Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ DAFTAR ISI .................................................................................................... DAFTAR GAMBAR........................................................................................ I. II. III. PENDAHULUAN .................................................................................. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MINGGU PERTAMA . PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MINGGU KEDUA ......

i ii iii 1

IV. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MINGGU KETIGA ..... V. VI PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN ....................................... MINGGU KEEMPAT SAMPAI KEDELAPAN....................................

VII. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JANIN .......................... VIII. MINGGU KESEMBILAN SAMPAI LAHIR......................................... IX. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JANIN.......................................................... X. KESIMPULAN .......................................................................................

XI. RUJUKAN ..............................................................................................

I. PENDAHULUAN Dengan adanya era industri pada saat ini diperkirakan akan terjadi peningkatan kejadian kelainan congenital terhadap janin. Kenyataan lain dari era industri adalah terjadinya peningkatan penggunaan medikasi atau obat selama kehamilan, dari hasil survey he center for disease control (1987) terhadap 492 orang ibu hamil di Negara bagian New York mendapatkan bahwa 90% diantaranya menggunakan obat baik obat dari dokter maupun obat bebas. Sedangkan Rubin 1986 di Inggris melaporkan bahwa 35% ibu hamil menggunakan obat atau medikasi.1 Pada saat ini diperkirakan bahwa 10% dari semua kelainan pada manusia yang diketahui sebabnya oleh faktor lingkungan dan 10% lainnya oleh faktor genetic dan kromosom sedangkan sisanya 80% diduga mempengaruhi dalam hubungan yang sangat rumit.2 Beckman dan Brent (1986) memperkirakan penyebab dari kerusakan janin 20-25% disebabkan oleh genetic, 3-5% oleh infeksi, 4% oleh penyakit maternal, <1% oleh obat bius dan obat lainnya, dan 65-75% oleh berbagai faktor atau tidak diketahui.1 Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan janin ini penting karena merupakan permulaan dari kehidupan manusia. Pengetahuan perkembangan manusia bernilai praktis dalam membantu kita untuk mengerti hubungan yang normal dari struktur tubuh dan penyebab malformasi congenital.3 Untuk memudahkan pemahaman tentang pertumbuhan dan perkembangan serta faktorfaktor yang mempengaruhinya akan dilihat berdasarkan waktu dalam minggu. Refrat ini bertujuan untuk menyegarkan kembali pengetahuan kita tentang pertumbuhan dan perkembangan janin serta beberapa faktor yang mempengaruhinya, dengan demikian kita dapat mengantisipasi timbulnya kelainan yang terjadi dan melakukan pencegahan.

II. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MINGGU PERTAMA A. Gametogenesis Gametogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan khusus dari sel-sel generatif atau gamet-gamet.2,3,4 Pembuahan merupakan proses penyatuan gamet pria dan gamet wanita terjadi dalam daerah ampula tuba fallopii yang disebut dengan zigot. Zigot ini kelihatan dengan mata biasa berupa bintik yang sangat kecil 1,3 Hasil utama pembuahan adalah 2,3,4 1. Pemulihan jumlah kromosom diploid 2. Variasi dari species 3. Penentuan jenis kelamin 4. Permulaan pembelahan

B. Pembentukan blastokista Pada waktu tingkat morula memasuki rongga rahim, sekitar 3-4 hari setelah fertilisasi, terjadi akumulasi cairan secara perlahan-lahan di dalam morula dan menghasilkan blastokista, yang pada satu kutubnya terdapat suatu masa sel dalam (inner mass cell) yang membentuk embrio disebut embrioblas, dan masa sel luar yang disebut trofoblas yang menipis membentuk dinding epitel blastokista yang kelak berkembang menjadi plasenta.1,2,3,4 Setelah zona felusida menghilang, sel-sel trofoblas di atas kutub embrioblas mulai menyusup antara sel epitel selaput lender rahim, kira-kira pada hari keenam.

