Anda di halaman 1dari 15

Rangkuman Mata Kuliah

KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR

OLEH:
MAXYANUS TARUK LOBO’
A311 12 296

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
A. LINGKUNGAN HUKUM (Boynton, 2003: 139)
Profesi akuntan memiliki presentasi yang sangat rendah dalam hal perbandingan antara
dugaan kegagalan audit terhadap jumlah audit yang dilaksanakan. Kegagalan audit
sangat jarang terjadi, namun apabila terjadi dapat menimbulkan akibat yang luar biasa.
Banyak auditor yang tidak pernah mengalami kegagalan audit sepanjang karir mereka.
Namun demikian, dugaan kegagalan audit dapat berdampak buruk bagi setiap kantor
akuntan
1. Kecenderungan Litigasi di Amerika serikat
Kecenderungan penting dimulai pada tahun 1980-an, berlanjut dalam tahun 1990-
an, dan sampai pada lahirnya private Securities Litigation Reform Act pada tahun
1995. Jumlah dan biaya litigasi yang berkaitan dengan dugaan kekurangan audit
mencapai tingkat yang membahayakan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh
banyaknya laporan kegagalan bisnis yang berakibat pada kerugian signifikan yang
diderita oelh investor dan pembayar pajak, seperti kehancuran asosiasi ismpan
pinjam pada ahir tahu 1980-an dan awal 1990-an.
Betapa seriusnya keadaan lingkungan hukum pada awal tahun 1990-an
digambarkan sebagai berikut:
a. Pada ahir tahun 1990-an profesi akunta menghadapi lebih dari 4000 gugatan
dengan estimasi klaim yang belum diselesaikan dalam jumlah yang cukup
fantastis, yaitu lebih dari $30 milyar.
b. Pada tahun 1992, kantor akuntan publi nasional terbesar ketujuh ynag bernama
Laventhol dan Horwarth dinyatakan pailit, akibat besarnya beban kewajiban.
c. Pada tahun 1993 sampai tahun 1995 biaya asuransi wajibbagi kantor akuntan
publik yang tergolong dalam enam besar meningkat sampai sepuluh kali hingga
lebih dari $5000 per akuntan, sementara biaya yang dapat dikurangkan
melonjak dari $2 juta menjadi sekitar $25 juta sampai $50 juta, sedangkan batas
jaminan sampai kantor merosot dari $200 juta menjadi $100 juta atau kurang.
Premi utuk kantor akuntan publik yang tergolong kantor ukuran kecil dan
menengah meningkat antara 200% sampai 300%, dengan median deductible
yang meningkat hampir enam kali. Selain itu, terdapat penurunan tajam dalam
jumlah perusahaan asuransi yang menawarkan kebujakan kewajiban kepada
kantor CPA.
d. Kantor-kantor akuntan publik dalam berbagai ukuran mengundurkan diri dari
layanan kepada klien yang memiliki risiko audit yang tinggi, dan banyak kantor
akuntan publik yang lebih kecil menghentikan pelaksanaan audit secara
serentak.
Krisis yang terjadi ini tidak hanya terbatas pada profesi akuntansaja. Studi yang
diselenggarakan oleh Kelompok Konsultan Hukum dan ekonomi pada tahun 1993,
menunjukkan bahwa gugatan class action tentang kecurangan (fraud) dalam bidang
sekuritas yang diterbitkan tanpa jaminan, diajukan terhadap satu dari setiap delapan
perusahaan pada New York Stock Exchange, satu dari setiap 18 perusahaan pada
American Exchange, serta satu dari setiap 20 perusahaan pada NASDAQ.
Tumbuhnya kesadaran akan adanya masalah pada sistem peadilan, mendorong
terbentuknya Coalition to Eliminate Abusive Securities Suits (CEASS). Koalisi ini
terdiri dari AICPA, kantor akuntan enam besar, para penjamin asuransi, lebih dari
300 perusahaan manufaktur, pegecer dan asosiasi niaga. Koalisi ini berusaha
memenangkan perubahan undang-undang yag dapat mengendalikan litigasi yang
tidak terjamin.

