Anda di halaman 1dari 24

BANTUAN SOSIAL MELALUI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK

PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK “HARAPAN” MATARAM

DINAS SOSIAL KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL


PROVINSI NTB

LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK


PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK “HARAPAN” MATARAM
JL. TRANSMIGRASI NO 16 MATARAM
TELP. (0370) 62345 KODE POS : 83124
MATARAM
i
2015
I.

LATAR BELAKANG

Berdiri pada tanggal 17 Agustus 1952, dengan nama Rumah Perawatan Anak
Yatim, Yatim Piatu, Terlantar oleh Gubernur Sunda Kecil Bapak Sarimin
Reksodihardjo dan Kepala Kantor Sosial Sunda Kecil diwakili oleh D.A. Welvaat dan
mendapat pengakuan dari Kementrian Kesejahteraan Sosial RI namanya berubah
menjadi Panti Asuhan Harapan Mataram. Tanggal, 17 Agustus 1979, mengalami
perubahan nama menjadi Sasana Penyantunan Anak Harapan Mataram dengan (SK
MENSOS RI No. 14/HUK/1994). Tanggal, 23 April 1999, mengalami perubahan
nama menjadi Panti Sosial Asuhan Anak “Harapan” Mataram. Tahun 2001, menjadi
UPTD Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayanan Perempuan Provinsi Nusa
Tenggara Barat (PERDA N0. 13 Tahun 2001 dan SK GUBERNUR NTB No. 203 Tahun
2001).
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram merupakan satu-satunya
Panti Sosial Asuhan Anak yang berstatus pemerintah di Provinsi Nusa Tenggara
Barat, yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Provinsi Nusa
Tenggara Barat, yang berdiri sejak tahun 1952 diatas tanah seluas 8.581 M 2
tersebut melaksanakan usaha kesejahteraan sosial bagi anak terlantar yang
mengalami masalah penelantaran disebabkan adanya hambatan fungsi sosial yang
berakar dari masalah sosial ekonomi, sosial psikologis dan sosial budaya keluarga.
Realita permasalahan kesejahteraan sosial terus berkembang seiring dengan
perubahan perkembangan masyarakat, konsekwensinya pembangunan dan
pelayanan kesejahteraan sosial menuntut peningkatan kualitas dan kwantitas
pelayanannya. Tentunya Panti sosial Asuhan Anak “Harapan” Mataram dalam hal
ini adalah sebagai lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memiliki tugas dan
fungsi meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberdayakan
penyandang masalah kesejahteraan sosial anak terlantar kearah kehidupan
normatif, fisik, mental dan sosial dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi
penyandang masalah.

II.
PERMASALAHAN ANAK

Panti Sosial Asuhan Anak “Harapan” Mataram sejak tahun 2010 sampai saat ini
dijadikan sebagai Panti Rujukan bagi anak yang berkebutuhan khusus untuk
memenuhi kebutuhan dasar akan pendidikan formal baik yang dirujuk oleh panti-
panti pemerintah yang menangani anak secara khusus maupun melalui rujukan
lansung oleh masyarakat. Hal ini untuk menjawab meningkatnya kasus kekerasan
terhadap anak, penelantaran, trafficking dan KDRT di Provinsi NTB.
Selain sebagai panti yang memberikan pembinaan sumber daya manusia yang
berkualitas bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial anak terlantar dan
sebagai panti rujukan, PSAA “Harapan” Mataram juga diharapakan mampu menjadi
Panti percontohan bagi Panti Asuhan Swasta di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Secara kuantitatif jumlah Panti Asuhan Swasta di Provinsi Nusa Tenggara Barat
cukup besar yaitu berjumlah 245 panti. Tumbuh dan berkembangnya Panti Asuhan
di Provinsi Nusa Tenggara Barat didorong oleh rasa kesadaran dan tanggung
jawab sosial masyarakat terhadap begitu besarnya jumlah anak terlantar di Nusa
Tenggara Barat yang memerlukan pelayanan sosial.
populasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) khususnya anak
terlantar di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebanyak 200.630 anak (50 %)
(data estimate Dinsospencapil Provinsi NTB tahun 2010). Anak yang mengikuti
program pelayanan pengasuhan di PSAA “Harapan” Mataram dari tahun 2008 s.d
2014 adalah sebanyak 113 anak sudah diterminasi atau pemutusan kontrak
pelayanan, kemudian yang tertangani di Panti Swasta adalah sebanyak 5.368 jiwa
(1 %) dan sisanya sebanyak 195.149 jiwa (49 %) belum menerima pelayanan.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa anak terlantar yang di tangani oleh
PSAA Harapan Mataram dan Panti-Panti asuhan swasta di NTB Disadari belum
mampu menjawab persoalan PMKS anak terlantar demikian juga bahwa Panti
Asuhan Swasta tersebut secara kualitatif belum memadai. Oleh karena itu PSAA
“Harapan” Mataram diharapkan mampu menjadi contoh bagi Panti Asuhan Swasta
di Provinsi Nusa Tenggara Barat baik profesionalitas maupun kualitas pelayanan,
hal ini dengan mencoba pengembangan sistem pengasuhan alternatif berbasiskan
keluarga melalui penyusunan kerangka kerja hukum dan kebijakan untuk
penyediaan pengasuhan alternatif berbasis keluarga, bantuan khusus dan
perlindungan sosial untuk keluarga anak sehingga anak terlantar tidak akan berada
dan berpisah dengan keluarga dalam jangka waktu yang begitu lama. Target selama
2 tahun anaknya berada di panti, keluarganya di berikan penguatan sesuai dengan
permasalahannya.
Kalaupun program tersebut dapat dijadikan sebagai alternative penanganan
anak terlantar melalui PSAA Harapan Mataram, maka 49 % anak terlantar yang
belum di tangani akan bisa tuntas tertangani, tentunya hal ini untuk mendukung
programstrategis pemerintah Prov. NTB (ASANO, ADONO DAN ABSANO) sebagai
program percepatan inovasi daerah demi terciptanya kesejahteraan masyarakat
NTB yang beriman dan berdaya saing.
III

