Anda di halaman 1dari 12

Pengobatan Krisis Hipertensi Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan darah secepat dan

seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita. Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari keadaan yang merugikan atau munculnya masalah baru. Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.1,2

Penanggulangan Hipertensi Emergensi Bila diagnosa hipertensi emergensi telah ditegakkan maka tekanan darah perlu segera diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : 1. Rawat di ICU, pasang femoral intraarterial line dan pulmonari arterial catether (bila ada indikasi) 2. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik. 3. Tentukan penyebab krisis hipertensi 4. Singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis Hipertensi 5. Tentukan adanya kerusakan organ sasaran 6. Tentukan tekanan darah yang diinginkan didasari dari lamanya tingginya tekanan darah sebelumnya, cepatnya kenaikan dan keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan usia pasien. penurunan tekanan darah diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, tekanan darah sistolik tidak kurang dari 160 mmHg, ataupun MAP tidak kurang dari 120

mmHg selama 48 jam pertama, kecuali pada krisis hipertensi tertentu ( misal : disecting aortic aneurysm ). Penurunan tekanan darah tidak lebih dari 25% dari MAP ataupun yang didapat. - Penurunan tekanan darah secara akut ke tekanan darah normal atau

subnormal pada awal pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusi ke ke otak, jantung dan ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari permulaan,kecuali pada keadaan tertentu, misalnya dissecting aneurysma aorta. - Tekanan darah secara bertahap diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua minggu.1,2

Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).1,2

Obat

Penjelasan

1.Sodium Nitroprusside

Merupakan vasodilator direkuat baik arterial maupun venous. Efek samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif, hipotensi.

2.Nitroglycerini

Merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan dosis tinggi bertindak sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 5 menit, duration of action 3 5 menit. Dosis : 5 100 ug / menit, secara infus i. V. Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi

3. Diazolxide

Merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i.V bolus. Onset of action 1 2 menit, efek puncak pada 3 5 menit, duration of action 4 12 jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 75 mg setiap 5menit sampai tekanan darah yang diinginkan. Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah, distensi abdomen,hiperuricemia,dan aritmia.

4. Hydralazine

Merupakan vasodilator direk arteri.

Onset of action : oral 0,5 1 jam, i.v : 10 20 menit duration of action : 6 12 jam. Dosis : 10 20 mg i.v bolus : 10 40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi volume intravaskular. Efek samping : refleks takikardi, meningkatkan stroke volume dan cardiac out put,dan eksaserbasi angina. 5. Enalapriat Merupakan vasodilator golongan ACE inhibitor. Onset of action 15 60 menit. Dosis 0,625 1,25 mg tiap 6 jam i.v. 6.Phentolamine ( regitine ) : Termasuk golongan alpha andrenergic blockers. Terutama untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan

ketekholamin. Dosis 5 20 mg secar i.v bolus atau i.m. Onset of action :11 2 menit, duration of action : 3 10 menit.

7.Trimethaphan Termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi camsylate sistem simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 4 mg / menit secara infus i.v.

Onset of action : 1 5 menit. Duration of action : 10 menit. Efek samping : opstipasi, ileus, retensia urine, respiratori arrest, glaukoma,hipotensi,dan mulut kering.

8. Labetalol

Termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 80 mg secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of action :5 10 menit Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala,bradikardi, dan lain-lain. Labetolol juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam, duration of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons yang tidak dapat diprediksi dan komplikasi lebih sering dijumpai.

9. Methyldopa

Termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf simpatis. Dosis : 250 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 60 menit, duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test ( + ) demam, gangguan

gastrointestine, withdrawal sindrome dan lain-lain. Karena onset of actionnya tak terduga dan khasiatnya tidak konsisten,

obat ini kurang disukai untuk terapi awal. 10. Clonidine Obat golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-pelan dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan titrasi dosis. Onset of action 5 10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau beberapa jam. Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus obat.

Walaupun akhir-akhir ini ada kecenderungan untuk memberikan obat-obat oral yang cara pemberiannya lebih mudah tetapi pemberian obat parenteral adalah lebih aman. Dengan Sodium nitrotprusside, Nitroglycirine, Trimethaphan tekanan darah dapat diturunkan baik secara perlahan maupun cepat sesuai keinginan dengan cara mengatur tetesan infus. Bila terjadi penurunan tekanan darah berlebihan, infus distop dan tekanan darah dapat naik kembali dalam beberapa menit. Demikian juga pemberian labetalol ataupun Diazoxide secara bolus intermitten intravena dapat menyebabkan tekanan darah turun bertahap. Bila tekanan darah yang diinginkan telah dicapai, injeksi dapat dihentikan, dan tekanan darah naik kembali. Perlu diingat bila digunakan obat parenteral yang mempunyai masa kerja yang lama ataupun obat oral, penurunan tekanan darah yang berlebihan sulit untuk dinaikkan kembali.Hal yang kurang menguntungkan dengan obat parenteral adalah perlupengawasan yang tepat bagi pasien di ICU. Pilihan obat-obatan pada hipertensi emergensi

Dari berbagai jenis hipertensi emergensi, obat pilihan yang dianjurkan maupun yang sebaiknya dihindari adalah seperti berikut : 1. Hipertensi ensefalopati : Anjuran : Sodium nitroprusside, Labetalol, diazoxide. Hindarkan : B-antagonist, Methyidopa, Clonidine. 2. Cerebral infark : Anjuran : Sodium nitropsside, Labetalol, Hindarkan : B-antagonist, Methydopa, Clonidine. 3. Perdarahan intacerebral, perdarahan subarakhnoid : Anjuran : Sodiun nitroprusside Labetalol,. Hindarkan : B-antagonist, Methydopa, Clonodine. 4. Miokard iskemi, miokrad infark : Anjuran : Nitroglycerine, Labetalol, Caantagonist, Sodium Nitroprusside dan loop diuretic. Hindarkan : Diazoxide, Minoxidil. 5. Oedem paru akut : Anjuran : Sodium nitroroprusside dan loop diuretik. Hindarkan : Diazoxide, B-antagonist, Labetalol. 6. Aorta disseksi : Anjuran :Sodium nitroprussidedan B-antagonist, B-antagonist, labetalol. Hindarkan : Hydralazine, Diaozoxide, Minoxidil 7. Eklampsi : anjuran : Hydralazine, Diazoxxide, labetalol,cantagonist, sodium nitroprusside. Hindarkan: Trimethaphan, Diuretik, B-antagonist

8. Renal insufisiensi akut : anjuran : Sodium nitroprusside, labetalol, Caantagonist Hindarkan : B- antagonist, Trimethaphan 9. Mikroaangiopati hemolitik anemia : Anjuran : Sodium nitroprosside, Labetalol, Caantagonist. Hindarkan : B-antagonist. Dari berbagai sediaan obat anti hipertensi parenteral yang tersedia, sodium nitroprusside merupakan obat pilihan pada kebanyakan hipertensi emergensi. Karena pemakaian obat ini haruslah dengan cara tetesan intravena dan harus dengan monitoring ketat, penderita harus dirawat di ICU karena dapat menimbulkan hipotensi berat. Alternatif obat lain yang cukup efektif adalah Labetalol, Diazoxide yang dapat memberikan bolus intravena. Phentolamine, Nitroglycerine Hidralazine diindikasikanpada kondisi tertentu. Nicardipine suatu calsium channel antagonist merupakan obat baru yang diperlukan secara intravena, telah diteliti untuk kasus hipertensi emergensi (dalam jumlah kecil) dan tampaknya memberikan harapan yang baik.1,2 Penanggulangan hipertensi urgensi : Penderita dengan hipertensi urgensi tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit. Sebaiknya penderita ditempatkan diruangan yang tenang, tidak terang dan TD diukur kembali dalam 30 menit. Bila TD tetap masih sangat meningkat, maka dapat dimulai pengobatan. Umumnya digunakan obat-obat oral anti hipertensi dalam menggulangi hipertensi urgensi ini dan hasilnya cukup memuaskan. Obat-obat oral anti hipertensi yang digunakan antara lain:

1) Nifedipine : pemberian bisa secara sublingual (onset 5-10 menit).Buccal

(onset 5 10 menit),oral (onset 15-20 menit),duration 5 15 menit secara sublingual/buccal). Efek samping : sakit kepala, takhikardi, hipotensi, hoyong.
2) Clondine : Pemberian secara oral dengan onset 30 60 menit Duration

of Action 8-12 jam.


3) Captopril : pemberian secara oral/sublingual. Dosis 25mg dan dapat

diulang setiap 30 menit sesuai kebutuhan. 4) Prazosin : Pemberian secara oral dengan dosis 1-2mg dan diulang perjam bilaperlu. Dengan pemberian Nifedipine ataupun Clonidine oral dicapai penurunan MAP sebanyak 20 % ataupun TD<120 mmHg. Demikian juga Captopril, Prazosin terutama digunakan pada penderita hipertensi urgensi akibat dari peningkatan katekholamine. Perlu diingat bahwa pemberian obat anti hipertensi oral atau sublingual dapat menyebabkan penurunan TD yang cepat dan berlebihan bahkan sampai kebatas hipotensi (walaupun hal ini jarang sekali terjadi).Penderita yang telah mendapat pengobatan anti hipertensi cenderung lebih sensitif terhadap penambahan terapi.Sementara untuk penderita ini dan pada penderita dengan riwayat penyakit cerebrovaskular dan koroner, juga pada pasien umur tua dan pasien dengan volume depletion maka dosis obat Nifedipine dan Clonidine harus dikurangi.Seluruh penderita diobservasi paling sedikit selama 6 jam setelah TD turun untuk mengetahui efek terapi dan juga kemungkinan timbulnya orthostatis.
1,2

Komplikasi Krisis Hipertensi Komplikasi Hipertensi Urgensi

Pada hipertensi urgensi terjadi pelonjakan tekanan darah secara tiba-tiba, tetapi tidak ada kerusakan pada organ-organ tubuh dan tekanan darah dapat diturunkan dengan aman dalam waktu beberapa jam dengan obat anti-hipertensi.3 Komplikasi Hipertensi Emergensi Hipertensi Emergensi terjadi ketika terjadi kerusakan organ akibat dari tekanan darah sangat tinggi, ini dianggap sebagai darurat hipertensi. Ketika hal tersebut terjadi, tekanan darah harus dikurangi segera untuk mencegah terjadinya kerusakan organ. Kerusakan organ berhubungan dengan hipertensi darurat dapat meliputi: (a) Perubahan status mental seperti kebingungan atau koma (ensefalopati). (b) Perdarahan ke dalam otak (stroke). (c) Gagal jantung (d)Nyeri dada (angina) (e) Serangan jantung (f) Oedem paru (e) Aneurisme (f) eklampsia (terjadi selama kehamilan).3

BAB Kesimpulan

1. Krisis hipertensi adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa penderita yang memerlukan penanganan intensif di Rumah Sakit dengan pengawasan yang ketat. 2. Hipertensi urgensi perlu dibedakan dengan hipertensi emergensi agar dapat memilih pengobatan yang memadai bagi penderita. 3. Obat parenteral merupakan pilihan utama karena bisa bereaksi cepat dan aman. 4. Ketepatan diagnosa akan mempengaruhi pilihan obat guna keberhasilan terapi dalam menurunkan tekanan darah dan komplikasi yang ditimbulkan. 5. Untuk mencegah kerusakan organ akibat krisis hipertensi di Indonesia perlu dilakukan upaya pengenalan dini dan penatalaksanaan krisis hipertensi yang disepakati bersama.

Daftar pustaka: 1.Abdul, M. 2004. Krisis Hipertensi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1999/1/fisiologi-abdul %20majid.pdf [ 13 Augustus 2011]

2. Christy, H. 2011. Hipertensive Crisis. United States of America. Available at:


http://emedicine.medscape.com/article/1952052-overview#a30 [ 14

Augustus 2011] 3. Mayoclinic. 2010 . Hipertensive Crisis. United States of America. Available at:
http://www.webmd.com/hypertension-high-bloodpressure/guide/hypertensive-crisis [ 15 Augustus 2011]

Anda mungkin juga menyukai