B. KEWAJIBAN MENURUT COMMON LAW (Boynton, 2003:141)


Common law seringkali diartikan sebagai huku yag tidak tertulis. Common law berasal
dari prinsip-prinsip yang berdasarkan keadilan, alasan, dan hal-hal yang masuk akal,
dan bukan hukum yang absolut, tetap dan kaku. Prinsip-prinsip common law ditentukan
oleh kebutuhan masyarakat, sehingga perubahan pada common law merupakan
tanggapan atas kebutuhan masyarakat. Menurut vomon law, kewajiban hukum para
CPA berkaitan luas dengandua pihak, yaitu para klien dan pihak ketiga.
1. Kewajiban Kepada Klien
Seorang CPA berada dalam hubungan kontraktual langsung dengan klien. Dengan
menyetujui untuk melaksanakan jasa bagi klien, CPA berperan sebagai kontraktor
independen. Seorang akuntan bertanggung jawab kepada klien sesuai dengan
hukum kontrak atau tort law (hukum yang mengatur tentang tuntutan ganti rugi).
a. Hukum Kontrak (Contract Law)
Seorang auditor bertanggung jawab kepada klien atas pelanggaran kontrak,
apabila ia :
i. Menerbitkan laporan audit standar tanpa melakukan audit sesuai dengan
GAAS.
ii. Tidak mengirimkan laporan audit sesuai dengan batas waktu yang telah
disepakati.
iii. Melanggar hubungan kerahasiaan klien.
Kewajiban auditor atas pelanggaran kontark dapat meluas sampai subrogee.
Subrogee adalah pihak yang memperoleh hak pihak lain melalui
substitusi.sesuai dengan hak subrrogasi terhadap klain kontraktual yang
diasuransikan, CPAdapat digugat atas kegagalannya menemukan kecurangan
tersebut.
Apabila terjadi pelanggaran kontrak, biasanya penggugat akan mencari satu
atau lebih jalan keluar sebagai berikut:
i. Kewajiban spesifik tergugat dalam kontrak.
ii. Kerugian keuangan langsung yang terjadi akibat pelanggran tersebut.
iii. Kerugian terkait dan kerugian sebagai konsekuensi yang merupakan
akibta tidak langsung atas pelanggran tersebut.
b. Hukum Kerugian (Tort Law)
Tindakan merugikan adalah tindakan salah yang merugikan milik, badan, atau
reputasi seseorang. Tindakan merugikan dapat dilakukan berdasarkan salah
satu penyebab berikut ini :
i. Kelalaian yang biasa (ordinary negligence), yaitu kelalaian untuk
menerapkan tingkat kecermatan yang biasa dilakukan secara wajar oleh
orang lain dalam kondisi yang sama.
ii. Kelalaian kotor (gross negligence), kelalaian untuk menerapkan tingkat
kecermatan yang paling ringanpada suatu kondisi tertentu.
iii. Kecurangan (fraud), yaitu penipuan yang direncanakan, misalnya salah
saji, menyembunyikan, atau tidak mengungkapkan fakta yang material,
sehingga dapat merugikan pihak lain.
Dalam banyak kasus, penggugat memiliki hak untuk menuntut dengan
menggunakan pasal-pasal kontrak atau menggunakan hukum kerugian.
2. Kewajiban Kepada Pihak Ketiga
Pihak ketiga dapat didefinisikan sebagai seseorang yang tidak mengetahui tentang
pihak-pihak yang ada di dalam kontrak. Menurut sudut pandang hukum, terdapat 2
kelompok pihak ketiga, yaitu : (1) Pemegang hak utama, yaituSeseorang yang
namanya telah diketahui oleh seorang auditor sebelum audit dilaksanakan sebagai
penerima utama laporan auditor; dan (2) Pemegang hak lainnya, yaitu Pihak ketiga
yang namanya tidak disebutkan, seperti para kreditor, pemegang saham, dan
investor potensial.
Auditor bertanggung jawab kepada semua pihak ketiga atas semua kelalaian kotor
dan kecurangan menurut hukum kerugian. Sebaliknya kewajiban auditor atas
kelalaian biasa yang pada umumnya berbeda antara kedua kelompok pihak ketiga
tersebut.
Faktor-faktor lingkungan berikut telah memberikan sumbangan yang cukup berarti
atas terjadinya perubahan tersebut :
i. Konsep kewajiban telah berubah secara lambat namun signifikan untuk
mewajibkan perlindungan pelanggan dari kesalahan pabrikan (kewajiban
produk) dan dari kesalahan profesional (kewajiban jasa).
ii. Perusahaan bisnis dan kantor-kantor akuntan telah bertumbuh dalam
ukuran yang memungkinkan mereka memikul dengan lebih baik bentuk
tanggung jawab yang baru.
iii. Jumlah individu dan kelompok yang mengandalkan laporan keuangan
yang telah diaudit telah bertumbuh dengan mantap.