DASAR HUKUM

Perancangan, perencanaan dan pelaksanaan Program Kesejahteraan Sosial


didasarkan pada:
1. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak;
2. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak;
3. Undang-Undang RI No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat;
4. Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 1999, tentang Pengesahan Konvensi ILO
Mengenai Usia Minimum Untuk Diperbolehkan Kerja;
5. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO No.
138 mengenai Batas Usia Minimum Anak diperbolehkan Bekerja;
6. Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
7. Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO 182
mengenai Pelanggaran dan Tindakan Segera untuk Penghapusan Bentuk-bentuk
Pekerjaan Terburuk untuk Anak;
8. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
9. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
10. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah;
11. Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang;
12. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Administrasi Kependudukan;

13. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara;


14. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;
15. Peraturan Pemerintah RI Nomor 2 Tahun 1988 tentang Usaha Kesejahteraan
Sosial Bagi Anak yang Mempunyai Masalah;
16. Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Bagi Penyandang Cacat;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional;.
19. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak
Anak;
20. Keputusan Presiden Nomor 59 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak;
21. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional,
22. Intruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan
23. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 44/HUK/2003 tentang Sistem
Kesejahteraan Sosial Nasional;
24. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor: 82/HUK/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Sosial;
25. Peraturan Menteri Sosial R.I. Nomor 02 Tahun 2008 tentang Syarat dan Tatacara
Pendirian TPA dan KB;
26. Keputusan Menteri Sosial Nomor 135/HUK tahun 2009 tentang Standar Nasional
Pengasuhan dan Perlindungan Anak Di Bawah Lima Tahun;
27. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor: 59/HUK/2003 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial;
28. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 15A/HUK/2010 tentang Panduan Umum
Program Kesejahteraan Sosial Anak;
29. Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama,
Menteri Sosial, dan Menteri Dalam Negeri, No. 0318/P/1984, No. 64 Tahun 84,
No. 43/Huk/Kep/VII/1984, No. 45 Tahun 1984 tentang Bantuan terhadap Anak
Kurang Mampu, Anak dengan kecacatan, dan anak bertempat tinggal di daerah
Terpencil dalam rangka pelaksanaan Wajib Belajar;
30. Kesepakatan Bersama antara Direktur Jenderal PRS Departemen Sosial RI
dengan Direktur Jenderal PAS Departemen Hukum dan HAM RI Nomor: 20/PRS-
2/KEP/2005 dan Nomor: E.U.M 06.07-83 tahun 2005, tentang Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial Anak Didik Pemasyarakatan;
31. Kesepakatan Bersama Menteri Sosial RI, Menteri Hukum dan HAM RI, Menteri
Pendidikan Nasional RI, Menteri Kesehatan RI, Menteri Agama RI dan Kepolisian
Negara RI Nomor :12 / PRS-2 / KPTS / 2009; Nomor : M.HH.04.MH.03.02.
Th. 2009; Nomor : 11/XII/KB/2009; Nomor : 1220/Menkes/SKB/XII/2009 ;
Nomor : 06/XII/2009; Nomor:B/43/XII/2009, tentang Perlindungan dan
Rehabilitasi Sosial Anak Yang Berhadapan dengan Hukum;
32. Kesepakatan Bersama Mahkamah Agung RI, Kejaksanaan Agung, Kepolisian
Republik Indonesia, Kementerian Hukum dan Ham RI, Kementerian Sosial dan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan, tentang Penanganan Anak yang
Berhadapan dengan Hukum tanggal 22 Desember 2009;
33. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor: B-532/E/11/1995
tanggal 9 November 1995 perihal Petunjuk Teknis Tentang Penuntutan
Terhadap Anak;
34. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor: B-741/E/Epo.1/XII/1998
tanggal 15 Desember 1998 perihal Pelaksanaan Undang-Undang RI No. 3 Tahun
1997 tentang Pengadilan Anak;
35. Surat Edaran Jaksa Agung RI Nomor: SE-002/j.a/4/1989 tentang Penuntutan
terhadap Anak;
IV

