Anda di halaman 1dari 17

P – ISSN : 2503 – 3816

E – ISSN : 2686 – 2018

Vol. 7, No. 1, April 2023, hlm. 271-287


DOI : 10.37274/rais.v7i1.659

Tafsir Surat An-Nisa Ayat 29 Sebagai Landasan Hukum Akad Ba’i


Assalam Dalam Praktek Jual Beli Online

Aris Munandar*, Ahmad Hasan Ridwan


Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia
*risris.munandar89@gmail.com

Abstrak
Jual beli adalah satu bagian sistem daripada ajaran islam, sehingga islam sudah mengatur
sedemikian rupa terkait hal tersebut, aktivitas transaksi jual beli yang berlandasakan pada
Alquran salah satunya bersumber dari pada surat Annisa ayat 29. Akan tetapi makna kandungan
dari ayat tersebut perlu kiranya untuk di analisis lebih dalam rangka memberikan pengetahuan
kepada semua orang terhadap hal-hal penting yang terkandung didalamnya. Salah satu transaksi
dalam aktivitas ekonomi dewasa ini yang sedang banyak dilakukan adalah jual beli online,
dimana dalam jual beli hampir sama denga akad salam. Jual beli online dengan akad salam
memiliki relevansi yaitu aktivitas jual beli yang dilakukan dengan melakukan pembayaran
terlebih dahulu, dan setelah itu pengiriman barang dilakukan. Akan tetapi jual beli online bisa
dianggap sah sesuai akad salam apabila memenuhi ketentuan atau prasyarat-prasyarat dari akad
salam. Skema pada jual beli online sudah sesuai dengan skema pada akad salam yaitu dengan
adanya muslam, muslam alaih, muslam fiih serta shighat. Selain merujuk pada prasyarat utama
juga, ada hal yang tidak kalah penting dalam akad jual beli adalah prinsip saling ridho atau
kerelaan dalam setiap pelaksanaa transaksi jual beli, karena akad tidak akan menjadi sah apabila
tidak ada keridhoan ataupun kereleaan yang sempurna dari para pihak yang melakukan
transaksi. karena ketidak sempurnaan keridhoan ditakutkan menjadi pemantik dalam
melakukan transaksi yang curang.
Kata kunci: akad assalam; jual beli online

Abstract
Buying and selling is a part of the system of Islamic teachings, so that Islam has regulated it in such
a way regarding this matter, the activity of buying and selling transactions based on the Koran, one
of which comes from the letter Annisa verse 29. However, the meaning of the content of the verse
needs to be analyzed more in order to provide knowledge to everyone of the important things
contained therein. One of the transactions in today's economic activity that is being carried out a lot
is buying and selling online, where buying and selling is almost the same as salam contracts. Buying
and selling online with a salam contract has relevance, namely buying and selling activities that are
carried out by making a payment first, and after that the delivery of goods is carried out. However,
buying and selling online can be considered valid according to the salam contract if it fulfills the
terms or conditions of the salam contract. The scheme of buying and selling online is in accordance
with the scheme of the salam contract, namely the presence of Muslims, Muslim alaih, Muslim fiih
and shighat. In addition to referring to the main prerequisites, there are things that are no less

Diserahkan: 15-12-2022 Disetujui: 11-02-2023 Dipublikasikan: 28-04-2023

271
Munandar, Ridwan

important in a sale and purchase contract, namely the principle of mutual consent or willingness in
every sale and purchase transaction, because the contract will not become valid if there is no
complete consent or consent from the parties involved in the transaction. . because the imperfection
of pleasure is feared to be a trigger in carrying out fraudulent transactions.
Keywords: assalam contract; buying and selling online.