Putusan-putusan pengadilan telah mengakui adanya 2 kategori pihak ketiga lain
sebagai pemegang hak sebagai berikut:
(a.) Golongan yang telah diketahui sebelumnya (foreseen class)
Apabila klien menginformasikan kepada CPA bahwa laporan audit akan
digunakan untuk mendapatkan pinjaman bank, maka semua bank
merupakan pihak yang telah diketahui sebelumnya, namun para kreditor
niaga dan pemegang saham potensial tidak tergolong dalam golongan yang
telah diketahui sebelumnya. Konsep golongan yang telah diketahui
sebelumnya tidak meliputi semua investor, pemegang saham, kreditor yang
ada sekarang maupun yang akan datang.
(b.) Pihak-pihak yang dapat diketahui sebelumnya (foreseeable parties)
Perorangan atau entitas yang diketahui ataupun yang akan diketahui auditor
akan mengandalkan laporan audit dalam membuat keputusan bisnis dan
investasi digolongkan sebagai pihak-pihak yang dapat diketahui
sebelumnya. Pihak yang dapat diketahui sebelumnya meliputi para kreditor,
pemegang saham, dan investor yang ada sekarang maupun yang akan
datang.
3. Pembelaan dalam Common Law
Pada umumnya auditor harus menggunakan kecermatan sebagai pembelaan dalam
gugatan pelanggaran kontrak termasuk tuntuan ganti rugi atas kelalaian. Dalam hal
tuntutan ganti rugi, pembelaan utama adalah bukti kecermatan atau kelalaian
kontributif. Apabila menggunakan pembelaan berdasarkan kecermatan, auditor
harus berusaha membuktikan bahwa audit tersebut telah dilaksanakan sesuai
dengan GAAS. Pada sebagian besar negara bagian, kelalaian kontributif ini
merupakan bahan pembelaan bagi auditor hanya bila kelalaian tersebut secara
langsung menyebabkan kegagalan auditor dalam melaksanakan tugasnya.
C. KEWAJIBAN MENURUT UNDANG-UNDANG SEKURITAS (Boynton, 2003:152)
Undang-undang sekuritas tergolong sebagai atau hukum negara (statutory law) yang
ditetapkan oleh lembaga legislative pada tingkat negara nagian atau tingkat federal.
Sebagian besar negara bagian memiliki undang-undang pengamanan surat
berharga (blue sky laws) yang dimaksudkan untuk mengatur penerbitan dan
perdagangan sekuritas dalam suatu negara bagian. Biasanya undang-undang ini
mewajibkan pengarsipan laporan keuangan yang telah diaudit oleh suatu badan
pengatur yang ditunjuk. Dua hukum federal di A.S. yang sangat mempengaruhi auditor
yang dikelola oleh Securities and Exchange Commission (SEC) adalah :
1. Securities Act Tahun 1933
Undang-undang tahun 1933 ini dikenal sebagai kebenaran dalam undang-undag
sekuritas (Truth in Securities Act). Undang-undang ini dirancang untuk mengatur
penawaran sekuritas kepada publik melalui pos atau melaui interstate commerc).
Gugatan melawan auditor menurut undang-undang ini biasanya didasarkan pada
pasal 11 tentang Kewajiban Perdata atas Akun pada Laporan Pendaftaran yang
Tidak Benar, sebagai beriut:
“Apbila terdapat suatu bagian dari bagian manapun dalam laporan pendaftaran yang
secara efektif memuat pernyataan yang tidak benar tentang suatu fakta yang
material atau mengabaikan fakta material yang perlu dinyatakan didalamnya atau
diperlukan agar laporan tersebut tidak menyesatkan, maka setiap orang yang
membeli sekuritas semacam itu (kecuai dapat dibuktikan bahwa pada saat
pembelian ia mengetahui tentang adanya ketidakbenaran atau pengabaian
semacam itu) dapat....menggugat..”
Sesuai dengan ketentuan perdata dari undang-undang tahun 1933, kerugian
keuangan yang diperoleh kembali oleh seorang penggugat dibatasi pada perbedaan
antara (1) jumlah yang dibayar investor untuk sekuritas tersebut, dan (2) harga
pasar atau harga jual pada saat gugatan diajukan. Apabila sekuritas tersebut telah
dijual, maka jumlah yang dapat dibayarkan sebagai ganti rugi adalah selisih antara
jumlah yang dibayarkan dikurangi dengan harga jual.
