Anda di halaman 1dari 13

KECEMASAN, DEPRESI, DAN STRES PADA KEHAMILAN: IMPLIKASINYA

UNTUK IBU, ANAK, PENELITIAN DAN PRAKTIK

Christine Dunkel Schetter dan Lynlee Tanner

Tujuan Pembahasan

Untuk membahas secara jelas hasil penelitian yang terkini terkait dengan peran paparan depresi,
kecemasan, dan stres pada kehamilan terhadap ibu dan anak yang dilahirkan, dan memberikan
perhatian langsung terhadap temuan-temuan baru tentang kecemasan pada kehamilan, yang
berpotensi menjadi faktor risiko.

Temuan Terbaru

Kecemasan, depresi dan stres pada kehamilan merupakan faktor-faktor risiko timbulnya hasil
yang buruk baik untuk ibu maupun anak. Kecemasan pada kehamilan berhubungan dengan usia
kehamilan yang lebih singkat dan berdampak buruk terhadap perkembangan saraf janin serta
perkembangan anak nantinya. Kecemasan tentang suatu kehamilan tertentu bisa menjadi sangat
kuat. Rasa tegang yang berkepanjangan/kronis, paparan terhadap rasisme, dan gejala-gejala
depresi pada ibu selama hamil berhubungan dengan lahirnya bayi dengan berat lahir rendah dan
berdampak pada perkembangan bayi. Faktor-faktor risiko dan jalur terkait ini patut diteliti lebih
lanjut.

Ringkasan

Bukti-bukti, dan konsensus yang dikembangkan terkait dengan mekanisme biologis dan perilaku,
turut menentukan tahapan selanjutnya dari era ilmu psikiatri dan penelitian multidisiplin tentang
kehamilan untuk mengurangi beban dari stres dan depresi maternal, serta kecemasan pada masa
perinatal. Penting untuk mengidentifikasi tanda, gejala, dan batasan diagnostik yang menjamin
intervensi prenatal dan penting pula untuk mengembangkan suatu metode skrining yang efisien,
efektif, dan valid/akurat secara ekologi serta strategi intervensi yang dapat digunakan secara luas.

Kata Kunci : Kecemasan, depresi, kehamilan, stres prenatal, stres


PENDAHULUAN

Selama lebih dari satu dekade, psikiatri dan disiplin ilmu terkait telah menaruh perhatian terkait
dengan wanita hamil yang mengalami gejala-gejala kecemasan serta depresi selama
kehamilannya dan pada bulan-bulan setelah proses melahirkan. Current Opinion in Psychiatry
sendiri mempublikasikan ulasan yang relevan pada tahun 1998, 2000, 2004, 2007, 2008, 2009,
dan 2011, yang biasanya merujuk pada manajemen klinis pada depresi postpartum atau efek
penggunaan antidepresan terhadap ibu dan bayinya. Sementara itu, literatur lain berkembang
secara cepat di bidang disiplin kesehatan lainnya, khususnya ilmu kesehatan perilaku, psikolohi,
dan epidemiologi sosial, yang terkait dengan stres pada kehamilan dan dampaknya terhadap ibu,
bayi dan perkembangannya selama hidup. Tujuan dari dibuatnya artikel ini adalah untuk secara
jelas membahas hasil-hasil dari penelitian terkini tentang efek dari situasi/kondisi afek negatif
(merujuk seluruhnya pada kecemasan dan depresi) dan paparan stres dalam kehamilan, yang
terutama merujuk pada efek terhadap bayi yang dilahirkan. Kami berfokus secara spesifik pada
penelitian terbaru tentang kecemasan pada kehamilan, suatu konsep yang lebih baru yang
dianggap sebagai suatu faktor risiko dari ibu yang paling kuat terkait dengan timbulnya hasil
pada ibu dan anak yang buruk. Dengan mengangkat dan berfokus pada tema tersebut, kami
berharap dapat membantu menciptakan serta memberi arahan baru dalam penelitian dan
membantu praktik berbasis bukti dalam melakukan skrining dan protokol klinis.