TUJUAN

Proposal ini disusun sebagai permohonan dari PSAA Harapan Mataram untuk
meminta penambahan dana dalam melaksanakan program Standar Nasional
Pengasuhan Anak (SNPA) yang mengacu pada pengasuhan anak dalam keluarga
sehingga membutuhkan dana tambahan untuk menjalankannya. Kegiatan-
kegiatan tersebut antara lain:
a. Peningkatan kemampuan teknis operasional dalam mendukung proses
pengasuhan dalam mendukung pross pengasuhan anak dalam keluarga.
b. Meningkatkan kemampuan teknis manajemen dalam melaksanakan
pelayanan sosial anak baik anak yang ada dalam pengasuhan keluarga
maupun keluarga pengganti atau dalam Panti/LKSA.
c. Membentuk pola pikir penyelenggaraan pengasuhan anak.
V
SASARAN
1. Pengasuhan Berbasiskan Lembaga
Anak :
a. Laki-laki maupun perempuan
b. Usia < 18 tahun
c. Bersekolah maupun tidak bersekolah
d. Terdaftar sebagai anak asuh di dalam PSAA dengan kriteria sebagai
berikut
1) Keluarga tidak memberikan pengasuhan yang memadai sekalipun
dengan dukungan yang sesuai atau mengabaikan dan melepaskan
tanggung jawab terhadap anaknya.
2) Anak yang tidak memiliki keluarga atau yatim piatu atau keberadaan
orang tua, anggota keluarga lainnya atau kerabat tidak diketahui.
3) Anak yang menjadi korban kekerasan, perlakuan salah, penelantaran,
atau eksploitasi sehingga demi keselamatan dan kesejahteraan diri
mereka, pengasuhan dalam keluarga justru bertentangan dengan
kepentingan terbaik anak.
4) Anak yang terpisah dari keluarga karena bencana, baik konflik
maupun bencana alam.
Keluarga inti/pengganti yang memilki hambatan pengasuhan karena :
a. Keterbatasan pengetahuan dalam pengasuhan
b. Disharmoni, sehingga membahayakan kehidupan anak
c. Keterbatasan ekonomi
d. Keterbatasan akses pendidikan bagi anak-anak.
2. Pengasuhan Berbasiskan Keluarga
Anak :
a. Laki-laki maupun perempuan
b. Usia < 18 tahun
c. Bersekolah maupun tidak bersekolah
d. Terdaftar sebagai anak asuh di luar PSAA dengan kriteria sebagai
berikut :
1) Masih dalam asuhan keluarganya bersama orangtuanya, orang tua
tunggal, kakek nenek, paman dan bibi, maupun anggota keluarga
besar lainnya, tetapi mengalami hambatan dalam memberikan
pengasuhan karena alasan kemiskinan, pendidikan, kecacatan,
pengangguran serta mengalami hambatan atau ketidak mampuan
lain sehingga tidak dapat menjalankan peran pengasuhan pada anak.
2) Anak dalam keluarga asuh (foster parent)
3) Anak terlantar yang hidup dan bekerja di jalan
4) Anak tanpa orang tua dan anggota keluarga besar lainnya yang asuh
oleh anggota masyarakat
5) Anak yang hidup bersama saudara kandungnya
6) Anak berada dalam komunitas masyarakat yang rawan untuk
dipisahkan dari keluarganya sebagai upaya pencegahan anak
dikirim ke PSAA atau diperkerjakan.
Keluarga inti/pengganti yang memilki hambatan pengasuhan karena :
a. Keterbatasan pengetahuan dalam pengasuhan
b. Disharmoni, sehingga membahayakan kehidupan anak
c. Keterbatasan ekonomi Keterbatasan akses pendidikan bagi anak-anak

