Anda di halaman 1dari 7

Khutbah 1

Dengan bersyukur ke hadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya pagi
hari yang berbahagia ini kita menyambut kedatangan hari yang agung, hari
raya fitri, hari raya kemuliaan dan kesucian.

Dengan rasa haru dan penuh ikhlas, kita semua melepas bulan Ramadhan,
bulan yang luhur dan mulia yang dipenuhi dengan ampunan dan karunia. Kita
bertakbir, mengagungkan Allah SWT dan menyucikan-Nya dengan bertasbih,
menyucikan dari segala sesuatu yang tidak layak pada-Nya.

Takbir, tahlil dan tahmid silih berganti, berkumandang di angkasa raya


diucapkan dengan lisan yang fasih dengan penuh keikhlasan dan
kepasrahan. Rona dan wajah setiap Muslim menampakkan kebahagiaan
yang cemerlang dan ketulusan yang mendalam, jauh sampai ke lubuk hati.
Melukiskan kesan yang kuat dan mengakar ke dalam jiwa yang suci. Semua
itu merupakan perwujudan dari pernyataan syukur kita ke hadirat Allah SWT
atas segala karunia dan nikmat-Nya, terutama karunia yang paling agung
berupa petunjuk dan hidayah-Nya. Hidayah itu membibing kita meniti cahaya
yang terang benderang, menuju kehidupan yang sukses, lahir dan bathin. Kita
bersyukur telah dapat melaksanakan ibadah shiyam sebulan penuh dengan
ketabahan dan keikhlasan.

‫َش ْهُر َر َمَض اَن اَّلِذي ُأْن ِز َل ِفيِه اْلُق ْر آُن ُه ًد ى ِللَّن اِس َو َب ِّي َن اٍت ِمَن اْلُه َد ٰى َو اْلُفْر َق اِن َفَم ْن َش ِه َد ِم ْنُك ُم الَّش ْه َر َف ْل َي ُص ْم ُه‬

Artinya: "(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu
hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa
pada bulan itu. (Al-Baqarah [2]: 185)

Pagi ini, kita merayakan Idul Fitri, hari raya kesucian yang dinantikan
kehadirannya oleh setiap insan yang beriman, dengan demikian kita kembali
kepada fitrah, yaitu kemurnian dan kesucian. Kembali kepada kemurnian dan
kesucian berarti kita kembali kepada suasana yang bersih terlepas dari dosa
dan kesalahan. Setiap orang yang melaksanakan puasa Ramadhan sesuai
dengan petunjuk al-Qur'an dan al-Sunnah akan terlepas dosa dan
kesalahannya sehingga menjadi suci kembali, seperti bayi yang baru
dilahirkan dari rahim ibunya. Kesucian yang telah kita peroleh dengan susah
payah itu hendaklah terus dipertahankan sampai bulan-bulan berikutnya
dengan meningkatkan iman dan takwa kita serta bertaqarub kepada-Nya
dengan tunduk dan patuh.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Puasa Ramadhan yang baru saja kita jalani membentuk setiap diri umat Islam
agar memiliki kemampuan untuk mengendalikan hawa nafsu dan dapat
meningkatkan potensi kesucian rohaninya. Ibadah shiyam dapat membentuk
jati diri Muslim yang pari purna dengan meningkatkan iman dan takwa kepada
Allah SWT. Iman dan takwa itu dibuktikan dengan senantiasa berpegang
teguh kepa petunjuk-Nya, melaksanakan segala perintah dan meninggalkan
segala larangan-Nya. Dengan mempertahankan kelestarian iman dan taqwa,
kita meniti jalan yang lurus untuk mencapai keridhaan Allah SWT, keridhaan
yang senantiasa didambakan oleh setiap manusia yang beriman. Menuju
keridhaan yang agung dan luhur itu harus ditempuh dengan melaksankan
ibadah dan amal shaleh secara ikhlas dan jujur, sesuai dengan ikrar kita yang
selalu kita ucapkan dalam do'a iftitah yang dibaca pada saat awal
melaksanakan shalat. "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu baginya dan
demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama kali menyerahkan diri (kepada Allah) (QS. al-An'am : 162-163).

Pembentukan jati diri dalam ibadah shiyam merupakan aktivitas yang sangat
penting dalam kehidupan seorang mukmin, karena dengan jati diri itulah kita
akan bersikap istiqomah dalam menjalani ajaran agama. Ibadah shiyam yang
kita laksanakan, harus mampu membentuk jati diri setiap Muslim dan
meningkatkan kualitasnya dari tahapan yang paling rendah menuju tahapan
yang paling tinggi.

Kaum Muslimin, para jemaah yang kami muliakan,

Pembentukan jati diri itu, menuju perubahan pada yang lebih sempurna,
sebagaimana yang dicontohkan oleh kehidupan para sahabat Nabi dan Tabiin
generasi awal. Perubahan yang sangat mendasar menuju jati diri yang
sempurna misalnya kita bisa mengambil contoh dar peristiwa berikut ini:

Pada suatu saat Rasulullah Muhammad SAW menerima tamu, seorang pria
dari kalangan musyrik Arab jahiliyah. Nabi menerima tamu itu sebagaimana
layaknya beliau menerima tamu yang lain, dihormati selayaknya dan
dipersilahkan duduk di ruang yang telah disediakan. Nabi SAW menyuguhkan
kepada tamu itu segelas air susu murni. Demikianlah kebiasaan dan
kebangaan orang-orang Arab pada waktu itu, mereka sangat berbahagia
sekali apabila dapat menyuguhkan pada tamunya air susu murni yang mereka
perah dari kambing atau unta.

Setalah disuguhi segelas air susu, tamu itu meminumnya sampai habis.
Kemudian Nabi menyediakan gelas yang keduanya, itupun diminum sampai
habis lalu Nabi menyediakan gelas yang ketiga itupun diminum sampai habis.
Hal itu terus berlangsung sampai tujuh gelas. Pertemuan itu kemudian berlalu
begitu saja, tidak ada hal yang perlu dicatat, pria Arab jahiliyah kembali ke
rumahnya dan Nabi pun melaksanakan aktivitas dakwahnya sebagaimana
biasa.

Kira-kira beberapa bulan setelah itu, pria Arab jahiliyah tadi masuk Islam,
sebagai seorang mualaf dia merasa ketinggalan dengan para sahabat lain,
karena itu dia terus mempelajari agama dengan sungguh-sungguh dan
mengamalkannya dengan baik. Dalam jangka waktu tidak begitu lama pria
mualaf itu telah menjadi seorang Muslim yang sangat baik. Setelah menjadi
pria Muslim yang baik dia mengujungi rumah Nabi kembali. Nabi menerima
tamu mualaf ini, langsung teringat dengan kunjungan yang pertama dulu,
kemudian Nabi menyediakan segelas air susu, sebagaimana dulu
menyediakannya. Pria mualaf itu kemudian minum segelas air susu yang
disediakan oleh Nabi sebagaimana dulu ia meminumnya.

Ketika Nabi akan menyediakan gelas yang kedua, tiba-tiba pria mualaf itu
mengatakan, "Wahai Rasulullah cukup untukku, cukup untukku dengan
segelas susu itu." Nabi SAW mengomentari sikap pria mualaf yang telah
berubah drastis dari kebiasaan jahiliyahnya dan menggantinya dengan jati diri
seorang Muslim, beliau mengatakan:

‫اٍء‬ ‫ْب َع ِة َأْم َع‬ ‫َر ُب ِفي َس‬ ‫اِفُر َي ْش‬ ‫ٍد َو اْل َك‬ ‫َر ُب ِفي ِم ًع ى َو اِح‬ ‫ْؤ ِمُن َي ْش‬ ‫اْل ُم‬

Seorang mukmin cukup meminum dengan satu gelas, sedangkan orang kafir
baru puas minum dengan tujuh gelas. (HR. Muslim. No Hadis: 3843)

Dari contoh itu kita bisa melihat secara langsung betapa besarnya perubahan
sikap dan jati diri dari seorang jahiliyah menjadi seorang mukmin. Pola hidup
yang tadinya dipenuhi dengan kerakusan digantinya dengan kesederhanaan.
Kesederhanaan dalam pola makan, dalam pola berpakaian dan bertingkah
laku. Manusia mukmin yang melaksanakan ibadah Ramadhan juga diarahkan
agar melakukan perubahan yang besar dalam membentuk jati dirinya, dari
manusia yang berkualitas rendah menjadi berkualitas tinggi menuju
kesempurnaan sesuai dengan ajaran Islam. Puasa Ramadhan pada
hakikatnya dapat membentuk jati diri seseorang menjadi pribadi yang
berkualitas dan memiliki kemampuan yang tinggi dalam meraih kesuksesan di
dunia dan akhirat. Salah satu jati diri manusia mukmin adalah berpola hidup
sederhana dan dapat mengendalikan nafsunya sehingga tidak terjerembab
dalam lembah kehinaan dan kehancuran.

Ada tiga macam nafsu yang sering menjerumuskan seseorang ke lembah


kehinaan yaitu nafsu dari dorongan perut, libido seksual, dan hawa nafsu
yang menyesatkan. Nabi SAW sangat mengkhawatirkan umatnya
terjerembab dalam tiga macam nafsu yang menghancurkan itu, sehingga
beliau bersabda:

‫َو ى‬ ‫اَّل ِت اْلَه‬ ‫ُروِجُك ْم َو ُمِض‬ ‫وِنُك ْم َو ُف‬ ‫َهَو اِت اْلَغ ِّي ِفي ُبُط‬ ‫ى َع َلْي ُك ْم َش‬ ‫ا َأْخ َش‬ ‫ِإَّن ِمَّم‬

Artinya: "Sesungguhnya aku mengkhawatiri kamu sekalian terjerembab dalam


keinginan hawa nafsu dari dorongan perutmu, dorongan seksualmu dan hawa
nafsu yang menyesatkan. (HR. Ahmad. No Hadis:18951)

Dalam kehidupan modern yang kita jalani sekarang, di mana sikap hidup
materialisme, konsumtivisme, dan hedonisme, terus menggerogoti masyarkat
kita, kita jumpai betapa banyakanya orang yang telah terjerembab dalam
lembah kenistaan dan kehinaan. Ada sebagian dari masyarakat yang
terjerembab ke dalam hawa nafsu perutnya sehingga ia menjadi budak
perutnya sendiri, maka ia pun makan secara berlebihan, minum secara
berlebihan, sehingga hidupnya hanya memenuhi dorongan perutnya. Orang
seperti ini tergolong dalam kelompok manusia yang paling buruk dari umat
Nabi Muhammad SAW.

Kalau orang pertama tadi menjadi budak perutnya sendiri, sehingga ia


terjerembab dalam kehinaan dan kehancuran, sedangkan kelompok kedua
banyak orang yang menjadi budak dari dorongan libidonya sehingga ia
menjadi budak nafsu seksualnya. Keadaan seperti ini lebih membahayakan
lagi, karena akan menimbulkan kerusakan dan kehinaan yang lebih parah.
Banyak keluarga dan masyarakat yang hancur karena menjadi budak libido
dan nafsu seksualnya. Akibat memperturutkan nafsu seksual banyak
menyebabkan manusia bergelimang dengan dosa, seperti; perselingkuhan,
perzinahan, dan timbulnya deviasi seksual yang mengerikan.

Kalau orang kedua tadi menjadi budak dari dorongan seksualnya sendiri,
maka kelompok yang ketiga, adalah manusia-manusia yang diperbudak oleh
hawa nafsunya sendiri, keadaan ini jauh lebih berbahaya lagi, karena
memperturutkan hawa nafsu akan mencampakkan pelakunya menuju
kehancuran yang sangat menakutkan. Bahkan terkadang hanya berapa detik
saja orang tidak bisa mengendalikan hawa nafusnya ia telah terjerumus
dalam kerusakan dan kehancurn dan penyesalan yang sangat berat selama-
lamanya di dunia dan akhirat Karena itu Nabi menyatakan: "Musuhmu yang
paling berbahaya adalah hawa nafsumu yang berada di antara kedua
lambungmu sendiri" (Ihya' Ulumuddin).
Al-Qur'an memperingatkan orang-orang yang terjerembab dalam kemauan
hawa nafsu yang menyesatkan, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-
Ahqaf: 20.

‫َو َي ْو َم ُيْع َر ُض اَّلِذيَن َكَف ُروا َع َلى الَّن اِر َأْذ َه ْب ُتْم َط ِّيَباِتُك ْم ِفي َح َياِتُك ُم الُّد ْن َي ا َو اْس َت ْم َت ْع ُتْم ِبَه ا َف اْل َي ْو َم ُتْج َز ْو َن َع َذ اَب اْلُه وِن‬
‫ُقوَن‬ ‫ا ُكْنُتْم َت ْف ُس‬ ‫ِّق َو ِبَم‬ ‫ِر اْلَح‬ ‫َت ْك ِبُروَن ِفي اَأْلْر ِض ِبَغ ْي‬ ‫ا ُكْنُتْم َت ْس‬ ‫ِبَم‬

Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada


mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam
kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya;
maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena
kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu
telah fasik".

Berbagai kejahatan timbul dalam kehidupan masyarakat, karena manusia


meuruti hawa nafsunya sendiri. Ibadah puasa Ramadhan yang telah kita
jalani dapat melatih dan melindungi diri kita agar tidak terjerembab dalam
kubangan hawa nafsu, sebagaimana yang disebutkan di atas. Dengan
demikian puasa dapat membentuk jati diri yang paripurna, menjadi manusia
Muslim yang beriman dan bertakwa.

Allahu Akbar, wa lillahil hamd


Hadirin dan hadirat yang mulia,

Kembali kepada fitrah yang suci dan bersih itulah yang sesungguhnya kita
jalani sekarang ini. Hari yang amat berbahagia ini dinamakan 'Idul Fitri', yaitu
kesucian dan keutuhan yang telah kita peroleh kembali setelah kita
melakukan puasa Ramadhan sebulan penuh. Karena itu hari ini adalah hari
kemenangan dan kejayaan bagi kita semua, karena kita telah berusaha
meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, ucapan yang paling
tepat kita ikrarkan pada hari ini adalah suatu do'a:

‫ْو ِلْي َن‬ ‫آِئِز ْي َن َو اْلَم ْق ُب‬ ‫ِدْي َن َو اْلَف‬ ‫ا ِمَن اْلَع آِئ‬ ‫الّلُهَّم اْج َع ْلَن‬

"Wahai Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali kepada


fitrah yang memperoleh sukses dan kemenangan serta diterima amal
ibadahnya oleh Allah Swt".
‫‪Dengan kembali kepada fitrah, kita akan mencapai kebahagiaan dan‬‬
‫‪kesuksesan lahir batin yang selalu kita harapkan. Sesuai dengan petunjuk‬‬
‫‪Ilahi, marilah kita bertakbir mengagungkan asma Allah atas segala petunjuk-‬‬
‫‪Nya dan marilah kita bersyukur atas segala rahmat dan karunia-Nya.‬‬

‫‪Semoga kita semua senantiasa dapat mengikuti petunjuk Allah dan‬‬


‫‪senantiasa‬‬ ‫‪memperoleh‬‬ ‫‪rahmat-Nya.‬‬ ‫‪Amiin.‬‬

‫ُه ََف ُه َو َس ِعْي ٌد َو َم ْن‬ ‫ِع َب اَد ِهللا ُأْو ِص ْي ُك ْم َو َن ْف ِس ْي ِبَت ْق َو ى ِهللا ِفي هَذ ا اْلِعْي ِد الَّس ِعْيِد‪َ ،‬و َأُح ُّث ُك ْم َع َلى َط اَع ِت ِه‪َ ،‬ف َم ْن َأَط اَع‬
‫َو ِلَس آِئِر اْلُمْس ِلِمْي َن‬ ‫َأْع َر َض َو َت َو َّلى َع ْن ُه َفُه َو ِفي الَّض َالِل اْل َب ِعْي ِد‪َ .‬أُق ْو ُل َق ْو ِلْي هَذ ا َو َأْس َتْغ ِفُر َهللا اْلَع ِظ ْي َم ِلْي َو َلُك ْم‬
‫ْو ُر ال*********َّر ِحْي ُم‬ ‫َو اْلَغ ُف‬ ‫ُه ُه‬ ‫َتْغ ِفُرْو ُه ِإَّن‬ ‫اِت‪َ ،‬ف اْس‬ ‫ْؤ ِم ِنْي َن َو اْلُمْؤ ِم َن‬ ‫ِلَماِت َو اْلُم‬ ‫‪َ.‬و اْلُمْس‬

‫‪Khutbah‬‬ ‫‪2‬‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ُهللا ْك َب ُر ُهللا ْك َب ُر ُهللا ْك َب ُر ‪َ .‬اْل َح ْم ُد ِ ِهلل َر ِّب اْلَع اَلِمْي َن َال ِإلَه ِإَّال ُه َو الَّر ْح مُن الَّر ِحْي ُم‪ْ ،‬ر َس َل َر ُس ْو َلُه َر ْح َم ًة ِلْلَع اَلِمْي َن ‪.‬‬ ‫َأ‬
‫ْل‬ ‫ّل‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫ِّل‬ ‫ّل‬
‫ال ُهَّم َص ِّل َو َس ْم َع َلى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى أِل ِه َو ْص َح اِبِه ْج َم ِعْي َن ‪ .‬ال ُهَّم اْر َض َع ِن ا ُخَلَف اِء الَّر اِش ِدْي َن َو َع ْن َج ِمْي ِع‬
‫ْو ِم ال******************ِّد ْي ِن‬ ‫اٍن ِإَلى َي‬ ‫اِبِعْي َن َو َم ْن َت ِبَع ُهْم ِبِإْح َس‬ ‫َح اَبِة َو الَّت‬ ‫‪.‬الَّص‬
‫ْل‬ ‫ْغ‬ ‫ّل‬ ‫ًة‬ ‫َذ‬ ‫ًن‬ ‫ْل‬
‫الّلُهَّم ِإ ا َن ْس َك ِإْي َم ا ا َك اِم َو َي ِقْي ا َص اِد ا َو َق ًب ا َخ اِش ًعا َو ِلَس ا ا اِك ًر ا َو َت ْو َب َن ُص ْو ًح ا‪َ .‬ال ُهَّم ا ِف ْر ِل ُمْس ِلِمْي َن‬
‫ًق‬ ‫ًن‬ ‫ًال‬ ‫ًن‬ ‫ُل‬‫َأ‬ ‫َّن‬
‫َو اْلُمْس ِلَماِت َو اْلُمْؤ ِم ِنْي َن َو اْلُمْؤ ِم َن اِت ْاَألْح يَاِء ِم ْن ُهْم َو ْاَألْم َو اِت ِإَّن َك َسِم ْيٌع َق ِر ْيٌب ُم ِجْيُب الَّد َع َو اِت‪ ،‬الّلُهَّم َأْص ِلِح الَّر ِع َّي َة‬
‫‪َ.‬و اْج َع ْل ِإْن ُد ْو ِنْيِس َّيا َو ِدَي اَر اْلُمْس ِلِمْي َن آِم َن ًة َر ِخَّي ًة ‪َ .‬ر َّب َن ا آِتَن ا ِفي ال*ُّد ْن َي ا َح َس َن ًة َو ِفي اآْل ِخ َر ِة َح َس َن ًة َو ِقَن ا َع َذ اَب الَّن ار‬
‫ِع َب اَد ِهللا ُأْو ِص ْي ُك ْم َو َن ْف ِس ْي ِبَت ْق َو ى ِهللا ِفي الِّسِّر َو اْلَع َلِن َو َج اِنُبوا اْلَف َو اِحَش َم ا َظ َهَر ِم ْن َه ا َو َم ا َب َط َن ‪ِ .‬إَّن َهَّللا َي ْأُمُر ِباْلَع ْد ِل‬
‫َو اِإْلْح َس اِن َو ِإيَت اِء ِذي اْلُقْر َب ى َو َي ْن َه ى َع ِن اْلَف ْح َش اِء َو اْلُم ْن َك ِر َو اْلَب ْغ ِي َيِع ُظ ُك ْم َلَع َّلُك ْم َت َذ َّك ُروَن ‪َ ،‬و َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َب ُر‪ُ ،‬هللا َأْك َب ُر‬
‫ُد‬ ‫‪َ.‬و ِهلل اْل َح ْم‬

‫‪(Dr.‬‬ ‫‪KH.‬‬ ‫‪Zakky‬‬ ‫‪Mubarak,‬‬ ‫‪MA,‬‬ ‫‪Rais‬‬ ‫‪Syuriyah‬‬ ‫)‪PBNU‬‬

‫‪Baca artikel detiksumut, "10 Khutbah Lebaran Idul Fitri 2023 yang Menyentuh‬‬
‫"‪Hati‬‬ ‫‪selengkapnya https://www.detik.com/sumut/berita/d-6684952/10-‬‬
‫‪khutbah-lebaran-idul-fitri-2023-yang-menyentuh-hati.‬‬

‫‪Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/‬‬

Anda mungkin juga menyukai