Anda di halaman 1dari 10

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

PENGGUNAAN TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN:


TANTANGAN GURU PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Wyris Cayeni1, dan Ade Silvia Utari2


1
SDN11 Banyuasin1, 2SMPN 59 Palembang
e-mail: Wyriscayeni@gmail.com

Abstrak— Salah satu tantangan guru pada era revolusi industri 4.0 adalah penggunaan
teknologi dalam pendidikan yang menitik beratkan pada pergeseran dunia ke arah digital.
Perkembangan zaman yang diakibatkan inovasi atau terobosan dengan memanfaatkan
kecanggihan. Era revolusi industri 4.0 ditandai dengan cyber fisik dan kolaborasi manufaktur
berbasis komputerisasi digital dengan sistem berbasis Internet of Things (IoT) yang terkoneksi
secara mendunia. Pada umumnya, para ahli berpendapat bahwa teknologi berwajah ganda.
Pada satu pihak, teknologi memberi banyak kemudahan dan manfaat, sehingga ada guru yang
mengandalkan penggunaan teknologi dalam pendidikan. Namun, pada pihak lain, teknologi
juga dapat memberi dampak negatif pada pendidikan. Penggunaan scaffolding berupa
teknologi, dapat menghilangkan esensi dari pendidikan. Oleh karena itu, penggunaan teknologi
sebagai topangan pendidikan harus disertai dengan kesadaran untuk tetap mengakomodasi
dan mempertahankan esensi pendidikan bukan hanya menyangkut transfer pengetahuan,
tetapi juga memberi keteladanan, menanamkan nilai-nilai kebaikan, membina karakter,
menumbuhkan potensi “keunikan” setiap anak didik, memberi motivasi, dan rupa-rupa “hidden
curriculum” yang lain. Hal semacam itu tak dapat dicapai dengan hanya mengandalkan
topangan teknologi, tetapi butuh interaksi intersubyektif yang manusiawi antar guru-siswa, antar
siswa, dan antar guru dan siswa dengan sumber belajar. Oleh karena itu, sebuah pemikiran
mengenai “penggunaan topangan teknologi dalam pembelajaran, namun tetap memberi
“esensi” pendidikan”, perlu dengan kesadaran dilakukan oleh guru. Bila tidak, akumulasi
dampak negatif jangka panjang dari penggunaan topangan teknologi dalam pendidikan, akan
sangat besar. Kita mungkin justru akan kehilangan “hal yang penting” dalam pendidikan.

Kata Kunci— Penggunaan Teknologi Dalam Pendidikan,Tantangan Guru Revolusi Industri 4.0.

Abstract— One of the challenges of teachers in the Era of industrial revolution 4.0 is the use of
technology in education which focuses on shifting the world towards digital. Age developments
caused by innovation or breakthrough by utilizing sophistication. The era of industrial revolution
4.0 was characterized by cyber physical and computerized digital-based manufacturing
collaboration with an Internet-of-Things (IoT) based system that was globally connected. In
general, experts argue that multiple-faced technology. On the one hand, technology provides
many conveniences and benefits, so there are teachers who rely on the use of technology in
education. However, on the other hand, technology can also have a negative impact on
education. The use of scaffolding in the form of technology can eliminate the essence of
education. Therefore, the use of technology as an educational support must be accompanied by
an awareness to continue to accommodate and maintain the essence of education not only
concerning knowledge transfer, but also giving example, instilling good values, fostering
character, fostering the potential "uniqueness" of each student, giving motivation, and various
other "hidden curriculum". Such a thing cannot be achieved by relying solely on technological
support, but requires human-intersubjective interaction between teacher-students, between
students, and between teachers and students with learning resources. Therefore, a thought
about "the use of technological support in learning, but still gives" the essence "of education", it
is necessary with awareness carried out by the teacher. If not, the accumulation of long-term
negative impacts from the use of technological support in education will be very large. We might
actually lose the "important thing" in education.

Keywords— Use of Technology in Education, Teacher's Challenge Industrial Revolution 4.0.