I. PENDAHULUAN

Praktik jual beli secara sistem dalam islam sudah diatur sedemekian rupa. Dalam
islam bekaitan dengan konsep transaksi jual beli menomorsatukan moral ataupun etika
kehidupan sebagai dasar utama dalam membangun kekuatan transaksi jual beli dalam
nilai-nilai moral. Aktivitas transaksi pertukaran barang dengan perizinan atau
persetujuan dari para pihak yang melakukan suatu transaksi sangat dihalalkan akan
tetapi sangat melarang terhadap pengambilan harta milik orang lain dengan tanpa
adanya perizinan dari orang yang bersangkutan (Asnawi, 2004).
Transaksi jual beli dengan berlandaskan pada Al-quran yang salah satunya termuat
didalam surat An-Nisa ayat 29 harus perlu dianalisis lebih dalam lagi, agar semua orang
memahami terhadap hal-hal penting yang ada didalamnya dalam rangka untuk
mendorong agar transaksi jual beli semakin berkembang serta menciptakan iklim usaha
yang baik diantara para pelakunya(Rivai, 2012). Praktik transaksi jual beli atau
perdagangan sangat dilindungi dengan keridhoan dan kerelaan hati para pihak yang
melakukan transaksi. Dalam praktiknya tidak melakukan dengan jalan yang haram atau
dilarang, tetapi dengan jalan perdagangan yang di benarkan sesuai dengan syariat(Ar-
Rifai, 1999) .
Ekses perubahan zaman yang semakin tak terkendali khusus nya dalam bidang
tekhnologi informasi sedikit banyak berpengaruh kedalam pola tatanan kehidupan
manusia. Maka oleh karena itu, manusia dituntut jangan sampai ketinggalan terhadap
akses perkembangan dunia tekhnologi dan informasi. Kebutuhan manusia seakan
bertambah pada sekarang ini, salah satunya kebutuhan akan internet saat ini menjadi
salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam melakukan aktivitasnya.
Perkembangan tekhnologi informasi telah membuat perubahan dalam melakukan
transaksi ekonomi terkhusus dalam melakukan transaksi jual beli secara online.

272 Rayah Al-Islam, Vol. 7, No. 1, April, 2023


Tafsir Surat An-Nisa Ayat 29 Sebagai Landasan Hukum Akad Ba’i Assalam
Dalam Praktek Jual Beli Online

Secara historis praktik transaksi jual beli online di kenal dengan sebutan traksaksi
Al-salam yang artinya salah satu praktik transaksi dengan menggunakan sistem
pembayaran secara langsung/disegerakan akan tetapi dalam penyerahan barangnya
dibelakangkan. Dalam transaksi As-salam ini sangat tercermin sikap saling tolong
menolong saling percaya sehingga dapat memberikan keuntungan bagi para pelaku yang
melakukan transaksi tanpa adanya yang dirugikan, serta mempertontonkan sikap
kerelaan diantara kedua pihak dan adanya kebersetujuan diantara keduanya(Malik,
2016).
Perkembangan situasi dan kondisi zaman yang semakin dinamis memandatkan
kepada kita salah satunya pada digitalisasi pasar, hal ini membuat kita lebih mudah
dalam melakukan transaksi perdagangan. Tidak perlu repot untuk mendapatkan suatu
barang yang kita butuhkan, hanya cukup dengan melihat atau membaca kriteria barang
yang kita inginkan maka transaksi dapat ditunaikan. Peran internet sangat mengubah
drastis terhadap pola transaksi perdagangan yang asalnya dilakukan secara manual atau
offline dengan bertemunya penjual serta pembeli menjadi transaksi online.
Praktek transaksi jual beli yang dilaksanakan seacara online sangat memiliki
peluang untuk merugikan terhadap salah satu pihak ketika melakukan transaksi jual beli.
Baik itu merugikan terhadap pembeli maupun juga merugikan terhadap penjualnya.
Banyak hal yang dapat menjadi indikator penyebab dari transaksi yang dilakukan
menjadi tidak sesuai atau transaksi yang tidak sehat, dengan pengertian adanya praktik-
praktik kecurangan yang dilakukan oleh kedua belah pihak baik penjual maupun dengan
pembeli.
Bagi penjual praktik jual beli online diindikator tidak benar manakala ketika penjual
tersebut memberikan barang yang dijualnya kepada pembeli tidak sesuai dengan kriteria
ataupun spesifikasi yang di akan dijual atau ditawarkan. Misalnya gambar yang
dipampang itu tidak sesuai dengan barng semestinya. Gambar yang dipajang terlihat
sangat bagus, sangat elegan padahal barang tersebut adalah barang bajakan. Atau juga
memberikan narasi terkait dengan produknya yang sangat bagus bahwa barang yang
dijualnya adalah barang luar negeri padahal yang senayatanya barang itu adalah barang
buatan sendiri.Selain itu dalam beberapa kasus ada juga pedagang nakal yang secara

