217-Main Manuscript With Author(s) Details-14259-1!10!20190109
217-Main Manuscript With Author(s) Details-14259-1!10!20190109
Growth and Yield Model of Meranti on the Selective Cutting and Line Planting System
1
Laboratorium Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin,
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar 90245
2
Alumni Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin
ABSTRACT
This research aimed to know the effect of some doses of natural inoculants on the growth of Shorea pinanga seedling.
The research was carried out with several steps including seed provision, inoculation of ectomycorrhyza, planting and
maintenance in the nursery. The result of the research showed that height and number of branches were different at
the significant level of 5 %, while diameter and number of leaves were not significantly different. The natural inoculants
dose of 15 g showed the best growth in response to the increment of height, diameter, and number of leaves, while
that of 20 g showed the best in the number of branches increment.
Key words: Shorea pinanga, ectomycorrhyza, seedling, natural inoculants
P15 4,8 cd
Keterangan: huruf sama menunjukkan tidak ada pengaruh
1
yang signifikan pada taraf 5 %
0
P10 dan P15 berbeda tidak nyata dengan rata-rata P0 P1 P2 P3 P4
pertambahan tinggi sebesar 4,4 dan 4,8 cm. Kedua
perlakuan tersebut berbeda nyata dengan perlakuan Gambar 1. Rata-rata pertambahan tinggi semai
P0, P5, dan P20 dengan rata-rata pertambahan S. pinanga umur tiga bulan
tinggi P0 (3,3 cm), P5 (3,8 cm) dan P20 (2,4 cm). P dan unsur mikro seperti Cu, Zn, dan B dapat
Perbedaan respon rata-rata pertambahan ditingkatkan penyerapannya pada tanaman yang
tinggi dari kelima perlakuan inokulan alami semai berasosiasi dengan mikoriza.
S. pinanga pada umur 3 (tiga) bulan dapat lebih Gardner et al., (1991) dalam Suherman et
jelas dilihat pada Gambar 1. Pada Gambar 1 terlihat al. (2009) menyatakan bahwa meristem ujung
bahwa respon pertambahan tinggi semai yang menghasilkan sel-sel baru di ujung akar atau
terbaik dengan adanya pemberian inokulan alami batang mengakibatkan tumbuhan bertambah tinggi
adalah dosis 15 g, sedangkan pada dosis 20 g rata- atau panjang. Tinggi tanaman merupakan indikator
rata tinggi tanaman mulai menurun. Hal tersebut pertumbuhan atau sebagai parameter yang
disebabkan karena pada pemberian dosis inokulan digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan
lebih dari 15 g diduga dapat menurunkan serapan atau perlakuan karena sifatnya sensitif terhadap
unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga faktor lingkungan.
pertumbuhan tanaman terhambat. Hal ini sesuai
pendapat Musfal (2010) yang menyatakan bahwa Pertambahan Diameter Batang Semai S.
pemberian inokulan (mikoriza) lebih dari 15 g akan pinanga
menurunkan serapan P. Penurunan serapan P pada
pemberian mikoriza dosis tinggi diduga berkaitan Hasil analisis varian diperoleh menunjukkan
dengan kompetisi inokulan itu sendiri dalam faktor perlakuan inokulan alami tidak berbeda nyata
menginfeksi akar dan kemampuan akar untuk pada taraf uji 5 % terhadap pertambahan diameter
menyerap P yang ada dalam larutan tanah. batang semai S. pinanga. Hal ini menunjukkan
Unsur-unsur yang berguna dalam meningkatkan bahwa masing-masing perlakuan memberikan
pertumbuhan tinggi tanaman, seperti P, Cu, dan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertambahan
Zn yang terkandung dalam inokulan alami dapat diameter tanaman. Oleh karena itu uji perlakuan
diserap dengan baik oleh tanaman dengan bantuan dosis inokulan alami dengan menggunakan Uji BNJ
mikoriza (fungi) yang diinokulasikan pada media pada diameter batang ini tidak perlu dilanjutkan
pada dosis 15 g, ini dibuktikan dengan adanya lagi.