——————————  ——————————

658
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

PENDAHULUAN
Menurut Pujiriyanto (2012) Teknologi menghadang kehidupan manusia dapat
yang merupakan bagian hasil kebudayaan diatasi. Demikian seterusnya, kehadiran
sudah hadir di bumi ini hampir sepanjang satu teknologi untuk mengatasi masalah
sejarah peradaban manusia. Bermula dari tertentu, akan disusul oleh kehadiran
sekedar alat atau sistem peralatan, teknologi teknologi lainnya, yang (dianggap) lebih
pada awal sejarah peradaban manusia maju untuk mengatasi persoalan yang baru
masih demikian sederhana dan digunakan pula, hingga suatu ketika muncul teknologi
untuk kepentingan praktis tertentu. modern di dunia Barat menurut Surakhmad
Umpamanya, untuk memenuhi kebutuhan (2005).
hidupnya, manusia menciptakan tombak Sejarah revolusi industri dimulai dari
yang jika dilemparkan dengan satu hentakan industri 1.0, 2.0, 3.0, hingga industri 4.0.
tenaga tertentu dapat melesat dan Fase industri merupakan real change dari
mengenai hewan perburuannya. Dengan perubahan yang ada. Industri 1.0 ditandai
demikian, menciptakan teknologi sebagai dengan mekanisasi produksi untuk
cara mereka menghadapi segala menunjang efektifitas dan efisiensi aktivitas
permasalahan yang melingkupi hidup manusia, industri 2.0 dicirikan oleh produksi
mereka. massal dan standarisasi mutu, industri 3.0
Kemudian, teknologipun semakin ditandai dengan penyesuaian massal dan
berkembang seiring dengan jumlah fleksibilitas manufaktur berbasis otomasi
tantangan yang dihadapi manusia. Dengan dan robot. Industri 4.0 selanjutnya hadir
pertumbuhan jumlah manusia yang menggantikan industri 3.0 yang ditandai
membesar, manusia semakin membutuhkan dengan cyber fisik dan kolaborasi
ketersediaan kebutuhan hidup mereka dan manufaktur (Irianto, 2017). Istilah industri 4.0
lingkungan baru yang sesuai untuk dihuni berasal dari sebuah proyek yang diprakarsai
dalam kuantitas dan kualitas yang bagus oleh pemerintah Jerman untuk
pula. Sumber daya alampun telah mempromosikan komputerisasi manufaktur.
termanfaatkan dan karenanya menimbulkan Lee et al (2013) menjelaskan, industri
perubahan-perubahan lingkungan, tetapi 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi
kebutuhan-kebutuhan manusia tetap belum manufaktur yang didorong oleh empat
terpenuhi. Akhirnya, muncul kesadaran faktor: 1) peningkatan volume data,
manusia, bahwa dengan kondisi lingkungan kekuatan komputasi, dan konektivitas; 2)
alam yang demikian, manusia tidak dapat munculnya analisis, kemampuan, dan
hidup secara layak. Manusia harus lebih giat kecerdasan bisnis; 3) terjadinya bentuk
lagi mengembangkan potensi-potensi interaksi baru antara manusia dengan
akalnya dan menyalurkan potensi-potensi mesin; dan 4) perbaikan instruksi transfer
tersebut lewat penciptaan teknologi agar digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D
kesulitan-kesulitan dan tantangan yang printing. Lifter dan Tschiener (2013)

659
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

menambahkan, prinsip dasar industri 4.0 teknologi digital. Perkembangan teknologi


