ID Pengaruh Kondisi Ruangan Penyimpanan Oba
ID Pengaruh Kondisi Ruangan Penyimpanan Oba
Oleh
ADE RIA AYU FARDHIANI
NIM : I21109043
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI
Oleh
ADE RIA AYU FARDHIANI
NIM : I21109043
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
PENGARUH KONDISI RUANGAN PENYIMPANAN OBAT TERHADAP
KUALITAS KAPLET ASAM MEFENAMAT di PUSKESMAS KECAMATAN
PONTIANAK KOTA
ABSTRAK
Asam mefenamat adalah turunan asam antranilat yang banyak digunakan oleh
masyarakat sebagai analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi. Asam mefenamat merupakan
obat yang rentan terhadap cahaya, suhu dan kelembaban. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kualitas kaplet asam mefenamat yang disimpan di puskesmas Kecamatan
Pontianak Kota sebagai bahan pertimbangan dalam penyimpanan obat yang baik di
puskesmas. Penelitian dilakukan dengan cara observasi kondisi tempat penyimpanan obat
yaitu mencatat suhu dan kelembaban ruangan penyimpanan obat dengan metode non-
eksperimental. Sampel asam mefenamat diambil sebanyak 2 kali dari masing-masing
puskesmas, yaitu sampel asam mefenamat di awal dan di akhir penyimpanan yang
disimpan selama sebulan di ruang penyimpanan obat masing-masing puskesmas. Mutu
kaplet asam mefenamat dievaluasi yaitu uji fisik dan kimia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kondisi penyimpanan di 4 puskesmas tidak semuanya memenuhi syarat, hanya
puskesmas Alianyang yang memenuhi syarat. Suhu ruangan puskesmas-puskesmas
berkisar 25–33,3oC, kelembaban 52–88,3%. Suhu dan kelembaban mempengaruhi
kualitas fisik dan kimia kaplet asam mefenamat pada seluruh parameter uji kecuali
keseragaman bobot. Kualitas fisik dan kimia kaplet asam mefenamat semakin turun
setelah disimpan selama sebulan, namun masih memenuhi persyaratan kualitas kaplet
yang baik.
ABSTRACT
batang kelapa sawit (eksperimen) dan digunakan dalam penelitian ini benar-
laktosa (pembanding). Formula tablet benar amilum yang berasal dari batang
CTM dapat dilihat pada tabel 1. kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.).
Evaluasi Granul Pengambilan dan Pengolahan Sampel
Evaluasi granul yang dilakukan Sampel yang digunakan pada
pada masing-masing formula tablet penelitian ini merupakan hasil
klorfeniramin maleat antara lain uji pengambilan yang dilakukan di
distribusi ukuran granul secara perkebunan kelapa sawit di Kabupaten
mikroskopik, uji sifat alir (uji sudut Sanggau, Kalimantan Barat. Sampel
diam, uji pengetapan dan yang diambil adalah batang kelapa
kompresibilitas) dan uji susut sawit, dimana sampel batang kelapa
pengeringan granul. sawit yang digunakan pada penelitian ini
Evaluasi Tablet merupakan tanaman kelapa sawit (Elaeis
Evaluasi tablet klorfeniramin guineensis Jacq.) yang telah berusia
maleat masing-masing formula yang lebih dari 25 tahun. Tanaman kelapa
dilakukan yaitu uji keseragaman bobot, sawit yang telah berusia lebih dari 25
uji kerapuhan, uji kekerasan, uji waktu tahun dianggap tidak produktif lagi,
hancur, uji penetapan kadar, uji selain itu tanaman kelapa sawit sudah
keseragaman kadar dan uji disolusi tumbuh menjulang tinggi yang
mengikuti metoda yang dipersyaratkan menyulitkan pada proses pemanenan
farmakope Indonesia edisi IV. sehingga perlu dilakukannya
Analisis Data peremajaan. Hasil dari peremajaan ini
Data yang diperoleh dari hasil akan menjadi limbah dari perkebunan
pengujian evaluasi tablet dibandingkan kelapa sawit tersebut. Sehingga sampel
dengan kepustakaan. Data dari kedua pada penelitian ini merupakan limbah
formula percobaan, di uji secara statistik batang kelapa sawit dari hasil
dengan uji normalitas lalu dilanjutkan peremajaan perkebunan kelapa sawit
dengan uji T (T-test) dengan taraf tersebut. Pada penelitian terdahulu,
kepercayaan 95%. dikatakan adanya kandungan amilum
HASIL DAN PEMBAHASAN pada batang kelapa sawit3. Hasil isolasi
Determinasi Tanaman sampel berupa amilum yang diisolasi
Determinasi tanaman dilakukan dari batang kelapa sawit dengan
untuk memastikan dan menjamin bahwa beberapa tahapan proses pengolahan.