kolonisasi hifa dan spora pada akar semai S. Perbedaan respon rata-rata pertambahan
pinanga. Fungi Mikoriza menginfeksi akar tanaman diameter dari kelima perlakuan inokulan alami semai
kemudian memproduksi jalinan hifa secara intensif, S. pinanga pada umur 3 (tiga) bulan dapat lebih
sehingga tanaman yang bermikoriza akan mampu jelas dilihat pada Gambar 2. Pada Gambar 2 terlihat
meningkatkan kapasitasnya dalam penyerapan bahwa respon rata-rata pertambahan diameter relatif
unsur hara. Menurut David & Nilsen (2000) dalam sama dari kelima perlakuan, sedangkan rata-rata
Dewi (2007), unsur-unsur hara yang diserap pertambahan diameter terbaik pada dosis 15 g, hal
tanaman yang terinfeksi fungi mikoriza adalah ini diduga pada dosis 15 g unsur hara yang diserap
0.8 4
Rata-rata pertambahan diameter (cm) 0.69 3.4
(helai)
1.8 1.9
0.4 2
0.3 1.5
0.2 1
0.1 0.5
0 0
P0 P1 P2 P3 P4 P0 P1 P2 P3 P4
Gambar 2. Rata-rata pertambahan diameter batang S. Gambar 3. Rata-rata pertambahan jumlah daun S.
pinanga pada umur tiga bulan pinanga pada umur tiga bulan
dengan bantuan fungi mikoriza pada inokulan alami yang mengakibatkan pembentukan daun terhambat.
mencukupi sehingga mempercepat pertumbuhan Sehingga pemberian inokulan alami 15 g dianggap
kambium. Hal ini sesuai pendapat Agustina (1990) dosis standar yang dapat berpengaruh terhadap
dalam Nirwana (2006) yang menyatakan bahwa, pertumbuhan daun secara maksimal.
fungi mikoriza (inokulan alami) juga meningkatkan Menurut Setiadi (2006) dalam Rossiana
penyerapan berbagai unsur hara yang cukup untuk (2010), fungi mikoriza yang terdapat pada inokulan
digunakan sebagai penyusun karbohidrat dalam alami mampu meningkatkan serapan hara berupa
proses fotosintesis. Karbohidrat yang dihasilkan Mg, Mn, Cl. Unsur Mg berperan sebagai penyusun
dalam fotosintesis dalam jumlah yang cukup, klorofil, unsur Mn berperan sebagai elemen
menyebabkan aktivitas pembelahan dan penebalan struktural kloroplas, sedangkan Cl berpengaruh
sel-sel jaringan tanaman dalam proses diferensiasi terhadap evolusi O2 di dalam kloroplas. Keberadaan
menjadi lebih cepat sehingga pertumbuhan unsur ini dapat mempercepat pembentukan daun
kambium berjalan lebih cepat, yang tampak dalam pada tanaman, jumlah daun pada tiap tanaman
pertambahan diameter batang tanaman. menunjukkan intensitas pertumbuhan.
Rosmakam & Yuwono (2002) dalam
Pertambahan Jumlah Daun Semai S. pinanga Karmilasanti & Andrean (2001) menyatakan
Berdasarkan hasil analisis varian yang diperoleh, bahwa jenis legum dengan bintil akar (mikoriza)
faktor perlakuan inokulan alami tidak berbeda nyata mempunyai kemampuan penyerapan N lebih tinggi
pada taraf uji 5 % terhadap pertambahan jumlah dibandingkan jenis lainnya. Over dosis dengan
daun semai S. pinanga, Hal ini menunjukkan bahwa pemberian mikoriza akan mengakibatkan tanaman
masing-masing perlakuan memberikan pengaruh mudah rebah karena sistem perakaran yang sempit.
yang tidak nyata terhadap pertambahan jumlah Sementara jika pemberiannya di bawah optimal
daun. Oleh karena itu uji perlakuan dosis inokulan akan menyebabkan naiknya asimilasi amonia dan
alami dengan menggunakan Uji BNJ tidak perlu kadar protein dalam daun, serta pertumbuhan akan
dilanjutkan lagi. terhambat.