adalah penggabungan mesin, alur kerja, dan digital telah mengubah berbagai aspek
sistem, dengan menerapkan jaringan cerdas kehidupan manusia, tak terkecuali dalam
di sepanjang rantai dan proses produksi bidang pendidikan. Di bidang ini, muncul
untuk mengendalikan satu sama lain secara istilah e-learning sebagai bentuk
mandiri. penenarapan teknologi dalam pembelajaran
Hermann et al (2016)menambahkan, oleh para guru. Mengamati apa yang terjadi
ada empat desain prinsip industri 4.0. di lapangan, tampak bahwa ada variasi
Pertama, interkoneksi (sambungan) yaitu tingkat kemampuan guru dalam
kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan memanfaatkan teknologi untuk kepentingan
orang untuk terhubung dan berkomunikasi pendidikan/ pempelajaran di sekolah/
satu sama lain melalui Internet of Things kampus. Sebagian besar guru baru
(IoT) atau Internet of People (IoP). Prinsip ini menyadari akan pentingnya teknologi untuk
membutuhkan kolaborasi, keamanan, dan pendidikan/ pembelajaran, namun belum
standar. Kedua, transparansi informasi berupaya untuk menerapkannya.
merupakan kemampuan sistem informasi Sementara, pada sebagian kecil guru
untuk menciptakan salinan virtual dunia fisik lainnya, berkomunikasi satu sama lain
dengan memperkaya model digital dengan melalui Internet of Things (IoT) atau Internet
data sensor termasuk analisis data dan of People (IoP) bahkan ada guru yang
penyediaan informasi. Ketiga, bantuan mengandalkan penggunaannya dalam
teknis yang meliputi; (a) kemampuan sistem pembelajaran, seolah pemanfaatan
bantuan untuk mendukung manusia dengan teknologi tersebut dapat mengatasi semua
menggabungkan dan mengevaluasi problem pendidikan menurut Hermann et al
informasi secara sadar untuk membuat (2016)
keputusan yang tepat dan memecahkan Atas dasar itu, maka disini akan
masalah mendesak dalam waktu singkat; (b) membahas tentang tantangan guru pada era
kemampuan sistem untuk mendukung revolusi industri 4.0, khususnya dalam
manusia dengan melakukan berbagai tugas memanfaatkan teknologi untuk kepentingan
yang tidak menyenangkan, terlalu pendidikan. Pertama-tama akan diuraikan
melelahkan, atau tidak aman; (c) meliputi secara singkat mengenai tantangan guru
bantuan visual dan fisik. Keempat, pada era revolusi industri 4.0, kemudian
keputusan terdesentralisasi yang dibahas mengenai teknologi, penggunaaan,
merupakan kemampuan sistem fisik maya serta dampak-dampak/ keterbatasannya
untuk membuat keputusan sendiri dan dalam pendidikan, serta solusi bagaimana
menjalankan tugas seefektif mungkin. agar pemanfaatan teknologi tersebut justru
Secara sederhana, prinsip industri 4.0. tidak menghilangkan esensi dari pendidikan.
Fenomena seperti itu terjadi secara
menonjol berkenaan dengan perkembangan

660
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

PEMBAHASAN melibatkan seluruh pemangku kepentingan


1. Tantangan Guru Pada era revolusi politik global, mulai dari sektor publik,
industri 4.0 swasta, akademisi, hingga masyarakat sipil
Revolusi digital dan era disrupsi sehingga tantangan industri 4.0 dapat
teknologi adalah istilah lain dari industri 4.0. dikelola menjadi peluang (Tjandrawinata,
Disebut revolusi digital karena terjadinya 2016).
proliferasi komputer dan otomatisasi Kohler & Weisz (2016)
pencatatan di semua bidang. Industri 4.0 mengidentifikasi tantangan industri 4.0
dikatakan era disrupsi teknologi karena sebagai berikut; 1) masalah keamanan
otomatisasi dan konektivitas di sebuah teknologi informasi; 2) keandalan dan
bidang akan membuat pergerakan dunia stabilitas mesin produksi; 3) kurangnya
industri dan persaingan kerja menjadi tidak keterampilan yang memadai; 4) keengganan
linear. Salah satu karakteristik unik dari untuk berubah oleh para pemangku
industri 4.0 adalah pengaplikasian kepentingan; dan 5) hilangnya banyak
kecerdasan buatan atau artificial intelligence pekerjaan karena berubah menjadi
(Tjandrawinata, 2016). Salah satu bentuk otomatisasi Revitalisasisistem pembelajaran
pengaplikasian tersebut adalah penggunaan meliputi, 1) kurikulum dan pendidikan
robot untuk menggantikan tenaga manusia karakter, 2) bahan pembelajaran berbasis
sehingga lebih murah, efektif, dan efisien. teknologi informasi dan komunikasi, 3)
Kemajuan teknologi memungkinkan kewirausahaan, 4) penyelarasan, dan 5)
terjadinya otomatisasi hampir di semua evaluasi. Satuan pendidikan meliputi, 1) unit
bidang. Teknologi dan pendekatan baru sekolah baru dan ruang kelas baru, 2) ruang
yang menggabungkan dunia fisik, digital, belajar lainnya, 3) rehabilitasi ruang kelas, 4)
dan biologi secara fundamental akan asrama siswa dan guru, 5) peralatan, dan 6)
mengubah pola hidup dan interaksi manusia manajemen dan kultur sekolah. Elemen
(Tjandrawinata, 2016). peserta didik meliputi, 1) pemberian
Industri 4.0 sebagai fase revolusi beasiswa dan 2) pengembangan bakat
teknologi mengubah cara beraktifitas minat. Elemen pendidik dan tenaga
manusia dalam skala, ruang lingkup, kependidikan meliputi, 1) penyediaan, 2)
kompleksitas, dan transformasi dari distribusi, 3) kualifikasi, 4) sertifikasi, 5)
pengalaman hidup sebelumnya. Manusia pelatihan, 6) karir dan kesejahteraan, dan 7)
bahkan akan hidup dalam ketidakpastian penghargaan dan perlindungan.
(uncertainty) global, oleh karena itu manusia Menurut Aoun (2017), kemampuan
harus memiliki kemampuan untuk yang harus dimiliki peserta didik di Era
memprediksi masa depan yang berubah Revolusi Industri 4.0 adalah salah satunya
sangat cepat. Tiap negara harus merespon gerakan literasi baru sebagai penguat
perubahan tersebut secara terintegrasi dan bahkan menggeser gerakan literasi lama.
komprehensif. Respon tersebut dengan Gerakan literasi baru yang dimaksudkan

661
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

terfokus pada tiga literasi utama yaitu: 1) Nasionalisme dan artinya guru juga harus
literasi digital, diarahkan pada tujuan lebih memahami komunikasi bahasa asing
peningkatan kemampuan membaca, dalam pembelajaran dari pada peserta didik
menganalisis, dan menggunakan informasi Menurut Aoun (2017).
di dunia digital (big data), 2) literasi Gerakan literasi ini yang akan
teknologi, bertujuan untuk memberikan menjadikan pendidikan di Indonesia
penguasaan pada teknologi dan cara mengalami kemajuan mampu menjawab
aplikasi teknologidan 3) literasi manusia, tantangan di era revolusi industri 4.0.
diarahkan pada peningkatan kemampuan Mencapai semua tantangan tersebut
berkomunikasi dan penguasaan ilmu desain. tergantung pada guru sebagai nahkoda di
Tiga keterampilan ini diprediksi menjadi kelas untuk menciptakan sumber daya
keterampilan yang sangat dibutuhkan di manusia yang siap menghadapi sebuah
masa depan atau di era industri 4.0. tantangan dalam revolusi industri 4.0,
Praktik dalam pembelajaran guru karena pasar kerja membutuhkan multi-skill
harus menyajikan pembelajaran sebagai pada lulusan baik tingkat pendidikan
berikut. Pertama, literasi data dalam praktik menengah maupun tingkat pendidikan tinggi
pembelajaran anak didik harus diajarkan Menurut Aoun (2017).
memahami data, baik itu data kualitatif Seiring dengan sentralnya peranan
maupun data kuantitatif serta menyajikan era industri 4.0, perkembangan industri
pengelolaan informasi-informasi yang akan berbasis aplikasi teknologi akan
dikomsumsi. Kedua, literasi teknologi yaitu berkembang dengan cepat. Sementara itu,
meningkatkan kemampuan anak didik dalam ada tantangan untuk menghadapi
menggunakan informasi internet dengan persaingan global. Kemampuan bersaing
optimal dan memperluas akses dengan tersebut amat ditentukan oleh pendidikan
proteksi cyber security dengan meningkatn yang bermutu. Mutu yang dimaksud bukan
terobosan pembelajaran dengan hanya dapat memenuhi standar nasional,
memanfaatkan teknologi (Kristiawan, 2014). melainkan untuk memenuhi standar
Ketiga, literasi SDM/humanisme yang internasional agar sumber daya manusia
dikenal dengan literasi manusia. Pemerintah Indonesia mampu bersaing dengan negara-
menekankan pembelajaran dalam negara lain selain mampu menjadi “tuan” di
penguatan SDM dengan membiasakan anak negeri sendiri. Oleh karena itu, materi yang
didik dalam komunikasi dan desain atau diberikan oleh lembaga pendidikan, tidak
rancangan (Wandasari et al, 2019) bisa lagi bersandar pada standar lokal
(Wandasari, 2017) (Nopilda dan Kristiawan, maupun nasional, tetapi harus mengarah
2018). Sehingga anak didik memiliki pada standar internasional.
keunggulan dalam berkomunikasi dan anak Atas dasar tantangan demikian, dalam
didik juga harus bisa berkomunikasi bahasa mempersiapkan sumber daya manusia di
asing tanpa harus meninggalkan bahasa era revolusi industri 4.0. Guru harus memiliki

662
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

kompetensi dalam melakukan pembelajaran pendidikan sebagai bagian dari


yang berorientasi pada TIK dengan chronosystem harus menguatkan gerakan
penguatan literasi. Kemendikbud literasi baru (literasi digital, literasi teknologi,
mengembangkan gerakan literasi sekolah dan literasi manusia) (Trilling & Fadel,
(GLS). GLS adalah sebuah upaya yang 2009).
dilakukan secara bersama melibatkan
berbagai pihak seperti guru,peserta didik,
orang tua/wali murid dan masyarakat.
Gerakan literasi baru ini menekankan guru
harus memiliki tiga aspek yaitu literasi data,
literasi teknologi dan literasi humanisme
atau SDM. Dalam memasuki era revolusi
industri 4.0, Sejalan dengan adanya
dominasi peran teknologi dan terjadinya
pergeseran paradigma pendidikan dan
pembelajaran tersebut, guru sebagai
Gambar1.
pendidik professional dituntut harus selalu ChronosystemPendidikanEraIndustri 4.0
menyesuaikan dengan perubahan termasuk
Gambar 1 menunjukkan adanya
di era industri 4.0. guru diharapkan mampu
integrasi seluruh komponen seharusnya
memenuhi keterampilan abad 21 (21st
dapat dimediasi oleh sistem pendidikan
century skills); 1) pembelajaran dan
karena pada dasarnya pendidikan memiliki
keterampilan inovasi meliputi penguasan
kepentingan sangat besar untuk memediasi
pengetahuan dan keterampilan yang
seluruh elemen untuk meningkatkan kualitas
beraneka ragam, pembelajaran dan inovasi,
sistem pembelajaran, kualitas sistem
berpikir kritis dan penyelesaian masalah,
pendidikan, kualitas peserta didik, dan
komunikasi dan kolaborasi, dan kreatifitas
kualitas pendidik dan tenaga kependidikan
dan inovasi, 2) keterampilan literasi digital
demi menciptakan lulusan yang berdaya
meliputi literasi informasi, literasi media, dan
saing di era industri 4.0. (Trilling danFadel,
literasi ICT, 3) karir dan kecakapan hidup
2009)
meliputi fleksibilitas dan adaptabilitas,
Industri 4.0 banyak membawa
inisiatif, interaksi sosial dan budaya,
perubahan dalam kehidupan manusia.
produktifitas dan akuntabilitas, dan
Industri 4.0 secara fundamental telah
kepemimpinan dan tanggung jawab (Trilling
mengubah cara beraktivitas manusia dan
& Fadel, 2009).
memberikan pengaruh positif industri 4.0
Elemen yang berinteraksi dalam
berupa efektifitas dan efisiensi sumber daya
chronosystem harus mengintegrasikan fokus
manusia. Industri 4.0 menumbuhkan peserta
dari era industri 4.0 yaitu, fisikal, digital, dan
didik yang memiliki keterampilan dalam
biologikal. Elemen yang ada dalam
literasi digital, literasi teknologi, dan literasi

663
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

manusia. Pendidikan harus mampu perangkat keras dan perangkat lunak dan
membekali lulusan dengan ketiga literasi hal lain dengan E di depannya.
tersebut melalui revitalisasi chrono system Menurut Hermann dkk (2016)
yang meliputi system pembelajaran, satuan Pendidikan 4.0 adalah fenomena yang
pendidikan, peserta didik, dan pendidik dan merespon kebutuhan revolusi industry
tenaga kependidikan (Trilling dan Fadel, keempat dimana manusia dan mesin di
2009). selaraskan untuk mendapatkan solusi,
2. Penggunaan teknologi Pada era memecahkan masalah dan tentu saja
revolusi industri 4.0 dalam Pendidikan menemukan kemungkinan inovasi baru.
Pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi,
Munculnya teknologi modern, juga
menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan
teknologii nformasi dan komunikasi,
tantangan dan kebutuhan pada era
berkenaan dengan dinamika masalah
sekarang ini. Kurikulum yang membuka
kehidupan manusia beserta cara
akses bagi generasi milenial mendapatkan
mengatasinya. Dari segi hakekat dan
ilmu dan pelatihan untuk menjadi pekerja
fungsinya, yang diharap kan dari teknologi
yang kompetitif dan produktif.
adalah menjadi sarana pembebas dan
Berbicara masalah revolusi industri 4.0
perealisasi segenap potensi manusia. Atas
dan kaitannya dengan pendidikan yang telah
dasar itu, yang dimaksud penggunaan
dijelaskan diatas, tentu saja dunia
teknologi era revolusi industri 4.0 dalam
pendidikan adalah hal yang utama dan
pendidikan dalam konteks ini adalah
sentral untuk mengikuti arus revolusi
bagaimana memanfaatkan teknologi digital
industry ini karena akan mencetak dan
dalam pendidikan, sehingga peserta didik
menghasilkan generasi-generasi berkualitas
benar-benar “mengalami” apa yang
yang akan mengisi revolusi industri 4.0.
dimaksud dengan proses pendidikan
Pendidikan di era revolusi industri 4.0
tersebut, sehingga berkembang potensinya
berupa perubahan dari cara belajar, pola
secara optimal (Trilling dan Fadel, 2009).
berpikir serta cara bertindak para peserta
Lee et al (2013) menjelaskan
didik dalam mengembangkan inovasi kreatif
pendidikan 4.0 merupakan istilah umum
berbagai bidang.
yang digunakan oleh para ahli teori
3. Mengakomodasi dan Mempertahankan
pendidikan untuk menggambarkan berbagai
Esensi Pendidikan
cara untuk mengintegrasikan teknologi cyber
Mengingat tidak semua kompetensi
baik secara fisik maupun tidak ke dalam
dapat dicapai melalui pemberdayaan TIK,
pembelajaran. Ini adalah lompatan dari
maka penggunaan teknologi tersebut harus
pendidikan 3.0 yang mencakup pertemuan
disertasi dengan kesadaran untuk tetap
ilmu saraf, psikologi kognitif, dan teknologi
mengakomodasi dan mempertahankan
pendidikan, menggunakan teknologi digital
esensi pendidikan tersebut. Disertai dengan
dan mobile berbasis web, termasuk aplikasi,
kesadaran, dalam arti bahwa dalam usaha

664
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

mengakomodasi dan mempertahankan adalah penghayat nilai, kata Kuswana(2013)


esensi pendidikan dilakukan melalui usaha seperti halnya peserta didik, yang hidup,
sadar dan terencana, bukan terjadi secara tumbuh, dan berkembang dalam suatu
spontan sebagai respons atas perilaku komunitas, sehingga mereka perlu dibekali
siswa yang negatif (Suparno, 2002). bukan hanya pengetahuan, tetapi juga nilai-
Sebagai usaha pendidikan, nilai dan sikap-sikap hidup yang dianut dan
penanaman sikap dan nilai hidup diyakini masyarakatnya. Tujuan pendidikan
merupakan proses, maka mestinya dapat nilai, menurut UNESCO (1994), meliputi
diberikan melalui pendidikan formal dengan tindakan mendidik yang berlangsung mulai
direncanakan dan dirancang secara matang dari usaha penyadaran nilai sampai pada
(Suparno, 2002). Direncanakan dan perwujudan perilaku-perilaku yang bernilai.
dirancang tentang nilai-nilai apa saja yang
akan diperkenalkan, dan metode serta KESIMPULAN
kegiatan apa yang dapat digunakan untuk Agar tujuan pendidikan nilai seperti itu
menanamkan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai dapat terwujud, maka tak cukup hanya
yang akan ditawarkan dan ditanamkan dengan mengandalkan revolusi digital dalam
kepada siswa harus dilaksanakan secara pembelajaran. Interaksi intersubyektif
bertahap sesuai dengan tugas dan edukatif antara peserta didik dan pendidik,
perkembangan kejiwaan anak. antara peserta didik dengan sumber belajar,
Lickona (2013), menekankan dalam situasi pendidikan untuk mencapai
pentingnya diperhatikan tiga unsur dalam tujuan pendidikan tetap diperlukan. Interaksi
menanamkan nilai moral supaya berhasil, edukatif ini menjadi inti dari pendidikan
yaitu unsur pengertian, perasaan, dan sekolah, dan berlangsung secara terencana
tindakan moral. Ketiga unsur itu saling dan dilaksanakan secara sistematis untuk
berkaitan. Ketiga unsur itu perlu mencapai tujuan tertentu. Suatu interaksi
diperhatikan, supaya nilai yang ditanamkan disebut interaksi edukatif apabila interaksi
tidak tinggal sebagai pengetahuan saja tersebut secara sadar dilakukan dalam
tetapi sungguh menjadi tindakan seseorang. rangka mencapai tujuan yang bersifat
Menurut Muhadjir (2007), “seseorang bisa mendidik. Dalam aktivitas pendidikan yang
disebut pendidik apabila seseorang tersebut berujud interaksi di atas, proses mencapai
disamping memiliki pengetahuan lebih, juga tujuan selalu ditempuh melalui suatu media
mampu mengimplisitkan nilai dalam berupa bahan atau isi pendidikan dan
pengetahuan itu dan bersedia menularkan melibatkan pula suatu prosedur atau cara
pengetahuan beserta nilainya kepada orang yang dipakai pendidik dan peserta didik agar
lain”. Sementara menurut Depdiknas (2003), pencapaian tujuan tersebut dapat lebih
proses pembelajaran harus dilandasi oleh efektif dan efisien. Kemudian setiap interaksi
prinsip “mengembangkan beragam edukatif selalu berlangsung di dalam ruang
kemampuan yang bermuatan nilai”. Manusia dan waktu tertentu atau dalam situasi

665
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

lingkungan tertentu. Situasi lingkungan ini dan guru, sekedar kepanjangan aparat
berpengaruh terhadap usaha pencapaian birokrat di atasnya.
tujuan, sehingga harus dipertimbangkan Berbeda dengan itu, dalam paradigma
bahkan dimanfaatkan oleh pendidik. Karena pendidikan organik sekolah dipandang
itu faktor situasi lingkungan merupakan sebagai organisasi yang bersistem organik.
faktor penting pula dalam aktivitas pendidik. Sebuah sekolah dipandang sebagai
Dalam aktivitas pendidik, keenam hal gabungan dari berbagai interaksi, baik
tersebut (subyek didik, pendidik, tujuan, isi akademik maupun non akademik, yang
pendidikan, metode pendidikan dan situasi harus dikelola dengan baik. Tujuannya
lingkungan) membentuk pola interaksi atau adalah untuk mengembangkan peserta didik
saling mempengaruhi, namun faktor secara utuh, baik kemampuan intelektual,
integratifnya terutama terletak pada pendidik personal maupun sosial. Dalam paradigma
dengan segala kemampuan dan pendidikan organik semangat dan motivasi
keterbatasannya. untuk mencapai prestasi, dibangun melalui
Pada tingkat sekolah, agar pola interaksi pendidikan. Inti dari interaksi
interaksi semacam itu dapat tercipta, pendidikan adalah interaksi formal guru
menuntut perubahan paradigma pendidikan, dengan peserta didik dalam proses belajar
dari paradigma pendidikan mekanik ke mengajar. Meskipun interaksi tersebut
paradigma pendidikan organik (Zamroni, merupakan interaksi akademik, tetapi tidak
2007). Dalam paradigma pendidikan bisa dipisahkan dari interaksi non-akademik,
mekanik, sekolah menggunakan organisasi sehingga sekolah harus mengelola keutuhan
tradisional, dengan model komando dan dari seluruh interaksi tersebut, demi
kontrol. Menurut model ini, individu harus perkembangan peserta didik. Kepala
melaksanakan perintah yang dikomandokan sekolah berperan mendorong,
dari pucuk pimpinan. Seluruh kebijakan dan mengembangkan dan mengorganisir
pemikiran terletak pada pucuk pimpinan, keseluruhan proses interaksi serta
yang sepenuhnya memiliki hak-hak untuk mengelola energi yang dihasilkan dari
mengambil keputusan. Dalam hal ini, guru proses interaksi tersebut untuk diarahkan
lebih sebagai aparat birokrat, yang dikontrol demi kemajuan sekolah.
dan dikendalikan dari atas. Kepatuhan atas Jadi, menggunakan topangan
pedoman, petunjuk, dan pengarahan dari teknologi revolusi digital dalam
atas merupakan ciri guru yang baik. Dengan pembelajaran tetap harus mengakomodasi
demikian, kekuasaan sekolah berada di luar dan mempertahankan esensi pendidikan
sekolah. Kepala sekolah, guru, apalagi melalui peningkatan intensitas interaksi
peserta didik dan orang tua mereka, tidak intersubyektif edukatif manusiawi. Bila tidak,
memiliki kekuasaan terhadap akumulasi dampak negatif jangka panjang
penyelenggaraan sekolah. Kepala sekolah dari penggunaan topangan teknologi dalam
pendidikan, akan sangat besar. Kita

666
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

mungkin justru akan kehilangan “hal yang Data Environment. Manuf. Lett. 1 (1),
38–41.
penting” dalam pendidikan. Fenomena
9. Lickona, T. (2013). Educating for
reduksionisme dalam pendidikan, yang Character, How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. Bantam
bertumpu pada buku ringkasan materi plus
Books, New York.
soal-soal latihan yang sepertinya sudah 10. Liffler, M., &Tschiesner, A. (2013). The
Internet of Things and the Future of
menggejala dan membudaya, mungkin
Manufacturing. McKinsey & Company.
menunjukkan telah semakin hilangnya 11. Muhadjir. (2007). Mozaik Teknologi
Pendidikan e-learning.Jakarta: Prenada
esensi pendidikan. Membangun kesadaran,
media Group.
meningkatkan kompetensi, dan 12. Pujiriyanto. (2012). Teknologi
Pengembangan media dan
menumbuhkan kemauan pada guru untuk
Pembelajaran. Yogyakarta: UNY
memanfaatkan revolusi digital pembelajaran 13. Suparno. (2002). Ilmu, Teknologi, dan
Etika. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
secara optimal, sekaligus mengakomodasi
14. Surakhmad.(2005).Teknologi dan
dan mempertahankan esensi pendidikan, Dampak Kebudayaannya. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. Volume 1.
menjadi upaya strategis yang harus
15. Mangunwijaya (Editor). 1987. Teknologi
dilakukan. 16. Nopilda, L., & Kristiawan, M. (2018).
Gerakan Literasi Sekolah Berbasis
Pembelajaran Multiliterasi Sebuah
DAFTAR PUSTAKA Paradigma Pendidikan Abad Ke-
21. JMKSP (Jurnal Manajemen,
1. Aoun, J.E. (2017). Robot-proof: higher
Kepemimpinan, dan Supervisi
education in the age of artificial
Pendidikan), 3(2).
intelligence. US: MIT Press.
17. Tjandrawinata, R.R. (2016). Industri 4.0:
2. Depdiknas. (2003). Undang-Undang
Revolusi industry abad ini dan
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
pengaruhnya pada bidang kesehatan
2003 Tentang Sistem Pendidikan
dan bio teknologi. Jurnal Medicinus, Vol
Nasional. Bandung: Citra, Umbara.
29, Nomor 1, Edisi April.
3. Hermann, M., Pentek, T., & Otto, B.
18. Trilling, B & Fadel, C. (2009). 21st-
(2016). Design Principles for Industrie
century skills: learning for life in our
4.0 Scenarios. Presented at the 49th
times. US: Jossey-Bass A Wiley Imprint.
Hawaiian International Conference on
19. Wandasari, Y., Kristiawan, M., & Arafat,
Systems Science.
Y. (2019). Policy Evaluation of School’s
4. Irianto, D. (2017). Industry 4.0; The
Literacy Movement on Improving
Challenges of Tomorrow. Disampaikan
Discipline of State High School
pada Seminar Nasional Teknik Industri,
Students. International Journal of
Batu-Malang.
Scientific & Technology Research, 8(4).
5. Kohler, D, & Weisz, J.D. (2016).
20. Wandasari, Y. (2017). Implementasi
Industry 4.0: the challenges of the
Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
transforming manufacturing. Germany:
Sebagai Pembentuk Pendidikan
BPIFrance.
Berkarakter. JMKSP (Jurnal
6. Kristiawan, M. (2014). A Model for
Manajemen, Kepemimpinan, dan
Upgrading Teachers Competence on
Supervisi Pendidikan), 2(2).
Operating Computer as Assistant of
21. Zamroni. (2007). Menyemai Benih
Instruction. Global Journal of Human-
Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada
Social Science Research.
Media Group.
7. Kuswana, W.S. (2013). Filsafat
teknologi, vokasi dan kejuruan.
Bandung: Alfabeta Bandung.
8. Lee, J., Lapira, E., Bagheri, B., Kao, H.,
(2013). Recent Advances and Trends in
Predictive Manufacturing Systems in Big

667

Anda mungkin juga menyukai