VI

KOMPONEN KEGIATAN
a. Pelayanan dalam Lembaga
1. Pelayanan Kebutuhan Sosial Dasar
a) Penyediaan tempat tinggal selama proses pelayanan
b) Pemberian makan 3 kali sehari ditambah sneck
c) Penyediaan pakaian dan perawatan diri
d) Mengikuti pendidikan formal (SD, SMP dan SMA)
e) Bantuan pengobatan dan perawatan oleh tenaga medis baik di PSAA
maupun melalui rujukan lembaga kesehatan lainnya.
2. Pelayanan Bimbimbingan
a) Bimbingan Fisik, Kesehatan Diri dan Kesehatan Lingkungan
Bimbingan Fisik dan Kesehatan Lingkungan dilaksanakan untuk
menanamkan perilaku sehat kepada anak, Kegiatannya berupa :
1) Bimbingan kebersihan diri dan kesehatan lingkungan
2) Bimbingan Olah Raga
3) Pemberian Pengetahuan tentang Gizi, Obat-obatan, Penyakit
dsb.
4) Bantuan pengobatan dan perawatan diri oleh tenaga medis baik
di PSAA maupun melalui rujukan lembaga kesehatan lainnya.
a) Bimbingan Sosial
Bimbingan Sosial dilaksanakan untuk menanamkan sikap dan
perilaku positif anak agar sesuai dengan norma-norma yang berlaku
di masyarakat serta mengurangi perilaku anak yang dapat
menghambat perkembangan mereka di kemudian hari.
Kegiatan dan bimbingannya berupa :
1) Orientasi Kegiatan
2) Bimbingan Sosial Kelompok berupa : Temu Anak Pagi ( Morning
Meeting ), Dinamika Kelompok/Out Bond dan Simulasi Sikap
Sosial.
3) Kepramukaan, Latihan Upacara Bendera dan PBB
4) Wawasan Masa Depan
5) Komunikasi dan Relasi Sosial
6) Pengenalan Potensi Sosial berupa: Pengetahuan Karang Taruna,
TKSK/PSM Pengetahuan Kesetiakawanan Sosial ( KSN ).
7) Pengenalan Hukum (Sosialisasi Undang–undang Perlindungan
Anak)
8) Pengenalan masalah Sosial seperti : Anak Jalanan, Narkoba,
HIV/AIDS dsb.
b) Bimbingan Belajar ( Sekolah )
Bertujuan menanamkan disiplin belajar dan meningkatkan motivasi
belajar anak.
Bentuk Kegiatan : kegiatan belajar akademik, remidial, cerdas
cermat, bimbingan motivasi, konsentrasi belajar, bimbingan
kemamampuan baca tulis dan berhitung serta bimbingan belajar
bagi yang akan menghadapi Ujian Akhir Nasional (SD, SMP dan
SMA).
c) Bimbingan Bakat dan Kreativitas
Bimbingan Bakat dan Kreativitas ditujukan untuk menggali dan
meningkatkan daya cipta, potensi serta kreativitas berpikir anak.
Kegiatannya berupa : Seni Tari, Seni Musik/Suara,
Melukis/Mewarnai, Ketrampilan dan Pengenalan Lingkungan
(Pengenalan Obyek Wisata dan Budaya/Karyawisata dan
Pengenalan Teknologi Tepat Guna)
d) Bimbimbingan Mental Spiritual
Bimbingan Mental Spiritual ditujukan untuk menanamkan nilai-nilai
agama ke dalam kehidupan anak sedini mungkin.Kegiatannya
berupa ; Bimbingan Sholat, Ibadah dan Do'a, Bimbingan Baca Al-
qur'an dan atau Al – Kitab dan Pemberian Materi tentang Aqidah,
Akhlaq dan Muamalah. kegiatan ini dilaksanakan melalui kegiatan
magrib mengaji.

e) Bimbingan Kepribadian
Bimbingan Kepribadian ditujukan untuk menanamkan nilai etika
agar anak dapat berkembang secara normal di lingkungan
masyarakat. Kegiatannya berupa :
1) Bimbingan Etika Makan
2) Bimbingan Etika Pergaulan
3) Bimbingan Tata Krama dalam Keluarga
4) Bimbingan Etika Pelajar
5) Bimbingan Mengatasi Rasa Malu
6) Bimbingan Pengembangan Konsep Diri
f) Bimbingan Khusus
Konseling diberikan bagi kelayan yang memiliki permasalahan
khusus, terutama ditujukan bagi anak dan keluarga (Orang tua
anak).
g) Bimbingan Keterampilan
1) Bimbingan pembinaan bakat, kreatifitas dan daya cipta
2) Bimbingan Ketrampilan sesuai dengan jurusan ketrampilan
disekolah formal (SMA/SMAK)
3) Bimbingan Keterampilan Dasar Hidup; Ketrampilan mencuci
pakaian, menyetrikan pakaian, mengepel/menyapu
ruangan/kamar wisma, merapikan tempat tidur, membersihkan
lingkungan sekitar dan merawat diri (bagi yang tingkat
pendidikan SD/SMP)
h) Pembahasan Kasus (Case Conference)
Kegiatan Pembahasan Kasus (Case Conference/CC) diselenggarakan
untuk membedah kasus anak, mengetahui perkembangan anak dan
memberikan rekomendasi tidak lanjut pelayanan bagi anak.
Dilaksanakan pertriwulan atau dikondisikan dengan masalah anak,
dengan materi bahasan meliputi :
1) Pengenalan Masalah, Pemberian Rencana penanganan
(treatment)
2) Evaluasi kegiatan pelayanan sejak anak datang, perkembangan
penanganan kasus, penemuan kasus baru dan rencana
treatment.
3) Evaluasi Hasil Kegiatan, Pemberian Rekomendasi dan
Pemutusan Kontrak Pelayanan.
i) Study Wisata/Karya Wisata
Study Wisata/Karya Wisata diikuti oleh anak yang bertujuan agar
anak mengenal dan menanamkan rasa cinta terhadap
keanekaragaman budaya dan wisata di Nusa Tenggara Barat.

b. Pelayanan di Luar Lembaga


1) Mencegah keterpisahan anak dari keluarga
2) Dukungan pengasuhan dalam keluarga
 Dukungan pengasuhan oleh keluarga
 Dukungan ekonomi keluarga
 Dukungan pendidikan
 Dukungan kesehatan
3) Pelayanan untuk anak yang hidup dan bekerja di jalanan PSAA
bertanggung jawab untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan anak yang
mencakup :
 Identitas anak
 Pemenuhan kebutuhan fisik; makanan pakaian, tempat tinggal
 Pemenuhan kebutuhan emosional
 Pemenuhan kebutuhan sosial
 Pemenuhan kebutuhan spiritual
 Pemenuhan kebutuhan pendidikan
 Pemenuhan kebutuhan kesehatan
 Pemenuhan kebutuhan rekreasi
 Rujukan
4) Penguatan dukungan komunitas melakukan penguatan komunitas
 Membangun kepedulian masyarakat untuk merespon anak-anak
dan keluarga yang mengalami permasalahan
 Melakukan pendampingan bagi masyarakat agar tetap memelihara
keperdulian yang sudah terbangun
 Menghubungkan komunitas dengan berbagai system sumber yang
bisa mendukung perlindungan anak terlantar berbasis komunitas.
 Menyeleksi anak terlantar yang terdapat di komunitas untuk
mendapatkan bantuan.
 Membuatkan buku tabungan anak terlantar cq. Orang tua untuk
menerima bantuan social dan menyalurkan bantuan tersebut serta
mendampingi pemanfaatan bantuan sesuai dengan pedoman
operasional.
 Menginisiasi kegiatan-kegiatan pendidikan komunitas agar anak-
anak dapat melanjutkan sekolah ke tingkat SLTP dan SLTA di
sekitar tempat tinggal mereka.
 Mengembangkan orangtua asuh dari orang-orang mampu dan
memenuhi syarat komunitas.

VII

PENGOORGANISASIAN KEGIATAN
A. MENCEGAH KETERPISAHAN ANAK DARI KELUARGA
Salah satu peran Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Harapan Mataram adalah
mencegah keterpisahan anak dari keluarganya. Beberapa kegiatan yang di lakukan
di Panti dalam peran pencegahan adalah :
1. PENDEKATAN AWAL
a. Koordinasi dengan instansi terkait/penguatan kerjasama dengan mitra
kerja.
Koordinasi dengan instansi terkait merupakan sebuah upaya dalam
mengembangkan jaringan kerja dan dalam rangka mengembangkan system
referral, sehingga bisa mensinergiskan berbagai jenis program layanan dari
berbagai pihak yang bisa mendukung pengasuhan dalam keluarga.
Kegiatan yang bisa dilakukan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak “Harapan”
Mataram adalah :
1) Identifikasi berbagai instansi/lembaga baik pemerintah maupun
masyarakat yang memiliki program perlindungan anak
2) Menyelenggarakan rapat koordinasi
3) Sinkronisasi program
4) Pembentukan kelompok kerja
b. Sosialisasi/Pengenalan Lembaga dan Program Pelayanan
Sosialisasi dimaksud agar setiap pihak yang berperan dalam pelksanaan
pelayanan pengasuhan anak paham dan mengerti tentang pengasuhan di
dalam keluarga dan pengasuh berbasis intitusi / lembaga adalah pilihan
terakhir.
Sosialisasi disampaikan kepada beberapa pihak :
1) Petugas pelayanan instansi PSAA “Harapan” Mataram dan anak-anak yang
berada di dalam PSAA “Harapan” Mataram
2) Instansi pemerintah, LSM/Orsos, Orangtua, Tokoh masyarakat dan pihak
terkait.

2. PEMETAAN SOSIAL
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi tentang
populasi anak yang mengalami hambatan pengasuhan jumlah dan variasi kasus
serta sebarannya di beberapa daerah atau wilayah. Data dan informasi dapat
diperoleh pada aparat Desa/Lurah, pengurus perkumpulan sosial lokal,
pengurus lembaga sosial masyarakat desa dan tokoh masyarakat. Teknik yang
digunakan untuk memperoleh data dan informasi antara lain, mempelajari
dokumen tertulis dan wawancara, observasi lapangan.
Kegiatan yang dilakukan PSAA “Harapan” Mataram adalah:
a. Identifikasi wilayah yang potensial memiliki permasalah sosial; TKSK, PSM
(desa)
b. Membuat peta sosial khusus permasalah anak terlantar
c. Penjangkauan (outreat) wilayah yang memiliki permasalahan anak terlantar
(TKSK, PSM)

3. PENGUATAN WILAYAH YANG POTENSIAL MEMILIKI PERMASALAHAN


ANAK
Penguatan wilayah bisa dilakukan melalui :
a. Membangun kepedulian masyarakat dalam merespon anak-anak dan
keluarga yang mengalami permasalahan penguatan komunitas, melalui
pelatihan bagi warga masyarakat tentang hak anak, pengasuhan keluarga
dan peran masyarakat dalam perlindungan anak, apabila di lingkungannya
terdapat keluarga yang tidak bisa melaksanakan pengasuhan dengan baik.
b. Melakukan pendampingan bagi warga masyarakat agar tetap memelihara
keperdulian yang sudah terbangun.
c. Menghubungkan komunitas dengan berbagai system sumber yang bisa
mendukung perlindungan anak terlantar berbasiskan komunitas.
d. Mendampingi komunitas dalam memobilisasi kekuatan dan sumber yang
ada di masyarakat yang mendukung anak terlantar
e. Mengidentifikasi permasalahan anak dan keluarga yang ada di komunitas
f. Mengidentifikasi system sumber yang ada di tingkat komunitas yang bisa
memperkuat perlindungan anak berbasis komunitas
g. Membuat rencana aksi di tingkat komunitas untuk mencegah dan merespon
anak yang ditelantarkan, sehingga anak tersebut tetap berada dalam
keluarga dan komunitasnya.
h. Membuat tim kerja masyarakat (working Group) untuk melaksanakan
rencana aksi.
i. Menginisiasi kegiatan-kegiatan pendidikan di komunitas agar anak-anak
dapat melanjutkan sekolah sampai ketingkat SD, SLTP dan SLTA di sekitar
tempat tinggal mereka.
j. Mengembangkan orang tua asuh dari orang-orang mampu dan memenuhi
syarat di komunitas.

B. DUKUNGAN PENGASUHAN DALAM KELUARGA


1. Penerimaa Rujukan
PSAA Harapan Mataram tidak merekrut anak secara langsung untuk
ditempatkan di dalam Lembaga. Pendekatan PSAA Harapan Mataram kepada
masyarakat hanya dilakukan dalam upaya untuk mendukung pengasuhan
keluarga dan perlindungan anak, sosialisasi pelayanan di sediakan oleh PSAA
Harapan Mataram dan mendukung Dinas Sosial/Instansi Sosial dalam
mengidentifikasi anak yang membutuhkan bantuan.
Pekerja Sosial mencatat semua proses rujukan anak mencakup pihak
yang merujuk anak, penanggungjawab legal anak, alasan merujuk anak atau
krologi kasus/masalah yang diidentifikasi perujuk.
Kontak awal anak dan atau keluarga dengan PSAA Harapan Mataram
dapat dilakukan melalui :
a. Rujukan dari keluarga dan kerabat;
b. Rujukan dari anggota komunitas;
c. Rujukan dari pihak yang memiliki wewenang seperti; Kepolisian (PPA),
RPSA ABH, LBH APIK NTB dan Dinas Sosial Provinsi dan Kab/Kota
/Instansi Sosial;
d. Rujukan dari lembaga yang memberikan pelayanan pada anak, seperti;
LPA NTB, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), sekolah dan Posyandu;
e. Anak dan keluarga datang sendiri.

2. Assesmen Awal
Asesmen awal adalam proses yang ditujukan untuk mengidentifikasi
kebutuhan anak dan keluarganya terhadap pelayanan, termasuk apakah
anak bisa tetap diasuh keluarganya atau membutuhkan pengasuhan
alternative. Asesmen awal juga bertujuan untuk mengumpulkan keputusan
data dasar tentang anak dan keluarganya sebagai dasar tentang anak dan
keluarganya sebagai dasar bagi anak pengumpulan keputusan pelayanan
yang sesuai untuk anak dan keluarga. Asesmen ini dilakukan oleh Pekerja
Sosial tidak hanya pada anak tetapi juga pada keluarganya.
Asesmen awal harus berdasarkan kepada instrument atau format khusus
asesmen awal, baik untuk anak maupun keluarga. Pada dasarnya asesmen
awal mencakup :
a. Sejarah perkembangan anak baik fisik, psikologis dan sosial
b. Situasi pengasuhan keluarga mencakup relasi orang tua dengan anak,
pola pengasuhan dalam keluarga, relasi keluarga inti dengan keluarga
besar.
c. Indentifikasi orang-orang yang memungkinkan menjadi keluarga
pengganti.
d. Situasi calon keluarga pengganti yang meliputi kondisi ekonomi,
psikososial, serta kesiapan mereka menjadi keluarga pengganti.
e. Jika dalam lingkungan kekerabatan tidak tersedia pengasuhan
alternative, selanjutnya dilakukan asesmen terhadap anggota
komunitas untuk ketersediaan calon anggota keluarga pengganti.
3. Pembahasan Hasil Asesmen Awal
Kegiatan ini bertujuan untuk antara lain :
1. Membahas tentang hasil asesmen pekerja social untuk menempatkan
anak, apakah anak tetap diasuh dalam keluarganya atau di PSAA
2. Penempatan anak baik di PSAA maupun di dalam keluarga dilakukan atas
rekomendasi dari Dinsos Kabupaten/Kota Se NTB
3. Kegiatan pembahasan hasil asesmen ini dilakukan melalui pertemuan
yang melibatkan berbagai pihak antara lain; pekerja sosial, pihak Dinas
Sosial Kab/Kota Se-Prov. NTB, pihak PSAA, keluarga dan pihak lain yang
berwenang.
4. Mekanismen Pengambilan Keputusan Pelayanan
Keputusan pelayanan diambil berdasarkan hasil asesmen awal tentang
pelayanan yang dibutuhkan oleh anak dan keluarganya. Berdasarkan hasil
asesmen awal, anak dapat menjadi klien PSAA “Harapan” Mataram dengan
anak tetap tinggal dalam keluarganya atau keluarga pengganti atau tinggal di
PSAA “Harapan” Mataram.
a. PSAA “Harapan” Mataram bersama anak dan keluarga mengambil
keputusan berdasarkan assesmen awal tentang pelayanan yang
dibutuhkan anak dan keluarga;
b. Berdasarkan hasil asesmen, anak dapat menjadi klien PSAA “Harapan”
Mataram dengan tetap tinggal di keluarganya atau keluarga pengganti
atau tinggal di PSAA “Harapan” Mataram.
5. Asesmen Lanjutan
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Harapan Mataram melakukan asesmen
lanjutan kepada setiap anak dan keluarganya setelah dicapai kesepakatan
tentang pelayanan yang akan diterima anak dan keluarganya.
Kegiatan ini dilakukan untuk melengkapi hasil asesmen awal yang berdasar
pada instrument atau format asesmen lanjutan, yang mencakup antara lain :
a. Gambaran lengkap tentang kondisi anak dan keluarganya, khususnya
tentang kompleksitas masalah pengasuhan yang dihadapi anak dan
keluarga.
b. Focus pada keluarga lebih menitik beratkan pada gambaran tentang
kondisi pengasuhan yang diterima oleh anak dari orang tuanya. Kapasitas,
kesadaran dan kemauan orang tua untuk memberikan pengasuhan pada
anaknya.
c. Focus pada anak lebih menitikberatkan pada gambaran tentang kondisi
psikososial anak secara lengkap terkait dengan kebutuhannya akan
pengasuhan termasuk apabila anak mengalami isu perlindungan.

6. Perencanaan Pengasuhan
1. Rencana pengasuhan dibuat untuk setiap anak dan keluarganya
2. Perencanaan pengasuhan harus berdasarkan pada hasil asesmen lanjutan
dan akan menjadi dasar untuk menentukan solusi pengasuhan tetap yang
terbaik untuk anak
3. Perencanaan pengasuhan bersifat dinamis dan bertahap sesuai dengan
perkembangan yang dicapai oleh anak dan orang tua dan diarahkan
memenuhi kebutuhan pengasuhan yang bersifat darurat jangka
menengah dan jangka panjang.
4. Rencana pengasuhan ini disusun melalui melalui pembahasan kasus (case
coference).
5. Pihak yang terlibat dalam cc tersebut antara lain; Dinsos Kab/Kota se-
NTB, dokter, psikolog, guru, polisi dan pihak yg terkait dengan kasus anak.
7. Pelaksanaan Rencana Pengasuhan
a. Dukungan pengasuhan oleh keluarga
1) PSAA memperkuat kemampuan keluarga untuk meningkatkan
kapasitas pengasuhan dan keberfungsian keluarga melalui pemberian
informasi, pendidikan, pelatihan dan penyuluhan. Beberapa bentuk
kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk memperkuat kemampuan
keluarga antara lain:
a) Persatuan orang tua anak asuh (POTAS)
b) Good Parenting skill program (Program kecakapan dalam
pengasuhan)
c) Family mediation (mediasi keluarga)
2) PSAA mengidentifikasi pengasuhan dari keluarga besar yang mampu
memberikan pengasuhan, jika keluarga inti tidak mampu
memberikan pengasuhan yang baik.
3) PSAA mengidenti apabila pengasuhan dalam keluarga besar tidak
memungkikan, maka PSAA perlu bekerja sama dengan Dinas Sosial
Kabupaten Kota untuk mempertimbangkan dan mengidentifikasi
kemungkinan pengasuhan berbasis keluarga pengganti melalui orang
tua/keluarga asuh (fostering) perwalian atau adopsi.

b. Dukungan Ekonomi keluarga


1) PSAA melakukan asesmen terhadap permasalah ekonomi yang
menghambat pengasuhan dalam keluarga
2) PSAA memberikan dukungan ekonomi kepada keluarga. Dukungan
dapat dalam bentuk :
a) Bantuan financial/natural
b) Pemberdayaan ekonomi keluarga
c) Membuka akses dan rujukan kepada lembaga-lembaga yang
memberikan pelayanan yang memberikan pelayanan
pemberdayaan ekonomi keluarga
c. Dukungan pendidikan
1) PSAA memberikan dukungan pendidikan bagi anak dalam keluarga.
Dukungan pendidikan dapat berupa :
a) Biaya pengembangan potensi diri anak asuh (pendidikan formal,
non formal dan vokasional (keterampilan)
b) Perlengkapan pendukung pendidikan sekolah/non
formal/vokasional
c) Dukungan pendidikan lainnya berdasarkan hasil asesmen
2) PSAA menciptakan akses dan rujukan pada pihak-pihak yang
memberikan dukungan layanan pendidikan gratis (MOU dengan
lintas sector; Diknas Kota Mataram dan SD/MI, SMP/MTs dan
SMKK/MA/SMA dimana anak PSAA bersekolah).
d. Dukungan kesehatan
PSAA memberikan bantuan biaya kesehatan ringan atau membantu akses
dan bantuan rujukan bagi keluarga dan anak kepada lembaga-lembaga
yang memberikan pelayanan kesehatan. Layanan bantuan biaya
kesehatan berupa:
1) Pemeriksaan kesehatan rutin
2) Bantuan pengobatan jika ada anggota keluarga yang sakit melalui
pendekatan membangun akses layanan kesehatan gratis (MOU
dengan Dinas Kesehatan Provinsi NTB, Rumah Sakit-rumah sakit atau
lembaga yang menyediakan layanan kesehatan

e. Dukungan Pendampingan Sosial


Pendampingan psikososial anak dan keluarga, kegiatan yang bisa
dilakukan adalah :
a) Sharing individual/kelompok
b) Konsultasi individual/kelompok
c) Koseling individual/kelompok
d) Family Mediation
e) Advokasi sosial anak/keluarga
f) Terapi psikososial
g) Tes psikososial
h) Camp ground
f. Pengisian Waktu Luang, Pengembangan Kreativitas dan Kompetisi
Penerima Manfaat
1. Kegiatan bimbingan keterampilan
2. Festival seni dan budaya
3. Turnamen olah raga
4. Perayaan hari-hari besar Negara, Agama dan HAN

VIII
SDM PENGELOLA PROGRAM

Sumber Daya Manusia yang mendukung pelaksanaan program pelayanan di


PSAA “Harapan” Mataram berjumlah 26 orang dengan rincian sebagai
berikut:

Jumlah Pegawai Panti Sosial Asuhan Anak Harapan Mataram


Berdasarkan Golongan Kepangkatan
Tahun 2014

Golongan IV; 3

Golongan II; 13

Golongan III; 10

Sumber : Data PSAA Harapan Mataram Tahun 2014

Jumlah Pegawai Panti Sosial Asuhan Anak Harapan Mataram


Berdasarkan Pendidikan
Tahun 2014

16
14 14
12
10 10
8
6
4
2
1 1
0 0 0
SD/MI SMP/MTs SMA/ D III/ Sarjana / S 1 Magister /S
Sederajat Sederajat 2 dan S 3
Sumber : Data PSAA Harapan Mataram Tahun 2014

Dari tabel 2 dan 3 diatas bahwa populasi golongan kepangkatan


kepangkatan yang paling banyak adalah Golongan II hal ini karena
dominasi oleh pendidikan pegawai PSAA Harapan Mataram adalah
SMA/Sederajat (14 orang), kemudian S 1 dan Golongan IV adalah
merupakan Jabatan fungsional dan Jabatan Struktural eselon III
TABEL

Jumlah Pegawai Panti Sosial Asuhan Anak Harapan Mataram


Berdasarkan Status Kepegawaian
Tahun 2014

Tenaga Kon-
trak; 4
PTT; 1

Pegawai Negeri Sipil; 26

Sumber : Data PSAA Harapan Mataram Tahun 2014

Dari tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa populasi PNS di PSAA


Harapan Mataram adalah sebanyak 26 orang, 1 orang eselon 3
Kepala Panti, 2 orang Kepala Seksi, 1 orang Kepala Sub Bagian TU,
18 orang tenaga administrasi dan 4 orang berstatus sebagai Pekerja
Sosial Fungsional dan Perawat. Sesuai dengan tupoksinya
memberikan pengasuhan dan bimbingan kepada anak, idealnya
PSAA Harapan Mataram membutuhkan 8 orang pekerja social (1 :
10 orang anak/10 orang anak diasuh oleh 1 orang pekerja sosial).

IX
INDIKATOR KEBERHASILAN

1. Anak mendapatkan pengasuhan yang aman (safety)


2. Situasi kesejahteraan anak yang ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan akan
kasih sayang, makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, dan
spiritual anak (well being)
3. Anak mendapatkan pengasuhan secara permanen dari orang tua/keluarganya
(permanensi).
X
RENCANA ANGGARAN
a. Pelayanan dalam Lembaga
1)
b. Pelayanan Luar Lembaga

Anda mungkin juga menyukai