Perbedaan rata-rata pertambahan jumlah daun
Pertambahan Jumlah Cabang Semai S. pinanga
baru dari kelima perlakuan inokulan alami semai S.
pinanga pada umur 3 (tiga) bulan dapat lebih jelas Berdasarkan hasil analisis varian yang diperoleh,
dilihat pada Gambar 3. Pada Gambar 3 terlihat faktor perlakuan dosis inokulan alami berbeda nyata
bahwa jumlah daun pada perlakuan 15 g nyata pada taraf uji 5 % terhadap jumlah cabang semai
lebih tinggi dibandingkan 20 g, hal ini diduga pada S. pinanga, selanjutnya dilakukan uji BNJ terhadap
dosis tinggi (20 g) dapat menurunkan penyerapan perlakuan yang berbeda nyata disajikan pada Tabel
unsur hara pembentuk daun khususnya nitrogen, 2. Tabel 2 menunjukkan inokulasi perlakuan P15
Table 2. Hasil uji BNJ rata-rata pertambahan jumlah Hal ini sesuai dengan penelitian Karmilasanti &
cabang semai S. pinanga Andrean (2011) yang menyatakan bahwa pengaruh
Rata-rata perlakuan inokulan alami terhadap pembentukan
Perlakuan Pertambahan jumlah Deskripsi cabang baru pada tengkawang jenis S. macrophylla
cabang (cm) memberi hasil signifikan pada dosis tertentu yaitu
P0 0,20 a dosis 15 g.
P5 0,30 ab
P10 0,81 bc
KESIMPULAN
P20 1,05 bcd Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
P15 1,20 cd maka dapat disimpulkan bahwa:
Keterangan: huruf sama menunjukkan tidak ada pengaruh
1. Perlakuan dosis inokulan alami (ektomikoriza)
yang signifikan pada taraf 5 %
memberikan pengaruh nyata terhadap
dan P20 berbeda tidak nyata dan berbeda nyata pertambahan tinggi, dan jumlah cabang semai
terhadap perlakuan tanpa mikoriza, P5 dan P10. S. pinanga.
Rata-rata jumlah cabang semai S. pinanga yang 2. Perlakuan yang paling efektif dalam
diinokulasi dosis 15 dan 20 g adalah 1,05 dan 1,20, meningkatkan pertambahan tinggi, diameter,
nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan dan jumlah daun semai S. pinanga adalah pada
dosis 5 g (0,30), perlakuan 10 (0,81) dan tanpa dosis 15 g.
mikoriza (0,20). 3. Perlakuan yang paling efektif dalam
Perbedaan rata-rata pertambahan jumlah meningkatkan pertambahan jumlah cabang
cabang baru pada perlakuan dosis inokulan alami pada semai S. pinanga adalah pada dosis 20
semai S. pinanga pada umur 3 (tiga) bulan dapat g.
lebih jelas dilihat pada Gambar 4 . Pada Gambar
4 terlihat bahwa pengaruh inokulan alami terhadap DAFTAR PUSTAKA
rata-rata pertambahan cabang baru semakin
meningkat dengan bertambahnya dosis inokulan Dewi, R. I. 2007. Peran Prospek dan Kendala dalam
Pemanfaatan Endomikoriza. Bandung. Fakultas Pertanian
dari P0 sampai P20, namun pertambahan cabang Universitas Padjadjaran Jatinangor.
yang paling banyak terdapat pada dosis 20 g,
Irwanto. 2011. Kajian terhadap jenis, kegunaan dan konservasi
sehingga proses pembentukan cabang dianggap
tumbuhan tengkawang dari perspektif sosial budaya
membutuhkan unsur-unsur hara dengan kadar atau masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat. http://www.
dosis inokulan tertentu. scribd.com/doc/51202069/MAKALAH-UTS [ d i a k s e s
tanggal 16 juni 2011]
1.40 Karmilasanti dan F. Andrean. 2011. Silvikultur intensif jenis
1.20 Dipterokarpa. Laporan hasil penelitian. Samarinda. Balai
1.20 Besar Penelitian Dipterokarpa.
Rata-rata pertambahan jumlah
1.05
1.00 Musfal. 2010. Potensi cendawan mikoriza arbuskula untuk
0.81 meningkatkan hasil tanaman jagung. Jurnal Litbang
0.80 Pertanian 29(4).
cabang
Rossiana, N. 2010. Penurunan kandungan logam berat dan Campuran Subsoil dan Kompos pada Pembibitan Kelapa
pertumbuhan tanaman sengon Paraserianthes falcataria Sawit (Elaeis guieensis) Kultivar Sungai Pancur 2 (SP2).
L (Nielsen). Bandung. Universitas Padjadjaran. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/10/
pemanfaatan_cendawan_mikroriza_arbuskular_serta_
Suherman, C., A. Nuraini dan S. Rosniawati. 2009. Pemanfaatan
media_campuran_subsoil.pdf.html [diakses tanggal 9
Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) Serta Media
Januari 2011].