Gambar 1. Skema pristiwa yang berlangsung selama minggu pertama (dikutip dari 2)

C. Implantasi Implantasi terjadi segera setelah sel-sel trofoblas menyusup kedinding epitel endometrium, ia mengadakan proliferasi yang cepat dan berdiferensiasi menjadi dua macam lapisan sel yaitu lapisan gabian dalam disebut sitotrofoblas dan lapisan luar disebut sinsitiotrofoblas.3,5,6 Sel-sel epitel endrometrium mengalami erosi dan akhirnya blastokista sepenuhnya terkubur dalam endometrium.1,3,6

III. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MINGGU KEDUA

A. Pembentukan embrio berlapis dua Pada perkembangan hari kedelapan blastokista yang tertanam di dalam endometrium, embrioblas mengalami difrensiasi menjadi 2 lapisan yaitu : 1. Selapis sel yang kecil kuboid yang disebut hipoblas (endoderm) 2. Selapis sel kolumner tinggi yang disebut epiblas (ektoderm) Sel-sel ini membentuk suatu cakram pipih hal ini dikenal sebagai cakram mudigah bilaminer (embrio berlapis dua).2,3

Gambar 2. Skema blastokista yang tertanam dalam endometrium dan membentuk cakram berlapis dua (Dikutip dari 2)

Pada hari kesembilan blastokista semakin dalam tertanam dalam endometrium dan cacat penebusan pada permukaan epitel ditutupi oleh endapan fibrin. Trofoblas menunjukkan kemajuan perkembangan yang pesat terutama pada kutup embrional, dimana vakuola-vakuola timbul pada sinsitium. Bila vakuola ini bersatu terbentuklah rongga yang besar, tahab perkembangan ini dikenal sebagai tingkat berongga (lacunar stage). Sementara itu pada kutub embrional, sel-sel gepeng yang mungkin berasal dari hipoblas membentuk selaput tipis yang dikenal sebagai selaput eksoselom yang membatasi lapisan dalam sitotrofoblas. Selaput ini bersama dengan hipoblas membentuk dinding eksoselom (kandung kuning telur primitif).2,3

Gambar 3. Skema blastokista umur 12 hari yang membentuk lacuna dan berhubung dengan sinusoid ibu (Dikutip dari 2)

Pada hari kesebelas sampai dua belas terbentuk rongga-rongga dalam sinsitium yang membentuk suatu jalinan yang saling berhubungan terutama terjadi pada kutub embrional. Pada waktu yang bersamaan sel-sel sinsitium menembus jauh kedalam stroma dan merusak lapisan endotel pembuluh-pembuluh kapiler ibu. Pembuluh-pembuluh ini tersumbat dan melebar dikenal sebagai sinusoid. Rongga-rongga dalam sinsitium kemudian berhubungan dengan sinusoid dan darah ibu memasuki susunan lakuna, sementara trofoblas terus merusak, semakin banyak darah ibu dalam sinosoid mulai mengaliri susunan trofoblas sehingga terjadilah sirkulasi utero plasenta primitif.

Sementara itu sekelompok sel baru tampak diantara permukaan dalam sitotrofoblas dan permukaan luar rongga eksoselom. Sel-sel ini berasal dari trofoblas dan membentuk jaringan penghubung yang halus dan jarang disebut dengan mesoderm ekstra embrional, dimana mengisi semua ruangan antara trofoblas disebelah luar dan amnion serta selaput eksoselom di sebelah dalam. Segera rongga besar terbentuk dalam mesoderm ekstra embrional dan bila ini

menyatu terbentuk suatu rongga baru yang dikenal dengan selom ekstra embrional. Rongga ini mengelilingi kandung kuning telur primitif dan rongga amnion, kecuali pada tempat dimana cakram mudigah berhubungan dengan trofoblas melalui tangkai penghubung. Pertumbuhan mudigah berlapis dua ini relatif lebih lambat sehingga ukuran tetap sangat kecil (0,1 0,2 mm), sedangkan sel-sel endometrium menjadi polihedral dan banyak mengandung glikogendan lemak, ruang interselular terisi cairan, perubahan ini dikenal sebagai reaksi desidua 2,3,4 Menjelang perkembangan hari ketigabelas tempat implantasi blastokista telah

sembuh, akan tetapi kadang-kadang dapat terjadi perdarahan, oleh karena itu sering disangkal sebagai perdarahan haid biasa. Pada masa ini sel-sel sitotrofoblas berpoliferasi dan

menembus ke dalam sinsitium yang dikenal dengan villi khorionik primer yang nantinya bercabang membentuk villi khorionik sekunder dan tertier. Sementara itu lapisan benih entroderm menghasilkan sel tambahan yang pindah sepanjang selaput eksoselom bagian dalam. Sel ini bertambah banyak dan barangsurangsur membentuk suatu rongga baru di dalam eksoselom. Rongga baru ini dikenal sebagai kandung kuning telur sekunder. Kandung kuning telur ini jauh lebih kecil dari pada rongga eksoselom asal besar rongga

