Anda di halaman 1dari 28

Kecelakaan Kerja

Muhammad SyaiIul Bin Samingan 102008301


Haseopkk89yahoo.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat
-89rak
Sebenarnya sering timbul pertanyaan apakah sebenarnya K3 itu penting? Apakah ada
manIaatnya untuk perusahaan bila menerapkan K3 dalam setiap kegiatan di perusahaan?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang seringkali muncul dalam benak manajemen apakah akan
menerapkan K3 di perusahaan. Ditambah lagi akan timbul biaya tambahan untuk
melaksanakan program K3 tersebut. Pemikiran seperti inilah yang membuat pihak
perusahaan ragu-ragu untuk melaksanakan program K3.
Pendahuluan
Kasus kali ini merupakan seorang pekerja laki-laki berusia 35 tahun sedang memperbaiki
dinding gedung di lantai 2. Pada saat memperbaiki, stager yang dipijak patah dan terjatuh.
Saat itu pekerja tidak memakai tali pengaman. Ia mengalami patah paha kanan dan
memerlukan tindakan operasi. Dokter perusahaan membuat laporan kejadian untuk
menguruskan klaim kepada JAMSOSTEK
Rumu8an ma8alah
-Seorang pekerja laki-lakiterjatuh dari lantai 2, tidak memakai tali pengaman dan patah paha
kanan.



nali8i8 ma8alah









ipo9e8i8
Seorang pekerja laki-lakiterjatuh dari lantai 2, tidak memakai tali pengaman dan patah paha
kanan akibat tidak mengikuti prosedur SMK3.

Perkem-angan K3

Masalah Keselamatan dan kesehatan kerja sebenarnya sudah ada sejak dulu. Tetapi hal ini
baru benar-benar menjadi topic hangat ketika terjadi revolusi industri di Inggris pada tahun
1800-an dengan ditandai ditemukannya mesin uap. Pada awalnya, masalah K3 hanya berkisar
pada kegiatan inspeksi untuk memeriksa kondisi lingkungan kerja. Kemudian pada tahun
1930an, HW Heinrich mengemukakan pendekatannya tentang K3 dari segi penyebab
kecelakaan kerja. Dalam pendekatannya, HW Heinrich mengemukakan teori tentang unsaIe
act dan unsaIe condition.
Perkembangan permasalahan K3 terus berlanjut. Pada tahun 1949, terjadi perkembangan
yang cukup signiIikan terhadap permasalahan K3 dengan memasukkan Iaktor penyakit yang
timbul akibat kerja. Hal ini didasari dengan banyaknya penyakit yang timbul di tempat kerja.
Seorang pekerja laki-
lakiterjatuh dari lantai 2, tidak
memakai tali pengaman dan
patah paha kanan.
Iaktor
Mempengaruh|
kece|akaan ker[a
k3
SMk3
Upaya
pencegahan
1eor| kece|akaan ker[a
Ind|v|du
1empat ker[a

Selain itu kondisi lingkungan kerja juga mulai mendapatkan perhatian sebagai salah satu
Iaktor yang harus diperhatikan dalam pencegahan kecelakaan kerja, seperti kebisingan, suhu,
cuaca, polusi dan sebagainya.
Perkembangan permasalahan K3 terus berlanjut. Pada tahun 1950an, Dan Petersen, Frank
Bird dan James Tye mengemukakan konsep SaIety Management. Konsep ini lahir didasari
oleh belum optimalnya pendekatan yang ada dalam upaya perlindungan pekerja. Dalam
konsep SaIety Management tersebut, masalah K3 merupakan bagian yang integral dari suatu
sistem organisasi. Sejak saat itulah mulai berkembang sistem manajemen K3. Dalam
perkembangannya, konsep Manajemen K3 tersebut mendorong timbulnya suatu standar yang
dapat dijadikan sebagai acuan bersama yang selanjutnya mendasari lahirnya OHSAS 18001.
1


ilo8ofi K3
International Association oI SaIety ProIesional (IASP) menetapkan 8 prinsip K3 yang
menjadi landasan pengembangan K3 sebagai berikut:
1,2

1. Safety is an ethical responsibility (K3 adalah tanggung jawab moral/etik)
Masalah K3 adalah tanggungjawab moral untuk melindungi keselamatan sesama manusia,
bukan hanya sekedar pemenuhan terhadap peraturan ataupun proIit semata. Pekerja harus
sadar bahwa apabila terjadi kecelakaan, bukan hanya dia saja yang menanggung, tetapi
seluruh keluarganya akan juga menanggung akibat yang ditimbulkan. Dengan adanya
kesadaran dari diri sendiri akan pentingnya keselamatan kerja, Keselamatan dan Kesehatan
kerja akan lebih mudah diwujudkan.