Penelitian psikiatri terkait dengan kehamilan kebanyakan berfokus pada gangguan mental yang
dapat terdiagnosis, kecemasan primer, dan gangguan depresi, dan terkadang pada gangguan stres
pasca trauma setelah peristiwa buruk dalam hidup atau proses persalinan. Namun, banyak
penelitian ilmiah di luar bidang psikiatri yang memberikan banyak informasi tentang luasnya
gejala klinis selama hamil, seperti yang terukur dengan alat skrining seperti dengan
menggunakan Edinburgh Postpartum Depression Scale (EPDS), atau dengan Beck Depression
Inventory atau Center for Epidemiological Studies Depression Scale. Skor-skor dalam
pengukuran menggunakan skoring tersebut terkadang didikotomisasikan untuk mengelompokkan
subyek penelitian ke dalam kelompok depresi atau non-depresi, sebagai proksi untuk kategori
diagnostik, namun sebenarnya lebih sering digunakan sistem skoring yang kontinyu yang
mengukur derajat keparahan gejalanya. Gejala-gejala biasanya menunjukkan hubungan linier
atau dosis-respon dengan beberapa hasil seperti kelahiran prematur , berat bayi lahir rendah
(BBLR) , atau abnormalitas pada bayi. pemahaman terbaru kami terkait situasi/kondisi afek
negatif dalam kehamilan didasarkan pada studi-studi simtomatologi ini, bukan pada
penyelidikan/investigasi dari diagnosis yang sudah ditegakkan. Hal ini mungkin disebabkan
karena peneliti (investigator) kurang pengalaman klinis atau kurang pembiayaan untuk
melakukan wawancara diagnostik. Studi-studi lain terkait dengan diagnosis yang sudah
ditegakkan akan sangat membantu, khususnya dengan ukuran sampel yang lebih besar dan
pengontrolan terhadap penggunaan obat antidepresan serta variabel relevan lainnya. Akan tetapi,
temuan penelitian tentang gejala kecemasan dan depresi dalam kehamilan akan memberikan
informasi untuk klinisi terkait dengan skrining prenatal, deteksi awal, pencegahan, dan terapi
pada gangguan mood perinatal pada wanita-wanita hamil dan para ibu.

Perkiraan prevalensi depresi selama kehamilan bervariasi tergantung pada kriteria yang
digunakan, namun bisa mencapai 16% atau lebih pada wanita yang asimtomatik dan 5% pada
wanita dengan depresi mayor. Perusahaan memperkirakan tidak terdapat kecemasan prenatal,
demikian juga dengan alat skrining yang bisa digunakan, namun studi-studi terdahulu
menunjukkan bahwa banyak dari wanita yang mengalami kecemasan prenatal baik terhadap hal-
hal yang umum maupun kecemasan terkait kehamilannya itu. Bukti menunjukkan bahwa paparan
stres yang tinggi selama kehamilan lebih banyak terjadi, setidaknya pada subkelompok wanita
tertentu. Misalnya, studi terbaru pada sampel wanita-wanita berbeda yang hidup di perkotaan
menemukan bahwa 78%-nya mengalami stres psikososial dari yang ringan sampai yang berat
dan 6%-nya dalam derajat yang berat. Beberapa stressor yang biasanya mempengaruhi wanita
saat hamil di seluruh dunia adalah sumber daya materi yang kurang, kondisi pengangguran,
kondisi keluarga yang buruk dan tanggung jawab rumah tangga, ketegangan dalam hubungan
dengan pasangan, serta komplikasi kehamilan.

Saat ini banyak penelitian terkait dengan stres dan kondisi afek selama kehamilan sebagai
prediktor kondisi kehamilan dan hasil kelahiran tertentu. Yang paling banyak diteliti adalah
kelahiran prematur (usia kehamilan <37 minggu) dan BBLR (≤ 2500 gram). Keduanya bersifat
signifikan baik di Amerika maupun di negara lainnya karena insidensinya juga banyak di negara
lain dan juga akibatnya terhadap mortalitas serta morbiditas bayi. Diperkirakan dua pertiga
BBLR dilahirkan prematur. Sehingga, ada kecenderungan keduanya memiliki jalur etiologis
yang sama dan unik. Model teoretis terkini menekankan pada determinan biofisik dan budaya
serta interaksi dari berbagai determinan dalam pemahaman terkait outcome-outcome kelahiran
tersebut.

POINT PENTING

 Kecemasan, depresi, dan stres pada kehamilan merupakan faktor-faktor risiko terjadinya
hasil yang buruk bagi ibu dan anak.
 Kecemasan terkait kehamilan yang sedang terjadi (“kecemasan kehamilan”)
berhubungan dengan usia kehamilan yang lebih singkat dan dampak buruk terhadap
kelahiran prematur, perkembangan otak janin serta kondisi nak yang dilahirkan.
 Ketegangan berkepanjangan/kronis (termasuk rasisme jangka panjang) dan gejala depresi
pada ibu selama kehamilan berhubungan dengan berat lahir bayi yang rendah dengan
berbagai macam outcome kelahiran yang jelek.
 Faktor-faktor risiko tersebut dan jalur terkaitnya patut untuk diteliti lebih lanjut.
 Penting untuk menyetujui (membuat patokan) terkait tanda, gejala, dan batasan
diagnostik yang dapat memastikan intervensi prenatal dan untuk mengembangkan
metode skrining yang efisien, efektif dan valid serta strategi intervensi yang dapat
digunakan secara luas.

Stress dalam kehamilan


Dalam literatur stress selama kehamilan dan kelahiran anak, diulas dalam dua subyek,
yaitu kehamilan preterm dan BBLR

Stress pada kehamilan preterm


Lebih dari 80 penelitian ilmiah tentang stress dan kehamilan preterm akhir-akhir ini
diulas oleh Dunkel Schetter dan Glynn dimana sebagian besar penelitian menggunakan desain
penelitian prospektif, sampel yang besar dan pengukuran yang valid dan yang dikontrol cukup
baik untuk seperti masalah kesehatan, merokok, pendidikan, pendapatan dan keseimbangan.
Penelitian ini bisa dikelompokkan menurut dari tipe stress yang diperiksa. Banyak sekali
penelitian yang dipublikasikan menilai 'peristiwa besar selama kehamilan', sebagian besar
menemukan ada efek yang signifikan; wanita yang memiliki pengalaman menghadapi peristiwa
besar seperti kematian anggota keluarga yang mempunyai resiko 1,4 sampai 1,8 kali mengalami
hamil preterm, efek yang lebih kuat terjadi pada awal kehamilan. Gejala terberat kedua diteliti
dalam pengelompokkan yang lebih kecil dalam kejadian luar biasa, bencana alam ( gempa bumi
atau serangan teroris) juga menunjukan efek yang signifikan terhadap stress pada usia kehamikan
atau hamil preterm. Penelitian ketiga yang mempunyai efek kecil terhadap stress kronik seperti
tidak memiliki harta benda atau tidak memiliki rumah, semuanya dilaporkan memiliki efek yang
signifikan pada kehamilan preterm. Akhirnya pada sebagian besar penelitian terdahulu tentang
stressor yang berasal dari lingkungan, seperti kemiskina serta kriminalitas, memiliki efek yang
signifikan terhadap usia kehamilan dan terjadinya kehamilan preterm. Sebagai perbandingannya,
pertengkaran yang terjadi setiap hari serta stress yang selalu dialami ternyata tidak konsisten
untuk memprediksi terjadinya kehamilan preterm. Dengan demikian diantara banyak bentuk-
bentuk stres, tetapi tidak semuanya, berkontribusi pada resiko terjadinya hamil preterm.

Stres dan berat badan lahir rendah


Pembahasan kedua dari dampak stress terhadap berat badan lahir rendah (BBLR) dan
juga hamil prematur, akhir-akhir ini diteliti oleh Dunkel Schetter dan Lobel. Penelitian ini di
kelompokkan berdasarkan tipe stressor. Bukti klinis menunjukkan bahwa “peristiwa besar dalam
hidup”, besarnya penelitian secara konsisten berhubungan pertumbuhan janin atau berat bayi
lahir (BBL), sebagai pembandingnya “perceived stress” memiliki efek yang sedikit atau efek
yang tidak cukup signifikan. Bagaimanapun juga stressor kronik memiliki prediktor yang kuat
terhadap BBL. Sebagai contohnya, pada suatu penelitian yang dilakukan pada wanita yang
memiliki penghasilan yang rendah didapat bahwa pengangguran dan kepadatan penduduk
diprediksi beresiko 2 - 3,8 kali terhadap terjadinya BBLR. Sumber penting dari stress kronik
adalah rasis atau diskriminasi yang terjadi baik selama kehamilan maupun selama kehidupannya.
Rasis dan dekriminasi berkontribusi terhadap kelahiran yang independen dari tipe lain dari stress.
Sejumah besar penelitian menunjukkan bahwa rasis dan dekriminasi dapat mempengaruhi BBL,
terutama pada wanita afrika-amerika. Walaupun di dalam literature ini berfokus pada wanita
amerika, hal ini juga relevan kepada sebagian kecil wanita di negara lain.
Kesimpulanya, konflik yang berlangsung lama, rasis dan faktor terkait lainnya seperti
keadaan sosial merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap terjadinya BBLR. Sebagai
catatannya, investigasi terhadap stress kronik dan rasis biasanya tidak memperhitungkan gejala-
gejala depresi. Namun depresi mungkin menjadi mekanisme penting dimana efek yang terekspos
pada stres kronik dan rasis mempengaruhi pertumbuhan janin dan BBL seperti melalui psikologi
dan mekanisme perilaku.

Cemas dan afek depresi dalam kehamilan


Penelitian baru-baru ini pada gejala-gejala kecemasan dan depresi selama kehamilan diteliti
memiliki kesamaan dengan dua subyek yang berbeda ditemukan pada kelahiran prematur yang
memiliki BBLR

Afek dan hamil preterm


Kecemasan selama kehamilan secara signifikan dapat mempengaruhi usia kehamilan atau
hamil preterm sesusai 7 dari 11 penelitian yang baru saja dilakukan, hasil ini hanya tampak saat
pengukuran-pengukuran yang digabungkan atau pada subkelompok sampel. Banyak efek
konsistensi yang telah ditemukan. Pada jecemasan dalam kehamilan ( juga yang diketahui
sebagai spesifik kecemasan dalam kehamilan dan sama seperti stress dalam kehamilan ). Cemas
pada kehamilan muncul secara khas dan sindrom yang diketahui sebagai ketakutan dalam
kesehatan dan kesejahteraan bayi di rumah sakit dan pengalaman terhadap peduli kesehatan
( termasuk salah satunta kesehatan diri sendiri dan dalam mempertahankan kehamilan), pada
kehamilan yang akan datang dan setelah kelahiran dan juga pola asuh dan pola peran maternal.
Hal itu merupakan sebagian dari emosi yang mendekati dengan kecemasan. Tetapi lebih berbasis
pada kontektual, yang terkait secara spesifik pada pentingnya kehamilan. Selama ini diagnosis
untuk cemas selama kehamilan terdiri dari 4 derajat sifat yang masuk dalam suatu indeks
( 'perasaan cemas, gelisah, takut dan panik tentang kehamilan' atau menggunakan 10 item skala
yang menggambarkan kecemasan tentang pertumbuhan bayi, kehilangan bayi dan
membahayakan bayi selama kehamilan dan beberapa skala yang memiliki makna kebalikan dan
dapat menilai tingkat percaya diri seseorang dalam melakukan persalinan normal). Pengukuran
lain dapat dilakukan dengan baik.
Terdapat bukti empiris konvergen dalam penelitian terhadap populasi yang berlainan
mengenai efek samping kecemasan pada masa kehamilan pada hamil preterm dan usia kehamilan
saat melahirkan. Lebih dari 10 penelitian prospektif telah dilakukan dalam topik ini, yang
semuannya melaporkan efek signifikan selama kehamilan. Penelitian sebelumnya menggunakan
10 item skala yang menggabungkan dengan standar pengukuran pada kecemasan yang
memprediksi usia kehamilan pada bayi lahir, kontrol pada faktor risiko kesehatan, etnis,
pendidikan dan penghasilan, hasil ini juga memiliki efek yang independen pada sumber
kepribadian wanita ( percaya diri, harga diri dan rasa optimis) menggunakan teknik pembentukan
multidimensional kemudian sumber dari kecemasan pada kehamilan dan stress yang dirasakan di
prediksi untuk lamanya usia kehamilan melainkan cemas pada kehamulan ( 18 minggu selama
kehamilan) yang hanya diprediksi secara signifikan ketika semua 3 indikator telah diuji dengan
kesehatan dan kontrol risiko demografi. Sekurang-kurangnya 3 besar, control baik, penelitian
yang prospektif yang menggantikan hasil yang digunakan sama dengan mengukur cemas oada
kehamilan. Sebagian besar penelitian yang prospektif menemukan 4.885 kelahiran dari wanita
hamil yang memiliki kecamasan tinggi sekitar 1,5 kalikebih besar dari hamil preterm, setelah
dikontro konvariat sosiodemografik, medis, dan risiko obstetrik dan hal- hal yang mengenai
kondisi risiko pada kehamilan.
Kesimpulan, bukti terkini yang bersifat konvergen, mengindikasi bahwa prediksi cemas
saat kehamilan mengenai lamanya waktu bersalin secara linier. Selanjutnya cemas pada
kehamikan memiliki prediksi risiko spontan pada kehamilan preterm dengan efek yang nyata,
dapat dibandingkan untuk efek yang lebih besar dari faktor risikoyang diketahui seperti meroko
dan risiko kesehatan. Hal itu berbeda denhan pendapatan dan etnik grup di Amerika dan Kanada.
Konsistensi dalam menemukan batu loncatan untuk mendahului investigasi dan korelasi
kecemasan dalam kehamilan, efek mekanisme dan pengobatan yang ada.
Terdapat penelitian terhadap mood depresi atau gejala atau trauma dalam jumlah relatif
banyak mendapati efek simptomatis terhadap usia kehamilan dan hamil preterm. Penelitian di
Swedia menemukan evaluasi gejala depreai untuk kehamilan preterm [odd ratio(OD) = 1,56] dan
belakangan ini meta analisis menyimpulkan bahwa hamil preterm telah diasosiasi dengan depresi
di 11 penelitian. Bagaimanapun, secara umum efek ukuran penelitian relatif kecil dengan rata-
rata OR 1,13 [interval keyakinan(confidence interval (CI 1.07-1.30))

Afek dan Berat badan Lahir

Bukti yang ada saat ini lebihsering mengarah kepada peran dari gejala depresif terhadap etiologi
BBLR dengan dibandigkan dengan etiologi dari kelahiran preterm . Studi meta analisis saat ini
pada kehamilan dengan depresi, lebih dijelaskan lebih awal, dievaluasi dengan 20 penelitian dan
pada akhirnya menemukan bahwa gejala depresi yang tinggi berhubungan dengan 1.4 sampai 2.9
kali faktor resiko dari BBLR pada negara berkembang, dan 1.2 kali lebih tinggi pada rata-rata
orang USA. Review yang lain saat ini menemukan efek yang relatif besar pada ibu dengan gejala
depresi terhadap kelahiran bayidengan berat badan rendah melalui beberapa penelitian,dengan
efek terbesar terjadi pada wanita dengan penghasilan rendah, wanita dengan status sosial rendah
dan wanita bukan berkulit putih. Lebih lanjut lagi, beberapa penelitiandengan diagnosis
gangguan, salah satunya melaporkan bahwa ibu dengan ganguan depresi memiliki faktor resiko
1.8 kali lebih besar melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Demikian bukti yang
menunjukkan bahwa ada peran yang besar dari gejala depresi terhadap kelambatan pertumbuhan
janin dang bayi dengan berat lahir rendah hingga pengaruh kepada waktu kelahiran atau
kelahiran yang preterm dan efek ini dikemukakkan untuk wanita yang kurang beruntung dalam
hal ini. Pada penelitian yang lain, beberapa studi mengemukakan berbagai efek kecemasan
terhadap bayi dengan berat lahir rendah dengan beberapa pengecualian yang jarang ada.

Stres dan afek negatif pada terhadap berbagai tingkat kehamilan dan bayi yang dilahirkan

Bukti bahwa ibu yang stres, depresi, dan cemas selama kehamilan mempengaruhi perkembangan
neurologi pada bayi yang dilahirkan, dimana proses ini dikenal sebagai “fetal programming”.
Penelitian yang dilakukan pada hewan menunjukan bahwa induk dengan pengaruh stress negatif
mempengaruhi waktu belajar, perkembangan motorikdan tingkah laku pada keturunannya. Bukti
menunjukan bahwa hal ini terjadi karena mempengaruhi malalui perkembanagn saraf janin dan
hipotalamus adrenal axis (HPA axis). Gangguan mood pada ibu telah menunjukan aktivasi HPA
axis dan program HPA axis pada janin. Dingkatnya, paparan stres dari ibu dan afek yang stres
selama kehamilan mungkin membuat konsekuensi yang besar terhadap kesehatan dan tumbuh
kembang anak. Bukti ini telah dilaporkan oleh berbagai artike dan efek jangka panjangnya pada
kemampuan terhadap perhatian, perkembangan kognitif dan ,ntabiat yang takut, berkurangny
akemampuan bereaksi pada tahun awal kehidupan, dan impulsifitas, eksternalisasi dankecepatan
perkembangan menuju kedewasaan. Ibu yang stres juga dihubungkan dengan kelainan mental
yan terjadi pada anak keturunanya.

Ringkasan dan Permasalahan Utama


Sebagai ringkasan, terdapat bukti yang menguatkan bahwa kecemasan, depresi, dan stres dalam
kehamilan merupakan faktor resiko terhadap ibu dan anaknya. Lebih spesifij lagi, kecemasan
selama kehamilan berhubungan dengan lebih singkatnya masa kehamilan dsn mempengaruhi
perkembangan saraf pada janin dan anak yang dilahirkan. Pada akhirnya paparan yang kronis,
rasisme yang terjadi, gejala depresi pada ibu selamamengandung berhubungan dengan bayi yang
lahir dengan berat badan rendah dan sebagai konsekuensi nya akan berhubungan dengan
perkembangannya. Faktor rsiko yang lain perlu ebih jauh diteliti pada bayi dengan berat badan
lahir rendah dan kelahiran preterm. Berdasarkan rewiew ini wanita dengan tingkat stres tyang
tinggi, kecemasan dan depresu kan menyebabkan lebih banyak efek masa postpartum. Periode
pospartum akan terganggu, dan akan menyebabkan pengaruh terhadap kemampuan kualitas
menjadi orangtua.

Ringkasan 1, bukti yang telah dimuat secara singkat pada review dalam skematis yang mudah
menunjukkan hubungan keberdaan yang menonjol dengan catatan lebih kuat dan lebih banyak
bukti yang konsisten. Diagram simple ini dapat menjabarkan lebih jauh tentang hubungan
berbagai jenis keadaan dan tipe stress dan termasuk di dalamnya mekanisme yang
mempengaruhi bayi yang terlahir. Sebagai contoh, kejadian besar dalam kehidupan atau bencana
yang menimpa suatu komunitas dihipotesis meningkatkan kecemasan dalam kehamilan, dan
paparan ketegangan yang kronis meningkatkan resiko depresi. Efek dari ketegangan yang kronis
melalui jalur depresi yang berakibat pada bayi yang lahir dengan berat rendah tidak terlalu jelas,
namun pantas untuk diibuat penelitian lebih lanjut. Bersama-sama dengan adanya bukti dan
perkembangan consensus yang menyatakan bahwa secara biologi dan mekanisme perilaku yang
dipelajari menjelaskan bahwa hal ini dapat menjadi dasar untuk psikiatri di era ke depan dan
dengan kolaborasi dan disiplin ilmu yang mempelajari tentang kehamilan.

Mengapa kecemasan selama kehamilan?

Memang belum jelas mengapa kecemasan selama kehamilan memiliki efek yang besar kepada
ibu dan bayinya. Pada kenyataannya, konsep alamiah ini belum sepenuhnya dapat diterima,
masih menjadi pokok perhatian untuk dijelaskan. Kemungkinan yang membuat hal ini
berpengaruh adalah pengukuran kecemasan selama kehamilan baik pada karakteristik
disposional atau sifat-sifat dan keadaan lingkungan yang mempengaruhinya. Sebagai contohnya
perempuan yang sangat cemas tentang kehamilannya akan nampak lebih tidak aman. Pada suatu
latar belakang budaya tertentu merupakan suatu hal yang wajar bila memiliki cerita tentang
infertilitas atau memiliki kehamilan yang tidak direncanakan dan memiliki sedikit dukungan
social. Hasil ini menyatakan bahwa kerentanan yang ada selama kehamilan preterm dapat
dihubungkan dengan pengaruh social, keluarga, budaya dan kondisi lingkungan selama
kehamilan untuk meningkatkan tingkat kecemasan selama kehamilan, sehingga menimbulkan
akibat pada ibu – bayi – dan system plasental, khususnya selama masa-masa sensitive seperti
pada awal kehamilan. Proses ini kemudian memberi pengaruh negative pada perkembangan janin
dengan cara memprogram HPA aksis janin dan juga mempengaruhi kelahiran dini melalui ibu,
janin dan perubahan hormonal pada plasenta. Meskipun masih banyak hal yang belum kami
ketahui, tujuan kedepan yang sangat bermanfaat bagi para peneliti mungkin untuk
mengidentifikasi wanita dengan tingkat kecemasan yang tinggi sebelum konsepsi terjadi, sebaik
mengidentifikasi wanita dengan kecemasan yang tinggi selama kehamilan, dan khususnya pada
wanita yang cemas tentang hal-hal khusus tentang kehamilannya, misalnya tentang anak dan
kelahirannya, dan tentang kemampuan untuk menjadi orang tua berserta pasangannya. Wanita-
wanita inilah yang menjadi target utama untuk diberi perlakukan, contohnya perlakuan untuk
menurunkan tingkat stress yang berbasis bukti, pengobatan untuk mengatur mood seperti melalui
terapi kognitif dan terapi perilaku, terapi farmakologi, serta perawatan follow up selama post
partum untuk mencegah hasil yang merugikan baik bagi ibu, anak maupun keluarga.

Skrining Klinis terhadap gejala-gejala klinis dalam kehamilan

Skrining klinis untuk depresi dan kecemasan pada prenatal dan postpartum telah
direkomendasikan tetapi hal ini juga berpotensi meragukan. Topic persoalan yang menjadi
perhatian terletak pada alat skrining apa yang digunakan, apa saja kriteria ekslusi yang dipakai
untuk mengidentifikasi wanita yang berisiko, keperluan para ahli untuk memfolow up wanita
dengan angka yang meragukan untuk membuat diagnose; dan kepada mereka yang menetapkan
diagnose, ketersediaan usaha dan pengobatan yang manjur [50]. Persoalan ini harus diselesaikan
untuk skrining klinis pada prenatal (dan postpartum) supaya dapat direkomendasikan secara luas.
Sebagai contohnya, EPDS. EPDS menjadi golden standar untuk skrining depresi, baik pada
waktu sebelum persalinan maupun setelah persalinan. sebenarnya EPDS tidak hanya mengukur
gejala-gejala depresi depresi sajam namun juga mengukur gejala-gejala kecemasan, dimana hal
berkontribusi terhadap kerancuan tentang risiko-risikonya. Sebagai tambahan, para ahli telah
ditanyai tentang validitas penegakan diagnosis gangguan depresi yang menggunakan criteria
diagnosis standar untuk gangguan mood karena itu juga memuat gejala-gejala somatic yang khas
dari kehamilan seperti letih, gangguan tidur, dan perubahan nafsu makan [52].

Ada sebuah penelitian terkini yang juga berhubungan dengan hal ini yang melaporkan bahwa
wanita dengan gangguan depresi dan kecemasan memiliki risiko LBW lebih besar ,
dibandingkan dengan mereka yang hanya memiliki gejala depresi atau kecemasan atau tidak
keduanya. Sangat sedikit perhatian dari para peneliti yang menerima kombinasi dari gejala-
gejala. Kemudian sedikit peneliti yang sampai sekarang telah memeriksa kegunaan dan
kemungkinan dikerjalannya skrining pada kondisi stress atau kecemasan selama kehamilan.

Apabila skrining gejala-gejala afektif selama masa kehamilan menghasilkan: angka false
positif yang tinggi, angka follow up dan penyerahan pasien yang rendah, edukasi yang kurang
atau edukasi yang tidak efektif kepada wanita tentang arti dari hasil skrining yang dilakukan,
kekurangan dalam penatalaksanaan, dan atau tidak ada bukti intervensi yang secara ilmiah dapat
dipertanggung jawabkan, maka skrining klinis yang dipakai sebagai prosedur standar pada
keadaan prenatal yang spesifik tentu saja diragukan nilainyal. Namun, jika syarat-syarat yang
penting dapat dipenuhi, skrining kecemasan selama masa kehamilan, tingkat kecemasan, gejala-
gejala depresi, dan stress selama kehamilan dapat menghasilkan sesuatu yang berpotensi
menghasilakn keuntungan secara klinis bagi ibu dan anaknya.

Konteks yang lebih luas tentang kehamilan

Suatu pertimbangan mendasar dalam menerapkan skrining prenatal yang efektif, diagnosis, dan
penatalaksanaan merupakan konteks dari kehamilan pada wanita. Konteks ini meliputi
pasangannya, keluarganya, temannya, tetangganya, masyarakat luas, semua orang yang diketahui
mempengaruni kesehatan mental orang tersebut serta responnya terhadap diagnosis penyakit.
Oleh karena itu harus diberikan perhatian pada tingkat ini dalam skrining dan pengobatan
depresi, kecemasan, kecemasan selama kehamilan, atau stress selama kehamilan. Sebagai
contohnya, kemampuan seorang wanita untuk mengerti atau merespon diagnosis gangguan
mood atau kecemasan dan penerimaan pengobatan dapat dipermudah dengan menyertakan
pasangannya, keluarga dekat, atau teman dalam follow up setelah skrining. Selain itu keluarga
dan masyarakat dapat mengurangi atau malah meningkatkan upaya skrining dan pengobatan
wanita selama masa kehamilannya, sebagai hasil dari kepercayaan mereka, nilai dan tingkat
informasi mereka atau karena keterangan yang salah yang mereka terima.

Meskipun persoalan-persoalan ini telah diketahui sebagai hambatan pada pengobatan kesehatan
mental masyarakat pada beragam populasi, mereka belum juga menetapkan prosedur klinis yang
tepat yang digunakan pada masa kehamilan untuk follow skrining pada gangguan afektif. Hal ini
dapat berguna untuk mengidentifikasi tingkat pencegahan dan mengidentifikasi faktor apa saja
yang membuat wanita tersebut kembali sembuh secara cepat – seperti pengetahuan atau
keterampilan yang besar, self-efficacy, serta dukungan social – dengan tujuan untukmembuat
perencanaan intervensi. Jika upaya diarahkan untuk menguatkan sumber psikososial pada wanita
sedini mungkin, idealnya sebelum konsepsi, makan akan sangat mungkin kesehatan selama
masaprenatal dan hasil setelah prenatal akan menjadi lebih optimal.

Kesimpulan

Kesimpulannya, meskipun jumlahnya cukup besar, saat ini penelitian menunjukkan ada efek
yang berpotensi menimbulkan kerugian dari kondisi afek negative dan stress selama kehamilan
pada bayi yang terlahir, perkembangan janin dan bayi, serta kesehatan keluarga, kami masih
belum mengetahui secara jelas maksud yang spesifik dari fakta ini. Permasalah utama untuk
penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: bagaimana lepasnya seseorang dari faktor
independen dan faktor komorbid gejala-gejala depresi, gejala-gejala kecemasan, kecemasan
selama kehamilan, dan berbagai bentuk dari stress pada ibu dan bayi yang baru lahir; adalah
lebih baik untuk memahami konsep kecemasan selama kehamilan dan dan bagaimana
menggunakannya secara klinis; efek investigasi yang lebih lanjut dari gangguan afektif yang
berarti secara klinis pada ibu dan bayi yang dilahirkan, diambil dari sejumlah konteks social dan
lingkungan dari ibu.Seperti bertambahnya pengetahuan kami, merupakan suatu hal yang
mendesak untuk dilakukan identifikasi tanda-tanda, gejala-gejala dan titik awal untuk
menegakkan suatu diagnosis sehingga mengahasilkan intervensi yang tepat pada masa prenatal,
serta untuk mengembangkan efisiensi, efektifitas dan skrining ekoligikal yang valid dan strategi
intervensi yang dapat digunakan secara luas. Apabila faktor risiko dapat diidentifikasi sedini
mungkin pada kehamilan dan intervensi dirancangkan untuk masa prekonsepsi, banyak orang
akan percaya peluang kesempatan ini merupakan taruhan kami yang terbaik. Bagaimanapun juga
penelitian secara interdisipliner dan kolaborasi penting sekali untuk mendiskusikan masalah ini,
selain itu juga untuk mengurangi beban stress ibu, depresi dan kecemasan selama masa perinatal.

Anda mungkin juga menyukai