Rayah Al-Islam, Vol. 7, No. 1, April, 2023 273


Munandar, Ridwan

tidak sengaja tidak memberikan barang yang dijual kepada pembeli, padahal
pembayaran sudah dilakukan. Atas beberpa fenomena diatas, disini pembeli selalu
menjadi korban ataupun pihak yang dirugikan dalam transaksi yang dilaksanakan. Hal
ini dikarenakan sipenjual tidak jujur dalam melakukan aktivitas jual belinya.
Pada sisi lain juga, pembeli diindikatorkan tidak dibenarkan ketika pembeli tidak
memenuhi kesepakatan yang telah disepakati. Dalam hal ini penjual menjadi korban atau
pihak yang dirugikan, bentuk kecurangan pembeli antara lain adalah misalnya dengan
melakukan pembohongan kepada penjual dengan berpura-pura ingin menjadi reseller
agar supaya sipembeli tersebut mendapatkan harga yang lebih murah. Atau pada kasus
yang lain penjual mengalami kecurangan dari para pembeli yang sebelumnya sepakat
untuk memberikan uang pembayaran namun sipembeli tersebut tidak mentaati terhadap
kesepakatan yang telah dibuat.
Berdasarkan atas penjelasan latar belakang tersebut, maka sangat menarik untuk
dikaji dan dibahas terkait tafsir surat An-Nisa ayat 29 sebagai landasan hukum dalam jual
beli online dengan akad salam.

II. METODE PENELITIAN


Berdasarkan jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif
dengan teknik penelitian kepustakaan (library research). Data diperoleh dari berbagai
sumber data seperti Al-qur’an, jurnal, buku, berita resmi dan referensi lainnya yang
berkaitan dengan tema yang dibahas dalam penelitian ini. Untuk mengkaji topik akad
salam pada transaski jual beli online ini digunakan pendekatan tafsir tematik yaitu
metode yang digunakan untuk membahasa ayat-ayat Al-qur’an berdasarkan tema yang
ditetapkan.
III. ANALISIS PEMBAHASAN

274 Rayah Al-Islam, Vol. 7, No. 1, April, 2023


Tafsir Surat An-Nisa Ayat 29 Sebagai Landasan Hukum Akad Ba’i Assalam
Dalam Praktek Jual Beli Online

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu”. (Depertemen Agama RI, 2010).