tanaman yang digunakan merupakan Tahapan proses pengolahan sampel
tanaman yang berasal dari suku dan diawali dengan cara memotong 1 meter
spesies yang sesuai dengan tanaman batang kelapa sawit dari pelepah teratas.
yang akan digunakan pada penelitian Hal ini disebabkan batang kelapa sawit
dan menegaskan bahwa amilum yang yang berjarak 1 meter dari pelepah
teratas mempunyai kandungan amilum bulat kecil serta memiliki hilus dan
paling tinggi dan proses isolasi lebih lamela. Hasil uji mikroskopik amilum
mudah dilakukan karena pada bagian dapat dilihat pada gambar 1.
batang ini memiliki kadar air dan
parenkim yang tinggi sehingga
menyebabkan struktur batang dengan
serat yang kurang padat dan kurang
keras yang menyebabkannya lebih
mudah dihancurkan untuk mendapatkan
amilumnya dibandingkan dengan bagian
bawah batang kelapa sawit3. Amilum
yang telah diisolasi dari batang kelapa
sawit yang berjarak sepanjang 1 meter
dari pelepah teratas diperoleh sebesar Gambar 1. Hasil uji mikroskopik
233,81 gram dari 7,5 kg batang kelapa amilum batang kelapa sawit perbesaran
sawit yang diserbukkan atau didapat 100 kali
rendemen sebesar 3,12 %. Secara teoritis Hasil uji kualitatif yaitu dengan
amilum yang diperoleh dari ekstraksi uji iodium 0,005 M membentuk warna
batang kelapa sawit, rendemen amilum ungu, hal ini disebabkan karena jumlah
terbanyak terdapat pada bagian batang amilopektin yang terkandung dalam
sawit berjarak 1 meter dari pelepah amilum lebih dominan dari amilosa.
teratas dengan rendemen sebesar Selanjutnya dilakukan uji kuantitatif
3,32 %1. Oleh karena itu pada penelitian terhadap amilum batang kelapa sawit
ini persen amilum yang dihasilkan tidak yang meliputi uji susut pengeringan dan
berbeda jauh dengan penelitian uji sisa pemijaran. Uji susut pengeringan
sebelumnya. Perbedaan rendemen dilakukan untuk mengetahui kadar
amilum disebabkan karena lokasi atau bagian zat yang masih dapat menguap
tempat tumbuh yang berbeda dan kurang termasuk air. Uji sisa pemijaran
halusnya serbuk batang kelapa sawit dilakukan untuk menunjukkan adanya
yang diperoleh karena kendala alat pengotor terhadap amilum yang didapat.
sehingga menyulitkan proses isolasi Hasil uji susut pengeringan adalah
amilum dari sel-sel tempat tersimpannya 10,24 %, sedangkan hasil uji sisa
amilum. Amilum batang kelapa sawit pemijaran amilum batang kelapa sawit
tersimpan dalam sel-sel parenkim dari adalah 0,07 %. Menurut Farmakope
jaringan vaskular kasar yang Indonesia susut pengeringan untuk
mengandung persentasi lignin yang amilum manihot tidak lebih dari 15 %
tinggi. dan sisa pemijaran untuk amilum
Uji Amilum Batang Kelapa Sawit manihot tidak lebih dari 0,6 %8.