Pengaruh utama undang-undang ini atas pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
gugatan dapat diringkas sebagai berikut :
a. Penggugat
i. Setiap orang yang membeli atau mengakuisisi sekuritas seperti yang
diuraikan dalam laporan pendaftaran, tanpa memandang apakah ia
merupakan klien auditor atau tidak.
ii. Harus mendasarkan gugatannya pada dugaan pemalsuan yang material
atau laporan keuangan yang menyesatkan yang ada dalam laporan
pendaftaran.
iii. Apabila pembelian sekuritas dilakukan sebelum penerbitan laporan laba-
rugi yang meliputi periode setidaknya 12 bulan setelah tanggal efektif
laporan pendaftaran, penggugat tidak harus membuktikan adanya
ketergantungan pada keandalan laporan yang tidak benar atau yang
menyesatkan atau bahwa kerugian yang diderita diperkirakan sebagai
akibat laporan keuangan tersebut.
iv. Tidak harus membuktikan bahwa auditor telah melakukan kelalaian atau
kecurangan dalam mengesahkan laporan keuangan terkait.
b. Tergugat
i. Memiliki beban untuk menegakkan kebebasan dari kelalaian dengan
cara membuktikan bahwa ia telah melakukan investigasi yang memadai
dan sesuai dengan itu memiliki dasar yang memadai untuk percaya, dan
memang percaya bahwa laporan keuangna yang disahkan adalah benar
pada tanggal laporan tersebut serta pada saat laporan pendaftaran
menjadi efektif, atau
ii. Melalui pembelaan harus menunjukkan bahwa kerugian penggugat
secara keseluruhan atau sebagian disebabkan oleh hal lain di luar
laporan yang dianggap tidak benar atau menyesatkan tersebut.
Konsep ivestigasi yang memadai sering merujuk pada pembelaan berdasarkan
kecermatan. Pasal 11 (c) mnyatakan bahwa standar kelayakan adalah kecermatan
yang diperlukan oleh orang yang bersikap hati-hati dalam mengelola harta bendanya
sendairi. Bagi seorang auditor, dasar dari investigasi yang memadai atas laporan
keuangan yang telah diaudit adalah GAAS.
2. Securities Exchange Act 1934
Undang-undang tahun 1934 ini mewajibkan perusahaan-perusahaan yang termasuk
dalam lingkup undang-undang ini untuk (1) mengarsipkan laporan pendaftaran
apabila sekuritas tersebut diperdagangkan secara terbuka kepada masyarakat
melalui pasar bursa efek atau pasar diluar bursa efek, dan (2) menjaga agar arsip
laporan penaftran tersebut tetap mutakhir dengan car mengarsipkan laporan
tahunan, laporan kuartalan, dan informasi-informasi lain yang berkaitan dengan
SEC. Informasi keuangan tertentu, temasuk laporan keuangan, harus diaudit oleh
akuntan public independen. Karena adanya persyaratan laporan yang berulang
dengan SEC, maka Undang-undang ini sering disebut sebagai continuous
disclosure act (Undang-undang pengungkapan berkelanjutan). Ketentuan tentang
kewajiban utama dalam undang-undang tahun 1934 ini disajikandalam pasal 18,
10,dan 32.
a. Kewajiban dalam Pasal 18
Pasal 18 (a) menyatakan:
“setiap orang yang akan membuat pernyataan atau menyebabkan membuat
pernyataan apapun dalam setiap permohonan, laporan atau dokumen yang
diarsipkan menurut judul ini...yang mana...telah dibuat dengan tidak benar
dan menyesatkan dalam semua fakta materil, harus bertanggung jawab
kepada setiap orang (yang tidak mengetahui bahwa laporan tersebut adalah
tidak benar atau menyesatkan), yang dengan mengandalkan laporan
tersebut melakukan pembelian atau penjualan sekuritas pada suatu tingkat
harga yang dingaruhi oleh laporan tersebut dan ternyata menimbulkan
kerugian yang disebabkan oleh pengandalan tersebutm, kecuali bila pihak
tergugat dapat membuktikan bahwa ia telah bertindak dengan jujur dan tidak
mengetahui bahwa laporan tersebut tidak benar atau menyesatkan.”
