahan diameter bonggol bibit
Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) kelapa sawit di pembibitan utama.
dan Pertambahan Diameter Rerata pertambahan tinggi tanaman
Bonggol (cm) dan pertambahan diameter bonggol
dapat dilihat pada Tabel 1
Pemberian pupuk organik cair
berpengaruh nyata terhadap
Tabel 1. Rerata pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan diameter bonggol bibit
kelapa sawit dengan pemberian pupuk organik cair di pembibitan utama.

Tinggi tanaman Diameter bonggol


Pemberian POC (ml/l air)
(cm) (mm)
0 17,62 b 10,35 b
3 16,57 b 11,22 ab
6 19,17 a 16,55 a
9 17,97 b 12,45 ab
12 18,05 b 12,75 ab
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak
nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%.

Tabel 1 menunjukkan tinggi air. Regresi hubungan antara


tanaman mengalami peningkatan konsentrasi POC dengan tinggi
sebesar 1,55 cm dengan pemberian tanaman bibit sawit adalah Y= -
POC konsentrasi 6 ml/l air 0,115x2 + 0,886x + 16,42 dengan nilai
dibandingkan POC konsentrasi 0 ml/l R2= 0,195. Artinya pemberian POC

JOM Faperta Vol.3 No. 2 Oktober 2016 3


memiliki pengaruh terhadap tinggi konsentrasi 6 ml/l air kemudian
tanaman sebesar 19,5%. Regresi ini menurun pada konsentrasi 9 ml/l air
menunjukkan tinggi tanaman dan 12 ml/l air (Gambar 5).
meningkat pada pemberian POC

19.5

19
Tinggi Tanaman (cm)

18.5

18
y = -0.11x2 + 0.886x + 16.428
17.5
R² = 0.1952
17

16.5

16
0 1 2 3 4 5 6
konsentrasi POC ml/lair

Gambar 5. Hubungan pemberian POC dengan pertambahan tinggi tanaman bibit


kelapa sawit di pembibitan utama

R2= 0,51. Artinya pengaruh pemberian


Tabel 1 menunjukkan diameter POC terhadap diameter bonggol
bongggol mengalami peningkatan sebesar 51%. Regresi ini menunjukkan
sebesar 6,20 mm pada pemberian POC diameter bonggol meningkat pada
konsentrasi 6 ml/l air dibandingkan pemberian POC konsentrasi 3 ml/l air
POC konsentrasi 0 ml/l air. Regresi sampai 6 ml/l air kemudian menurun
antara konsentrasi pupuk organik cair pada konsentrasi 9 ml/l air dan 12 ml/l
dengan diameter bonggol adalah Y = - air (Gambar 6).
0,755x2 + 5,133x + 5,57 dengan nilai

JOM Faperta Vol.3 No. 2 Oktober 2016 4


18
16

Diameter bonggol (mm)


14
12
10
y = -0.755x2 + 5.133x + 5.57
8 R² = 0.5141
6
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi POC ml/l air (l)

Gambar 6. Hubungan pemberian POC dengan pertambahan diameter bonggol bibit


kelapa sawit di pembibitan utama

Pertambahan Jumlah Daun (helai) dan Volume Akar (ml)


Tabel 2. Rerata pertambahan jumlah daun dan volume akar bibit kelapa sawit dengan
pemberian pupuk organik cair di pembibitan utama.

Pemberian POC (ml/l air) Jumlah daun (helai) Volume akar (ml)
0 5,00 a 28,26 c
3 5,00 a 28,30 c
6 6,25 a 34,67 a
9 5,62 a 31,41 b
12 5,85 a 30,85 bc
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak
nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan volume dengan volume akar adalah Y= -


akar mengalami peningkatan sebesar 0,773x2 + 5,470x + 22,79 dengan nilai
6,41 ml pada pemberian POC R2= 0,54. Artinya pengaruh pemberian
konsentrasi 6 ml/l air dibandingkan POC terhadap volume akar sebesar
POC konsentrasi 0 ml/l air. POC pada 54%. Regresi ini menunjukkan volume
konsentrasi 6 ml/l air berbeda nyata akar meningkat pada pemberian POC
dengan pemberian POC konsentrasi 0, konsentrasi 3 ml/l air sampai 6 ml/l air
3, 9 dan 12 ml/l air. Regresi hubungan kemudian menurun pada konsentrasi 9
antara konsentrasi pupuk organik cair ml/l air dan 12 ml/l air (Gambar 9).