(kandung kuning telur primitif). Selama

pembentukannya,

sebagaian

eksoselom tersita, bagian ini dijelmakan sebagai kista eksoselom yang sering dijumpai dalam selom ekstra embrional atau rongga korion mesoderm akstra embrional yang melapisi permukaan dalam sitotroboblas disebut lempeng korion. Satu-satunya tempat dimana mesoderm ekstra embrional melintasi ronga khorion adalah ditangkai penghubung. Dengan adanya perkembangan pembuluh darah di dalamnya tangkai penghubung akan menjadi tali pusat.2,3

Menjelang akhir minggu kedua, cakram mudigah terdiri atas dua cakram sel yang saling berhadapan yaitu, epiblas yang membentuk dasar rongga amnion dan hipoblas yang membentuk atap kandung telur sekunder. Di daerah kepalanya cakram hipoblas memperlihatkan penebalan ringan yang dikenal sebagai lempeng prokordal.2,3

Gambar 4. Blastokista umur 13 hari (Dikutip dari 2)

IV. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JANIN MINGGU KETIGA A. Pembentukan embrio berlapis tiga Peristiwa yang paling khas selama mingguketiga adalah pembentukan garis sederhana (primitive streak) dengan ujung kepalanya yaitu simpul sederhana (primitive node. Di dalam simpul dan garis sederhana ini sel-sel epiblas bergerak ke dalam (invagination) membentuk selapis sel baru antara epiblas dan hipoblas yang disebut dengan mesoderm intra embrional atau lapisan mudigah ketiga.

Semakin banyak sel menyusup diantara lapisan epiblas dan hipoblas mereka mulai menyebar kearah lateral dan kepala. Berangsur-angsur sel-sel pindah melampaui batas cakram dan membuat hubungan dengan mesoderm ekstra embrional yang meliputi kandung kuning telur dan amnion. ke arah kepala sel-sel ini melewati samping kanan dan kiri lempeng prokordal dan saling bertemu, membentuk lempeng kardiogenik atau lempeng pembentuk jantung.

Gambar 5. Skema pembentuk mudigah berlapis tiga dan pembentukan korda dorsalis (Dikutip dari 2) B. Pembentukan Kordadorsalis Sel-sel yang mengadakan invaginasipada lubang sederhana bergerak lurus kedepan sampai mereka mencapai lempeng prokordal. Dalam hal ini mereka membentuk batang yang merupakan tabung yang disebut batang kordadorsalis. Menjelang hari kedelapanbelas dasar batang kordadorsalis menyatu dengan entoderm. Dengan perkembangan lebih lanjut sel-sel kordadorsalis berproliferasi dan membentuk poros tengah yang berfungsi sebagai kordadorsalis berproliferasi, dan membentuk tali

padat dikenal sebagai kordadorsalis tetap, selanjutnya melepaskan diri dari entoderm. Kordadorsalis ini membentuk poros tengah yang berfungsi sebagai dasar rangka aksial. Pada minggu ketiga ini terbentuk cikal bakal susunan sarafpusat dimana lapisan epiblas atau ektoderm mengalami suatu penebalan, yang agak sempit di daerah leher agak lebar di daerah kepala mudigah disebut lempeng saraf, kemudian meluas kearah garis sederhana. Menjelang akhir minggu ketiga tepi-tepi lempeng saraf menjadi lebih menonjol untuk membentuk lipatan saraf, sedangkan daerah daerah tengah yang mencekung membentuk suatu alur yaitu alur saraf. Berangsur-angsur pula lipatan saraf saling mendekati dan akhirnya bersatu. Penyatuan ini mulai dari daerah yang kelak menjadi leher (somit keempat) dan meluas ke arah kepala dan kaudal.2

Gambar 6. Skema pembentukan saraf (Dikutip dari 2) V. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MINGGU KEEMPAT SAMPAI KEDELAPAN Selama perkembangan minggu keempat hingga minggu kedelapan merupakan periode yang sangat penting yang dikenal dengan periode embrional atau masa mudigah, karena pada minggu-minggu ini terjadi pembentukan sistem organ-organ utama, meskipun fungsinya masih minimal.3 Pada minggu ini setiap lapis dari ketiga lapisan mudigah menghasilkan jaringan dan organ uang khas2,3. Menjelang akhir minggu kedelapan susunan organ utama telah terbentuk, sebagai akibat pembentukan organ bentuk mudigah banyak berubah dari ciri-ciri utama, bentuk tubuh bagian luar sudah dapat dikenal.2,7

A. Devirat-devirat lapisan benih ektoderm Pada hari ke-22 dan ke-23 pemanjangan lipatan ektoderm akan membentuk tabung saraf. Pada ujung kepala dan kaudal tetap terbuka dan berhubungan dengan rongga amnion, masingmasing melalui neuroporous anterior dan neuroporous posterior. Penutupan yang anterior terjadi pada hari ke 25 sedangkan neuroporous posterior pada hari ke-27. Susunan saraf pusat kemudian membentuk suatu bentuk tabung tertutup dengan bagian kaudal yang sempit disebut sum-sum tulang belakang dan bagian kepala yang jauh lebih lebar yang ditandai oleh sejumlah pelebaran membentuk gelembung otak. 2,7

Gambar 7. Skema perkembangan minggu keempat (Dikutip dari 2) Derivat ektoderm lainnya adalah lempeng telinga dan lempeng lensa mata. Dalam perkembangan selanjutnya lempeng telinga berinvaginasi membentuk gelembung telinga yang akan berkembang menjadi susunan pengengaran dan keseimbangan. Sedangkan lempeng mata berinvaginasi pada minggu kelima membentuk lensa mata.2,7 Dapat disimpulkan bahwa lapisan benih ektoderm membentuk organ dan bangunan yang memelihara hubungan dengan dunia luar seperti; susunan saraf pusat, saraf tepi, epitel perasa telinga, hidung, mata, epidermis termasuk kuku dan rambut, kelenjar bawah kulit, kelenjar susu, kelenjar hopofise dan email gigi.2,7

B. Devirat-devirat lapisan benih mesoderm. Mula-mula sel lapisan benih mesoderm membentuk lembaran tipis jaringan ikat pada kedua sisi garis tengah berkembang membentuk mesoderm paraksial, lebih ke lateral tetap tipis

disebut lempeng lateral. Dengan timbulnya serta bersatunya rongga interselular pada lempeng lateral jaringan ini terpecah menjadi dua lapisan yaitu : a. Mesoderm parietal yang meliputi amnion b. Mesoderm viseral yang meliputi kandung kuning telur. Kedua selaput ini membatasi suatu rongga baru yang disebut rongga selom intra-embrional, dimana melanjutkan diri dengan selon ekstra-embrional pada kedua sisi mudigah. Jaringan yang menghubungkan mesoderm paraksial dan lempeng lateral disebut mesoderm intermediat.2,7

Gambar 8. Skema perkembangan mesoderm (dikutip dari 2) Menjelang akhir minggu ketiga mesoderm paraksial terpecah dalam kelompok-kelompok sel epiteloid yang disebut somit. Pasangan somit pertama timbul pada bagian leher mudigah. Setiap hari akan timbul 3 somit sehingga pada akhir minggu kelima terdapat 42 sampai 44 pasang somit. Pasangan somit ini adalah; 4 oksipital, 8 servikal, 12 torakal, 5 lumbal, 5 sakral dan 8 sampai 10 pasang koksigeal. Somit oksipital pertama dan sampai 7 somit koksigeal yang terakhir kemudian menghilang.2,7

1. Diferensiasi somit Menjelang permulaan minggu keempat sel-sel epiteloid yang membentuk dinding ventral dan dinding medial somit kehilangan bentuk epitelnya menjadi polimorf dan berpindah mengelilingi korda dorsalis. Sel-sel ini bersama-sama disebut sklereton, membentuk jaringan yang dikenal sebagai mesenkim. Mereka akan mengelilingi sumsum tulang belakang dan korda dorsalis untuk membentuk kolumna vertebralis.

Dinding korsal somit yang masih tertinggal dinamakan dermatom membentuk suatu lapisan sel baru. Segera setelah terbentuk sel ini gagal membelah diri dan jaringan yang terbentuk ini disebut miotom. Setiap miotom mempersiapkan otot-otot untuk segmennya sendiri.

Setelah sel-sel dermatom membentuk, miotom dan menyebar di bawah ektoderm sekitarnya. Di sini sel-sel tersebut membentuk dermis dan jaringan subkutan. Karena itu setiap somit membentuk skleroton 9komponen tulang rawan dan tulang), mioton (mempersiapkan komponen otot segmental) dan dermatom (komponen kulit di segmennya). Sebagaimana akan terlihat kemudian, setiap mioton dan dermatom masing-masing mempunyai komponen saraf disegmennya sendiri.

2. Mesoderm intermediat Jaringan ini berdiferensiasi dengan cara yang berbeda dengan somit. Di daerah servikal dan torakal bagian atas jaringan ini secara segmental menyusun kelompokkelompok sel yang kelak menjadi nefrotom, sedangkan lebih kaudal membentuk massa jaringan yang tak bersegmen dikenal sebagai korda nefrogenik yang nantinya berkembang menjadi satuan ekskresi susunan kemih.2,3

Gambar 9. Skema menunjukkan hubungan mesoderm intermediat dengan susunan kemih. (Dikutip dari 2)

3. Lapisan-lapisan mesoderm parietal dan viseral Kedua lapisan ini membatasi selom intra-embrional. Mesoderm pariental bersama ektoderm disekitarnya membentuk dinding lateral dan ventral tubuh. Mesoderm viseral dan entoder embrional membentuk dinding usus.

4. Darah dan pembuluh darah Sel-sel darah dan kapiler berkembang di dalam mesoderm ekstraembrional dari jonjot-jonjot dan tangkai penghubung. Dengan terus bertunasnya pembuluh ekstraembrional terbentuklah hubungan dengan pembuluuh darah mudigah, sehingga menghubungkan mudigah dan plasenta.

Sel-sel darah dan pembuluh darah intra-embrional termasuk tabung jantung dibentuk dengan cara yang sama dengan pembuluh ekstra-embrional yakni dari sel-sel mesoderm yang membentuk kelompok sel-sel angiogenetik yang membentuk rongga karena bergabungnya celah antar sel-sel. Yang terletak di tengah membentuk sel darah sederhana sedangkan sel yang terletak di tepi yang bersatu membentuk pembuluh kecil.2 Jaringan-jaringan dan organ berikut ini dipertimbangkan berasal dari mesoderm : a. Jaringan penunjang seperti jaringan penyambung, tulang rawan dan tulang. b. Otot-otot serat lintang dan polos c. Sel-sel darah dan getah bening dan dinding jantung, pembuluh darah dan pembuluh getah bening. d. Ginjal, kelenjar kelamin dan saluran keluarnya e. Korteks anak ginjal dan limpa.

Gambar 10. Skema pembentukan darah dan pembuluh darah. (Dikutip dari 2)

C. Derivate-derivat lapisan benih entoderm Saluran cerna merupakan susunan organ utama yang berasal dari lapisan benih entoderm. Pembentukan saluran pencernaan ini sangat tergantung pada pelipatan mudigah ke arah sefalo-kaudal dan lateral. Karena itu pembentukan usus menyerupai tabung merupakan kejadian yang pasif dan terdiri dari penyusupan dan pencakupan sebagian entoderm yang membatasi kandung kuning telur kedalam rongga tubuh. Sehingga terjadi hubungan antara mudigah dan kandung kuning telur melalui duktus vitellinus. Akibat pelipatan sefalo-kaudal yang makin besar bagian entordem yang membatasi rongga tubuh mudigah bagian anterior membentuk usus depan (fore gut). Di daerah ekor membentuk usus belakang (hind gut) dan bagian antara usus depan dan usus belakang disebut usus tengah (mid gut). Usus depan untuk sementara dibatasi lempeng prokordal suatu selaput ectodermektoderm disebut selaput prokordal suatu selaput ectoderm-ektoderm disebut selaput bukofaringeal yang nantinya pecah sehingga terbentuk hubungan terbuka antara rongga amnion dan usus kloaka, usus tengah yang mula-mula berhubungan dengan kandung kuning telur lama-lama menutup dan memperoleh kedudukannya dalam perut.2 Akibat penting dari pelipatan sefalo-kaudal dan lateral adalah pencakupan allantois kedalam tubuh mudigah yang membentuk kloaka. Menjelang akhir minggu keempat tangkai kandung kuning telur dan tangkai penghubung bersatu untuk membentuk tali pusat.