Kewajiabn dalam pasal 18 ini secara relatif memiliki lingkungan yang sempit
karena hanya berkaitan dengan laporan yang tidak benar atau menyesatkan
dalam dokumen yang diarsipkan pada SEC menurut undang-undang ini.
b. Kewajiban dalam Pasal 10
Pasal 10 (b) menyatakan
“merupakan tindakan yang tidak sah bagi setiap orang yang secara langsung
maupun tidak langsung menggunakan atau mengoperasikan dengan cara
apapun atau dengan peralatan interstate commerce atau pos, atau setiap
fasilitas setiap perdagangan sekuritas nasional, dalam kaitan dengan pembelian
atau penjualan setiap sekuritas terdaftar pada perdagangan sekuritas nasional
atau setiap sekuritas yang tidak terdaftar, setiap muslihat yang manipulatif atau
menyesatkan atau menggunakan celah pertentangan dalam ketentuan dalam
peraturan yang dirumuskan oleh Komisi yang memang diperlukan dan tepat
untuk digunakan dalam menjaga kepentingan publik atau untuk melindungi
investor.”
Dalam pasal ini, SEC mengumumkan secara resmi ketentuan 10b-5, yang
menyatajan bahwa merupakan tindakan yang tidak sah bagi setiap orang, yang
secara langsung atau tidak langsung,
i. Menggunakan setiap alat, skema, tipu daya untuk menggelapkan
ii. Membuat setiap laporan yang tidak benar dari fakta materil yang
diperlukan agar laporan dapat menjadi jelas sesuai dengan lingkungan
yang ada sehingga tidak menyesatkan.
iii. Terlibat dalam tidakan, praktik, atau usaha yang sedang berjalan,
sebagai bentuk kecurangan atau kebohongan kepada setiap orang
dalam kaitan dengan pembelian atau pejualan sekuritas apapun.
c. Kewajiban dalam Pasal 32
Pasal 32 (a) menetapkan kewajiban kejahatan yang dilakukan “dengan sengaja”
dan “cerdik” membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan dalam
laporan yang diarsipkan sesuai dengan undang-undang tahun 1934. Pasal ini
juga menegaskan hukuman atas kejahatan karena tidak mematuhi ketentuan
dalam pasal 10 (b) yangterdiri dari dendan uang yang besarnya tidak melebihi
$100.000 atau hukuman kurungan yang lamanya tidak melebihi lima tahun, atau
keduanya.
d. Mengajukan Gugatan Menurut Undang-Undang Tahun 1934
Terdapat kesamaan dan perbedaan dalam pengaruh dari pasal 10 dan 18 pada
pihak-pihak yang terdlibat. Menurut kedua pasal tersebut, penggugat (1) dapat
terdiri dari setiap orang yang membeli ataumenjual sekuritas, (2) harus
membuktikan adanya pernyataan yangs secata materilal tidak benar atau
menyesatkan, dan (3) harus membuktikan ketergantungan untuk mengandalkan
laporan tersebut serta kerugian yang timbul karena mengandalkan laporan
tersebut. Namun tanggung jawab penggugat berbeda menurut kedua pasal
tersebut dalam hal membuktikan kecurangan auditor. Menurut pasal 18,
penggugat tidak harus membuktikan bahwa auditor telah berlaku curang, namun
dalam pasal 10, peraturan 10b-5 menyatakan bahwa bukti tersebut diperlukan.
Tergugat dalam pasal 18 harus membuktikan bahwa ia (1) telah bertindak
dengan jujur, dan (2) tidak mengetahui tentang pernyataan yang tidak benar
atau menyesatkan. Menurut pasal 18, seorang tergugat yang menderita
kerugian, diperkenankan untuk meminta ganti rugi “out of pocket”, yang nialinya
ditetapkan sebesar selisih antara harga kontrak dengan nilai riil pada transaksi.
Apabila terjadi salah saji atau pengabaian, maka pada umumnya nilai riil pada
tanggal transaksi akan digantikan dengan harga pasar.
e. Perbedaan Antara Undang-undang Tahun 1933dan 1934
Undang-undang Sekuritas dapat diterapkan pada situasi yang berbeda. Undang-
undang tahun 1933 diterapkan pada penjualan perdana sekuritas yang dapat
terdiri dari modal saham dan obligasi kepada publik oleh korporasi penerbit,
dimana undang-undang tahun 1934 diterapkan pada penjualan perdana dan
perdagangan sekuritas di bursa sekuritas nasional. Perbedaan antara pasal 11
dari undang-undang tahun 1933 dengan pasal 10 dan 18 dari undang-undang
tahun 1934, terletak pada :
i. Penggugat
ii. Bukti ketergantungan untuk mengandalkan laporan keuangan yang tidak
benar atau menyesatkan.
iii. Kewajiban auditor atas kelalaian biasa.

