ID Hubungan Tingkat Aktifitas Penyakit Dan
ID Hubungan Tingkat Aktifitas Penyakit Dan
ABSTRAK
*
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
**
Staf Pengajar Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
THE ASSOCIATION BETWEEN SLE DISEASE ACTIVITY AND ORGAN
DAMAGE IN DR. KARIADI HOSPITAL SEMARANG
ABSTRACT
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan jenis studi
kasus kohort retrospektif dimana pasien LES pada tahun 2013 dinilai kerusakan
organnya sementara aktifitas penyakit dinilai pada 6 bulan sebelumnya melalui rekam
medik dan dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP dr. Kariadi, Semarang pada
bulan Mei sampai dengan Juni 2014. Populasi penelitian ini adalah semua pasien
dengan LES (Lupus Eritematosus Sistemik) sementara populasi terjangkaunya
adalah semua pasien LES (Lupus Eritematosus Sistemik) yang berobat di RSUP dr.
Kariadi pada tahun 2013.
Kriteria inklusinya adalah pasien LES berdasarkan kriteria revisi ACR 1997
yang dirawat di RSUP dr. Kariadi Semarang, sedangkan Kriteria eksluksinya yaitu
pasien hamil atau menyusui, pasien LES kurang dari 6 bulan, serta data rekam medik
tidak lengkap. Cara pengambilan sampel dengan consecutive sampling dimana semua
data yang ada dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam
penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.
Dilakukan observasi dari arsip kasus dan memasukkan kode diagnosis untuk
Lupus Eritematosus Sistemik berdasarkan ICD-10 dengan kode M-32 pada sistem
data di Instalasi Rekam Medik RSUP dr. Kariadi. Subyek diambil dengan metode
consecutive, kemudian mengambil data pada data rekam medik rawat inap berupa
identitas subyek, diagnostik LES berdasarkan ACR 1997, dan menilai apakah subyek
mengalami atau tidak mengalami kerusakan organ dengan menggunakan penilaian
SLICC/ACR damage index. Setelah itu mengambil data pada rekam medik rawat
jalan 6 bulan sebelumnya untuk menilai aktifitas penyakit dengan mengisi tabel
penilaian MEX-SLEDAI dan menentukan berat-ringannya aktifitas penyakit pada
subyek penelitian.
Data ini diuji menggunakan uji hipotesis komparatif Chi-Square. Namun
karena syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, yaitu sel yang mempunyai nilai
expected count kurang dari 5, maka dipakai uji alternatifnya yaitu uji Kolmogorov-
Smirnov.
HASIL
Karakteristik Sampel Penelitian
Gambaran secara umum dari penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah kasus
LES di RSUP dr. Kariadi Semarang selama tahun 2013 adalah sebanyak 71 kasus.
Dari 71 pasien hanya 43 pasien yang memenuhi kriteria dan jumlah tersebut sesuai
dengan jumlah sampel minimal yang diperlukan yaitu 43 pasien. Dimana didapatkan
1 pasien laki-laki (2.3%) dan 42 pasien perempuan (97.6%).
Laki - Laki
Perempuan
`
Gambar 1. Prevalensi penderita LES berdasarkan jenis kelamin
Kelompok Usia n %
11 - 20 tahun 3 23%
21 - 30 tahun 6 46%
31 - 40 tahun 4 31%
Berdasarkan tabel 8, kerusakan organ terbanyak pada kelompok usia 21-30
tahun, diikuti dengan kelompok usia 31-40 tahun, dan kelompok usia 11-20 tahun.
Usia termuda pasien yang mengalami kerusakan organ adalah 15 tahun, sementara
Asal kota pasien LES berturut-turut berasal dari Semarang sebanyak 13 pasien
(30.2%); Demak dan Pati masing-masing sebanyak 5 pasien (11.6%); Grobogan
sebanyak 4 pasien (9.3%); Batang, Pekalongan, Blora, dan Salatiga masing-masing
sebanyak 2 pasien (4.6%); kemudian sisanya berasal dari Pemalang, Madiun, Jepara,
Tegal, Brebes, Rembang, Kendal, dan Kudus masing-masing sebanyak 1 pasien
(2.3%).
Kriteria yang paling banyak pada diagnosis LES berdasarkan sampel yang
didapatkan yaitu ANA +, kemudian diikuti dengan ruam malar dan artritis. Sementara
itu tidak didapatkan pasien degan anti-SM + dan antibodi antifosfolipid +.
Karakteristik n %
Gangguan muskulokutaneus 22 51.16%
Demam atau fatigue 19 44.18%
Hemolisis 11 25.58%
Artritis 7 16.27%
Gangguan Ginjal 3 6.97%
Serositis 3 6.97%
Leukopenia atau limfopenia 3 6.97%
Gangguan neurologi 2 4.65%
Vaskulitis 1 2.32%
Miositis 0 0%
Kerusakan Organ
Ya
Tidak
Kulit 4
Neuropsikiatri 3
Diabetes 3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Ringan 0 0 9 30
Keterangan :
Á
Kolmogorov Smirnov 2 sampel
* Signifikan p < 0.05
Dari uji hubungan antara aktifitas penyakit dan kerusakan organ dengan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov 2 sampel disebabkan terdapat 2 sel (33.3%)
yang mempunyai expected count kurang dari 5 dan didapatkan nilai p < 0.05 maka
dapat disimpulkan terdapat hubungan bermakna antara aktifitas penyakit dengan
kejadian kerusakan organ.
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa
LES lebih sering mengenai perempuan terutama pada usia-usia produktif. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang telah kami lakukan, yaitu didapatkan 42 pasien
perempuan dari total 43 pasien LES atau sebanyak 97.6%. Distribusi usia menurut
kelompok umur, terbanyak pada kelompok usia 21-30 tahun. Sementara distribusi
usia berdasarkan kerusakan organ terbanyak pada kelompok usia 21-30 tahun, diikuti
dengan kelompok usia 31-40 tahun, dan kelompok usia 11-20 tahun. Usia termuda
pasien yang mengalami kerusakan organ adalah 15 tahun, sementara usia tertua
adalah 36 tahun.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Friska Jifanti, dkk pada
tahun 2010 yang dilakukan di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, didapatkan
dominasi pasien perempuan yaitu sebanyak 83% sementara pasien laki-laki hanya
17%. Berdasarkan kelompok usia, pasien LES terbanyak berada di kelompok usia 41-
50 tahun dengan usia termuda 16 tahun dan usia tertua 48 tahun.6
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi patogenesis LES, salah satunya
adalah faktor hormonal. Mayoritas penyakit ini menyerang wanita muda dan menurut
beberapa penelitian menunjukkan terdapat hubungan timbal balik antara kadar
hormon estrogen dengan sistem imun. Estrogen mengaktifasi sel B poliklonal
sehingga mengakibatkan produksi autoantibodi berlebihan pada pasien LES.7-8
Pada penelitian yang telah kami lakukan terhadap 43 pasien LES didapatkan 9
pasien dengan aktifitas penyakit ringan, 23 pasien aktifitas penyakit sedang, dan
sisanya yaitu 11 pasien dengan aktifitas penyakit berat. Didapatkan 2 pasien
mengalami gangguan neurologis, 3 pasien mengalami gangguan ginjal, 1 pasien
mengalami vaskulitis, 11 pasien mengalami hemolisis, 7 pasien mengalami artritis,
22 pasien mengalami gangguan muskulokutaneus, 3 pasien mengalami serositis,
demam atau fatigue sebanyak 19 pasien, leukopeni atau limfopeni sebanyak 3 pasien
sementara tidak ada pasien yang mengalami miositis.
Lupus Eritematosus Sistemik merupakan penyakit autoimun yang
mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh dan berhubungan dengan morbiditas dan
mortalitas. Kerusakan organ pasien LES bersifat irreversible, dapat diamati secara
klinis dan semakin berkembang dari onset LES dimulai.9 Didapatkan 13 pasien
mengalami kerusakan organ. Dari 9 pasien dengan aktifitas penyakit ringan, tidak ada
yang mengalami kerusakan organ. 4 dari 23 pasien dengan aktifitas penyakit sedang
mengalami kerusakan organ, sementara 9 dari 11 pasien dengan aktifitas penyakit
berat mengalami kerusakan organ.
Kerusakan organ terbanyak pada sistem muskuloskeletal yaitu sebanyak 16%
pasien. Diikuti kerusakan pada sistem neuropsikitari dan kerusakan kulit pada 9%
pasien dan diabetes sebanyak 7% pasien. Sementara kerusakan organ yang paling
sedikit yaitu pada pembuluh darah perifer terjadi pada 4% pasien.
Hal ini ternyata cukup sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh C.
Gordon et al, dimana penelitian tersebut menyebutkan terdapat 40% dari total pasien
LES mengalami sedikitnya 1 jenis kerusakan organ. Kerusakan organ terbanyak yaitu
pada sistem muskuloskeletal (15% pasien), diikuti kerusakan pada sistem
neuropsikiatri sebanyak 11% dan kardiovaskular sebanyak 9% pasien. Kerusakan
organ yang paling sedikit ditemui yaitu adalah keganasan (3%), diabetes mellitus
(3%), dan premature gonadal failure pada 2% pasien.9
Uji hubungan antara aktifitas penyakit dan kerusakan organ menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov 2 sampel, karena terdapat 2 sel (33,3%) yang mempunyai
expected count < 5. Dari uji tersebut didapatkan nilai p < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara aktifitas penyakit dengan
kerusakan organ pasien LES.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh T.
Stoll, et. Dalam penelitian tersebut didapatkan terdapat hubungan yang kuat antara
aktifitas penyakit dengan kerusakan organ pasien LES, yang dinilai menggunakan
sistem BILAG selama 5 tahun.5 Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Zahra
Sayed, et al menyatakan bahwa berat ringannya aktifitas penyakit, frekuensi flare,
dan antibodi antifosfolipid positif berhubungan dengan kerusakan organ pada pasien
LES.10
Dikarenakan data yang digunakan adalah data sekunder, maka peneliti
mendapatkan beberapa keterbatasan dalam melakukan penelitan serta dalam
pengolahan data. Beberapa keterbatasan tersebut diantaranya adalah adanya
kemungkinan kesalahan dalam mencatat diagnosis, aktifitas penyakit serta kerusakan
organ pasien LES. Catatan medik yang kurang atau tidak lengkap juga menjadi
keterbatasan dalam penelitian ini. Selain itu waktu yang digunakan untuk penelitian
sangat kurang sehingga dalam mengerjakan analisis data yang lebih tepat menjadi
kurang maksimal.