Gambar 11. Skema perkembangan entoderm (Dikutip dari 2) D. Bentuk luar mudigah bulan kedua Pada awal bulan kedua umur mudigah dapat dideteksi dengan USG transvaginal sebagai suatu struktur cincin yang diameternya 1 - 2 mm dan pada usia mudigah 5 minggu berupa suatu kantong gestasi.8 Pada kehamilan 5 minggu ukuran mudigah dapat diukur dengan USG yaitu 3 - 5 mm, pada kehamilan 6 minggu 5 mm, pada kehamilan 7 minggu > 1 cm. denyut jantung embrio mulai dapat dideteksi pada umur kehamilan 6 minggu.8 Pada awal minggu kelima anggota badan atas tampak sebagai tunas yang berbentuk dayung, beberapa saat kemudian tampak tunas anggota bawah, ada minggu keenam tampak pada ujung tunas empat alur seperti jari-jari. Sementara jari dan tangan terbentuk, terjadi pula penyempitan pada kedua tunas dan kemudian membagi lengan dan tungkai menjadi dua bagian yang kelak kita kenal seperti anggota badan dewasa.2,3,4

Gambar 12. Skema perkembangan mudigah bulan kedua (dikutip dari 3) Selama minggu ketujuh kepala terus membesar dengan cepat sehingga tampak vesikula serebral (hemisphere). Secara simultan pemanjangan muka, penggeseran mata dari lateral keposisi frontal dan peninggian muka mulai menghilang, demikian juga lengkung feringeal dan daerah leher menjadi pemisah antara kepala dan tonjolan jantung. Pembesaran jantung dan hati menyebabkan tonjolan di dinding depan tubuh di atas tali pusat. Di sini ukuran tali pusat mengalami penciutan yang progresif.4 Selama minggu kedelapan kelopak mata menutup mata, hidung, dahu dan daun telinga menjadi jelas menyerupai bentuk khas manusia. Diferensiasi genetalia eksterna dapat diidentifikasi dengan mata.3 dengan menggunakan USG tangan dan kaki dapat terlihat dan panjang mudigah (ubun-ubun bokong) 11 mm.8

VIII.

PERTUMBUHAN

DAN

PERKEMBANGAN

JANIN

MINGGU

KESEMBILAN SAMPAI LAHIR. Periode dari minggu kesembilan sampai lahir disebut masa janin (fetal). Perubahan nama ini karena terjadinya perubahan yang bermakna dari embrio sehingga dapat dikenal sebagai bentuk manusia. Perkembangan selama masa janin ini yang menjadi perhatian utama adalah penyempurnaan pertumbuhan dan diferensiasi dari jaringan dan organ.2,3 Pertumbuhan selama masa ini sangat cepat khususnya menganai panjang yaitu antara minggu kesembilan sampai minggu kedua puluh. Sedangkan peningkatan berat badan sangat menyolok pada 2 bulan terakhir dari kehamilan.2,3

Perubahan dari bulan ke bulan. Bulan ketiga Pada permulaan bulan ketiga kepala menempati kira-kira setengah dari panjang kepalabokong (crown rump length). Selama bulan ketiga wajah makin menyerupai manusia. Mata yang mula menghadap ke lateral berubah letaknya kepermukaan ventral wajah dan telinga mendekati sisi kepala.2,3

Gambar 13. Skema ukuran kepala dibandingkan bagian tubuh lainnya pada beberapa tingkat perkembangan (Dikutip dari 2)

Anggota badan mencapai panjangnya yang relative dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain, walaupun anggota badan bawah masih agak lebih pendek dan kurang berkembang sedemikian rupa sehingga menjelang minggu kedua bulan ini jenis kelamin dapat ditentukan pada pemeriksaan luar. Pada akhir bulan ketiga kegiatan reflek dapat ditimbulkan pada janin yang digugurkan, hal ini menunjukkan adanya kegiatan otot.2,3

Bulan keempat. Merupakan periode pertumbuhan yang sangat cepat. Pada akhir bulan keempat kepala relative kecil dibandingkan dengan janin usia 12 minggu. Tungkai mulai memanjang, pada masa ini proses penulangan (ossifikasi) dari skleton tumbuh dengan cepat dan tampak gambaran rambut kepala.3

Bulan kelima. Pertumbuhan menurun selama periode ini tetapi janin tetap bertambah besar. Gerakan janin sudah dirasakan oleh ibu.2,3

Kulit ditutupi oleh vernix caseosa dan pada akhir bulan kelima janin biasanya ditumbuhi oleh rambut-rambut halus yang disebut lanugo. Alis mata dan rambut kepala juga kelihatan pada saat ini.1,3

Bulan keenam Periode ini janin dapat hidup jika lahir karena paru-paru telah mampu bernafas dan pembuluh paru cukup berkembang untuk membantu pertukaran gas. Sebagai tambahan sistem saraf pusat telah matur untuk mengatur pernafasan secara teratur dan mengontrol temperature tubuh. Meskipun demikian janin yang dilahirkan pada masa ini sukar untuk bertahan hidup. Kulit janin yang tampak kemerah-merahan dan keriput.1,3

Bulan ketujuh Pada periode ini panjang kepala-bokong 25 cm dan berat janin 1.100 g. membrane pupil sudah tak kelihatan dari mata, bayi yang lahir pada saat ini menggerakkan badannya cukup kuat dan menangis lemah.1,6

Bulan kedelapan Pada usia kehamilan 30 minggu pupil telah mempunyai reflek terhadap cahaya. Biasanya pada akhir periode ini lengan dan tungkai tampak gemuk. Saat ini jumlah lemah putih pada tubuh janin kira-kira 7-8% dari berat badan. Testis mulai turun pada janin lakilaki.3

Bulan kesembilan. Pada akhir kehamilan 39 minggu rata-rata panjang kepala-bokong 32 cm dan beratnya 2.500 g. karena deposit lemaksubkutan badab janin lebih bulat dan kerutan-kerutan diwajah menghilang. Pada saat ini lingkaran kepala dan perut kira-kira sama.2,3,6

Bulan kesepuluh. Kulit janin saat ini halus dan tidak ada lanugo kecuali kadang-kadang disekitar pundak. Pada kulit masih terdapat vernix caseosa dan kuku melebihi ujung jari. Rata-rata panjang

kepala bokong janin 36 cm dan beratnya 3.400 g. pada janin laki-laki testis sudah ada di dalam scrotum dan pada janin wanita labia mayor menutup labia minora.1,6

IX. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JANIN. Pertumbuhan dan perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada saat ini diperkirakan bahwa 10% dari semua kelainan pada manusia yang diketahui sebabnya oleh faktor genetic dan kromosom sedangkan sisanya yang 80% diduga mempengaruhi dalam hubungan yang sangat rumit.2 Disini dapat dikelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut.2,3,9 Faktor lingkungan seperti : - infeksi - radiasi - obat-obatan atau zat kimia Faktor kesehatan seperti : - ibu kurang gizi

- penyakit tertentu pada ibu - Diabetes malitus - Hipertensi / Hipotensi - Dekompensatio kordis - Penyakit paru kronis - Penyakit ginjal - Umur ibu / paritas - ibu yang perokok Faktor keturunan seperti : - trisomi 21

- trisomi 13-15 - dll

A. Infeksi Infeksi pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin terutama infeksi oleh golongan Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes simplek (TORCH) dan Sifillis.

Infeksi Toksoplasmosis pada manusia diperoleh melalui makanan yang mengandung kista parasit, transfuse darah, transplantasi organ atau melalui tangan yang terkontaminasi. Infeksi congenital pada bayi biasanya ditandai dengan trias : hidrosefalus, koreoretinitis, dan klasifikasi intracranial. Erat hubungannya antara saat terjadinya infeksi dengan beratnya infeksi janin. Infeksi toksoplasmosis yang paling hebat pada janin terjadi pada trimester I.10 Infeksi Rubella, merupakan virus yang dapat menyebabkan kelainan. Kelainan yang ditimbulkan ditentukan oleh tingkat perkembangan mudigah pada saat infeksi terjadi misalnya, katarak timbul akibat infeksi pada kehamilan minggu keenam dan ketulian pada kehamilan minggu kesembilan, kelainan jantung terjadi setelah infeksi pada minggu kelima hingga kesepuluh dan kelainan gigi antara minggu keenam kesembilan dan kelainan saraf terjadi setelah infeksi pada trimester kedua.1,2 Infeksi sitomegalovirus menimbulkan suatu sindroma yang mencakup berat badan lahir rendah, mikrosefalus, kalsifikasi intracranial, korioretinitis, retardasi mental serta motorik, gangguan sensori neural, hepatosplenomegali, ikterus, anemia hemolitik dan purpura trombositopenik.1,2 Infeksi herpes simplek biasanya dipindahkan menjelang saat kelahiran dan kelainan-kelainan yang dilaporkan adalah mikrosefali, mikroftalmus, displasia retina, pembengkakan hati dan limpa dan keterbelakangan jiwa.2 Infeksi oleh treponema palida dapat menyebabkan tuli bawaan dan

keterbelakangan jiwa, selain itu banyak organ-organ lain seperti paru-paru dan hati ditandai oleh fibrosis yang merata serta osteokondritis.

B. Radiasi Efek yang berbahaya dari radiasi dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung yang mana ada 3 prinsip efek biologisnya yaitu : 1. Kematian sel yang mempengaruhi embryogenesis. 2. Karsinogenesis. 3. Efek terhadap generasi selanjutnya dan mutasi sel germinal.

C. Obat-obatan / zat-zat kimia.

Peranan zat-zat kimiawi dan obat-obatan farmasi dalam pembentukan kelainan pada manusia sulit ditafsirkan karena sebagian besar penelitian adalah retrospektif dan sejumlah besar obat-obatan farmasi digunakan oleh wanita hamil. Food and drug administration (FDA) membuat 5 katagori untuk yang mungkin mempengaruhi terhadap janin.1 1. Katagori A Obat-obatan yang tidak memperhatikan resiko terhadap janin seperti vitamin. 2. Katagori B Obat-obat yang dalam penelitian binatang atau manusia tidak memperlihatkan resiko yang berarti. Kategori ini mencakup obat-obat yang dalam penelitian binatang tak memperlihatkan resiko terhadap janin binatang tersebut, namun penelitian pada manusia tidak dilakukan. 3. Kategori C Obat-obat yang belum diteliti secara memadai atau obat-obat yang dalam penelitian binatang menunjukkan efek berbahaya terhadap janinnya tetapi data-data

pemakaiannya pada manusia tidak tersedia.

4. Kategori D Obat-obat yang terbukti membawa resiko bagi janin namun khasiatnya melebihi resiko tersebut. 5. Kategori X Obat-obatan yang terbukti membawa resiko bagi janin dan jelas resikonya melebihi setiap manfaat yang diberikan.

X. KESIMPULAN Pertumbuhan dan perkembangan janin diawali oleh panyatuan sel benih pria dan wanita yang mengalami pembelahan dan diferensiasi sehingga menjadi embrio kemudian janin. Pada minggu pertama merupakan proses gametogenesis dan implantasi, pada minggu kedua pembentukan embrio berlapis dua, pada minggu ketiga menjadi embrio berlapis tiga (ectoderm, mesoderm dan entoderm), pada minggu keempat sampai kedelapan tiap-tiap lapisan mengalami proses organgenesis, dimana merupakan periode yang sangat penting, sedangkan minggu kesembilan sampai akhir merupakan proses penyempurnaan dari proses sebelumnya. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, kesehatan, dan keturunan.

XI. RUJUKAN 1. Cuningham GF, Mac Donald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC. William obstetric, Nineteenth edition. Prentice Hall International Inc, 1993; 111-38, 165-70,724-32, 961-2, 1281-97. 2. sadler TW. General embryology. In : Langmans medical embryology. Sixth edition, Baltimore : William & Wilkins, 1990; 1-138 3. Moore KL. The developing human, clinically oriented embryology. Third edition, Philadelphia: WB Saunders Company, 1982; 1-110. 4. Gasser RF. Embryology and fetology. In : Iffy L, Kamminezky HA. Principle and practice of obstetrics & perinatology. Volume 1. New York Toronto : A Willey Medical Publical Publication, 1981: 127-180. 5. Wiknjosastro H. Pembuahan, nidasi dan plasentasi. Dalam Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1991; 55-65. 6. Supono. Ilmu Kebidanan bagian fisiologi. Edisi pertama. Bagian obstetric dan Ginekologi RSU. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 1982; 50-4, 68-73. 7. Sofyansyah. Embriologi. Dalam : Gajahnata KHO. Biologi kedokteran I. Edisi II. Bagian Biologi Medik Fakultas Kedokteran Unsri Palembang, 1987; 306-334 8. Siddik D. Kehamilan normal trimester pertama. Dalam : Wiknjosastro G, Wibowo N. Ultrasonografi dasar obstetric ginekologi. Kongres Obstetri Ginekologi Indonesia IX, Jakarta: 1993; 10-33. 9. Stubblefield PG. Cause and prevention of premature birth an over view. In : Fuchs AR, Fuchs F, Stubblefield PG. Preterm birth, cause, prevention and management. Second edition. New york: Mac Graw-Hill, Inc, 1993; 12-21 10. Syamsuri AK. Toksoplasmosis pada masa reproduksi. Lab Obstretri & Ginekology FK Unsri / RSUP Palembang.

Anda mungkin juga menyukai