3. Private Securities Litigation Reform Act Tahun 1995


Undang-undang Private Securities Litigation Reform yang disahkan Kongres pada
tahun 1995 dimaksudkan untuk mengurangi litigasi yang ceroboh bagi auditor,
perusahaan yang menjual sekuritasnya kepada publik, dan para pihak yang
berafiliasi dengan penerbit sekuritas, seperti pejabat perusahaan, direktur, serta
penasehat profesional.
a. Kewajiban Proporsional
Reform Act ini memperkenalkan dan memulai suatu sistem kewajiban
proporsional dimana seorang tergugat yang tidak “mengetahui tindak
pelanggaran” atas hukum sekuritas tetap bertanggung jawab berdasarkan suatu
persentase tanggung jawab. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi tekanan
paksa bagi para pihak yang tidak bersalah untuk menyelesaikan gugatan yang
tidak terlampau berat di luar pengadilan daripada memepertaruhkan risiko bagi
diri sendiri dengan kewajiban yang tidak proporsional atas kerugian dalam kasus
tersebut. Tergugat yang “mengetahui tindak pelanggran” tetap betanggung
jawab secara sendiri-sendiri atau bersama-sama untuk semua kerugian yang
dapat dinilai.
Apabila seorang tergugat tidak mengetahui telah melakukan pelanggaran
undang-undang sekuritas, reform act juga memberikan “penutup” atas
pembagian proporsional kerugian yang tidak dapat ditagih dari tergugat lainnya.
Apabila seorang tergugat tidak dapat membayar ganti rugi yang menjadi
bagiannya, atau dari kewajiban para tergugat secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama maka setiap tergugat yang bertanggung jawab atas bagian
proporsional dari jumlah yang tidak dapat ditagih tersebut, sampai jumlah yang
setara dengan tambahan 50% dari bagian awal yang harus dibayar tergugat.
b. Menutup Kerugian Aktual
Reform Act juga menutup kerugian aktual yang timbul menurut Undang-undang
sekuritas berdasarkan harga pembelian investor atas sebuah sekuritas dan
harga perdagangan rata-rata selama periode 90 hari setelah tanggal informasi
diterbitkan yang mengoreksi adanya salah saji dan pengabaian dalam laporan
keuangan.
c. Tanggung Jawab untuk Melaporkan Tindakan Melanggar Hukum
Reform Act menetapkan persyaratan pelaporan baru kepada auditor yang
mendeteksi atau menyadari adanya tindakan melanggar hukum yang dilakukan
oleh pihak yang menerbitkan sekuritas. Apabila seorang auditor menyimpulkan
bahwa suatu tindakan melanggar hukum memiliki pengaruh yang material atas
laporan keuangan, sementara manajemen senior belum mengambil langkah
yang tepat, dan kegagalan tersebut menjadi alasan penerbitan laporan yang
menyimpang dari laporan standar atau bahkan pengunduran diri auditor dari
perikatan, maka auditor harus segera melaporkan kesimpulan ini langsung
kepada dewan direksi. Selanjutnya dewan akan memberitahu SEC dalam waktu
satu hari. Apabila ternyata dewan tidak menyampaikan laporan tersebut dengan
tepat waktu kepada SEC, maka auditor harus membuat laporan kepada SEC.
Secara eksplisit Reform Act menyatakan bahwa auditor tidak bertanggungjawab
secara pribadi atas temuan, kesimpulan, atau pernyataan yang dibuat dalam
laporan tersebut.
d. Perubahan Lain yang Diberikan oleh Reform Act
Reform Act juga memberikan kelonggaran lain bagi profesi akuntan. Undang-
undang ini :
i. Mewajibkan penggugat membayar imbalan dan pengeluaran yang layak
bagi penasehat hukum yang digunakan oleh tergugat yang secara
langsung terkait dengan litigasi yang diputuskan oleh pengadilan sebagai
ceroboh dan tidak benar.
ii. Memberikan tenggang waktu untuk berusaha menyelesaikan masalah
yang ada, sehingga dapat mengurangi biaya yang seringkali mendorong
pihak yang tidak bersalah untuk mengajukan gugatan class action.
iii. Membatasi kerugian akibat tindakan hukum dengan cara menghapus
kecurangan sekuritas sebagai dasar mengambil tindakan menurut
Racketeer Influenced and Corrupt Organization Act, yang menjatuhkan
hukuman tiga kali lipat.
iv. Membatasi hak pihak ketiga untuk menggugat dengan cara membatasi
umlah berapa kali seseorang dapat menjadi wakil penggugat sebnayak
tidak lebih dari lima class action selam aperiode 3 tahun dan dengan
mewajibkan adanya alasan standar yang lebih ketat yang harus dipenuhi
oleh penggugat.
v. Perubahan tata cara bagaimana pengadilan menunjuk wakil penggugat
dalam suatu class action untuk kepentingan para investor institusional
yang pada umumnya memiliki kepetingan keuangan terbesar dalam ganti
rugi tersebut serta untuk mengurangi adanya “perlombaan menuju ruang
pengadilan oleh para penggugat profesional” yang pada umumnya hnaya
memiliki kepentingan yang paling sedikit.
Adalah terlampau dini untuk menilai seberapa luas reformasi legislatif pada
tingkat federal ini memberikan kelonggaran yang signifikan menurut hukum
negara bagi profesi.

D. PERTIMBANGAN LAIN (Boynton, 2003:166)


1. Kewajiban Menurut Racketeer Influenced and Corupt Organization Act
RICO memuat ketentuan perdata yang memperbolehkan semua orang ynag secara
pribadi menjadi korban “pola kegiatan pemerasan” untuk menuntut rugi 3x lipat
ditambah dengan penggantian imbalan untuk kuasa hukum. Bagaimanapun juga,
para auditor akan tetap dinyatakan bersalah menurut RICO apabila pengadilan
menyimpulkan bahwa hubungan antara auditor dengan klien telah melampaui batas
peran tradisional auditing.
2. Standar Profesional dan Keputusan Hukum
Terdapat perbedaan pendirian dikalangan AICPA, SEC, dan pengadilan tentang
kepentingan relatif standar profesional dalam keputusan hukum.
AICPA telah membuat pernyataan berikut tentang pentingnya standar profesional
dan kesaksian pakar yang meyakinkan tentang standar-standar tersebut :
a. Standar komunikasi yang diperlukan diukur menurut prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum (GAAP) dan GAAS yang spesifik, dan apabila tidak
didapati adanya peraturan-peraturan atau kebiasaan yang spesifik, maka akan
digunakan pandangan para pakar (CPA profesional).
b. Para Juri (atau pengadilan dalam hal peradilan tanpa juri) tidak berwenang
untuk mempertanyakan kebijaksanaan standar profesional.
Sebaliknya, pendirian SEC tentang standar profesional serta kesaksian pakar dari
kalangan para auditor adalah sebagai berikut :
a. Auditor memiliki kewajiban yang jauh melampaui batas GAAP dan GAAS yang
spesifik atau kebiasaan profesional untuk berkomunikasi secara efektif tentang
informasi yang material.
b. Apabila GAAP dan GAAS ternyata memiliki kekurangan, maka SEC tidak ragu-
ragu meminta badan yan berwenang untuk menetapkan standar kinerja yang
berarti tanpa memperhatikan kesaksian pakar pada standar profesional.
Pendirian SEC ini mewajibkan adanya komunikasi yang efektif tentang informasi
material yang akan disampaikansecara wajar dan berarti kepada para investor
awam.
Sedangkan pendirian pengadilan tentang kedua hal tersebut adalah sebagai berikut:
a. Apabila profesi telah menetapkan GAAS yang spesifik untuk menghadapi
masalah yang muncul, maka tugas profesional akan dibatasi pada
menyesuaikannya dengan standar, sehingga laporan keuangan dapat
memberikan informasi yang wajar dan berarti bagi investor. Meskipun auditor
tidak mengikuti standar profesional, namun kewajiban hanya akan dibebankan
apabila laporan keuangan benar-benar menjadi penyebab timbulnya kerugian
bagi penggugat. Akan tetapi, apabila laporan keuangan yang menyesatkan
ternyata menimbulkan kerugian, maka pengadilan tidak akan ragu-ragu
menghukum auditor meskipun terdapat bukti kuat adanya kesesuaian dengan
GAAP dan GAAS.
b. Apabila penerapan standar auditing memerlukan keahlian dalam mengevaluasi
dan menguji pengendalian intern, pengambilan sampel transaksi, dan
mendapatkan bukti yang kompeten, maka kesaksian pakar akan sangat
meyakinkan. Namun, apabila dilakukan komunikasi temuan, maka kesaksian
pakar tentang kepatuhan pada GAAP hanya akan bersifat persuasif saja dan
bukan sesuatu yang memaksa.
