Anda di halaman 1dari 19

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengukuran Kinerja

1. Pengertian Pengukuran Kinerja

Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, misi, dan visi organisasi. Daftar apa yang ingin dicapai

tertuang dalam perumusan strategis (strategic planning) suatu

organisasi. Secara umum, kinerja merupakan prestasi yang

dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu (Bastian, 2006:

274).

Menurut Larry dalam Bastian (2006: 275)

pengukuran/penilaian kinerja merupakan proses mencatat dan

mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah

pencapaian misi (mission accomplishment) melalui hasil-hasil

yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun suatu proses.

Menurut James dalam Bastian (2006: 275)

pengukuran/penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen

untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan

akuntabilitas.

Pengukuran kinerja merupakan suatu proses sistematis

untuk menilai apakah program kegiatan yang telah direncanakan

telah dilaksanakan sesuai dengan rencana

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tersebut, dan yang lebih penting adalah apakah telah mencapai

keberhasilan yang telah ditargetkan pada saat perencanaan

(Nordiawan dan Hertianti, 2010: 158).

2. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan manajemen pencapaian

kinerja. Pengukuran kinerja secara berkelanjutan akan

memberikan umpan balik, sehingga upaya perbaikan secara

terus menerus akan mencapai keberhasilan di masa mendatang.

Dengan catatan pencapaian indikator kinerja, suatu

organisasi diharapkan dapat mengetahui prestasinya secara

objektif dalam suatu periode waktu tertentu. Kegiatan dan

program organisasi seharusnya dapat diukur dan dievaluasi. Ini

berarti bahwa pengukuran kinerja merupakan alat manajemen

untuk:

a. memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran

yang digunakan untuk pencapaian kinerja,

b. memastikan tercapainya skema kinerja yang

disepakati,

c. memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan

membandingkannya dengan skema kerja serta

melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif

atas kinerja yang dicapai setelah dibandingkan dengan

skema indikator kinerja yang telah disepakati,

e. menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan

pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja

organisasi,

f. mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah

terpenuhi,

g. memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan

secara objektif,

h. menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan,

i. mengungkap permasalahan yang terjadi.

3. Informasi yang digunakan

Informasi non-finansial

Informasi ini dapat dijadikan sebagai tolok ukur lainnya.

Informasi non-finansial juga dapat menambah keyakinan

terhadap kualitas proses pengendalian manajemen. Teknik

pengukuran kinerja yang komprehensif yang banyak

dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah

Balanced Scorecard. Dengan Balanced Scorecard kinerja

organisasi diukur tidak hanya berdasarkan aspek finansialnya

saja, akan tetapi juga aspek non-finansial.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam

bentuk variabel kunci (key variable). Variabel kunci adalah

variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi

sebab kesuksesan organisasi (Mardiasmo, 2002: 123 - 124).

4. Indikator Kinerja

Indikator kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan

strategi yang telah ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat

berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama organisasi (critical

success factors) dan indikator kinerja kunci (key performance

indicator).

Penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk

mengetahui apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan

secara efisien dan efektif. Indikator untuk tiap-tiap unit

organisasi berbeda-beda tergantung pada tipe pelayanan yang

dihasilkan.

Indikator kinerja yang digunakan Rumah Sakit Kasih Ibu

dalam pelaksanaan kinerja pelayanannya adalah sebagai berikut.

1. Bed Occupancy Rate (BOR)

Bed Occupancy Rate adalah persentase

pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.

Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya

tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit.

Standar nasional indikator mutu pelayanan untuk

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

BOR adalah antara 75 - 80%. Rasio ini dihitung

dengan menggunakan rumus :

𝐵𝑂𝑅 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡


× 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 × j𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒

2. Length of Stay (LOS)

Length Of Stay adalah rata-rata lama rawat

seorang pasien. Indikator ini memberikan gambaran

tingkat efisiensi dan memberikan gambaran mutu

pelayanan. Standar nasional indikator mutu pelayanan

untuk LOS antara 1-6 hari. Rasio ini dihitung dengan

menggunakan rumus :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡


𝐿𝑂𝑆 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

3. Turn Over Interval (TOI)

Turn Over Interval adalah rata-rata hari dimana

tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat

terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran

tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya

tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus :

𝑇𝑂𝐼 = (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 × 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒) − 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

4. Bed Turn Over (BTO)

Bed Turn Over adalah frekuensi pemakaian

tempat tidur pada satu periode atau berapa kali tempat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.

Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata

dipakai 40-50 kali. Rasio ini dihitung dengan

menggunakan rumus :

𝐵𝑇𝑂 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟

5. Net Death Rate (NDR)

Net Death Rate adalah angka kematian 48 jam

setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar.

Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan

di Rumah Sakit. Standar nasional indikator mutu

pelayanan untuk NDR adalah <2,5%. Rasio ini

dihitung dengan menggunakan rumus :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 > 48 j𝑎𝑚


𝑁𝐷𝑅 = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

6. Gross Death Rate (GDR)

Gross Death Rate adalah angka kematian umum

untuk setiap 1000 penderita keluar. Standar nasional

indikator mutu pelayanan untuk GDR adalah <3%.

Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus :

𝐺𝐷𝑅 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎


× 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

(Nursalam, 2014: 310 – 312)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

B. Pelayanan Publik

1. Pengertian Pelayanan Publik

Menurut Ivancevich, Lorenzi, Skinner dan Crosby (1997)

dalam Ratminto dan Winarsih (2007: 2) menyatakan bahwa

pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak

dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia dan

menggunakan peralatan.

Menurut Gronroos (1990) dalam Ratminto dan Winarsih

(2007: 2) pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian

aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang

terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan

karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan

pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan

permasalahan konsumen/pelanggan.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor 81 Tahun 1993 yang kemudian disempurnakan dengan

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63

Tahun 2003 mendefinisikan pelayanan publik sebagai: Segala

bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di

Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara

atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang atau jasa,

baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

maupun dalam rangka pelaksanaan keputusan peraturan

perundang-undangan (Keputusan MENPAN Nomor 63/2003).

2. Hakekat Pelayanan Publik

Hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan

prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan

kewajiban aparatur negara sebagai abdi masyarakat.

3. Asas Pelayanan Publik

1. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua

pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai

serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan

penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip

efisiensi dan efektivitas.

4. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan publik dengan

memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan

masyarakat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

5. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku,

ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi

hak dan kewajiban masung-masing pihak.

4. Kelompok Pelayanan Publik

1. Kelompok Pelayanan Administratif yaitu pelayanan yang

menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang

dibutuhkan oleh publik, misalnya status

kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau

penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya.

Dokumen ini antara lain Kartu Tanda Penduduk (KTP),

Akte Pernikahan, Akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku

Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Ijin

Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan

Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB),

Paspor, Sertifikat Kepemilikan/Penguasaan Tanah dan

sebagainya.

2. Kelompok Pelayanan Barang yaitu pelayanan yang

menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang

digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon,

penyediaan tenaga listrik, air bersih, dan sebagainya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

3. Kelompok Pelayanan Jasa yaitu pelayanan yang

menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh

publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan,

penyelenggaraan transportasi, pos, dan sebagainya.

5. Prinsip Pelayanan Publik

1. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit - belit, mudah

dipahami, dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan

a) Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik

b) Unit kerja/pejabat yang berwenang dan

bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan

penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam

pelaksanaan pelayanan publik.

c) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara

pembayaran.

3. Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam

kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat

dan sah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

5. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa

aman dan kepastian hukum.

6. Tanggung Jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat

yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan

pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam

pelaksanaan pelayanan publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja

dan pendukung lainnya yang memadai termasuk

penyediaan sarana teknologi komunikasi dan informatika

(telematika).

8. Kemudahan Akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai,

mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat

memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.

9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan

santun, ramah serta memberikan pelayanan dengan

ikhlas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

10. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan

ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang

indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas

pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah

dan lain-lain.

6. Standar Pelayanan Publik

1. Prosedur pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan

penerima pelayanan termasuk pengaduan.

2. Waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan

permohonan sapai dengan penyelesaian pelayanan

termasuk pengaduan.

3. Biaya pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang

ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

4. Produk pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan.

5. Sarana dan prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang

memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan

dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian,

keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan

(Keputusan MENPAN Nomor 63/2003).

C. Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi

sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan

kesehatan paripurna, kuratif, dan preventif kepada masyarakat,

serta pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau

keluarga di rumah. Rumah Sakit juga merupakan pusat

pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta pusat penelitian

bio-medik (WHO Technical Report Series No. 122/1957).

Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit, yang dimaksud dengan Rumah Sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

2. Jenis - jenis Rumah Sakit

1. Rumah Sakit Umum

Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang melayani

hampir seluruh penyakit umum dan biasanya memiliki

institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam untuk

memberikan pertolongan pertama. Rumah Sakit ini

merupakan Rumah Sakit yang paling banyak dijumpai

dengan kapasitas rawat inap yang besar dan juga

dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti fasilitas

bedah, laboratorium, ruang bersalin, dan lain-lain.

2. Rumah Sakit Terspesialisasi

Rumah Sakit Terspesialisasi merupakan Rumah Sakit

yang memiliki spesialisasi terhadap suatu penyakit yang

membutuhkan penanganan khusus. Rumah sakit yang

dapat dikategorikan sebagai Rumah Sakit terspesialisasi,

antara lain trauma center, Rumah Sakit anak, Rumah

Sakit gigi dan mulut, Rumah Sakit manula, psychiatric

hospital, dan lain-lain. Rumah Sakit jenis ini biasanya

mempunyai afiliasi dengan Universitas atau pusat riset

medis tertentu.

3. Rumah Sakit Penelitian/Pendidikan

Rumah Sakit Penelitian/Pendidikan merupakan Rumah

Sakit umum yang terkait dengan kegiatan penelitian dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu

universitas/lembaga pendidikan tinggi. Rumah Sakit ini

biasanya digunakan sebagai tempat pelatihan dokter-

dokter muda, uji coba obat baru, atau teknik pengobatan

baru.

4. Rumah Sakit Lembaga/Perusahaan

Rumah Sakit Lembaga/Perusahaan merupakan Rumah

Sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan

untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada anggota

lembaga/perusahaan tersebut.

5. Klinik

Klinik merupakan fasilitas medis yang lebih kecil dari

Rumah Sakit dan hanya melayani keluhan tertentu. Klinik

biasanya hanya menerima pasien rawat jalan dan

dijalankan oleh lembaga swadaya masyarakat atau

dokter-dokter yang ingin membuka praktik pribadi.

Kumpulan klinik disebut poliklinik.

3. Berdasarkan kepemilikannya, Rumah Sakit di Indonesia

dibedakan menjadi :

1. Rumah Sakit Milik Pemerintah

Rumah Sakit ini dimiliki oleh pemerintah di mana

Rumah Sakit milik pemerintah ini dibedakan menjadi

Rumah Sakit milik pemerintah pusat yang dikenal

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

dengan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dan Rumah

Sakit milik pemerintah provinsi dan kabupaten atau

kota yang disebut dengan Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD).

Berikut dua jenis Rumah Sakit milik pemerintah:

a) Rumah Sakit Milik Pemerintah yang Tidak

Dipisahkan

Rumah Sakit Milik Pemerintah yang tidak

dipisahkan adalah Rumah Sakit yang dimiliki

oleh kekayaan pemerintah. Contoh: RSUD

Banyumas dan RSUD Tangerang.

b) Rumah Sakit Milik Pemerintah yang Dipisahkan

Rumah Sakit Milik Pemerintah yang Dipisahkan

adalah Rumah Sakit yang dimiliki oleh kekayaan

pemerintah yang dipisahkan, misalnya Badan

Usaha Milik Negara (BUMN). Beberapa BUMN

yang memiliki Rumah Sakit adalah Pertamina,

PT Aneka Tambang, PT Pelni, dan beberapa

perusahaan perkebunan.

2. Rumah Sakit Berbentuk Badan Layanan Umum (BLU)

Pada perkembangan berikutnya, Rumah Sakit

swadana disebut Badan Layanan Umum (BLU). BLU

adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat

berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa

mengutamakan mencari keuntungan dan dalam

melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip

efisiensi dan produktivitas.

Tujuan BLU adalah menigkatkan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan

umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan

memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan

berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas dan

penerapan praktik bisnis yang sehat (PP No. 23/2005

tentang pengelolaan keuangan BLU)

3. Rumah Sakit Swasta

Rumah Sakit Swasta adalah Rumah Sakit yang

dimiliki oleh perorangan atau badan hukum. Rumah

Sakit Swasta ada yang dimiliki oleh yayasan

keagamaan dan kemanusiaan ataupun dimiliki

perusahaan (Nordiawan dan Hertianti, 2010: 59 - 61).

4. Tugas dan Fungsi

Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan

pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Tugas Rumah Sakit umum adalah melaksanakan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil

guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan

pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.

Dimana untuk menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah

Sakit umum menyelenggarakan kegiatan :

a) pelayanan medis,

b) pelayanan dan asuhan keperawatan,

c) pelayanan penunjang medis dan non-medis,

d) pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan,

e) pendidikan, penelitian dan pengembangan,

f) administrasi umum dan keuangan.

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 44 tahun 2009

tentang Rumah Sakit, fungsi Rumah Sakit adalah :

a) penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan

pemulihan kesehatan seuai dengan standar pelayanan

Rumah Sakit,

b) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan

melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat

kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis,

c) penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber

daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan

dalam pemberian pelayanan kesehatan,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

d) penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta

penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka

peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang

kesehatan (https://kedaiobatcocc.wordpress.com/).

commit to user

Anda mungkin juga menyukai