Seorang pria berusia 72 tahun yang masih menangani investasi di sebuah perusahaan
pialang mencari konsultasi atas desakan istrinya karena mengalami kesulitan dengan ingatannya
yang semakin parah dalam dua tahun terakhir. Klien telah mengekspresikan kekhawatiran
tentang kehilangan ingatannya kadang-kadang. Istrinya melaporkan bahwa ia seringkali
mengulangi pertanyaan-pertanyaan tentang janji-janji sosial dan menjadi marah saat istrinya
mengemukakan hal ini. Pemeriksaan fisiknya normal, tetapi pasien ini mengalami kesulitan
untuk mengingat unsur-unsur tentang cerita singkat dan menambah sedikit perubahan. Ia
memiliki skor 28 dari 30 pada Pemeriksaan Keadaan Mental Mini, yang mengindikasikan sedikit
gangguan fungsi kesadaran. Ia dicurigai menderita penyakit Alzheimer stadium awal. Bagaimana
seharusnya pasien dievaluasi dan diobati?
PERMASALAHAN KLINIS
Penyakit Alzheimer merupakan penyebab demensia yang paling sering di masyarakat
Barat, yang mempengaruhi sekitar 5 juta orang di Amerika Serikat dan 17 juta orang di seluruh
dunia. Angka kejadian tahunan diseluruh dunia meningkat dari 1% antara usia 60 sampai 70
tahun menjadi 6 sampai 8% pada usia 85 tahun atau lebih. Di negara-negara dimana
kelangsungan hidup pada usia 80 tahun atau lebih adalah hal yang biasa, jumlah orang pada
kelompok usia ini yang menderita penyakit Alzheimer sekarang mendekati 30% dan diduga akan
terus naik cukup besar. Permulaan penyakit ini bersifat tersembunyi dan membahayakan, dan
manifestasinya berkembang dalam beberapa tahun dari gangguan ingatan ringan menjadi
kehilangan kesadaran parah. Suatu keadaan transisional, yang disebut sebagai gangguan
kesadaran ringan, seringkali mendahului manifestasi paling awal dari penyakit Alzheimer.
Perjalanan penyakit Alzheimer bersifat progresif dan berakhir pada ketidakmampuan mental dan
fungsional dan kematian. Masa stabil kadang-kadang terjadi dimana derajat gangguan kesadaran
(kognitif) stabil selama 1 atau 2 tahun, tetapi setelah itu perkembangannya biasanya berlanjut.
Ketidakmampuan untuk menyimpan informasi yang diperoleh akhir-akhir ini biasanya
merupakan gejala awal, sedangkan kejadian-kejadian yang sudah lama terjadi relatif diingat
hingga kemudian. Dengan perkembangan penyakit, gangguan pada bidang kesadaran lainnya
(misalnya bahasa, penalaran abstrak, dan fungsi eksekutif atau pengambilan keputusan) terjadi
pada berbagai derajat dan biasanya bertepatan dengan kesulitan saat bekerja dalam situasi sosial
atau aktivitas rumah tangga. Perubahan-perubahan pada suasana hati dan afek (emosi) seringkali
menyertai penurunan dalam ingatan. Delusi dan perilaku psikosis biasanya tidak memberikan
tanda-tanda tetapi dapat terjadi pada suatu waktu dalam perjalanan penyakit tersebut. Kejadian
psikosis pada demensia stadium awal menunjukkan diagnosa lain, seperti demensia dengan
badan-badan Lewy.
Dalam otopsi, ciri-ciri patologi yang paling sering didalam otak pasien penderita penyakit
Alzheimer meliputi protein beta-amyloid ekstraseluler pada plak menyebar dan pada plak-plak
yang mengandung unsur-unsur syaraf yang mengalami degenerasi, yang disebut plak neuritik.
Perubahan-perubahan intraseluler meliputi endapan-endapan protein tau hiperfosforilasi, sebuah
protein kumpulan mikrotubula, dalam bentuk kekusutan neurofibliari. Luka-luka patologis ini
pertama-tama muncul di wilayah entorhinal hippocampus dan kemudian jadi menyebar. Dari
waktu ke waktu, terjadi kehilangan neuron dan synapse yang luas. Mekanisme patogenik yang
bertanggung jawab bagi perkembangan perubahan-perubahan ini belum diketahui.
Sebuah riwayat demensia dalam keluarga merupakan salah satu faktor resiko yang
dilaporkan paling konsisten untuk penyakit Alzheimer. Jarang ada kasus keluarga yang
mengalami pewarisan autosom dominan penyakit Alzheimer yang berkembang antara usia 30
sampai 50 tahun; sekitar separuh dari kasus ini berasal dari mutasi pada gen-gen yang
mengenkode protein precursor amiloid, presenilin 1, atau presenilin 2. Penelitian-penelitian
tentang gen-gen yang mengalami mutasi ini telah mengarah kepada penegasan bahwa penyakit
Alzheimer disebabkan oleh generasi dan agregasi peptida beta-amyloid, yang kemudian
membentuk plak neuritik. Walaupun beberapa ratus keluarga membawa mutasi ini, namun
mereka menjelaskan kurang dari 1% kasus.
Kerabat tingkat pertama pasien penderita penyakit permulaan lambat memiliki resiko
harapan hidup sekitar dua kali lebih besar karena penyakit tersebut. Penyakit ini juga lebih sering
cocok pada kembar monozigot daripada kembar dizigot. Orang-orang yang berasal dari keluarga-
keluarga yang memiliki banyak anggota yang menderita penyakit permulaan lambat mengalami
peningkatan resiko untuk demensia, tetapi penyebaran kasus tersebut jarang sesuai dengan
pewarisan mendelian.
Varian genetika yang mengenkode apolipoprotein (APOE) 4 merupakan satu-satunya
mutasi yang tak dapat dipungkiri terkait dengan bentuk penyakit Alzheimer permulaan lambat.
Resiko yang terkait dengan alel APOE 4 memuncak antara usia 60 sampai 80 tahun. Jika
dibandingkan dengan tidak adanya alel 4 APOE, keberadaan alel semacam itu terkait dengan
resiko penyakit tersebut sebanyak dua kali lipat atau tiga kali lipat seumur hidup, dan
keberadaan kedua salinan terkait dengan peningkatan pada resiko dengan faktor lima atau lebih.
Hubungan antara penyakit Alzheimer dengan varian pada reseptor 1 yang terkait sortilin
(SORL1), clusterin, protein penyusun clathrin yang mengikat phosphatidylinositol, dan sebuah
reseptor komponen pelengkap (3b/4b) telah dilaporkan, tetapi mekanisme yang mendasari
hubungan tersebut masih belum pasti.
Kadang-kadang, para pasien penderita penyakit Alzheimer awal hadir dengan gangguan
bahasa atau disfungsi perceptual bukan kehilangan ingatan. Dari waktu ke waktu, gangguan
ingatan maupun penurunan fungsional menjadi tampak pada pasien tersebut.
Para pasien penderita penyakit awal memiliki resiko yang semakin besar untuk
mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Akademi Neurologi Amerika merekomendasikan
agar para dokter melakukan penilaian yang hati-hati terhadap kemampuan mengemudi, termasuk
meminta pengasuh agar menilai kemampuan mengembudi pasien dan meninjau surat-surat lalu
lintas dan kecelakaan. Penilaian kognitif yang meliputi persepsi visual dan pelaksanaan tugas
berurutan mungkin juga sangat membantu dalam menilai kapasitas untuk mengemudi. Banyak
agen-agen kendaraan bermotor telah mensimulasi laboratorium mengemudi atau mau menilai
kemampuan mengemudi untuk sebuah biaya nominal. Informasi mengenai sumber-sumber untuk
mengevaluasi para pengemudi yang mungkin terganggu tersedia melalui Badan Pengurus
Keamanan Lalu Lintas Jalan Rasa Nasional (www.nhtsa.dot.gov).
PILIHAN PENGOBATAN
TERAPI OBAT
Penghambat (inhibitor) cholinesterase (donepezil, rivastigmine, dan galantamine) dan
antagonist reseptor N-metil-D-aspartat memantine merupakan satu-satunya pengobatan untuk
penyakit Alzheimers yang telah disahkan oleh Badan Pengurus Obat dan Makanan (Tabel 1).
Percobaan klinis acak terkontrol placebo terhadap penghambat cholinesterase telah melibatkan
pasien penderita penyakit Alzheimer ringan hingga sedang dan telah menunjukkan manfaat yang
signifikan namun kecil secara klinis dalam kaitannya dengan kesadaran, fungsi sehari-hari, dan
perilaku. Kondisi pasien yang mengkonsumsi obat-obatan ini masih tetap stabil selama setahun
atau lebih dan kemudian dapat menurun, melalui suatu angka yang lebih rendah daripada angka
pada pasien yang tidak diobati.
Donepezil 5 mg/hari pada waktu Mual, muntah, hilangnya Tersedia dalam satu
(Aricept) tidur sebelum atau nafsu makan, dosis tunggal harian
sesudah makan selama penurunan berat
4 sampai 6 minggu; badan, diare, pusing,
sesudahnya 10 kram otot, insomnia,
mg/hari, jika ditolerir dan impian yang jelas.
Galantamine 8 mg per hari, dibagi Mual, muntah, hilangnya Tersedia sebagai kapsul
(Razadyne) menjadi dosis pagi dan nafsu makan, yang dilepaskan
sore sesudah makan; penurunan berat lama (extended-
dosis ditambah badan, diare, pusing, release).
sebanyak 4 mg/hari sakit kepala, kelelahan
setiap 4 minggu jika
ditolerir, dengan
maksimal dosis harian
16 sampai 24 mg.
STRATEGI-STRATEGI LAIN
Penggunaan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid, terapi estrogen, vitamin antioksidan,
atau statin telah diusulkan untuk pencegahan penyakit Alzheimer, tetapi hasil percobaan acak
tidak konsisten atau negatif. Demikian halnya, keunggukan terapi pelengkap yang umum
digunakan (misalnya ginkgo biloba, asetil-L-carnitine, lecithin, huperzine A, piracetam,
curcumin, periwinkle, dan phosphatidilserine) tidak ditunjukkan pada percobaan acak. Sebuah
tinjauan terhadap Sembilan percobaan klinis acak tentang terapi pelatihan dan rehabilitasi
kognitif yang digunakan untuk mengatasi kehilangan ingatan dan fungsi intelektual lainnya
menunjukkan tidak adanya efek yang berarti.
DUKUNGAN PENGASUH
Orang-orang yang hidup dengan dan memberikan asuhan untuk pasien penderita
Alzheimer, bahkan pada fase awal penyakit, seringkali melaporkan stress (tekanan) emosional,
yang sebagian terkait dengan kebutuhan untuk menyerahkan liburan, hobi, atau bahkan
pekerjaan untuk mengasuh pasien. Para pengasuh seharusnya secara rutin diberi bimbingan dan
dukugan. Sumber-sumber bagi pengasuh dan pasien tersedia melalui asosiasi Alzheimer
(www.alz.org).
BIDANG-BIDANG KETIDAKPASTIAN
Penelitian lebih lanjut tentang metode penggambaran otak dan biomarker yang dapat
memfasilitasi pengidentifikasian pasien penderita penyakit Alzheimer awal diperlukan. Atropi
fokus terhadap gambar resonansi magnetik (MRI) wilayah temporal bawah, terutama
hippocampus, telah ditunjukkan memprediksi konversi dari gangguan kognitif ringan ke
penyakit Alzheimer. Akan tetapi, tidak ada teknik standar untuk menghitung atropi di lingkungan
klinis dan sensitivitas diagnosa dan kekhususan MRI tidak jelas.
Penelitian-penelitian telah menunjukkan bukti penurunan metabolism dan perfusi pdaa
cuping parietal pada 18F-fluorodeoksiglukosa – tomografi emisi positron (FDG-PET) merupakan
bukti atropi fokus pada MRI yang akurat dalam memprediksikan perkembangan dari g angguan
kognitif ringan sampai penyakit Alzheimer. Akan tetapi, PET scanning memerlukan biaya besar
dan saat ini belum tersedia secara luas, dan perannya dalam diagnosa masih belum pasti. PET
imaging dengan penggunaan senyawa pengikat amyloid, seperti senyawa B Pittsburg (PIB)
berlabel karbon 11, telah dilaporkan mengidentifikasi pasien penderita penyakit Alzheimer
awal. Beberapa orang tua yang normal tanpa demensia mengalami penahanan PIB yang hampir
sama dengan yang diamati pada pasien penderita penyakit Alzheimer, tetapi perkembangan ke
penyakit Alzheimer terjadi lebih cepat pada orang-orang penderita gangguan kognitif ringan
yang memiliki penahanan PIB daripada pada mereka yang tanpa penahanan (ingatan), yang
mengindikasikan bahwa endapan amyloid mungkin merupakan biomarker (penanda biologis)
awal tentang penyakit yang baru mulai.
Pengukuran penanda pada cairan cerebrospinal juga telah diusulkan untuk
mengidentifikasi penyakit Alzheimer awal. Diantara orang-orang yang menderita gangguan
kognitif ringan, berkurangnya kadar peptide beta-amyloid dan meningkatnya kadar tau total dan
tau fosforilasi pada threonine 181 telah memprediksikan diagnosa penyakit Alzheimer. Penilaian
memerlukan lumbar puncture dan tingkat diagnostik ambang dari penanda-penanda ini berbeda
antar penelitian. Ukuran-ukuran ini sekarang tersedia secara komersial dengan penafsiran klinis,
tetapi peran mereka pada prakteknya masih belum jelas.
PEDOMAN-PEDOMAN
Federasi Perhimpunan Neurologis Eropa telah menerbitkan rekomendasi untuk diagnosa
penanganan penyakit Alzheimer. Atas dasar percobaan acak yang ada, pengobatan dengan
inhibitor kolinesterase direkomendasikan bahkan untuk penyakit ringan atau awal; tidak ada
inhibitor kolinesterasi tertentu yang lebih dianjurkan daripada yang lain. Akademi Neurologi
Amerika menerbitkan rekomendasi praktis pada tahun 2001 yang belum diperbaharui. Pada
tahun 2000, Asosiasi Amerika untuk rekomendasi praktek Psikiatri Geriatrik yang juga
menekankan pengobatan dengan obat-obatan yang disetujui untuk gejala-gejala kognitif, serta
pengobatan simptomatik untuk manifestasi neuropsikiatrik, seperti depresi dan psikosis, dan
perhatian kepada masalah-masalah yang terkait dengan keamanan, seperti mengemudi, hidup
sendiri, dan pemberian obat.