Amilum batang kelapa sawit yang Berdasarkan persyaratan tersebut, maka
diperoleh selanjutnya diuji secara dapat dikatakan bahwa amilum batang
organoleptis, mikroskopik, kualitatif dan kelapa sawit memenuhi syarat uji
kuantitatif.Amilum yang didapat dari kuantitatif.
hasil isolasi batang kelapa sawit Evaluasi Mutu Fisik Granul
kemudian diuji. Hasil uji organoleptis Granul yang dihasilkan dari kedua
amilum batang kelapa sawit berupa formula tablet selanjutnya dievaluasi.
serbuk halus berwarna putih hingga Evaluasi granul ini dilakukan untuk
putih kecoklatan, tidak berbau, tidak mengetahui kualitas granul yang
berasa dan tidak larut dalam air dingin. dihasilkan sehingga diharapkan akan
Sedangkan hasil dari uji mikroskopik menghasilkan tablet dengan kualitas
amilum batang kelapa sawit berbentuk yang baik. Evaluasi granul meliputi uji
sifat alir, uji distribusi ukuran granul
Tabel 2. Data Hasil Evaluasi Mutu Fisik Granul
Evaluasi Granul Formula
K1 K2
Sudut Diam (o) ± CV 26,50 ± 0,75 36,31 ± 1,56
Pengetapan (%) ± CV 6,33 ± 9,00 9,33 ± 12,32
Kompresibilitas (%) ± CV 7,45 ± 16,64 8,57 ± 1,16
Susut Pengeringan (%) ± CV 2,10 ± 7,66 3,81 ± 6,43
Distribusi Ukuran Partikel Pada Granul (Sig) > 0,05 > 0,05
Keterangan :
K1 = Laktosa 100 %
K2 = Amilum batang kelapa sawit 100 %
250
200 241
K1
150
140 K2
100
94 84
50
114 272 251 146 60 59 63 48 22 32 4 18
0
10-40 40-70 70-100 100-130 130-160 160-190 190-220 220-250 250-280
Jangkauan Ukuran Partikel (µm)
yang baik memiliki daya ikat antar bahan tambahan yang digunakan pada
granul dan kekompakan yang baik pula formulasi, perbedaan tekanan
sehingga kerapuhannya juga semakin pengempaan, adanya fines (serbuk) dan
kecil karena terjadinya pelepasan bobot kompresibilitas granul. Pada penelitian
dari tablet akibat adanya pengikisan juga ini, tablet CTM formula K1 dan K2
kecil. Dari hasil penelitian, kekerasan memiliki perbedaan jenis bahan pengisi
tablet CTM formula K1 yang diperoleh yang digunakan, pada formula K1
lebih keras dibandingkan tablet formula memiliki bahan pengisi dari laktosa
K2, sehingga tablet CTM formula K1 sedangkan formula K2 memiliki bahan
memiliki daya ikat antar granul dan pengisi dari amilum batang kelapa sawit,
kekompakan yang lebih baik sehingga tekanan yang digunakan saat
kerapuhannya juga semakin kecil. pengempaan sama sedangkan
Uji Kekerasan kompresibilitas granul yang didapatkan
Kekerasan tablet menggambarkan berbeda. Dari hal tersebut dapat
ketahanan tablet dalam melawan dikatakan bahwa perbedaan kekerasan
tekanan mekanik seperti goncangan, disebabkan oleh perbedaan bahan
benturan dan terjadi keretakan tablet pengisi dan sifat kompresibilitas granul
selama pengemasan, penyimpanan, yang berbeda, granul yang memiliki
transportasi sampai ke tangan pengguna. kompressibilitas yang baik, hanya
Pada umumnya dikatakan tablet yang membutuhkan sedikit tekanan
baik mempunyai kekerasan antara pengempaan untuk menghasilkan tablet
4 - 10 Kg. Hal ini tidak mutlak, artinya yang keras, sehingga dalam tekanan
kekerasan tablet kurang dari 4 Kg masih pengempaan yang sama tablet formula
dapat diterima akan tetapi kerapuhannya K1 lebih mudah menghasilkan tablet
tidak melebihi batas yang ditetapkan dan yang lebih keras dibandingkan formula
kekerasan tablet lebih besar dari 10 Kg K2. Sedangkan adanya fines yang
masih dapat diterima, akan tetapi masih banyak dapat menyebabkan tablet rapuh
memenuhi persyaratan waktu hancur karena tersusun dari serbuk yang sangat
dan disolusi yang dipersyaratkan7. Hasil halus sehingga kekerasannya rendah7.