2. Safety is a culture not a program (K3 adalah budaya, bukan hanya sekedar program)
Banyak perusahaan yang menganggap bahwa saIety hanyalah sebuah program yang harus
dijalankan untuk tujuan tertentu misalnya sebagai salah satu syarat untuk mrngikuti tender.
Pemikiran inilah yang harus diubah. SaIety adalah sebuah cerminan budaya kerja yang ada
dalam perusahaan tersebut. K3 yang baik akan mencerminkan bahwa kondisi
ketenagakerjaan didalam perusahaan tersebut juga baik.


3. Management is responsible (K3 adalah tanggungjawab manajemen)
Dalam pelaksanaannya, tanggungjawab K3 dapat didelegasikan dari manajemen puncak
kepada level yang dibawahnya. Akan tetapi tanggungjawab utama tetap pada manajemen
puncak. Sering terjadi apabila terjadi kecelakaan kerja manajemen puncak hanya
menyalahkan bawahannya misalkan supervisor dan manajer produksi.

4. Employees must be trained to work safely (Pekerja harus dididik untuk bekerja dengan
aman)
Semua elemen yang terlibat dalam suatu pekerjaan harus mengetahui dan dapat
mengaplikasikan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini dikarenakan setiap pekerjaan
memiliki karakteristik bahaya yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pekerja harus dididik
untuk dapat bekerja dengan aman dan meminimalkan resiko terjadinya kecelakaan kerja.

5. Safety is condition of employment (K3 adalah cermin kondisi ketenagakerjaan)
Seperti telah dipaparkan sebelumnya bahwa K3 bukan hanya sekedar program, tetapi lebih
kepada cerminan dari kondisi ketenagakerjaan dalam sebuah perusahaan. Dengan K3 yang
baik, bisa dipastikan bahwa kondisi lingkungan kerja juga baik sehingga tingkat kenyamanan
pekerja dalam bekerja juga tinggi.

. All injuries are preventable (Semua kecelakaan dapat dicegah)
Pemikiran bahwa semua keceakaan dapat dicegah harus ditanamkan dalam setiap elemen
perusahaan. Dengan mengetahui potensi kemungkinan kecelakaan yang akan timbul, akan
diperoleh tindakan pencegahan terhadap kecelakaan tersebut. Dengan demikian kecelakaan
akan bisa dihindari.
1-3

7. Safety programs must be site specific (Program K3 bersifat spesifik)
Program K3 tidak bisa dikembangkan atau dibuat secara sembarangan ataupun mungkin
meniru yang sudah ada. Program K3 harus dibuat secara spesiIik dengan menyesuaikan
kondisi di tempat kerja dan potensi kecelakaan yang mungkin timbul dilihat dari segi kultur,
siIat kegiatan, biaya, dan sebagainya.


Safe9 i8 good for -u8ine88 (K3 -aik un9uk -i8ni8
Pandangan pelaksanaan K3 akan menambah pengeluaran perusahaan harus diubah. Yang
benar adalah pelaksanaan K3 merupakan sebuah investasi. K3 mirip dengan Ienomena
gunung es di lautan yang tampak hanya sedikit tetapi sebenarnya sangat besar. Bayangkan
bila terjadi kecelakaan kerja, berapa keruian yang timbul diakibatkan adanya biaya untuk
kompensasi dan pengobatan, produksi yang berhenti, biaya perbaikan mesin, dan kerugian
yang lain.
Aspek K3 bersiIat multi dimensi. Oleh karena itu, untuk menjawab keraguan dari pihak
pengusaha tentang pelaksanaan program k3, tujuan dan manIaat K3 harus dilihat dari
berbagai aspek, yaitu sisi hukum, perlindungan tenaga kerja dan sisi ekonomi.
3,4
1. Aspek Hukum
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah merupakan ketentuan perundangan dan memiliki
landasan hukum yang kuat dan wajib dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat dalam
proses produksi yaitu pengusaha dan pekerja. Di Indonesia, peraturan perundangan yang
mengatur tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja antara lain:
O Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
O Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
O Undang-undang No.8 Tahun 1998 tentang perlindungan Konsumen
O Undang-undang No.22 tentang MIGAS
O Undang-undang No.19 / 1999 tentang jasa konstruksi
O Undang-undang No.28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
O Undang-undang No.30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Lingkungan Hidup dan
keteknikan memuat tentang Aspek Keselamatan
2. Aspek Perlindungan Tenaga Kerja
Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah salah satu upaya untuk melindungi semua pihak
yang terlibat dalam proses produksi dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Hal ini
dikarenakan tenaga kerja adalah merupakan asset perusahaan yang harus dilindungi. Apabila
terjadi kecelakaan kerja, berarti ada pengurangan asset sehingga perusahaan akan dirugikan
akibat hal tersebut.

Perlindungan terhadap tenaga kerja bukan hanya terhadap sisi keselamatan dan kesehatan
kerja saja. Ada banyak bentuk perlindungan bagi tenaga kerja antara lain jaminan sosial
tenaga kerja, upah minimum, jam kerja, dan hak untuk berkumpul dan berorganisai.
Di dunia ada banyak peraturan yang mengatur tentang perlindungan tenaga kerja. Indonesia
mengeluarkan Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Di Amerika
pada tahun yang sama juga mengeluarkan Occupational Health and SaIety Act dan
membentuk Lembaga OHSA yang bertugas menangani aspek K3.
4
3. Aspek Ekonomi
Dilihat dari sisi ekonomi banyak sekali manIaat penerapan K3 di perusahaan. K3 akan
bermanIaat dalam peningkatan produktivitas dan pengendalian kerugian.
O K3 dan produktivitas
Didalam proses produksi, produktivitas ditopang oleh tiga hal yaitu kualitas, kuantitas dan
keselamatan. Produktivitas yang baik akan menghasilkan barang dengan kualitas yang sesuai
dengan permintaan dan jumlah yang sesuai. Kualitas dan kuantitas tidak akan tercapai bila
keselamatan kerja tidak terjamin. Bayangkan bila seorang operator mengalami kecelakaan,
pastilah proses produksi akan terganggu sehingga target yang ditetapkan tidak tercapai. Oleh
karena itu, keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting dalam menunjang tercapainya
produktivitas kerja.
O K3 dan pengendalian kerugian
Seperti telah dipaparkan diatas, bahwa kecelakaan kerja akan mengakibatkan menurunnya
produktivitas. Selain itu, kecelakaan juga akan mengakibatkan kerugian karena menyangkut
cederanya pekerja atau operator dan juga kerusakan sarana dan prasarana produksi.
Kerusakan sarana dan prasaran produksi biasa disebut non injury accident atau damage
accident. Karena itulah, disini K3 berIungsi sebagai pengendali kerugian atau disebut Loss
control Management. Hal ini sangat penting karena kerugian akibat kerusakan mesin lebih
besar daripada cederanya operator. Penelitian ini diungkapkan oleh Frank Bird dalam
bukunya Loss control Management . Dalam penelitiannya tersebut Frank Bird
mengungkapkan bahwa untuk 1 kali kecelakaan yang mengakibatkan meninggal, akan terjadi
lebih dari 30 kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan yang tidak berakibat cedera pada
manusia.

Kerugian yang ditimbulkan oleh kecelakaan dapat diklasiIikasikan menjadi dua yaitu
Kerugian langsung dan kerugian tidak langsung.
3-5
1. Kerugian langsung, terdiri dari :
O Biaya pengobatan dan kompensasi
O Kerusakan sarana produksi
2. Kerugian Tidak langsung
O Kerugian jam kerja
O Kerugian produksi
O Kerugian Sosial
O itra dan kepercayaan konsumen

%eori Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu hal yang sering terjadi di lingkungan kerja. Akan tetapi,
kecelakaan kerja dapat dihindari. Pandangan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu takdir dari
yang Maha Kuasa tidak sepenuhnya benar. Sekarang ini sudah banyak konsep atau teori yang
mengupas tentang masalah kecelakaan kerja. Beberapa teori tentang kecelakaan kerja antara
lain:
6
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga
oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih
dalam bentuk perencanaan
Kecelakaan Kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda
Menurut Suma`mur (1989) menyatakan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi dapat
disebabkan oleh dua Iaktor, yaitu :
Faktor manusia
Faktor mekanik dan lingkungan

%RI INRIC
Kecelakaan terdiri atas lima Iaktor yang saling berhubungan:
1. Kondisi kerja
2. Kelalaian manusia
3. Tindakan dan Kondisi tidak aman
4. Kecelakaan
5. edera
Kelima Iaktor ini tersusun layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika satu kartu
jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama.

%RI RNK BIRD P%RSN
MemodiIikasikan teori Domono Heinrich dengan mengemukakan teori manajemen
yang berisikan lima Iaktor dalam urutan sutau kecelakaan, antara lain :
1. Manajemen Kurang kontrol
2. Sumber Penyebab utama
3. Gejala Penyebab langsung (praktek dibawah standar)
4. Kontak Peristiwa (kondisi dibawah standar)
5. Kerugian Gangguan (tubuh maupun harta benda)
3 %RI SWISS CS MD
James Reason membagi penyebab kelalaian/kesalahan manusia menjadi 4 tingkatan:
1. Tindakan tidak aman (unsaIe acts)
2. Pra-kondisi yang dapat menyebabkan tindakan tidak aman (preconditions Ior unsaIe
acts)
3. Pengawasan yang tidak aman (unsaIe supervision)
6

4. Pengaruh organisasi (organizational inIluences)



Be-erapa 9eori kecelakaan kerja lainna
Teori kebetulan Murni (!:re Chance Theory)
Teori Kecenderungan Kecelakaan (ccident prone Theory)
Teori Tiga Faktor (Three Main Factor)
Teori Dua Faktor (Two main Factor)
Teori Faktor Manusia (:man Factor Theory)

ac9or-fak9or Mempengaruhi Kecelakaan Kerja:
Kecelakaan kerja kerana fak9or manu8ia/individu
Hasil penelitian bahawa 80-85 kecelakaan disebabkan Iaktor manusia. Unsur-unsur tersebut
menurut buku 'Management Losses Bab II tentang 'The auses and EIIext os Loss antara
lain:
1.Ketidakseimbangan Iisik/kemampuan Iisik tenaga kerja, antara lain :
O Tidak sesuai berat badan, kekuatan dan jangkauan
O Posisi tubuh yang menyebabkan lebih lemah
O Kepekaan tubuh
O Kepekaan panca indera terhadap bunyi
O acat Iisik dan cacat sementara
2.ketidakseimbangan kemampuan psikologis pekerja/ antara lain:
O Takut/phobia
O Gangguan emosional
O Sakit jiwa
O Tingkat kecakapan
O Tingkat mampu memahami
7

O Gerakan lamban
O Keterampilan kurang
3. kurang pengetahuan, antara lain:
O Kurang pengalaman
O Kurang orientasi
O Kurang latihan memahami alat
O Kurang latihan memahami data
O Salah pengertian terhadap suatu perintah
4. kurang terampil, antara lain:
O Kurang mengadakan latihan praktik
O Penampilan kurang/sikap
O Kurang kreatiI
O Salah pengetian
5. stress mental, antara lain:
O Emosi berlebihan
O Beban mental berlebihan
O Pendiam dan tertutup
O Problem dengan suatu yang tidak memahami
O Frustasi
O Sakit mental

6. stress Iisik, antara lain:
O Tidak sehat
O Beban tugas berlebihan
O Kelelahan sensori
O Terpapar bahan bahaya
O Terpapar panas yang tinggi
O Kekurangan oksigen

O Gerakan terganggu
O Gula darah menurun
7. motivasi menurun, antara lain:
O Hanya bekerja jika ada hadiah/reward
O Frustasi berlebihan
O Tidak ad umpan balik
O Tidak mendapat intensiI produksi
O Tidak mendapat pujian dari hasil kerja
O Terlalu tertekan


%MP% KR1
argonomi
DeIenisi Ergonomi

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan
dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan
dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban
bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa deIinisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk 'Iitting the job to
the worker, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi
manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya,
agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan
produktivitasnya.




B. Tujuan, ManIaat, dan Ruang Lingkup Ergonomi



Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan
pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis akan dapat
meningkatkan eIisiensi, eIektiIitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan
sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan Iisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja
tambahan (Iisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan
kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak
sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem
kebersamaan dalam tempat kerja.
3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi,
antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan
eIisiensi sistem manusia-mesin.
2

ManIaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:
1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2. Menurunnya kecelakaan kerja.
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8. Kepuasan kerja meningkat.
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
1. Tehnik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi

7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols,


dan aktivitas otot.
8. Desain, dll.

. Metode-metode Ergonomi

1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian
Iisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja
lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.

2. Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis.
Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau
jendela yang sesuai. Membeli Iurniture sesuai dengan demensi Iisik pekerja.

3. Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektiI atau obyektiI, subyektiI misalnya dengan
menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan,
sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektiI misalnya dengan parameter produk yang
ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
5


Aplikasi/penerapan Ergonomik:
1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani
dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana
posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua
kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja
dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri
barat dan timur.


3. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol
yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan,
punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung,
jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

a. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:
-Laki-laki dewasa 40 kg
-Wanita dewasa 15-20 kg
-Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
-Wanita (16-18 th) 12-15 kg
b. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
-Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
-Frekuensi pergerakan diminimalisasi
-Jarak mengangkat beban dikurangi
-Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak
terlalu tinggi.
-Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
1


c. Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman
penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
-Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
-Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
Metoda ini termasuk 5 Iaktor dasar :
1. Posisi kaki yang benar
2. Punggung kuat dan kekar
3. Posisi lengan dekat dengan tubuh
4. Mengangkat dengan benar

5. Menggunakan berat badan



D. Penyakit-penyakit di Tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi
medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2. Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila
ada kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan
yang sudah berumur.

Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal
ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli
membedakan / membaginya sebagai berikut :
1. Kelelahan Iisik
Kelelahan Iisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan
diperbaiki perIormansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa
hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan
berat gejalanya.
3. Psikologis dan emotional Iatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis
'mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada penderita psikosomatik. Semangat
yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.

Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai
batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan mengurangi kelelahan
yang tidak seharusnya terjadi :
a. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus
memadai dan tidak ada gangguan bising.
8

b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat
makan siang.
c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
d. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau
memungkinkan.
I. Secara aktiI mengidentiIikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja.
g. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
h. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
i. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
E Pekerja remaja
E Wanita hamil dan menyusui
E Pekerja yang telah berumur
E Pekerja shiIt
E Migrant.
j. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat
addiktiI lainnya perlu diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak
mata dan kecepatan reIlek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau
pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya
dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan
mempercepat terjadinya kelelahan.

E. Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja
Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar
belakang pendidikan tehnik, psikologi, Iisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang
dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya
ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja.
6


- igiene Indu89ri
Kesehatan lingkungan kerja sering kali dikenal juga dengan istilah Higiene Industri
atau Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higien Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktiI. Selain itu Kegiatannya bertujuan agar
tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resiko akibat lingkungan kerja diantaranya
melalui pengenalan, evaluasi, pengendalian dan melakukan tindakan perbaikan yang
mungkin dapat dilakukan. Melihat risiko bagi tenaga kerja yang mungkin dihadapi di
lingkungan kerjanya, maka perlu adanya personil di lingkungan industri yang mengerti
tentang hygiene industri dan menerapkannya di lingkungan kerjanya.
Komponen dan Ruang Lingkup Higiene Industri
Menurut Suma`mur (1976) Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene
beserta prakteknya yang melakukan penilaian pada Iaktor penyebab penyakit secara kualitatiI
dan kuantitatiI di lingkungan kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan untuk dasar
tindakan korektiI pada lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan masyarakat di sekitar
perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta memungkinkan mengecap derajat
Kesehatan yang setinggi- tingginya.
Sehingga Higiene industri dideIinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi,
rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap Iaktor-Iaktor lingkungan atau stresses, yang
timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan
kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat
masyarakat
6-8

No Komponen dan ruang lignkup HI Keterangan
1. Ilmu dan Seni Merupakan ilmu pengetahuan yang berisikan teori, metode,
danimplementasi keilmuan yang memenuhi kaidah ilmiah.
Terdapat aspek seni khususnya dalam mengimplementasikan metode dan pendekatan-
pendekatan keilmuan HI di tempat kerja.
2. Antisipasi Kegiatan memprediksi potensi bahaya yang ada di tempat kerja
3. Rekognisi Melakukan pengenalan atau identiIikasi terhadap bahaya yang ada di tempat
kerja
Melakukan pengukuran (spot) untuk menemukan keberadaan bahaya di tempat kerja

4. Evaluasi Melakukan sampling dan pengukuran bahaya di tempat kerja dengan metode
yang spesiIik.
Melakukan evaluasi dan analisis risiko terhadap semua bahaya yang ada dengan
menggunakan standar dan kriteria tertentu.
5. Kontrol Kegiatan untuk mengendalikan bahaya di tempat kerja sehingga
keberadaannya tidak menimbulkan dampak kesehatan bagi pekerja khususnya dan
masyarakat umumnya.
6. Faktor lingkungan/stres Merupakan Iaktor lingkungan kerja yang meliputi segala sesuatu
yang ada di tempat kerja.
Dalam jumlah tunggal disebut stressor, dan dalam jumlah banyak (multi Iactor) disebut
stresses
7. Di/dari tempat kerja Terdapat di lingkungan kerja atau di tempat lain namun berasal dari
lingkungan kerja
8. Menyebabkan gangguan Pada pekerja khususnya dan pada warga masyarakat umumnya.
Warga masyarakat yaitu yang tinggal atau bermukim berdekatan dengan lingkungan industri.
Berdasarkan uraian di atas, secara garis besar ditemukan bahwa ruang lingkup higiene
industri meliputi antisipai, rekognisi, evaluasi dan kontrol(pengemdalian). Keempat tahapan
ini Merupakan sekuen atau urutan langkah atau metode dalam implementasi HI, Urutan ini
tidak bisa dibolakbalik serta merupakan suatu siklus yang tidak berakhir (selama aktivitas
industri berjalan).
7,8

a. Tujuan Antisipasi
Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi bahaya dan risiko
yang nyata
Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan atau suatu area
dimasuki
Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses dijalankan atau
suatu area dimasuki.
b. Tujuan Rekognisi
Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (siIat, kandungan, eIek, severity, pola
pajanan, besaran)
Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko
Mengetahui pekerja yang berisiko
c. Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan
sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat ditentukan

kondisi lingkungan kerja secara kuantitatiI dan terinci, serta membandingkan hasil
pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya
teknologi pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja.
Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :
Untuk mengetahui tingkat risiko
Untuk mengetahui pajanan pada pekerja
Untuk memenuhi peraturan (legal aspek)
Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan
Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja
Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesiIik
d. Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:
Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta menghentikan
semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi bahaya.
Substitusi : ModiIikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau asap, dan
mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan kerja dengan mengubah beberapa
peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi Iisik bahan baku yang diterima
untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan potensi bahayanya.
Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja dengan
menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari pekerja
lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar,
Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan modiIikasi pada Iaktor
lingkungan kerja selain pekerja
Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.
Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya.
Work proses ditempatkan terpisah.
Menempatan ventilasi local/umum.
Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan modiIikasi pada interaksi
pekerja dengan lingkungan kerja
Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan sumber bahaya.
Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari hirarki pengendalian.
Jenis-jenis alat pelindung diri
Alat pelindung diri diklasiIikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena

resiko dari bahaya.


5

Mata
Sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu, katalis powder, proyektil, gas,
uap dan radiasi. APD: saIety spectacles, goggle, Iaceshield, welding shield.
Telinga
Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.
APD: ear plug, ear muII, canal caps.
Kepala
Sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras, rambut terlilit benda berputar.
APD: helmet, bump caps.
Pernapasan
Sumber bahaya: debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen deIiency).
APD: respirator, breathing apparatus
Tubuh
Sumber bahaya: temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair,
semburan dari tekanan yang bocor, penetrasi benda tajam, dust terkontaminasi.
APD: boiler suits, chemical suits, vest, apron, Iull body suit, jacket.
Tangan dan Lengan
Sumber bahaya: temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, sengatan listrik,
bahan kimia, inIeksi kulit. APD: sarung tangan (gloves), armlets, mitts.
Kaki
Sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan bahan kimia dan
logam cair, aberasi. APD: saIety shoes, saIety boots, legging, spat.
4





Si89em Manajemen Ke8elama9an dan Ke8eha9an Kerja


Defini8i SMK3
Secara normatiI sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1, Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjaeab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, eIisien dan produktiI.
%ujuan dan Sa8aran
Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang
melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, eIisien, dan produktiI.
la8an Penerapan SMK3
Karena SMK3 bukan hanya tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional
saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi
pekerjanya. Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai banyak manIaat bagi industri kita
antara lain :
ManIaat Langsung :
1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang eIisien dan produktiI karena tenaga kerja merasa aman
dalam bekerja.
ManIaat tidak langsung :
a. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
b. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
c. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat
semakin lama.
1,5,8

Klau8a dan elemen pada SMK3
Sebagai mana terdapat pada lampiran I PERMENAKER NO:PER.05/MEN/1996 sebagai
berikut :

Komi9men dan Ke-ijakan


1.1. Kepemimpinan dan Komitmen
1.2. Tinjauan Awal K3
1.3. Kebijakan K3
Perencanaan
2.1. Perencanaan IdentiIikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko
2.2. Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya
2.3. Tujuan dan Sasaran
2.4. Indikator Kinerja
2.5. Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung
3 Penerapan
3.1 Jaminan Kemampuan
3.1.1. SDM, Sarana dan Dana
3.1.2. Integrasi
3.1.3. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
3.1.4. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran
3.1.5. Pelatihan dan Kompensasi
3.2. Kegiatan Pendukung
3.2.1. Komunikasi
3.2.2. Pelaporan
3.2.3. Pendokumentasian
3.2.4. Pengendalian Dokumen
3.2.5. Pencatatan dan Manajemen InIormasi
3.3. IdentiIikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko
3.3.1. IdentiIikasi Sumber Bahaya
3.3.2. Penilaian Resiko
3.3.3. Tindakan Pengendalian
3.3.4. Perancangan dan Rekayasa
3.3.5. Pengendalian AdministratiI
3.3.6. Tinjauan Ulang Kontrak
3.3.7. Pembelian
3.3.8. Prosedur Menghadapi keadaan darurat dan Bencana
3.3.9. Prosedur Menghadapi Insiden
3.3.10. Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat

Pengukuran dan valua8i


4.1. Inspeksi dan Pengujian
4.2. Audit SMK3
4.3. Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
%injauan Ulang dan Peningka9an oleh Pihak Manajemen

Per-andinganna Dengan Si89em Manajemen ainna
Kekurangan ang ada pada SMK3 di-andingkan dengan Manajemen K3 ainna
Kekurangan yang paling dasar adalah peraturan pendukung mengenai K3 yang masih terbatas
dibandingkan dengan organisasi internasional. Tapi hal ini masih dapat dimaklumi karena
masalah yang sama juga dirasakan oleh negara-negara di Asia dibandingkan negara Eropa
atau Amerika, karena memang masih dalam tahap awal.
Selain itu sertiIikasi SMK3 yang hanya dapat dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja
(Pemerintah) dirasakan kurang membantu promosi terhadap SMK3 dibandingkan dengan
sertiIikasi ISO series, OHSAS, KOHSA (korea), yang juga menggunakan badan sertiIikasi
swasta.
Dan yang utama tentunya adalah peran aktiI dari pengusaha Indonesia yang masih belum
mengutamakan K3 di Industrinya karena masalah klasik yaitu cost (biaya).
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia masih jauh
dibandingkan sistem manajemen lainnya, seperti sistem manajemen mutu dan lingkungan.
Banyak perusahaan yang masih mengabaikan sistem ini, di samping itu pengetahuan dan
kepedulian masyarakat pada umumnya dan kalangan industri pada khususnya masih rendah
tentang pentingnya penerapan Sistem Manajemen K3, walau ketentuan dan persyaratannya
sebenarnya telah ditetapkan beberapa tahun lalu. Penerapan peraturan perundang-undangan
dan pengawasan serta perlindungan para pekerja sangat memerlukan sistem manajemen
industri yang baik dengan menerapkan K3 secara optimal. Sebab, Iaktor kesehatan dan
keselamatan kerja sangat mempengaruhi terbentuknya SDM yang terampil, proIsional dan
berkualitas dari tenaga kerja itu sendiri. K3 tampil sebagai upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan, dan
peningkatan kesehatan, dan gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi eIisiensi dan daya
produktivitas tenaga manusia, pemberantasan kelelahan kerja dan penglipat ganda kegairahan
serta kenikmatan kerja.
9

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah penerapan peraturan/stadar K3


secara terpadu dalam sistem manajemen perusahaan. Prinsip-prinsip penerapan SMK3
mengacu kepada 5 prinsip dasar SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Republik Indonesia No. PER 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kese-
lamatan dan Kesehatan Kerja BAB III ayat (1) yaitu :
1. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen terhadap
penerapan Sistem Manajemen K3.
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, ttujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja.
3. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara eIektiI dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai
kebijakan, tujuan, serta sasaran keselamatan dan kesehata kerja.
4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta
melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3 secara
berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.

angkah-angkah Pengem-angan SMK3

Langkah-langkah dalam mengembangkan Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Peraturan Perundang-undangan dan Standar
Sebelum implementasi harus diidentiIikasi semua peraturan perundang-undangan dan standar
K3 yang berlaku dalam perusahaan yang bersangkutan. Sebaiknya dibentuk tim untuk
mendokumentasikan peraturan perundang-undangan dan standar dibidang K3. Dari hasil
identiIikasi ini kemudian disusun Peraturan K3 perusahaan dan Pedoman pelaksanaan K3.
Praktek pada banyak perusahaan, peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dicetak dalam
bentuk buku saku yang selalu dibawa oleh tenaga kerja, agar setiap pekerja memahami
peraturan tersebut harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada
setiap tenaga kerja.
2. Menetapkan Kebijakan K3 Perusahaan yaitu pernyataan mengenai komitmen dari
organisasi untuk melaksanakan K3 yang menegaskan keterikatan perusahaan terhadap
pelaksanaan K3 dengan melaksanakan semua ketentuan K3 yang berlaku sesuai dengan

operasi perusahaan, melindungi keselamatan dan kesehatan semua pekerja termasuk


kontraktor dan stacholder lainnya seperti pelanggan dan pemasok.
3. Mengorganisasikan, untuk melaksanakan kebijakan K3 secara eIektiI dengan peran serta
semua tingkatan manajemen dan pekerja. Bagaiana Top Manajemen menempatkan organisasi
K3 diperusahaan serta dukungan yang diberikan merupakan pencerminan dari komitmen
terhadap K3.
4. Merencanakan SMK3
Perusahaan harus membuat perencanaan yang eIektiI guna mencapai keberhasilan penerapan
dan kegiatan Sistem Mana-jemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
5. Penerapan SMK3
Perusahaan harus menyediakan personil yang memiliki kualiIikasi, sarana yang memadai
sesuai sistem Manajemen K3 yang diterapkan dengan membuat prosedur yang dapat
memantau manIaat yang akan didapat maupun biaya yang harus dikeluarkan.
6. Mengukur dan memantau hasil pelaksanaan, dengan menggunakan standar yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Ada dua macam ukuran yang dapat digunakan yaitu ukuran yang
bersiIat reaktiI yang didasarkan pada kejadian kecelakaan dan ukuran yang bersiIat proaktiI,
karena didasarkan kepada upaya dari keseluruhan sistem.
7. Melakukan audit dan meninjau ulang secara menyeluruh. Dengan melaksana-kan audit K3,
manajemen dapat me-meriksa sejauh mana organisasi telah melaksanakan komitmen yang
telah disepakati bersama, mendeteksi berbagai kelemahan yang masih ada, yang mungkin
terletak pada perumusan komitmen dan kebijakan K3, atau pada pengorganisasian, atau pada
perencanaan dan pelaksanaannya.
2











PNCN KCKN
Berdasarkan uraian diatas, maka kecelakaan terjadi karena adanya ketimpangan sudut
keselamatan kerja unsur-unsur penyebab kecelakaan kerja mencakup 5 M yaitu :
1. Manusia.
2. Manajemen ( unsur pengatur ).
3. Material ( bahan-bahan ).
4. Mesin ( peralatan ).
5. Medan ( tempat kerja / lingkungan kerja ).
yang dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yang saling terkait, yaitu :
Manusia, Perangkat keras dan Perangkat lunak. Oleh karena itu dalam melaksanakan
pencegahan dan pengendalian kecelakaan adalah dengan pendekatan kepada ketiga unsur
kelompok tersebut, yaitu :
1. Pendekatan terhadap kelemahan pada unsur manusia, antara lain :
a. Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh keserasian
antara bakat dan kemampuan Iisik pekerja dengan tugasnya.
b. Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang relevan dengan
pekerjaannya.
c. Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertndak sesuai dengan
keperluan perusahaan.
d. Pengarahan penyaluran instruksi dan inIormasi yang lengkap dan jelas.
e. Pengawasan dan disiplin yang wajar.
1. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat keras, antara lain :
a. Perancangan, pembangunan, pengendalian, modiIikasi, peralatan kilang,
mesin-mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja.
b. Pengelolaan penimbunan, pengeluaran, penyaluran, pengangkutan,
penyusunan, penyimpanan dan penggunaan bahan produksi secara tepat sesuai
dengan standar keselamatan kerja yang berlaku.
c. Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.
d. Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian lingkungan.
e. Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia.
8,9

2. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus melibatkan seluruh level
manajemen, antara lain :
a. Penyebaran, pelaksanaan dan pengawasan dari saIety policy.
b. Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian tanggung jawab.
c. Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan dan mengawasi
sistem/prosedur kerja yang benar.
d. Pembuatan sistem pengendalian bahaya.
e. Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan pekerja yang
terpadu.
I. Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.
g. Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui ketimpangan yang ada.
9

Ke8impulan
Seorang pekerja laki-laki terjatuh dari lantai 2, tidak memakai tali pengaman dan patah paha
kanan yang memerlukan tindakan operasi merupakan kecelakaan kerja yang harus diberikan
perlindungan klaim dari JAMSOSTEK.








Daf9ar pu89aka
1. Modul Blok 28 Kedokteran Okupasi dan Kedokteran Laser Fakultas Kedokteran
Ukrida, 2011
2. Soehatman Ramli, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
18801, Dian Rakyat, 2010
3. http://lngbontang.wordpress.com/2008/09/24/pencegahan-kecelakaan-kerja/
4. http://www.scribd.com/doc/39099484/PENERAPAN-ERGONOMI 26 Oktober 2011
5. http://www.Ikg.unair.ac.id/Iiler/buku20pedmn20K3PSTKG.pdI 26 Oktober 2011
6. http://library.usu.ac.id/download/It/07002747.pdI
7. http://dinsosnakertrans.tulungagung.go.id/index.php/artikel/k3/238-tujuan-dan-
manIaat-k3
8. http://www.scribd.com/doc/39099484/PENERAPAN-ERGONOMI 26 Oktober 2011
9. http://www.Ikg.unair.ac.id/Iiler/buku20pedmn20K3PSTKG.pdI 26 Oktober 2011

Anda mungkin juga menyukai