1. Asbabunnuzul Surat An-Nisa 29.


Dalam beberepa literatur bahwa asbabunnuzul dari ayat ini seperti yang dikisahkan
oleh Ibnu Jarir bahwa ayat ini diturunkan karena pada waktu para orang-orang arab
banyak yang melakukan kegiatan memakan harta dengan cara yang tidak syar’i. banyak
orangorang arab pada waktu itu mereka mencari laba ataupun keuntungan dengan jalan
yang tidak sesuai atau jalan yang tidak sah, kemudian melakukan kegiatan-kegiatan tipu
menipu yang seoalah-olah itu sesuai dengan kaidah-kaidah syariat. Seperti halnya yang
digambarkan oleh Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh ibnu jariri seorang melakukan
transaksi untuk membeli kepada temannya sebuah baju atau pakaian tetapi dengan
syarat apabila dia tidak menyukai terhadap bakaian tersebut mereka mengembalikannya
dengan penambahan satu dirham dari harga asal, padahal sesungguhnya kegiatan
traksaksi jual beli harus dilakukan dengan suka sama suka atau penuh keridhoan tanpa
adanya unsur penipuan diantara para pihak.
Sedangkan sayyid quthb mengatakan bahwa bekaitan dengan ayat ini
asbabunnuzulnya tidak bisa di pastikan kapan terjadi turunnya. Menurutnya bahwa
apakah ayat ini diturunkan pada waktu sebelum atau sesudah pengharaman riba,
sehingga apabila ayat ini turun sebelum adanya pengharaman terhadp riba maka ayat ini
sebagai warning untuk pengahraman riba. Akan tetapi apabila ayat ini turun sesudah
adanya pengharam riba maka ayat ini sebagai pemberian informasi terkait dengan
ketidakbolehan dalam mengambil harta orang lain dengan jalan yang tidak dibernarkan
atau dengan jalan bathil(Taufiq, 2018).
Ayat ini adalah perintah tegas untuk tidak melakukan kegiatan memakan harta
orang lain bahkan harta pribadinya dengan jalan yang tidak sesuai syariat. Melakukan
kegiatan konsumsi pada harta pribadi dengan jalan bathil misalkan dengan
melaksanakan transaksi hartanya pada jalan yang tidak dibenarkan atau dengan jalan
maksiat. Atau melaksankan kegiatan konsumsi harta orang lain dengan jalan yang bathil

Rayah Al-Islam, Vol. 7, No. 1, April, 2023 275


Munandar, Ridwan

adalah memakan dengan jalan riba, menganiaya bahkan melakukan penipuan. Selain itu,
melakukan kegiatan transaksi yang bathil ini adalah melakukan kegiatan transaksi jual
beli dengan melakukan kegiatan-kegiatan transaksi jualbeli yang tidak sesuai dengan
syariat (H. Abdul Halim Hasan Binjai, 2006).
2. Makna Mufrodat.

Wahai ‫يٰٓاَيُّ َها‬

orang-orang yang ََ‫الَّ ِذيْن‬

(mereka) beriman َ‫ا َمنُ ْوا‬

Jangan َ‫َل‬

Memakan ‫ت َأ ْ ُكلُ ْٰٓوا‬

harta-harta kalian َ‫ا َ ْم َوالَ ُك ْم‬

diantara/sesamamu َ‫بَ ْينَ ُك ْم‬

dengan jalan yang batil ِ َ‫ِب ْالب‬


َ‫اط ِل‬

Kecuali ٰٓ َّ ‫ا‬
َ‫ِل‬

Bahwa َ‫ا َ ْن‬

Adalah ََ‫ت َ ُك ْون‬

Perniagaan َ‫ارة‬
َ ‫ِت َج‬

Saling َ‫ع ْن‬


َ

tambah dalam kerelaan َ‫ت ََراض‬

276 Rayah Al-Islam, Vol. 7, No. 1, April, 2023


Tafsir Surat An-Nisa Ayat 29 Sebagai Landasan Hukum Akad Ba’i Assalam
Dalam Praktek Jual Beli Online

dan/diantara kamu َ‫ِم ْن ُك ْم‬

dan jangan َ‫َو َل‬

Membunuh َ‫ت َ ْقتُلُ ْٰٓوا‬

diri-diri kalian [lk] َ ُ‫ا َ ْنف‬


َ‫س ُك ْم‬

Sesungguhnya َ‫ا َِّن‬

Allah َ‫ّللا‬
َٰ

dan (ia) adalah ََ‫َكان‬

dengan/kepadamu َ‫بِ ُك ْم‬

maha penyayang ‫َر ِحيْما‬

Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir
menerangkan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil”. “kecuali dengan jalan perniagaan, yiatu melakukan
aktivitas transaksi jual beli, dalam konteks ini allah mengaskan dengan jual beli bukan
dengan dengan melakukan barter atau pertukarang dengan barang lainnya karena ini
yang paling banyak dan paling sering dilakukan. (yang berlaku dengan suka sama-suka)
dalam pengertian bahwa diantara kedua belah pihak saling saling terbuka saling
mengetahui apa yang ditransaksikannya, dengan tidak melakukan perilaku penipuan,
menyembunyikan kekurangan dari yang ditransaksikan, tanpa dengan kecurangan yang
selanjutnya meninggalkan proses transaksi tersebut dalam keadaaan saling ridho atau
penuh engan keridhoan. Dalam literatur yang lain menyebutkan bahwa bila diantara
kedua belah pihak saling ridho setelah melakukan transaksi atau akad maka transaksi
tersebut menjadi halal walaupun kondisi yang melakukan transaksi belum meningglakan

Rayah Al-Islam, Vol. 7, No. 1, April, 2023 277


Munandar, Ridwan

tempat. “Dan janganlah kamu membunuh dirimu” yaitu, larangan allah SWT kepada
orang-orang yang beriman untuk tidak melakukan pembunuhan kepada sesama manusia
kecuali atas dasar syariat yang telah ditentukan, dan juga larangan Allah SWT agar tidak
melakukan bunuh diri. Sesuai dengan sabda nabi “Barangsiapa membunuh dirinya
sendiri dengan meminum racun, maka racunnya itu akan ia minum teguk demi teguk di
neraka sedang ia kekal didalam neraka selamanya”.
3. Makna Ijmali
a. Tafsir Kemenag Kementrian Agama RI
Quran surat annisa ayat 29 menerangkan bahwa kita dilarang untuk mengambil hak
orang lain dengan cara yang dilarang oleh syariat atau dengan cara yang bathil.
Terkecuali kita melakukan transaksi perdagangan yang berlaku dengan kesukarelaan
atau keridhoan diantara keduanya. Berdasarkan atas beberapa pendapat para ulama,
menerangkan bahwa memakan harta orang lain dalam ayat ini memiliki makna yang
sangat general dan mendalam, seperti halnya:
a. Islam sangat menjunjung tinggi terhadap kepemilikan pribadi yang dimana
hak milik tersebut mempunyai hak untuk dilindungi dan hak milik tersebut
didak boleh diganggu gugat.
b. Kepemilikan pribadi apabila telah mencapai takaran yang disyariatkan, maka
wajib untuk dikeluarkan hakhaknya dalam mendorong kepentingan agama
dan bangsa.
c. Kepemilikan pribadi yang dipandang dimiliki oleh seseorang dianggap
banyak, kemudian banyak pula orang yang perlu atas harta tersebut
walaupun dari golongan yang membutuhkannya sekalipun, maka harta
tersebut tidak bisa diambil dengan semena-mena tanpa dipersilahkan oleh
yang punya harta tersbut.
Mengumpulkan kekayaan atau harta sangat dianjurkan, tetapi yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana cara atau jalan mencari kekayaan tersebut, salah satu
jalan diantranya adalah ketika mencarai kekayaan bisa dilakukan melewati perdagangan,
melakukan usaha, atau dengan berniaga, atau juga jual beli yang dengan mengedepankan

278 Rayah Al-Islam, Vol. 7, No. 1, April, 2023


Tafsir Surat An-Nisa Ayat 29 Sebagai Landasan Hukum Akad Ba’i Assalam
Dalam Praktek Jual Beli Online