JOM Faperta Vol.3 No. 2 Oktober 2016 5


40

35

Volume Akar(g) 30

25

20

15 y = -0.7736x2 + 5.4704x + 22.796


R² = 0.5446
10

0
0 3 6 9 12
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi POC ml/l air (l)

Gambar 9. Hubungan pemberian POC dengan volume akar bibit kelapa sawit di
pembibitan utama

Berat Basah (g) dan Berat Kering basah dan berat kering bibit kelapa
(g) sawit di pembibitan utama
Pemberian pupuk organik cair
berpengaruh nyata terhadap berat
Tabel 3. Rerata berat basah dan berat kering bibit kelapa sawit dengan pemberian
pupuk organik cair di pembibitan utama.

Pemberian POC (ml/l air) Berat basah (g) Berat kering (g)
0 63,29 b 13,33 d
3 68,65 b 17,02 c
6 93,48 a 21,75 a
9 85,59 a 19,42 b
12 84,42 a 20,12 ab
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak
nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%.

Tabel 3 menunjukkan berat tidak berbeda nyata dengan


basah mengalami peningkatan sebesar konsentrasi 9 dan 12 ml/l air. Regresi
30,19 g pada pemberian POC hubungan antara konsentrasi pupuk
konsentrasi 6 ml/l air dibandingkan organik cair dengan berat basah bibit
POC konsentrasi 0 ml/l air, namun kelapa sawit adalah Y= -3,27x2 +

JOM Faperta Vol.3 No. 2 Oktober 2016 6


25,54x + 38,43 dengan nilai R2= 0,78. pemberian POC konsentrasi 3 ml/l air
Artinya pengaruh pemberian POC sampai 6 ml/l air namun cenderung
terhadap berat basah bibit kelapa sawit mengalami penurunan pada
sebesar 78%. Regresi ini menunjukkan konsentrasi 9 ml/l air dan meningkat
berat basah bibit kelapa sawit kembali pada konsentrasi 12 ml/l air
mengalami peningkatan pada (Gambar 10).
100
90
80
70
Berat Basah (g)

60
50 y = -3.27x2 + 25.54x + 38.436
40 R² = 0.786
30
20
10
0
0 10 32 63 94 125 6
Konsentrasi POC ml/l air(l)

Gambar 10. Hubungan pemberian POC dengan berat basah bibit kelapa sawit di
pembibitan utama

Tabel 3 menunjukkan berat Artinya pengaruh pemberian POC


kering mengalami peningkatan sebesar terhadap berat kering bibit kelapa
8,42 g pada pemberian POC sawit sebesar 88%. Regresi ini
konsentrasi 6 ml/l air dibandingkan menunjukkan berat kering bibit kelapa
POC konsentrasi 0 ml/l air. Regresi sawit meningkat pada pemberian POC
hubungan antara konsentrasi pupuk konsentrasi 3 ml/l air sampai 6 ml/l air
organik cair dengan berat kering bibit kemudian menurun pada konsentrasi 9
kelapa sawit adalah Y= -0,931x + ml/l air (Gambar 11).
7,186x + 7,014 dengan nilai R2= 0,88.

JOM Faperta Vol.3 No. 2 Oktober 2016 7


25

20

Berat Kering (g)


15

10 y = -0.9314x2 + 7.1866x + 7.014


R² = 0.8803
5

0
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi POC ml/l air (l)
0 3 6 9 12
Gambar 11. Hubungan pemberian POC dengan berat kering bibit kelapa sawit di
pembibitan utama

Korelasi Antar Parameter mengetahui keeratan hubungan antar


Korelasi merupakan derajat karakter pada pengamatan yang
keeratan hubungan antar satu karakter dilakukan. Hubungan korelasi antar
dengan karakter lainnya (Hanafiah, parameter ditunjukkan pada Tabel 4.
2008). Uji korelasi diperlukan untuk

Tabel 4. Korelasi antar parameter pada bibit kelapa sawit di pembibitan utama

DB JD VA BB BK
TT 0,522 0,236 0,649 0,552 0,548
DB 0,201 0,467 0,646 0,610
JD 0,364 0,412 0,478
VA 0,594 0,614
BB 0,786
Keterangan: TT: Tinggi Tanaman, JD: Jumlah Daun, DB: Diamter Bonggol, VA:
volume akar, BB: Berat Basah, BK: Berat kering. Jika nilai korelasi: KK= 0: Tidak
ada korelasi, KK= >0,000-0,199: Korelasi sangat lemah, KK= >0,200-0,399: Korelasi
lemah, KK= >0,400-0,599: Korelasi sedang, KK= >0,600-0,799: Korelasi kuat, KK=
>0,800-1,000: Korelasi sangat kuat. Jika angka signifikansi < 0,05= Hubungan kedua
variabel signifikan, dan jika > 0,05 = Hubungan kedua variabel tidak signifikan
(Sumber: Hanafiah, 2008)

JOM Faperta Vol.3 No. 2 Oktober 2016 8


Tabel 4 merupakan tabel optimal kebutuhan unsur hara yang
hubungan antar parameter pengamatan dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit.
yang mencerminkan hubungan Peningkatan tinggi tanaman,
keeratan. Semakin tinggi nilai korelasi diameter bonggol, jumlah daun,
maka semakin tinggi hubungan volume akar, berat basah, dan berat
keeratan antar parameter pengamatan. kering tertinggi adalah pemberian
Hanifiah (2008) menyatakan bahwa pupuk organik cair dengan konsentrasi
korelasi merupakan derajat keeratan 6 ml/l air dibandingkan tanpa
hubungan antar satu karakter dengan pemberian pupuk organik cair. Hal ini
karakter lainnya. Uji korelasi dikarenakan pupuk organik cair dapat
diperlukan untuk mengetahui keeratan memperbaiki struktur tanah, selain itu
hubungan antar karakter pada juga berperan aktif dalam proses
pengamatan yang dilakukan. perombakan bahan organik serta
Hasil korelasi menunjukkan mengefektifkan penyerapan unur hara
berat kering bibit kelapa sawit N, P, K, dan C organik yang
berkorelasi sedang dengan tinggi terkandung dalam pupuk organik cair.
tanaman (r=0,548) dan jumlah daun Hal ini juga di dukung oleh
(r=0,47) dan berkorelasi kuat dengan Rikamonika (2012) yang menyatakan
diameter bonggol (r=0,610), volume bahwa fungsi pupuk organik cair
akar (r=0,614) serta berat basah bibit adalah memberi unsur hara pada
kelapa sawit (0,786). tanaman dan tanah, serta mengandung
unsur hara yang lengkap yaitu unsur
Pembahasan hara makro dan unsur hara mikro yang
Secara umum pemberian dapat meningkatkan pertumbuhan
perlakuan pupuk organik cair (POC) tanaman.
pada konsentrasi 6 ml/l air dapat Dahlan dan Prayogi (2008)
meningkatkan pertumbuhan bibit menyatakan bahwa salah satu faktor
kelapa sawit di pembibitan utama, jika pertumbuhan yang diterima oleh
di bandingkan dengan tanpa pemberian tanaman yaitu pemupukan yang
pupuk organik cair (POC) dan menyebabkan laju fotosintesis
perlakuan pemberian pupuk organik meningkat. Selain kandungan unsur
cair dengan konsentrasi 3 ml/l air. Hal makro, unsur hara lainnya seperti ZPT
ini terlihat pada parameter tinggi yang terkandung dalam POC juga
tanaman, diameter bonggol, jumlah membantu meningkatkan pertumbuhan
daun, volume akar, berat basah, dan tanaman. Ginting dan Hariati (2014)
berat kering tanaman kelapa sawit. menyatakan bahwa pemberian limbah
Sebaliknya terjadi penurunan tinggi cair kelapa sawit dengan kosentrasi 6
tanaman, diameter bonggol, jumlah ml/liter air dapat meningkatkan
daun, volume akar, berat basah, dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada
berat kering tanaman kelapa sawit parameter pengamatan tinggi bibit,
pada konentrasi 9 ml/l air dan 12 ml/l diameter batang, total luas daun, bobot
air. Hal ini diduga karena pemberian segar tanaman dan bobot kering
POC organik konsentrasi 9 ml/l air dan tanaman. Hal ini dibuktikan juga pada
12 ml/l air sudah melebihi batas penelitian Purwati (2013) yang
menyatakan bahwa pemberian pupuk

JOM Faperta Vol.3 No. 2 Oktober 2016 9


organik cair dengan konsentrasi 6 ml/l (r=0,614) dan berat basah (r=0,786)
air cenderung meningkatkan jumlah namun berkorelasi sedang dengan
dan panjang akar. tinggi tanaman (r=0,548) dan jumlah
Terjadi penurunan tinggi daun (r=0,478) (Tabel 4). Artinya
tanaman, diameter bonggol, jumlah semangkin tinggi nilai diameter
daun, volume akar, berat basah, dan bonggol, volume akar dan berat basah
berat kering tanaman kelapa sawit akan meningkatan berat kering bibit
pada konsentrasi 9 ml/l air dan 12 ml/l kalapa sawit. Hamzah (2014)
air disebabkan karena tidak aktifnya menjelaskan bahwa berat kering bibit
proses metabolisme tanaman kelapa merupakan indikator utama penentuan
sawit yang disebabkan oleh terlalu kualitas bibit yang dipengaruhi oleh
tingginya konsentrasi yang diberikan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter
kepada tanaman kelapa sawit. Hal ini batang, luas daun, dan pertumbuhan
didukung oleh Salisbury dan Ross vegetatif tanaman lainnya. Gardner
(1995) yang menyatakan zat pengatur (1991) yang menyatakan bahwa
tumbuh apabila diberikan dalam meningkatnya pertumbuhan vegetatif
konsentrasi yang tepat. Sebaliknya jika tanaman seperti akar, batang dan daun
diberikan dalam kondisi yang tinggi akan mendorong meningkatnya
dari yang dibutuhkan tanaman maka kandungan karbohidrat yang tercermin
akan menghambat dan menyebabkan melalui berat kering tanaman.
kurang aktifnya proses metabolisme Berat kering bibit yang baik
tanaman. Auksin, sitokinin dan akan mencerminkan pertumbuhan bibit
giberelin yang terkandung dalam POC yang baik. Hal ini dibuktikan dengan
berperan sebagai sumber tenaga dalam tabel korelasi yang menunjukkan
pertumbuhan, serta untuk merangsang bahwa berat kering bibit berkorelasi
pembelahan dan perpanjangan sel sedang dengan semua parameter
apabila digunakan pada konsentrasi lainnya. Artinya peningkatan
yang tepat. parameter pertumbuhan vegetatif
Hasil pengamatan pada setiap lainnya akan meningkatkan berat
parameter pemberian POC dengan kering bibit kelapa sawit. Hal ini
konsentrasi 6 ml/l air menunjukkan karena perkembangan tajuk tanaman
nilai yang tertinggi dibandingkan yang terjadi seiring dengan
dengan konsentrasi lainnya. Hal ini berjalannya perkembangan akar
disebabkan pada pemberian POC 6 tanaman dengan perbandingan yang
ml/l air memilki kandungan unsur hara relatif sama pada setiap interaksi
N, P, K, C organik, Zn, Cu, Na, B, Si, perlakuan. Hal ini sejalan dengan
Al, NaCl, Se, Cr, Mo, V, So4, pH, Sitompul dan Guritno (1995) berkaitan
Lemak, Protein, dan zat pengatur dengan konsep keseimbangan
tumbuh dapat memenuhi kebutuhan morfologi yang berarti bahwa
tanaman untuk pertumbuhan bibit pertumbuhan suatu bagian tanaman
kelapa sawit. diikuti dengan pertumbuhan bagian
Berat kering bibit kelapa sawit lain. Artinya perkembangan akar akan
berkorelasi kuat dengan diameter diikuti oleh perkembangan bagian
bonggol (r=0,610), volume akar vegetatif lainnya.

JOM Faperta Vol.3 No. 2 Oktober 2016 10


KESIMPULAN DAN SARAN bonggol, jumlah daun, volume akar,
Kesimpulan berat basah dan berat kering bibit
1. Pemberian POC memberikan kelapa sawit dibandingkan
pengaruh nyata pada parameter konsentrasi lainnya.
tinggi tanaman, diameter bonggol,
volume akar, berat basah dan berat Saran
kering bibit kelapa sawit, namun Berdasarkan hasil penelitian
tidak berbeda nyata pada parameter yang dilaksanakan pada kebun
jumlah daun. percobaan Universitas Riau disarankan
2. Pemberian POC pada konsentrasi 6 untuk memberikan pupuk organik cair
ml/l air menunjukkan nilai tertinggi (POC) dengan konsentrasi 6 ml/l air
pada setiap parameter pengamatan pada pembibitan utama kelapa sawit.
yaitu tinggi tanaman, diameter
Hamzah, M. 2014. Studi Metode
Pemupukan Dan Soil
DAFTAR PUSTAKA Conditioner Terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Serta
Asmono, D., A.R. Purba, E. Suprianto, Efektivitas Serapan Hara
Y. Yenni, dan Akiyat. 2003. Makro Bibit Kelapa Sawit
Budidaya kelapa sawit. Pusat (Elaeis Guineensis Jacq.)
Penelitian Kelapa Sawit. Tesis Fakultas Pertanian
Medan. Universitas Riau. Pekanbaru
(tidak untuk dipublikasikan)
Dahlan dan A.Z. Prayogi, 2008.
Pengaruh Jarak Tanam Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap
Berganda Terhadap Kelapa Sawit. Penebar
Pertumbuhan dan Produksi Swadaya. Jakarta.
Tanaman kelapa Sawit.
Parnata, A.S. 2010. Meningkatkan
Jurnal Agrisistem Vol 4 (2).
Hasil Panen dengan Pupuk
25-38.
Organik. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Davies PJ. 1990. Plant Hormones and
Their Role in Plant Growth and Purwati. MS. 2013. Pertumbuhan
Development. Kluer Academik, Bibit Karet (Hevea
London brasiliensis L.) Asal Okulasi
Ginting dan Hariati, 2014. Pemberian Pada Pemberian Bokashi
limbah cair kelapa sawit di Dan Pupuk Organik Cair
pembibitan utama. Skripsi Bintang Kuda Laut. Jurnal
Program Studi Agroteknologi. Agrifor Vol 12 (1) : 1 - 10.
Fakultas Pertanian>
Redaksi Agromedia. 2007. Petunjuk
Universitas Sumatera Utara.
Pemupukan. Agromedia
Medan (Tidak dipublikasikan)
Pustaka. Jakarta.

JOM Faperta Vol.3 No. 2 Oktober 2016 11


Rikamonika, 2012. Respon Tanaman Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995.
Kelapa Sawit Terhadap Analisis Pertumbuhan
Pupuk Fosfat Alam Tanaman. Gadjah Mada
Berkualitas Tinggi Untuk University Press. Yogyakarta.
Mendorong Peningkatan
Produksi Tanaman Weaver, RJ. 1972. Plant Growth
Perkebunan. Skripsi Jurusan Substances in Agriculture.
Agroteknologi. Fakultas San Francico: W;H. Freemar
Pertanian. Universitas and Company
Sumatera Utara. Medan.
Wudianto, R. 2004. Membuat Stek,
Salisbury, F. dan C. Ross. 1995. Cangkok dan Okulasi. PT.
Fisiologi Tumbuhan (Jilid 4). Penebar Swadaya. Jakarta
Penerjemah Diah R. Lukman
dan Sumaryono, ITB,
Bandung.

JOM Faperta Vol.3 No. 2 Oktober 2016 12

Anda mungkin juga menyukai