evaluasi terhadap kekerasan tablet CTM Waktu Hancur
formula K1 dan K2 memenuhi syarat Waktu hancur merupakan waktu
dan menunjukkan kekerasan yang yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk
berbeda. Perbedaan kekerasan ini dapat hancur menjadi granul atau partikel yang
disebabkan oleh variasi jenis dan jumlah lebih kecil. Syarat waktu hancur tablet
tidak bersalut yakni tidak lebih dari 15 Indonesia Edisi IV yaitu tidak ada tablet
menit8. Berdasarkan hasil pengukuran yang menyimpang dari batas 93,0 % -
waktu hancur kedua formula sudah 107,0 % dari yang tertera pada etiket8.
memenuhi syarat waktu hancur yang Disolusi
telah ditetapkan. Tablet formula K1 Uji disolusi menggambarkan
memiliki waktu hancur yang lebih lama jumlah zat aktif yang terlarut dalam
dari tablet formula K2, hal ini dapat media disolusi, karena laju disolusi
dipengaruhi oleh tingkat kekerasan berhubungan dengan kemanjuran
tablet yang berbeda. Pada umumnya (efikasi) obat. Menurut Farmakope
tablet yang keras memiliki waktu hancur Indonesia Edisi IV (1995) menyatakan
yang lama (lebih sukar hancur) dan bahwa dimana dalam waktu 45 menit
disolusi yang rendah, kekerasan tablet CTM harus terlarut tidak kurang dari
juga berhubungan dengan densitas dan 75 % dari jumlah yang tertera pada
porositas7. Tablet yang keras memiliki etiket8. Berdasarkan hasil pengujian
porositas yang lebih rendah sehingga yang telah dilakukan didapatkan bahwa
daya penetrasi dan absorpsi air kedalam keseluruhan tablet CTM baik formula
pori-pori tablet lebih sulit, yang K1 maupun K2 memenuhi persyaratan
mengakibatkan ikatan antar partikel uji disolusi. Hal ini disebabkan oleh
granul lebih sulit untuk lepas dan waktu kelarutan dari tablet CTM itu sendiri
hancur juga semakin lama. yang sangat mudah larut dalam medium
Penetapan Kadar disolusi yang digunakan.
Uji penetapan kadar zat aktif Berdasarkan hasil uji evaluasi
bertujuan untuk mengetahui apakah sifat fisik tablet yang telah dilakukan,
kadar zat aktif yang terkandung dalam maka dapat disimpulkan bahwa tablet
suatu sediaan sesuai dengan yang tertera formula K1 dan K2 yang dihasilkan
pada etiket dan memenuhi syarat seperti memenuhi syarat sifat fisik yang baik.