3. Meminimalkan Risiko Litigasi
Para CPA menjalankan praktiknya dalam iklim kebijakan publik nasional yang
sedang menekan pada pentingnya perlindungan bagi konsumen (masyarakat
umum) dari pekerjaan dibawah standar yang dilakukan oleh para profesional. Dari
hasil analisis diatas berbagai kasus pengadilan yang melibatkan para CPA,
direkmendasikan sejumlah tindakan pencegahan yang perlu diambil oleh seorang
CPA untuk meminimalkan risiko terjerat dalam litigasi.
a. Menggunakan surat perikatan untuk semua jenis jasa profesional. Surat-
surat tersebut akan menjadi dasar persetujuan kontraktual serta
meminimalkan risiko kesalahpahaman tentang jasa yang telah disepakati.
b. Melakukan investigasi yang menyeluruh atas klien prospektif. Investigasi
ini penting untuk meminimalkan kemungkinan CPA dikaitkan dengan klien
yang manajemennya tidak memiliki integritas.
c. Lebih menekankan mutu jasa dari pada pertumbuhan. Kemampuan
sebuah kantor akuntan untuk menetapkan staf dengan tepat pada suatu
perikatan merupakan hal yang penting bagi mutu pekerjaan yang dihasilkan.
Penerimaan tugas dengan objek usaha baru yang akan menimbulkan
perlunya kerja lembur yang berlebihan, beban kerja diatas normal, serta
kurangnya supervisi dari profesional yang berpengalaman sebaiknya ditolak.
d. Mematuhi sepenuhnya ketentuan profesional. Kepatuhan pada Statement
on Auditing Standar (SAS) merupakan hal yang penting. Seorang auditor
harus mampu memberikan alasan terjadinya setiap penyimpangan dari
pedoman yang telah ditetapkan.
e. Mengakui keterbatasan ketentuan profesional. Pedoman profesional tidak
mencakup semuanya. Selain itu, pengujian subjektif atas kelayakan dan
kewajaran akan digunakan oleh para hakim, juri, dan pejabat pemerintah
dalam menimbang pekerjaan auditor. Auditor harus menggunakan
pertimbangan profesional yang mantap selama audit berlangsung dan dalam
penerbitan laporan audit.
f. Menetapkan dan menjaga standar yang tinggi atas pengendalian
mutu.Kantor CPA dan para auditor secara perorangan bertanggungjawab
atas pengendalian mutu. Review sejawat akan memberikan keyakinan
independen tentang mutu dan efektivitas berlanjut dari prosedur yang telah
dirumuskan.
g. Membperhatikan tindak pencegahan dalam perikatan tentang
keterlibatan klien dalam kesulitan keuangan. Ancaman atas keadaan klien
yang tidak solven ataupun kepailitan dapat mengarah pada kesengajaan
salah saji dalam laporan keuangan. Banyak gugatan hukum yang
dilancarkkan terhadap auditor berawal dari kepailitan perusahaan yang terjadi
setelah terbitnya laporan auditor. Auditor harus menimbang dengan cermat
kecukupan dan kompetensi bukti yang diperoleh ketika mengaudit
perusahaan tersebut.
h. Mewaspadai risiko audit. Dalam pertemuan konsulatif antara para staf
AICPA dengan Dewan Standar Auditing (ASB) yang dilaksanakan secara
periodik, dibahas tentang masalah-masalah risiko audit yang harus
diwaspadai. Risiko audit yang harus diwaspadai mengandung informasi
penting tentang perkembangan ekonomi dan kebijakan dalam industri
tertentu yang dapat mempengaruhi pemeriksaan auditor dan pertimbangan
profesional. Mengenali risiko audit yang harus diwaspadai akan sangat
membantu dalam menilai kelayakan dan kewajaran laporan keuangan
seorang klien dalam industri tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Boynton, William C., Johnson, Raymond N., dan Kell, Walter G. 2003. Modern Auditing.
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai