Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PERBAIKAN SUB GRADE/ TANAH DASAR

MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAHAN KAPUR DAN ABU


SEKAM PADI PADA RUAS JALAN KI HAJAR DEWANTARA,
38 B BANJAR REJO LAMPUNG TIMUR - BATAS KOTA METRO

Yusuf Amran1, Sari Utama Dewi2


Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung.
E-mail : yusufamran @yahoo.com1, saridewi.dewi1981@gmail.com2

ABSTRAK

Tanah dasar sebagai pondasi perkerasan di samping harus mempunyai kekuatan atau
daya dukung terhadap beban kendaraan, maka tanah dasar juga harus mempunyai stabilitas
volume akibat pengaruh lingkungan terutama air. Tanah dasar di ruas Jalan Ki Hajar
Dewantara 38 B Banjar Rejo Lampung Timur perlu dilakukan analisa lebih lanjut karena
terindikasi tanah lempung. Ruas jalan tersebut adalah salah satu ruas jalan di Lampung
Timur yang sering mengalami kerusakan walaupun telah dilakukan perbaikan perkerasan
terutama pada musim hujan dan ketika mengalami kelebihan tonase kendaraan yang
melewati jalan tersebut, hal ini adalah salah satu fenomena yang melatar belakangi
dilakukannya analisis ini karena ruas jalan tersebut merupakan salah satu jalan
penghubung antara Kota Metro-Kabupaten Lampung Timur yang dilalui kendaraan baik
pribadi maupun kendaraan umum dengan tonase berukuran kecil sampai besar.
Melimpahnya limbah merang (kulit padi) yang setelah mengalami proses
pembakaran berubah menjadi abu sekam padi di Kota Metro dan Lampung Timur
menginspirasikan peneliti untuk memanfaatkan limbah tersebut yang dicampur dengan
kapur untuk dijadikan sebagai bahan tambahan pada proses stabilisasi dan perkuatan tanah
dasar di lokasi penelitian sekaligus membantu pemerintah daerah dalam pelestarian
lingkungan daerah setempat.
Dari permasalahan yang ditunjukkan di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan
judul “Analisis Perbaikan Sub Grade/Tanah Dasar Menggunakan Bahan Tambahan Kapur
dan Abu Sekam Padi Pada Ruas Jalan Ki Hajar Dewantara, 38 B Banjar Rejo Lampung
Timur-Batas Kota Metro” Untuk uji di lapangan dilakukan uji borring dengan kedalaman
maksimal 1 m pada setiap titik lokasi yang akan dilakukan pengujian. Setelah itu sample
dibawa ke laboratorium guna mendapatkan informasi teknis mengenai parameter dan sifat
dari sample disturbed tersebut baik tanah asli dan campuran melalui beberapa pengujian
tanah antara lain kadar air, berat jenis tanah, CBR (kering dan rendaman), uji proctor,
sieve analysis dan atterberg limit (LL dan PL). Nilai CBR yang dipakai adalah nilai
optimum dari pengujian CBR Laboratorium. Berdasarkan grafik, nilai optimum CBR
Design ada pada komposisi 22 % penambahan kapur dengan nilai CBR Design 9.30%, dan
pada komposisi 22% penambahan tanah dengan abu sekam padi dengan nilai 8.79%.
Melihat nilai CBR yang telah diperoleh maka tanah hasil stabilisasi kapur lebih baik untuk
dijadikan bahan lapisan tanah dasar (Subgrade) untuk meningkatkan Daya Dukung Tanah
(DDT). Daya dukung tanah yang distabilisasi dengan kapur lebih besar dari pada tanah
yang distabilisasi dengan abu sekam padi, karena reaksi kapur yang terjadi pada campuran
tanah membentuk butiran baru yang lebih keras sehingga lebih kuat menahan beban yang
diberikan, disamping itu kapur sangat mudah tercampur dengan tanah, pada saat terendam
air campuran tanah dengan kapur lebih tahan lama dari pada abu sekam padi. Sedangkan

e-ISSN ; 2548-6209
TAPAK Vol. 8 No. 1 November 2018 1
p-ISSN ; 2089-2098
abu sekam padi tidak bisa terlalu lama menahan air, karena saat terendam ikatan antar butir
tanah dan antar butir tanah dengan abu sekam padi menjadi lemah sehingga
mengakibatkan berkurangnya tingkat kepadatan tanah yang berdampak menurunnya nilai
daya dukung tanah.

Kata Kunci : Stabilisasi Tanah Dasar, Tanah Lempung, Kapur dan Abu Sekam Padi

PENDAHULUAN mengakibatkan perkerasan mudah


mengalami deformasi dan retak.
Tanah dasar adalah lapisan tanah setebal Tanah mempunyai sifat-sifat yang
50–100 cm dimana di atasnya akan tidak menguntungkan, seperti nilai
diletakkan lapis pondasi bawah California Bearing Ratio (CBR) yang
konstruksi jalan raya. Fungsi tanah dasar rendah, kembang susut (swelling) tinggi
adalah menerima tekanan akibat beban sehingga apabila dipergunakan untuk
lalu lintas yang ada di atasnya sehingga tanah dasar (subgrade) jalan akan
tanah dasar harus mempunyai kapasitas menghasilkan suatu konstruksi yang
dukung yang baik serta mampu tidak optimal hasilnya (cepat rusak).
mempertahankan perubahan volume Untuk itu, jika akan dipergunakan suatu
selama masa pelayanan, walaupun konstruksi sebaiknya nilai California
terdapat perbedaan kondisi lingkungan. Bearing Ratio dinaikkan agar mampu
Tanah dasar dapat berupa tanah menahan beban di atasnya, kembang
asli yang dipadatkan jika tanah aslinya susut (swelling) diturunkan agar volume
baik, tanah yang didatangkan dari tempat tanah stabil bila terkena hujan tidak
lain dan dipadatkan atau tanah yang mengembang sebaliknya bila musim
distabilisasi dengan bahan tambah kemarau tidak menyusut terlalu tinggi
(additive). Apabila tanah dasar sehingga retak-retak pada jalan bisa
merupakan tanah lempung yang dikurangi atau dihilangkan.
mempunyai daya dukung yang rendah Perubahan bentuk tanah dasar dapat
akan menyebabkan ketidakstabilan jalan diakibatkan oleh kekuatan atau daya
tersebut. Tanah dasar merupakan pondasi dukung yang rendah (tanah mudah
bagi perkerasan baik perkerasan yang runtuh), pengembangan, penyusutan dan
terdapat pada alur lalu-lintas maupun densifikasi tanah dasar serta konsolidasi
bahu. Dengan demikian tanah dasar tanah di bawah tanah dasar. Lebih jauh
merupakan konstruksi terakhir yang lagi, faktor-faktor tersebut akan
menerima beban kendaraan yang tergantung pada jenis tanah, berat isi
disalurkan oleh perkerasan. Pada kasus kering dan kadar air. Faktor kerusakan
yang sederhana tanah dasar dapat terdiri jalan sangat beragam, seperti faktor
atas tanah asli tanpa perlakuan sedangkan kerusakan konstruksi lain pada umunya.
pada kasus lain yang lebih umum, tanah Secara teori jalan rusak karena beban.
dasar terdiri atas tanah asli pada galian Kerusakan jalan agak berbeda dengan
atau bagian atas timbunan yang kerusakan bangunan sipil lainnya, seperti
dipadatkan. Tanah dasar sebagai pondasi jembatan. Pada jembatan, misalnya, jika
perkerasan disamping harus mempunyai dibebankan dengan beban yang lebih
kekuatan atau daya dukung terhadap besar dari batas maksimum, maka
beban kendaraan, maka tanah dasar juga jembatan akan langsung ambruk. Pada
harus mempunyai stabilitas volume jalan, kerusakan disebabkan repetisi atau
akibat pengaruh lingkungan terutama air. pengulangan beban. Artinya beban
Tanah dasar yang mempunyai kekuatan kendaraan berat sekali lewat mungkin
dan stabilitas volume yang rendah akan tidak akan menyebabkan kerusakan jalan.

e-ISSN ; 2548-6209
2 TAPAK Vol. 8 No. 1 November 2018
p-ISSN ; 2089-2098
Tetapi jika terus menerus jalan akan (bahan yang mengandung senyawa silika
mengalami kerusakan. Artinya kerusakan dan alumina).
jalan adalah di sebabkan “kelelahan”
akibat beban berulang. Hampir semua TINJAUAN PUSTAKA
jalan menggunakan campuran agregat
batu pecah dan aspal. Musuh utama aspal Tanah Dasar/Sub Grade
adalah air, karena air bisa melonggarkan Tanah dasar adalah berupa tanah
ikatan antara agregat dengan aspal. asli atau tanah galian ataupun berupa
Kerusakan yang umum terjadi di jalan- tanah timbunan, yang merupakan
jalan kota adalah adanya air yang permukaan dasar untuk perletakan
menggenangi permukaan jalan. Pada saat bagian-bagian perkerasan jalan sangat
ikatan aspal dan agregat longgar karena tergantung dari sifat-sifat serta daya
air, kendaraan yang lewat akan memberi dukung dari tanah dasar. Adapun fungsi
beban yang akan merusak ikatan tersebut dari tanah dasar (sub grade) adalah :
dan permukaan jalan pada akhirnya. a. Sebagian lapisan terbawah untuk
Tipikal kerusakan karena pengaruh air tempat duduknya lapisan perkerasan
adalah lubang. Sekali lubang terbentuk diatasnya.
maka air akan tertampung di dalamnya b. Menerima beban akibat berat
sehingga dalam hitungan minggu lubang perkerasan diatasnya ditambah beban
yang semula akan membesar dengan akibat muatan kendaraan yang
cepat. menyebar.
Tanah dasar di ruas Jalan Ki Hajar Umumnya yang menyangkut persoalan
Dewantara 38 B Banjar Rejo Lampung tanah dasar adalah :
Timur perlu dilakukan analisa lebih a. Perubahan bentuk tetap (permanent
lanjut karena terindikasi tanah lempung. of deformation) dari macam tanah
Ruas jalan tersebut adalah salah satu ruas tertentu akibat bena lalu lintas.
jalan di Lampung Timur yang sering b. Sifat mengembang dan menyusut dari
mengalami kerusakan, hal ini adalah tanah tertentu akibat perubahan kadar
salah satu fenomena yang melatar air.
belakangi dilakukannya analisis ini, c. Daya dukung tanah yang tidak merata
karena ruas jalan tersebut merupakan dan sukar ditentukan secara pasti
salah satu jalan penghubung antara pada daerah dengan macam tanah
Kabupaten Lampung Timur – Kota yang sangat berbeda sifat dan
Metro yang dilalui kendaraan baik kedudukannya, atau akibat dari
pribadi maupun kendaraan umum dengan pelaksanaan.
tonase berukuran kecil sampai besar. d. Lendutan (deflection) dan lendutan
Untuk mengatasi permasalahan di balik selama dan sesudah
atas salah satu cara atau metode yang pembebanan lalu lintas dari macam
dipergunakan adalah memperbaiki tanah tertentu.
kualitas tanah asli (stabilisasi) dengan e. Tambahan pemadatan akibat
bahan tambah (additive) kapur dan abu pembebanan lalu lintas dan adanya
sekam padi. Penambahan kapur dapat penurunan, yaitu pada tanah berbutir
menyebabkan perubahan fisis dan kasar (granular soil) yang tidak
mekanis pada tanah dan penggunaan abu dipadatkan secara baik pada saat
sekam padi sebagai bahan stabilisasi pada pelaksanaan.
tanah lempung dimungkinkan karena Untuk sedapat mungkin mencegah
material ini banyak mengandung unsur timbulnya persoalan di atas, maka
silikat (SiO2) dan aluminat (Al2O3), beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu :
sehingga dikategorikan sebagai pozzolan 1. Tanah dasar tanpa kohesi
2. Tanah dasar berkohesi

e-ISSN ; 2548-6209
TAPAK Vol. 8 No. 1 November 2018 3
p-ISSN ; 2089-2098
3. Tanah dasar dengan sifat Terdapat dua sistem klasifikasi tanah
mengembang yang besar yang umum digunakan untuk
4. Mengusahakan daya dukung tanah mengelompokkan tanah. Kedua sistem
dasar yang merata tersebut memperhitungkan distribusi
5. Perbaikan tanah dasar untuk ukuran butiran dan batas-batas atterberg,
keperluan mendukung beban roda sistem-sistem tersebut adalah sitem
alat-alat besar. klasifikasi AASHTO dan USCS.
(Hardiyatmo, 2012). (Sutarman, 2009)

Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) Tanah Lunak


Daya dukung tanah ditetapkan Penggunaan istilah “tanah lunak”
berdasarkan grafik korelasi. Daya dukung berkaitan dengan tanah - tanah yang jika
tanah dasar diperoleh dari nilai CBR atau tidak dikenali dan diselidiki secara
Plate bearing Test, DCP dan lain-lain. berhati - hati dapat menyebabkan
Penggunaan nilai CBR laboratorium pada masalah ketidakstabilan dan penurunan
perencanaan tebal perkerasan jalan baru jangka panjang yang tidak dapat ditolerir,
atau pelebaran, jika tanah dasarnya dimana tanah tersebut mempunyai kuat
merupakan tanah timbunan, dan pada geser yang rendah dan kompresibilitas
daerah di mana tanah dasarnya adalah yang tinggi.
tanah galian mengunakan nilai CBR Tanah - tanah lunak ini dibagi dalam dua
yang diperoleh secara empiris dari hasil tipe, antara lain lempung lunak dan tanah
contoh tanah yang diambil. gambut.

Klasifikasi Tanah Stabilisasi Tanah Dasar (Subgrade)


Sistem klasifikasi tanah adalah Dengan Menggunakan Zat Additvie
suatu sistem pengaturan beberapa jenis Jenis-jenis bahan additive yang
tanah yang berbeda - beda, tetapi dapat digunakan sebagai bahan stabilisasi
mempunyai sifat yang serupa ke dalam tanah adalah sebagai berikut :
kelompok - kelompok dan subkelompok - a. Kapur, semen dan polimer
subkelompok berdasarkan pemakaiannya. b. Ground Granulated Blast Furnace
Sistem klasifikasi memberikan suatu Slag (GGBFS) dan kapur
bahasa yang mudah untuk menjelaskan c. Semen, kapur dan abu terbang (fly
secara singkat sifat - sifat umum tanah ash)
yang sangat bervariasi tanpa penjelasan d. Kapur dan abu terbang (fly ash)
yang terinci. Sistem klasifikasi tanah e. GGBFS, kapur dan abu terbang (fly
dibuat pada dasarnya untuk memberikan ash)
informasi tentang karakteristik dan sifat - f. Kapur dan abu sekam padi (rice husk
sifat fisis tanah. Karena variasi sifat dan ash), dan lain-lain.
perilaku tanah yang begitu beragam,
sistem klasifikasi secara umum Stabilisasi Tanah Dengan Kapur
mengelompokan tanah ke dalam kategori Stabilisasi tanah dengan kapur telah
yang umum dimana tanah memiliki banyak digunakan pada proyek-proyek
kesamaan sifat fisis. Sistem klasifikasi jalan di banyak negara. Stabilisasi
bukan merupakan sistem identifikasi dengan kapur dan pozzolan cocok
untuk menentukan sifat - sifat mekanis digunakan untuk tanah kohesif (berbutir
dan geoteknis tanah. Karenanya, halus), seperti pada tanah lempung.
klasifikasi tanah bukanlah satu-satunya Sementara stabilisasi dengan semen
cara yang digunakan sebagai dasar untuk cocok untuk tanah yang tidak kohesif
perencanaan dan perancangan konstruksi. (tanah berpasir atau kerikil) yang
mengandung sedikit tanah berbutir halus.

e-ISSN ; 2548-6209
4 TAPAK Vol. 8 No. 1 November 2018
p-ISSN ; 2089-2098
Tabel 1. Persyaratan Sifat-sifat Kapur Masa perawatan (curing time)
untuk StabilisasiTanah dilakukan dengan tujuan untuk
Sumber : AustStab Technical Note, lime stabilization memperbaiki interaksi antara air dengan
partikel-partikel tanah serta bahan
stabilisasi (Zat additive kapur dan abu
sekam padi) melaluli reaksi permukaan
(berupa reaksi kimia) yang sedemikian
rupa sehingga membuat sifat tanah dalam
hubungannya dengan air memberi efek
practice, 2008 yang paling menguntungkan dan
Kondisi yang akan terjadi dari stabilisasi memberikan pengaruh terhadap
menggunakan kapur antara lain : perbaikan kekuatan tanah. Pada
1) Meningkatkan kekuatan tanah dasar pencampuran tanah lempung dengan
untuk pembangunan jalan baru atau kapur dan abu sekam padi serta air
merehabilitasi jalan yang telah ada. membentuk hydrated gel yang mengikat
2) Mengurangi PI dari perkerasan semula butiran. Proses tersebut memakan waktu
dan material tanah dasar. beberapa hari, karena setelah mengalami
3) Meningkatkan stabilisai volume untuk perawatan (curing time), perendaman
lapisan paling atas dari material yang dalam air justru membantu proses hidrasi
dipilih. tadi. Hal ini mengakibatkan campuran
Memodifikasi lapisan subbase untuk tanah-kapur-abu sekam padi menjadi
menigkatkan kekuatan perkerasan. semakin kuat yang kemudian
meningkatkan nilai CBR-nya.
Stabilisasi Tanah Dengan Abu Sekam
Padi (Rice Husk Ash) METODE PENELITIAN
Penggunaan abu sekam padi
sebagai bahan stabilisasi (stabilizing Waktu dan Tempat
agents) pada tanah lempung Penelitian ini dilakukan dari bulan
dimungkinkan karena material ini banyak April sampai Oktober tahun berjalan
mengandung unsur silikat (SiO2) dan sesuai jadwal kegiatan/program
aluminat (Al2O3), sehingga dikategorikan penelitian, di ruas Jalan Ki Hajar
sebagai pozzolan. Pozzolan ini Dewantara 38 B Banjar Rejo Lampung
mengandung sifat sementasi jika Timur yang dilanjutkan pengujian tanah
bercampur dengan kapur padam dan air. di laboratorium Mekanika Tanah Teknik
Apabila kapur Ca(OH)2, abu sekam padi Sipil Universitas Muhammadiyah Metro.
dan mineral lempung bereaksi maka akan
terjadi pozzolanisasi yang menghasilkan Peralatan Pengujian dan Bahan
kristal Ca(SiO3) yang bersifat mengikat Penelitian
butiran lempung dengan butiran lempung Peralatan yang digunakan dalam
serta butiran lempung dengan Ca(SiO3) penelitian ini adalah alat untuk batas -
Reaksi pozzolanisasi yang terjadi antara batas Atterberg (LL dan PL), proctor,
kapur dan abu sekam padi tersebut CBR, berat jenis tanah, kuat geser
sebagai berikut (Wijaya, 1994 dalam langsung dan peralatan lainnya yang ada
Sujatmaka 1998) : di Laboratorium Mekanika Tanah
SiO2 + Ca(OH)2 + H2O Ca(SiO3) Jurusan Teknik Sipil, Universitas
+ 2H2O Muhammadiyah Metro.Adapun bahan-
bahan penelitian berupa ;
Pengaruh Masa Perawatan (Curring a. Sampel tanah yang di uji pada
Time) penelitian ini yaitu tanah lempung
lunak yang berasal dari tanah dasar

e-ISSN ; 2548-6209
TAPAK Vol. 8 No. 1 November 2018 5
p-ISSN ; 2089-2098
ruas Jalan Ki Hajar Dewantara 38 a. Dari hasil pengujian berat jenis
B Banjar Rejo Lampung Timur- didapatkan hasil pengujian yang
Batas Kota Metro. ditampilkan dalam bentuk tabel
b. Air yang berasal dari Laboratorium dan grafik, dengan cara
Mekanika Tanah Jurusan Teknik membandingkan nilai berat jenis
Sipil, Universitas Muhammadiyah sampel pada masing-masing
Metro. perilaku. Dari tabel dan grafik
c. Bahan tambahan untuk stabilisasi nilai berat jenis tersebut maka
berupa kapur dan abu sekam padi. akan didapatkan penjelasan
perbandingan antara pengaruh
Prosedur Pengujian masing- masing sampel yang
Pelaksanaan pengujian dilakukan di diperam dengan perendaman dan
Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan yang diperam tanpa perendaman
Teknik Sipil, Universitas terhadap nilai berat jenisnya.
Muhammadiyah Metro. Pengujian b. Dari hasil pengujian batas cair
dilakukan terhadap tanah asli dan dan batas plastis (batas atterberg)
campuran, adapun pengujian - pengujian didapatkan hasil pengujian yang
tersebut adalah sebagai berikut: ditampilkan dalam bentuk tabel
a. Pengujian Analisis Saringan dan grafik, dengan cara
b. Pengujian Berat Jenis Tanah membandingkan nilai batas cair
c. Pengujian Kadar Air dan batas plastis sampel pada
d. Pengujian Batas – batasAtterberg masing-masing prilaku tanah.
e. Pengujian Pemadatan (Standard Dari tabel dan grafik nilai batas
Proctor) cair dan batas plastis tersebut
f. Pengujian CBR Laboratorium maka akan didapatkan penjelasan
perbandingan antara pengaruh
Analisis Hasil Penelitian masing-masing sampel yang
Semua hasil yang didapat dari diperam dengan perendaman dan
pelaksanaan penelitian akan ditampilkan yang diperam tanpa perendaman
dalam bentuk tabel, grafik hubungan dengan nilai batas cair dan batas
serta dideskripsikan berdasarkan data plastisnya (batas atterberg).
yang didapat dari : Dari hasil pengujian CBR nilai kekuatan
1. Hasil pengujian sampel tanah daya dukung dan stabilitas sampel tanah.
campuran untuk masing-masing Hasil pengujian CBR ini ditampilkan
komposisi terhadap masing-masing dalam bentuk tabel dan grafik hubungan
pengujian seperti uji analisis antara masing-masing prilaku tanah
saringan, uji berat jenis, uji kadar air, dengan nilai CBR dengan cara
uji batas–batas Atterberg, uji membandingkan nilai CBR pada setiap
pemadatan tanah dan uji CBR, perilaku tanah. Dari tabel dan grafik nilai
ditampilkan dalam bentuk tabel dan CBR tersebut maka akan didapatkan
grafik yang nantinya akan didapatkan penjelasan antara pengaruh masing -
kadar air kondisi optimum. masing prilaku tanah dengan nilai CBR
2. Analisis mengenai perubahan nya.
karakteristik pada sampel tanah
campuran untuk setiap komposisi HASIL PENELITIAN
campuran, dalam kondisi pemeraman
dengan perendaman atau tanpa Berdasarkan hasil pengujian/ penelitian
perendaman dijelaskan dalam bentuk dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
tabel dan grafik hasil pengujian 1. Hasil pengujian CBR laboratorium
dengan penjelasan sebagai berikut : diperoleh nilai CBR untuk masing-

e-ISSN ; 2548-6209
6 TAPAK Vol. 8 No. 1 November 2018
p-ISSN ; 2089-2098
masing pengujian/penelitian tanah (DDT). Penambahan kapur atau abu
sebagai berikut : sekam padi sangat mempengaruhi
a. Hasil Pengujian CBR Tanah Asli peningkatan terhadap Daya Dukung
Nilai CBR Rata-Rata : 2.66 % Tanah (DDT) secara signifikan. Tetapi
Nilai CBR Design : 1.83 % Daya dukung tanah yang distabilisasi
b. Hasil Pengujian CBR Tanah dengan kapur lebih besar dari pada tanah
Dengan Penambahan Kapur yang distabilisasi dengan abu sekam
Nilai CBR Rata-Rata : 20 % = padi, karena reaksi kapur yang terjadi
6.35 %, 22 % = 9.82 %, 24 % = pada campuran tanah membentuk butiran
7.65 % Nilai CBR Design : baru yang lebih keras sehingga lebih kuat
20% = 5.73 %, 22%= 9.30 %, 24 % menahan beban yang diberikan,
= 5.55 %. disamping itu kapur sangat mudah
c. Hasil Pengujian Tanah Dengan tercampur dengan tanah, pada saat
Penambahan Abu Sekam Padi terendam air campuran tanah dengan
Nilai CBR Rata-Rata : 20 % = kapur lebih tahan lama dari pada abu
5.59 %, 22 % = 9.09 %, 24 % = sekam padi. Sedangkan abu sekam padi
7.24 % tidak bisa terlalu lama menahan air,
Nilai CBR Design : 20 % = karena saat terendam ikatan antar butir
5.06 %, 22 % = 8.79 %, : 24 % = tanah dan antar butir tanah dengan abu
5.03%. sekam padi menjadi lemah sehingga
mengakibatkan berkurangnya tingkat
kepadatan tanah yang berdampak
menurunnya nilai daya dukung tanah.

Saran
Penambahan kapur atau abu sekam padi
dengan komposisi 20 %, 22 %, dan 24 %
yang meningkatkan nilai daya dukung
tanah bukan berarti bisa menjamin
Grafik1. Gabungan Hasil Pengujian CBR kekuatan tanah dengan baik, karena
Design Tanah Asli Dan Tanah Dengan pengaruh alam biasanya lebih besar dari
Penambahan Kapur atau Abu Sekam penanganannya.
Padi. Dalam merencanakan suatu jalan harus
diketahui jenis-jenis kendaraan yang
KESIMPULAN DAN SARAN akan melintasi jalan tersebut dan
dilakukan pengujian CBR laboratorium,
Kesimpulan supaya dalam merencanakan perkerasan
Nilai CBR yang dipakai adalah nilai jalan tidak ada kesalahan dalam
optimum dari pengujian CBR merencanakan jenis dan tebal perkerasan
Laboratorium. Berdasarkan grafik 1 nilai jalan yang akan digunakan.
optimum CBR Design ada pada Disarankan dalam merencanakan suatu
komposisi 22 % penambahan kapur tebal perkerasan jalan menggunakan nilai
dengan nilai CBR Design 9.30 %, dan CBR Design Optimum dari hasil
pada komposisi 22 % penambahan tanah pengujian CBR Laboratorium.
dengan abu sekam padi dengan nilai 8.79 Disarankan dilakukan pengujian/
%. Melihat nilai CBR yang telah penelitian kembali dengan komposisi
diperoleh maka tanah hasil stabilisasi persentase penambahan kapur dan abu
kapur lebih baik untuk dijadikan bahan sekam padi yang berbeda. Untuk
lapisan tanah dasar (Subgrade) untuk memperbanyak variasi penambahan
meningkatkan Daya Dukung Tanah kapur dan abu sekam padi dan

e-ISSN ; 2548-6209
TAPAK Vol. 8 No. 1 November 2018 7
p-ISSN ; 2089-2098
dilanjutkan dengan pengujian kuat geser
dan kuat tekan tanah dasar di lokasi
penelitian.
Disarankan sebelum melakukan
penambahan kapur, terlebih dahulu
menghaluskannya dengan cara
menghancurkan gumpalan-gumpalan
pada kapur agar pada saat proses
penambahan kapur dengan tanah
tercampur secara merata.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. AASTM D-4318, AASTM D-422,


AASTM D-854, AASTM D-698-
78, AASTM D 4429-04.
Anonim. AASHTO.
Anonim. SKBI-2.3.26.1987
Aschuri I. 2010. Perbaikan Tanah
Ekspansif Menggunakan Garam
Anorganik (Studi Kasus : Tanah
Cikampek). Jurnal Institut
Teknologi Nasional. Bandung.
Badariah, CN, Nasrul, Hanova Y. 2012.
Perbaikan Tanah Dasar Jalan
Raya Dengan Penambahan
Kapur. Jurnal Rancang Sipil. 1
(1). Institut Teknologi Medan.
Sumatera Utara.
Bowles, Joseph E. 2010. Sifat-sifat Fisis
dan Geoteknis Tanah (Mekanika
Tanah), Erlangga, Jakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady. 2012.
Mekanika Tanah 1. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Hardiyatmo, Hary Christady. 2012.
Mekanika Tanah 2. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Sutarman. 2009. Aplikasi Mekanika
Tanah. Andi. Jakarta

e-ISSN ; 2548-6209
8 TAPAK Vol. 8 No. 1 November 2018
p-ISSN ; 2089-2098

Anda mungkin juga menyukai