yang tertera pada masing-masing Analisis Uji T (T-test)
monografi. Farmakope Indonesia Edisi Uji T dilakukan untuk mengetahui
IV (1995) menyatakan bahwa tablet ada tidaknya perbedaan signifikan antara
CTM mengandung tidak kurang dari formula satu dengan formula
93,0 % dan tidak lebih dari 107,0 % dari pembandingnya. Berdasarkan hasil
jumlah yang tertera pada etiket8. analisis dengan Uji T (T-Test) diperoleh
Berdasarkan hasil uji penetapan kadar hasil bahwa tablet yang menggunakan
CTM pada tabel 3, dapat terlihat bahwa bahan pengisi amilum batang kelapa
keseluruhan tablet CTM formula K1 dan sawit (K1) memiliki rata-rata yang
K2 memenuhi persyaratan Farmakope berbeda dengan tablet yang
Indonesia yaitu tidak ada tablet yang menggunakan bahan pengisi laktosa
menyimpang dari batas 93,0 % - 107,0 (K2) hampir diseluruh uji sifat fisik
% dari yang tertera pada etiket. tablet kecuali pada uji penetapan kadar
Keseragaman Kadar dan disolusi yang tidak berbeda
Uji keseragaman kadar dilakukan signifikan. Dengan demikian tablet yang
bertujuan untuk mengetahui apakah menggunakan bahan pengisi amilum
kadar zat aktif dari tablet satu dengan batang kelapa sawit dan laktosa berbeda
tablet yang lainnya adalah seragam dan signifikan. Namun kedua tablet ini
memenuhi syarat yang tertera pada memenuhi seluruh syarat uji sifat fisik
Farmakope Indonesia. Berdasarkan hasil tablet yang telah ditetapkan.
uji keseragaman kadar yang dilakukan KESIMPULAN
menunjukkan bahwa keseluruhan tablet Berdasarkan hasil penelitian yang
CTM baik Formula K1 maupun K2 telah dilakukan dan analisis data secara
memenuhi persyaratan Farmakope statistik dapat disimpulkan bahwa sifat
fisik tablet CTM yang dihasilkan dengan Farmasi Industri. Penerjemah Siti
menggunakan amilum batang kelapa Suyatmi. Jakarta : UI Press. hal 644-
sawit sebagai bahan pengisi tablet yaitu 662, 673-685, 690-703.
memenuhi seluruh uji sifat fisik tablet 5. Sapitri & Susanti. 2007. Penggunaan
yang baik, namun tidak sebaik dari Pati Pisang Sebagai Bahan
tablet CTM yang menggunakan bahan Penghancur Pada Tablet Antalgin.
pengisi laktosa serta sifat fisik tablet Laporan Penelitian. Surakarta :
yang berbeda signifikan hampir pada UST. hal 1-2.
seluruh uji tablet kecuali pada uji 6. Anastasia, D.S. 2011. Uji Amilum
penetapan kadar dan disolusi. Buah Pisang Barangan (Musa
DAFTAR PUSTAKA acuminata “AAA”) Sebagai Bahan
1. Ariansyah, Fitra., Amran Laga dan Pengisi pada Tablet Klorfeniramin
Meta Mahendradatta. 2011. Studi Maleat (CTM). Skripsi. Pontianak :
Ekstraksi Pati Berdasarkan Universitas Tanjungpura. hal 2, 52-
Ketinggian Batang Pohon Kelapa 53, 56-57.
Sawit (Elaeis guineensis). Jurnal. 7. Saifullah,T.N. 2007. Teknologi dan
Makasar : Universitas Hassanudin. Formulasi Sediaan Tablet.
hal 1-3. Yogyakarta : Pustaka Laboratorium
2. Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi
Teknologi Farmasi. Penerjemah Universitas Gadjah Mada. hal 1, 71-
Soendani Noerono. edisi V. 75, 80, 88, 90, 94-95, 133-135, 149-
Yogyakarta : UGM Press. hal 165- 156, 193-207.
226. 8. Departemen Kesehatan Republik
3. Ridwansyah. 2006. Pemanfaatan Pati Indonesia. 1995. Farmakope
Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Indonesia, Edisi IV. Jakarta :
Dekstrin. Tesis. Bogor : IPB. hal 33- Departemen Kesehatan Republik
39. Indonesia. hal 4-6, 107-108, 201-
4. Lachman, L., H.A. Lieberman, dan 211, 999-1000, 1043-1044, 1061.
J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek