Anda di halaman 1dari 14

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

PENGARUH KONDISI RUANGAN PENYIMPANAN OBAT TERHADAP

KUALITAS KAPLET ASAM MEFENAMAT di PUSKESMAS

KECAMATAN PONTIANAK KOTA

Oleh
ADE RIA AYU FARDHIANI

NIM : I21109043

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2013
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

PENGARUH KONDISI RUANGAN PENYIMPANAN OBAT TERHADAP

KUALITAS KAPLET ASAM MEFENAMAT di PUSKESMAS

KECAMATAN PONTIANAK KOTA

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi


(S.Farm) pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak

Oleh
ADE RIA AYU FARDHIANI

NIM : I21109043

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2013
PENGARUH KONDISI RUANGAN PENYIMPANAN OBAT TERHADAP
KUALITAS KAPLET ASAM MEFENAMAT di PUSKESMAS KECAMATAN
PONTIANAK KOTA

ABSTRAK

Asam mefenamat adalah turunan asam antranilat yang banyak digunakan oleh
masyarakat sebagai analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi. Asam mefenamat merupakan
obat yang rentan terhadap cahaya, suhu dan kelembaban. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kualitas kaplet asam mefenamat yang disimpan di puskesmas Kecamatan
Pontianak Kota sebagai bahan pertimbangan dalam penyimpanan obat yang baik di
puskesmas. Penelitian dilakukan dengan cara observasi kondisi tempat penyimpanan obat
yaitu mencatat suhu dan kelembaban ruangan penyimpanan obat dengan metode non-
eksperimental. Sampel asam mefenamat diambil sebanyak 2 kali dari masing-masing
puskesmas, yaitu sampel asam mefenamat di awal dan di akhir penyimpanan yang
disimpan selama sebulan di ruang penyimpanan obat masing-masing puskesmas. Mutu
kaplet asam mefenamat dievaluasi yaitu uji fisik dan kimia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kondisi penyimpanan di 4 puskesmas tidak semuanya memenuhi syarat, hanya
puskesmas Alianyang yang memenuhi syarat. Suhu ruangan puskesmas-puskesmas
berkisar 25–33,3oC, kelembaban 52–88,3%. Suhu dan kelembaban mempengaruhi
kualitas fisik dan kimia kaplet asam mefenamat pada seluruh parameter uji kecuali
keseragaman bobot. Kualitas fisik dan kimia kaplet asam mefenamat semakin turun
setelah disimpan selama sebulan, namun masih memenuhi persyaratan kualitas kaplet
yang baik.

Kata kunci : asam mefenamat, suhu, kelembaban, puskesmas


EFFECT OF STORAGE ROOM CONDITION OF QUALITY DRUGS IN
MEFENAMIC ACID CAPLETS PONTIANAK CITY
COMMUNITY HEALTH CENTRE

ABSTRACT

Mefenamic acid is a derivative of anthranilic acid is widely used by the public as


an analgesic, antipyretic, and anti-inflammatory. Mefenamic acid is a drug which is
sensitive to light, temperature and humidity. This research aims to determine the quality
of mefenamic acid caplets that stored in Pontianak City community health centre as a
matter of consideration in storage of both drugs in community health centre. Research has
been conducting by doing some observation on drug storage conditions such as
temperature and humidity with non-experimental methods. Mefenamic acid samples were
taken twice during the research, mefenamic acid samples at the beginning and at the end
of storage that had been stored for a month in storage room of each community health
centre. The quality of mefenamic acid caplets evaluated, namely physical and chemical
tests. The results showed that the storage conditions at 4 community health centres do not
all qualify, only Alianyang community health centre that qualified. Community health
centres room temperature ranged from 25 to 33,3° C, humidity 52 to 88,3%. Temperature
and humidity affect the physical and chemical quality of mefenamic acid caplets in all
examination parameters except weight uniformity. Quality phsysical and chemical of
mefenamic acid caplet getting dropped after being stored for a month, but still meet the
requirements of a good quality caplets.

Keywords: mefenamic acid, temperature, humidity, health centre


PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan
Indonesia memiliki potensi kelapa yang paling banyak digunakan, hal ini
sawit yang besar, Indonesia adalah disebabkan tablet memiliki kelebihan
penghasil minyak kelapa sawit kedua yang tidak dimiliki oleh sediaan farmasi
dunia setelah Malaysia. Selain yang lain, baik dari segi produksi,
pemanfaatan buah kelapa sawit ini penyimpanan, distribusi maupun
sebagai penghasil minyak kelapa sawit, pemakainnya. Kelebihan tersebut antara
ada usaha lain dalam memanfaatkan lain praktis (mudah dibawa dan mudah
batangnya untuk keperluan industri. digunakan), mudah mengatur dosisnya,
Namun pemanfaatan batang kelapa ongkos pembuatannya relatif murah,
sawit dalam bidang industri masih sediaan oral yang paling ringan dan
sangat terbatas khususnya dalam bidang paling kompak, stabil dalam
farmasi yaitu pemanfaatan amilum yang penyimpanan serta mudah diproduksi
terdapat didalam batang kelapa sawit dalam jumlah besar4. Untuk
sebagai bahan tambahan pada tablet. menghasilkan tablet dengan kualitas
Kandungan amilum dalam batang kelapa yang baik dan memenuhi persyaratan,
sawit cukup besar sebagai tanaman pemilihan dan kombinasi bahan
palma kedua yang kandungan tambahan memegang peranan yang
amilumnya cukup tinggi setelah pohon sangat penting dalam proses
sagu1. Amilum dalam bidang farmasi pembuatanya5. Salah satunya adalah
merupakan bahan yang paling sering peranan amilum sebagai bahan pengisi
digunakan sebagai zat pengisi dalam pada tablet.
pembuatan tablet. Penambahan amilum Bahan pengisi (diluent) berfungsi
juga dapat berfungsi sebagai bahan untuk menjamin tablet memiliki ukuran
pengatur aliran, bahan pengikat, dan atau massa yang dibutuhkan2. Selain itu
bahan penghancur2. bahan pengisi juga ditambah untuk
Amilum dapat diperoleh dengan memperbaiki daya kohesi sehingga
cara mengekstrak dari bagian beberapa dapat dikempa langsung atau untuk
tanaman seperti akar, umbi, batang dan memacu aliran. Bahan pengisi sangat
biji-bijian. Amilum juga dapat diperoleh penting terutama untuk obat dengan zat
dari batang kelapa sawit. Menurut aktif kecil. Contohnya klorfeniramin
penelitian yang telah dilakukan maleat (CTM) yang dosisnya hanya
sebelumnya, batang kelapa sawit 4 mg sehingga tidak cukup membuat
mengandung amilum yang dapat bulk atau sulit dikempa6.
digunakan sebagai bahan baku dekstrin, Pada tablet CTM kadar bahan
yang mana dekstrin ini merupakan pengisi jumlahnya lebih mendominasi.
produk amilum termodifikasi3. Selain itu Oleh karena itu peranan bahan pengisi
pada penelitian yang lain menyatakan sangat penting untuk menghasilkan
bahwa amilum kelapa sawit sangat baik tablet yang memenuhi syarat tablet yang
diaplikasikan sebagai bahan perekat baik. Selain peranan bahan pengisi,
(adhesive)1. Dengan melihat fungsi metode yang digunakan dalam
amilum yang bervariasi dimana dapat pembuatan tablet juga berpengaruh
digunakan sebagai bahan pengisi, terhadap kualitas tablet yang dihasilkan.
pengikat maupun penghancur tablet. Pemilihan metode pembuatan tablet
Dengan demikian dapat diasumsikan tergantung pada sifat bahan yang
bahwa amilum dari batang kelapa sawit digunakan, salah satunya adalah sifat
(Elaeis guineensis Jacq.) dapat juga dari bahan pengisi yaitu amilum yang
digunakan sebagai bahan pengisi pada sering digunakan dalam tablet. Amilum
tablet. batang kelapa sawit berupa serbuk halus
dan mempunyai kelembaban yang cukup
tinggi, sehingga akan berpengaruh pada berumur lebih dari 25 tahun yang tidak
sifat alirnya menjadi tidak baik. lagi produktif dan siap untuk
Kecepatan aliran granul sangat penting diremajakan . Bahan–bahan kimia yang
karena berpengaruh pada keseragaman digunakan antara lain serbuk CTM
bobot tablet. Metode pembuatan tablet (PT.Brataco nomor batch J 0215/13),
yang baik untuk bahan yang tidak amprotab (PT.Brataco nomor batch
memiliki sifat alir yang baik adalah J 1012/12), laktosa (PT.Brataco nomor
dengan metode granulasi. Salah satu batch J 1071/12), magnesium stearat
metode pembuatan tablet yang paling (PT.Brataco nomor batch J 0187/13),
luas digunakan dalam memproduksi talkum (PT.Brataco nomor batch
tablet adalah metode granulasi basah7. J 1230/12), larutan H2SO4 2N, larutan
Berdasarkan hal-hal yang telah HCl 0,12 N, larutan iodium 0,005 M,
dipaparkan maka penelitian pemanfaatan dan aquadestilata.
amilum batang kelapa sawit sebagai METODE
bahan pengisi tablet Klorfeniramin Determinasi Tanaman
maleat (CTM) sangat perlu dilakukan Batang kelapa sawit (Elaeis
untuk mengetahui peranan amilum guineensis Jacq.) yang digunakan dalam
batang kelapa sawit (Elaeis guineensis penelitian ini dideterminasi di
Jacq.) sebagai bahan pengisi dalam Laboratorium Biologi FMIPA
menghasilkan tablet Klorfeniramin Universitas Tanjungpura, Pontianak.
maleat (CTM) yang baik sesuai dengan Pengambilan dan Pengolahan Sampel
persyaratan Farmakope Indonesia dan Batang kelapa sawit dipotong
mutu fisik yang memenuhi syarat. Oleh 1 meter mulai dari pelepah teratas
karena itu, pada penelitian ini akan batang kelapa sawit. Kemudian pisahkan
melakukan uji amilum batang kelapa kulit keras dan empulurnya. Empulur
sawit (Elaeis guineensis Jacq.) sebagai diserut menjadi serbuk kayu. Serbuk
bahan pengisi pada tablet klorfeniramin kayu yang didapat dimasukan dalam
maleat (CTM) dengan metode granulasi wadah dan ditambahkan air bersih
basah. dengan perbandingan 1 : 2, selanjutnya
ALAT DAN BAHAN disaring dan diperas. Ampasnya dibuang
Alat sedangkan air yang mengandung
Alat–alat yang digunakan dalam amilum diendapkan selama 12 jam,
penelitian ini adalah timbangan analitik kemudian dihasilkan amilum basah.
(Precisa tipe XT 220A), mikropipet Amilum basah tersebut dicuci dengan
(Rainin), gelas ukur, ayakan granul aquadest, kemudian diendapkan kembali
nomor 12 dan 14, oven listrik (Memmert selama 12 jam. Amilum basah yang
Gmbh Co Kg Model 400), mesin tablet didapat kemudian dikeringkan dalam
single punch (Korch Germany tipe EKO oven pada suhu 50oC dalam waktu
01), dissolution tester (Electrolab tipe sekitar 30 jam hingga diperoleh amilum
TDF-08L), hardness tester (Electrolab kering.
tipe EH01P), friability tester (Electrolab Uji Amilum Batang Kelapa Sawit
tipe EF-2), disintegration tester Amilum batang kelapa sawit yang
(Electrolab tipe ED-2L), tapping tester telah diisolasi, kemudian diuji meliputi
(Erweka tipe SVM 102), mikroskop uji organoleptis, mikroskopik, kualitatif
(Zeiss Primostar) dan spektrofotometer (uji iodium) dan uji kuantitatif (uji susut
(Shimadzu tipe UV-2450PC). pengeringan dan uji sisa pemijaran).
Bahan Pembuatan Granul dan Tablet
Bahan uji yang digunakan pada Formula tablet klorfeniramin
penelitian ini adalah batang kelapa sawit maleat dibuat dengan metode granulasi
(Elaeis guineensis Jacq.) yang telah basah dengan bahan pengisi amilum
Tabel 1. Formula Tablet Klorfeniramin Maleat
Bahan K1 K2
CTM 4 mg 4 mg
Amprotab 10 mg 10 mg
Musilago amprotab 10% qs qs
Talkum 3,6 mg 3,6 mg
Magnesium stearat 0,4 mg 0,4 mg
Laktosa add 200 mg -
Amilum batang kelapa sawit - add 200 mg
Keterangan : Formulasi tablet dibuat untuk 500 tablet dengan berat 200 mg/tablet.
K1 = Laktosa 100%
K2 = Amilum batang kelapa sawit 100%

batang kelapa sawit (eksperimen) dan digunakan dalam penelitian ini benar-
laktosa (pembanding). Formula tablet benar amilum yang berasal dari batang
CTM dapat dilihat pada tabel 1. kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.).
Evaluasi Granul Pengambilan dan Pengolahan Sampel
Evaluasi granul yang dilakukan Sampel yang digunakan pada
pada masing-masing formula tablet penelitian ini merupakan hasil
klorfeniramin maleat antara lain uji pengambilan yang dilakukan di
distribusi ukuran granul secara perkebunan kelapa sawit di Kabupaten
mikroskopik, uji sifat alir (uji sudut Sanggau, Kalimantan Barat. Sampel
diam, uji pengetapan dan yang diambil adalah batang kelapa
kompresibilitas) dan uji susut sawit, dimana sampel batang kelapa
pengeringan granul. sawit yang digunakan pada penelitian ini
Evaluasi Tablet merupakan tanaman kelapa sawit (Elaeis
Evaluasi tablet klorfeniramin guineensis Jacq.) yang telah berusia
maleat masing-masing formula yang lebih dari 25 tahun. Tanaman kelapa
dilakukan yaitu uji keseragaman bobot, sawit yang telah berusia lebih dari 25
uji kerapuhan, uji kekerasan, uji waktu tahun dianggap tidak produktif lagi,
hancur, uji penetapan kadar, uji selain itu tanaman kelapa sawit sudah
keseragaman kadar dan uji disolusi tumbuh menjulang tinggi yang
mengikuti metoda yang dipersyaratkan menyulitkan pada proses pemanenan
farmakope Indonesia edisi IV. sehingga perlu dilakukannya
Analisis Data peremajaan. Hasil dari peremajaan ini
Data yang diperoleh dari hasil akan menjadi limbah dari perkebunan
pengujian evaluasi tablet dibandingkan kelapa sawit tersebut. Sehingga sampel
dengan kepustakaan. Data dari kedua pada penelitian ini merupakan limbah
formula percobaan, di uji secara statistik batang kelapa sawit dari hasil
dengan uji normalitas lalu dilanjutkan peremajaan perkebunan kelapa sawit
dengan uji T (T-test) dengan taraf tersebut. Pada penelitian terdahulu,
kepercayaan 95%. dikatakan adanya kandungan amilum
HASIL DAN PEMBAHASAN pada batang kelapa sawit3. Hasil isolasi
Determinasi Tanaman sampel berupa amilum yang diisolasi
Determinasi tanaman dilakukan dari batang kelapa sawit dengan
untuk memastikan dan menjamin bahwa beberapa tahapan proses pengolahan.
tanaman yang digunakan merupakan Tahapan proses pengolahan sampel
tanaman yang berasal dari suku dan diawali dengan cara memotong 1 meter
spesies yang sesuai dengan tanaman batang kelapa sawit dari pelepah teratas.
yang akan digunakan pada penelitian Hal ini disebabkan batang kelapa sawit
dan menegaskan bahwa amilum yang yang berjarak 1 meter dari pelepah
teratas mempunyai kandungan amilum bulat kecil serta memiliki hilus dan
paling tinggi dan proses isolasi lebih lamela. Hasil uji mikroskopik amilum
mudah dilakukan karena pada bagian dapat dilihat pada gambar 1.
batang ini memiliki kadar air dan
parenkim yang tinggi sehingga
menyebabkan struktur batang dengan
serat yang kurang padat dan kurang
keras yang menyebabkannya lebih
mudah dihancurkan untuk mendapatkan
amilumnya dibandingkan dengan bagian
bawah batang kelapa sawit3. Amilum
yang telah diisolasi dari batang kelapa
sawit yang berjarak sepanjang 1 meter
dari pelepah teratas diperoleh sebesar Gambar 1. Hasil uji mikroskopik
233,81 gram dari 7,5 kg batang kelapa amilum batang kelapa sawit perbesaran
sawit yang diserbukkan atau didapat 100 kali
rendemen sebesar 3,12 %. Secara teoritis Hasil uji kualitatif yaitu dengan
amilum yang diperoleh dari ekstraksi uji iodium 0,005 M membentuk warna
batang kelapa sawit, rendemen amilum ungu, hal ini disebabkan karena jumlah
terbanyak terdapat pada bagian batang amilopektin yang terkandung dalam
sawit berjarak 1 meter dari pelepah amilum lebih dominan dari amilosa.
teratas dengan rendemen sebesar Selanjutnya dilakukan uji kuantitatif
3,32 %1. Oleh karena itu pada penelitian terhadap amilum batang kelapa sawit
ini persen amilum yang dihasilkan tidak yang meliputi uji susut pengeringan dan
berbeda jauh dengan penelitian uji sisa pemijaran. Uji susut pengeringan
sebelumnya. Perbedaan rendemen dilakukan untuk mengetahui kadar
amilum disebabkan karena lokasi atau bagian zat yang masih dapat menguap
tempat tumbuh yang berbeda dan kurang termasuk air. Uji sisa pemijaran
halusnya serbuk batang kelapa sawit dilakukan untuk menunjukkan adanya
yang diperoleh karena kendala alat pengotor terhadap amilum yang didapat.
sehingga menyulitkan proses isolasi Hasil uji susut pengeringan adalah
amilum dari sel-sel tempat tersimpannya 10,24 %, sedangkan hasil uji sisa
amilum. Amilum batang kelapa sawit pemijaran amilum batang kelapa sawit
tersimpan dalam sel-sel parenkim dari adalah 0,07 %. Menurut Farmakope
jaringan vaskular kasar yang Indonesia susut pengeringan untuk
mengandung persentasi lignin yang amilum manihot tidak lebih dari 15 %
tinggi. dan sisa pemijaran untuk amilum
Uji Amilum Batang Kelapa Sawit manihot tidak lebih dari 0,6 %8.
Amilum batang kelapa sawit yang Berdasarkan persyaratan tersebut, maka
diperoleh selanjutnya diuji secara dapat dikatakan bahwa amilum batang
organoleptis, mikroskopik, kualitatif dan kelapa sawit memenuhi syarat uji
kuantitatif.Amilum yang didapat dari kuantitatif.
hasil isolasi batang kelapa sawit Evaluasi Mutu Fisik Granul
kemudian diuji. Hasil uji organoleptis Granul yang dihasilkan dari kedua
amilum batang kelapa sawit berupa formula tablet selanjutnya dievaluasi.
serbuk halus berwarna putih hingga Evaluasi granul ini dilakukan untuk
putih kecoklatan, tidak berbau, tidak mengetahui kualitas granul yang
berasa dan tidak larut dalam air dingin. dihasilkan sehingga diharapkan akan
Sedangkan hasil dari uji mikroskopik menghasilkan tablet dengan kualitas
amilum batang kelapa sawit berbentuk yang baik. Evaluasi granul meliputi uji
sifat alir, uji distribusi ukuran granul
Tabel 2. Data Hasil Evaluasi Mutu Fisik Granul
Evaluasi Granul Formula
K1 K2
Sudut Diam (o) ± CV 26,50 ± 0,75 36,31 ± 1,56
Pengetapan (%) ± CV 6,33 ± 9,00 9,33 ± 12,32
Kompresibilitas (%) ± CV 7,45 ± 16,64 8,57 ± 1,16
Susut Pengeringan (%) ± CV 2,10 ± 7,66 3,81 ± 6,43
Distribusi Ukuran Partikel Pada Granul (Sig) > 0,05 > 0,05
Keterangan :
K1 = Laktosa 100 %
K2 = Amilum batang kelapa sawit 100 %

secara mikroskopi dan uji susut Distribusi Ukuran Partikel pada


pengeringan granul. Data hasil evaluasi Granul
granul dapat dilihat pada tabel 2. Distribusi ukuran partikel pada
Uji Sifat Alir granul merupakan suatu evaluasi untuk
Uji Sifat alir dilakukan dengan mengetahui penyebaran ukuran partikel
metode cara tidak langsung meliputi uji pada granul yang diperoleh. Pada
sudut diam, uji pengetapan dan penentuan ukuran partikel sampel yang
kompresibilitas. Sudut diam merupakan diukur sebanyak 1000 partikel untuk
sudut maksimal yang mungkin terjadi tiap–tiap fomula. Hal ini dikarenakan
antara permukaan suatu tumpukan jika nilai antilog SD > 1,2 maka partikel
serbuk dan bidang horizontal setelah dianggap bersifat polidispers, sehingga
diberi perlakuan. Berdasarkan hasil uji jumlah partikel yang diukur ≥ 1000.
sudut diam tersebut menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian maka
granul dari kedua formula tablet diperoleh grafik distribusi partikel
memenuhi persyaratan sifat alir karena granul pada masing-masing formula
sudut diam granul berada pada rentang dapat dilihat pada gambar 2. Pada
standar yaitu 25o - 40o. Jika sudut diam grafik, jumlah partikel pada granul
antara 30o - 40o maka sifat alirnya untuk masing-masing formula banyak
sedang. Pengetapan granul merupakan tersebar pada ukuran 40 – 100 µm. Dari
penurunan sejumlah granul atau serbuk hasil uji distribusi ukuran partikel pada
akibat hentakan (tapped) dan getaran granul dari masing-masing formula
(vibrating). Hasil uji pengetapan granul tablet dapat diketahui bahwa ukuran
menunjukkan bahwa granul dari masing- partikel granul memiliki distribusi yang
masing formula memenuhi persyaratan normal dengan nilai p > 0,05, hal ini
sifat alir karena granul yang nilai persen berdasarkan hasil uji normalitas shapiro-
pengetapan < 20 % memiliki sifat alir wilk.
yang baik. Data pengetapan yang Uji Susut Pengeringan Granul
diperoleh juga digunakan untuk Uji susut pengeringan granul yang
menghitung persen kompressibilitas dilakukan untuk mengetahui kadar air
granul. Hasil uji kompresibilitas yang terkandung dalam granul. Hasil uji
menunjukkan tiap-tiap granul memenuhi susut pengeringan granul dari masing-
persyaratan sifat alir karena persen masing formula memenuhi persyaratan
kompressibilitas antara (5 – 12) %. granul yang baik karena granul berada
Selain itu granul yang memiliki nilai pada rentang 2 % - 5 %7.
kompressibilitas yang baik, hanya Evaluasi Tablet
membutuhkan sedikit tekanan Evaluasi sifat fisik tablet yang
pengempaan untuk menghasilkan tablet dilakukan meliputi uji keseragaman
yang keras7. bobot tablet, uji kerapuhan, uji
kekerasan, uji waktu hancur, uji
400
350
352
300
Jumlah Partikel

250
200 241
K1
150
140 K2
100
94 84
50
114 272 251 146 60 59 63 48 22 32 4 18
0
10-40 40-70 70-100 100-130 130-160 160-190 190-220 220-250 250-280
Jangkauan Ukuran Partikel (µm)

Gambar 2. Grafik Distribusi Ukuran Partikel Granul


Keterangan :
K1 = Laktosa 100 %
K2 = Amilum batang kelapa sawit 100 %

penetapan kadar, uji keseragaman kadar pengetapan yang dihasilkan juga


dan uji disolusi. Hasil evaluasi sifat fisik semakin baik, sudut diam yang
tablet dapat dilihat pada tabel 3. dihasilkan juga menjadi semakin kecil
Keseragaman Bobot sehingga keseragaman bobot yang
Hasil uji keseragamaan bobot diperolehpun menjadi lebih stabil.
menunjukkan bahwa formula tablet K1 Uji Kerapuhan
dan K2 memenuhi persyaratan yang Uji kerapuhan tablet
ditentukan Farmakope Indonesia yaitu menggambarkan kekuatan permukaan
tidak boleh lebih dari dua tablet yang tablet dalam melawan berbagai
bobotnya menyimpang dari kolom A perlakuan yang menyebabkan
(7,5%) dan tidak satupun bobotnya pengikisan pada permukaan tablet. Uji
menyimpang dari bobot rata–ratanya kerapuhan tablet ini berhubungan
lebih besar dari kolom B (15%)8. Untuk dengan kehilangan bobot akibat
evaluasi keseragaman bobot tablet selain pengikisan yang terjadi pada permukaan
menggunakan standar Farmakope tablet. Kerapuhan tablet sebaiknya tidak
Indonesia Edisi IV juga dapat melebihi 1%7. Dari hasil uji kerapuhan
menggunakan harga koefisien variasi kedua formula tablet mempuyai nilai
(CV). Tablet dikatakan mempunyai persen kerapuhan dibawah 1%, sehingga
keseragaman bobot yang baik jika harga dapat dikatakan bahwa tablet telah
% CV kurang dari 5 %7. Tablet untuk memenuhi syarat uji kerapuhan tablet
keseluruhan formula memenuhi syarat yang baik. Dari hasil penelitian, dapat
uji keseragaman bobot sebab terlihat dikatakan juga bahwa tablet CTM
pada tabel 3, nilai % koefisien variasi formula K1 memilki persen kerapuhan
(CV) tiap-tiap formula kurang dari 5%. yang lebih baik dibandingkan tablet
Dari data yang diperoleh dapat dilihat CTM formula K2, perbedaan persen
bahwa terdapat hubungan antara kerapuhan dapat dipengaruhi oleh
pengetapan dan sudut diam terhadap CV kompresibilitas granul dan kekerasan
formula tablet, yakni dengan semakin tablet. Tablet dengan sifat
baik sifat alir suatu granul maka indeks kompresibilitas granul dan kekerasan
Tabel 3. Data Hasil Uji Evaluasi Mutu Fisik Tablet (x̅ ± CV, n = 3)
Evaluasi Tablet Formula
K1 K2
Bobot Tablet (mg) 203,74 ± 2,06 209,57 ± 2,80
Kekerasan (Kg) 6,90 ± 5,21 3,59 ± 4,17
Kerapuhan (%) 0,23 ± 8,69 0,62 ± 8,06
Waktu Hancur (Menit) 5,28 ± 3,78 2,19 ± 4,10
Penetapan Kadar 97,69 ± 2,87 100,21 ± 1,37
Keseragaman Kadar (%) 96,29 – 103,10 96,86 – 106,47
Disolusi Kumulatif (%) t45 103,67 ± 2,97 103,14 ± 2,67
Keterangan :
K1 = Laktosa 100 %
K2 = Amilum batang kelapa sawit 100 %
x̅ = Rata-Rata
CV = Coefisien Variation
n = Jumlah Replikasi
t45 = Menit ke-45

yang baik memiliki daya ikat antar bahan tambahan yang digunakan pada
granul dan kekompakan yang baik pula formulasi, perbedaan tekanan
sehingga kerapuhannya juga semakin pengempaan, adanya fines (serbuk) dan
kecil karena terjadinya pelepasan bobot kompresibilitas granul. Pada penelitian
dari tablet akibat adanya pengikisan juga ini, tablet CTM formula K1 dan K2
kecil. Dari hasil penelitian, kekerasan memiliki perbedaan jenis bahan pengisi
tablet CTM formula K1 yang diperoleh yang digunakan, pada formula K1
lebih keras dibandingkan tablet formula memiliki bahan pengisi dari laktosa
K2, sehingga tablet CTM formula K1 sedangkan formula K2 memiliki bahan
memiliki daya ikat antar granul dan pengisi dari amilum batang kelapa sawit,
kekompakan yang lebih baik sehingga tekanan yang digunakan saat
kerapuhannya juga semakin kecil. pengempaan sama sedangkan
Uji Kekerasan kompresibilitas granul yang didapatkan
Kekerasan tablet menggambarkan berbeda. Dari hal tersebut dapat
ketahanan tablet dalam melawan dikatakan bahwa perbedaan kekerasan
tekanan mekanik seperti goncangan, disebabkan oleh perbedaan bahan
benturan dan terjadi keretakan tablet pengisi dan sifat kompresibilitas granul
selama pengemasan, penyimpanan, yang berbeda, granul yang memiliki
transportasi sampai ke tangan pengguna. kompressibilitas yang baik, hanya
Pada umumnya dikatakan tablet yang membutuhkan sedikit tekanan
baik mempunyai kekerasan antara pengempaan untuk menghasilkan tablet
4 - 10 Kg. Hal ini tidak mutlak, artinya yang keras, sehingga dalam tekanan
kekerasan tablet kurang dari 4 Kg masih pengempaan yang sama tablet formula
dapat diterima akan tetapi kerapuhannya K1 lebih mudah menghasilkan tablet
tidak melebihi batas yang ditetapkan dan yang lebih keras dibandingkan formula
kekerasan tablet lebih besar dari 10 Kg K2. Sedangkan adanya fines yang
masih dapat diterima, akan tetapi masih banyak dapat menyebabkan tablet rapuh
memenuhi persyaratan waktu hancur karena tersusun dari serbuk yang sangat
dan disolusi yang dipersyaratkan7. Hasil halus sehingga kekerasannya rendah7.
evaluasi terhadap kekerasan tablet CTM Waktu Hancur
formula K1 dan K2 memenuhi syarat Waktu hancur merupakan waktu
dan menunjukkan kekerasan yang yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk
berbeda. Perbedaan kekerasan ini dapat hancur menjadi granul atau partikel yang
disebabkan oleh variasi jenis dan jumlah lebih kecil. Syarat waktu hancur tablet
tidak bersalut yakni tidak lebih dari 15 Indonesia Edisi IV yaitu tidak ada tablet
menit8. Berdasarkan hasil pengukuran yang menyimpang dari batas 93,0 % -
waktu hancur kedua formula sudah 107,0 % dari yang tertera pada etiket8.
memenuhi syarat waktu hancur yang Disolusi
telah ditetapkan. Tablet formula K1 Uji disolusi menggambarkan
memiliki waktu hancur yang lebih lama jumlah zat aktif yang terlarut dalam
dari tablet formula K2, hal ini dapat media disolusi, karena laju disolusi
dipengaruhi oleh tingkat kekerasan berhubungan dengan kemanjuran
tablet yang berbeda. Pada umumnya (efikasi) obat. Menurut Farmakope
tablet yang keras memiliki waktu hancur Indonesia Edisi IV (1995) menyatakan
yang lama (lebih sukar hancur) dan bahwa dimana dalam waktu 45 menit
disolusi yang rendah, kekerasan tablet CTM harus terlarut tidak kurang dari
juga berhubungan dengan densitas dan 75 % dari jumlah yang tertera pada
porositas7. Tablet yang keras memiliki etiket8. Berdasarkan hasil pengujian
porositas yang lebih rendah sehingga yang telah dilakukan didapatkan bahwa
daya penetrasi dan absorpsi air kedalam keseluruhan tablet CTM baik formula
pori-pori tablet lebih sulit, yang K1 maupun K2 memenuhi persyaratan
mengakibatkan ikatan antar partikel uji disolusi. Hal ini disebabkan oleh
granul lebih sulit untuk lepas dan waktu kelarutan dari tablet CTM itu sendiri
hancur juga semakin lama. yang sangat mudah larut dalam medium
Penetapan Kadar disolusi yang digunakan.
Uji penetapan kadar zat aktif Berdasarkan hasil uji evaluasi
bertujuan untuk mengetahui apakah sifat fisik tablet yang telah dilakukan,
kadar zat aktif yang terkandung dalam maka dapat disimpulkan bahwa tablet
suatu sediaan sesuai dengan yang tertera formula K1 dan K2 yang dihasilkan
pada etiket dan memenuhi syarat seperti memenuhi syarat sifat fisik yang baik.
yang tertera pada masing-masing Analisis Uji T (T-test)
monografi. Farmakope Indonesia Edisi Uji T dilakukan untuk mengetahui
IV (1995) menyatakan bahwa tablet ada tidaknya perbedaan signifikan antara
CTM mengandung tidak kurang dari formula satu dengan formula
93,0 % dan tidak lebih dari 107,0 % dari pembandingnya. Berdasarkan hasil
jumlah yang tertera pada etiket8. analisis dengan Uji T (T-Test) diperoleh
Berdasarkan hasil uji penetapan kadar hasil bahwa tablet yang menggunakan
CTM pada tabel 3, dapat terlihat bahwa bahan pengisi amilum batang kelapa
keseluruhan tablet CTM formula K1 dan sawit (K1) memiliki rata-rata yang
K2 memenuhi persyaratan Farmakope berbeda dengan tablet yang
Indonesia yaitu tidak ada tablet yang menggunakan bahan pengisi laktosa
menyimpang dari batas 93,0 % - 107,0 (K2) hampir diseluruh uji sifat fisik
% dari yang tertera pada etiket. tablet kecuali pada uji penetapan kadar
Keseragaman Kadar dan disolusi yang tidak berbeda
Uji keseragaman kadar dilakukan signifikan. Dengan demikian tablet yang
bertujuan untuk mengetahui apakah menggunakan bahan pengisi amilum
kadar zat aktif dari tablet satu dengan batang kelapa sawit dan laktosa berbeda
tablet yang lainnya adalah seragam dan signifikan. Namun kedua tablet ini
memenuhi syarat yang tertera pada memenuhi seluruh syarat uji sifat fisik
Farmakope Indonesia. Berdasarkan hasil tablet yang telah ditetapkan.
uji keseragaman kadar yang dilakukan KESIMPULAN
menunjukkan bahwa keseluruhan tablet Berdasarkan hasil penelitian yang
CTM baik Formula K1 maupun K2 telah dilakukan dan analisis data secara
memenuhi persyaratan Farmakope statistik dapat disimpulkan bahwa sifat
fisik tablet CTM yang dihasilkan dengan Farmasi Industri. Penerjemah Siti
menggunakan amilum batang kelapa Suyatmi. Jakarta : UI Press. hal 644-
sawit sebagai bahan pengisi tablet yaitu 662, 673-685, 690-703.
memenuhi seluruh uji sifat fisik tablet 5. Sapitri & Susanti. 2007. Penggunaan
yang baik, namun tidak sebaik dari Pati Pisang Sebagai Bahan
tablet CTM yang menggunakan bahan Penghancur Pada Tablet Antalgin.
pengisi laktosa serta sifat fisik tablet Laporan Penelitian. Surakarta :
yang berbeda signifikan hampir pada UST. hal 1-2.
seluruh uji tablet kecuali pada uji 6. Anastasia, D.S. 2011. Uji Amilum
penetapan kadar dan disolusi. Buah Pisang Barangan (Musa
DAFTAR PUSTAKA acuminata “AAA”) Sebagai Bahan
1. Ariansyah, Fitra., Amran Laga dan Pengisi pada Tablet Klorfeniramin
Meta Mahendradatta. 2011. Studi Maleat (CTM). Skripsi. Pontianak :
Ekstraksi Pati Berdasarkan Universitas Tanjungpura. hal 2, 52-
Ketinggian Batang Pohon Kelapa 53, 56-57.
Sawit (Elaeis guineensis). Jurnal. 7. Saifullah,T.N. 2007. Teknologi dan
Makasar : Universitas Hassanudin. Formulasi Sediaan Tablet.
hal 1-3. Yogyakarta : Pustaka Laboratorium
2. Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi
Teknologi Farmasi. Penerjemah Universitas Gadjah Mada. hal 1, 71-
Soendani Noerono. edisi V. 75, 80, 88, 90, 94-95, 133-135, 149-
Yogyakarta : UGM Press. hal 165- 156, 193-207.
226. 8. Departemen Kesehatan Republik
3. Ridwansyah. 2006. Pemanfaatan Pati Indonesia. 1995. Farmakope
Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Indonesia, Edisi IV. Jakarta :
Dekstrin. Tesis. Bogor : IPB. hal 33- Departemen Kesehatan Republik
39. Indonesia. hal 4-6, 107-108, 201-
4. Lachman, L., H.A. Lieberman, dan 211, 999-1000, 1043-1044, 1061.
J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek

Anda mungkin juga menyukai