atau mendasarkan pada kerelaan pada para pihak dengan tidak adanya paksaaan. Karena
pada prinsipinya transaksi perdagangan atau jual beli dengan paksaaan menjadi tidak
sah hukumnya walaupun ada pembayaran yang dilakukan. Selain itu, dalam
mengumpulkan harta kekayaan kita ilarang untuk melakukan kedholiman terhadap
orang lain.
Kemudian juga dalam penafsiran selanjutnya dari ayat ini adalah bahwa Allah SWT
melarang untuk melakukan bunuh diri, akan tetapi dalam penafsiran atau makna secara
umumnya adalah larangan membunuh diri sendiri dan juga membunuh terhadap orang
lain. Karena secara prinsipnya ketika orang yang membunuh itu akan dibunuh sesuai
hukum qisas. Larang bunuh diri karena tindakan tersebut merupakan perbuatan yang
putus asa, ketika orang putus asa berarti orang tersbut tidak meyakini terhadap atas
rahmat allah SWT.
b. Tafsir Al Jalalain
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu makan harta sesamamu dengan
jalan yang batil”. Dengan makna bahwa melakukannya dengan jalan yang tidak
dibenarkan, seperti haknya mencuri, melakukan riba, merampas dan lain sebagainya.
(kecuali dengan jalan) atau terjadi (secara perniagaan) yaitu dalam mencari atau
mengumpulkan atau memakan harta itu hendaknya dilakukan dengan harta perniagaan
yang keridhoan diantara keduanya (dengan suka sama suka di antara kamu) atas dasar
kerelaan diantara keduanya, sehingga bolehlah kita untuk memakannya. (Dan janganlah
kamu membunuh dirimu) (Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu) sehingga
dilarang-Nya kamu berbuat demikian”.

c. Tafsir Al-Wajiz
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil harta selain milik
kalian dengan cara yang diharamkan syariat, sepeti riba, judi, memalak, dan menipu.
Namun kalian diperbolehkan untuk mengambil harta mereka dengan melakukan
perniagaan yang berdasarkan pada kerelaan atau dengan kebaikan hati antara dua belah
pihak, dan berpegang teguh pada syariat. At-Tijarah adalah tindakan jual-beli. At-Taradhi
adalah transaksi antara dua orang yang melakukan jual-beli tanpa adanya tipuan,
tindakan menutupi kecacatan barang, tindakan perjudian dan riba. Dan sebaiknya kalian
tidak saling membunuh dengan cara yang zalim dan penuh kebencian, tanpa dibenarkan
oleh syariat. Dan sebaiknya seseorang tidak bunuh diri. Sesungguhnya Allah Maha
Pengasih terhadap kalian dengan mengharamkan dan mencegah kalian melakukan
perkara tersebut” (Wahbah Zuhaili, 2007).

Rayah Al-Islam, Vol. 7, No. 1, April, 2023 279


Munandar, Ridwan

4. Munasabah Ayat
Munasabah Quran surat annisa ayat 29 dengan ayat-ayat lainnya anatara lain
adalah bahwa surat annisa ayat 29 sebagai landasan untuk melakukan praktek-praktek
atau transaksi dalam jual beli yang dimana dalam jual beli tersebut harus dengan atas
dasar saling ridho atau penuh dengan kerelaan. Kerelaan disini antara lain adalah harus
berdasrkan syariat. Karena tidak setiap kerelaan dalam transaksi jual beli itu di akui oleh
syariat (Az-Zuhaili, n.d.). Salah satu misalnya adalah sikap toleran dalam traksaksi (Az-
Zuhaili, 2011). hal ini sesuai dengan firman Allah surat albaqoroh ayat 224.

Artinya : “Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai
penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan menciptakan kedamaian di antara
manusia. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui”(Depertemen Agama RI, 2010)
Kemudian juga ketika dalam melakukan transaksi harus diperhatikan dalam
pencatatan utang dan mempersaksikannya, karena sangat dianjurkan ketika melakukan
aktivitas transaksi jual beli atau perniagaan untuk mencatata transaksi dan jumlah utang,
selain itu mempersaksikannya transaksi akad jual beli yang akan dibayar dibelakang dan
catatan utang. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 282.
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang

piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya” (Depertemen


Agama RI, 2010).
Ayat ini memberikan perhatian bahwa boleh dilakukannya perdagangan dengan
hal, yaitu: kegiatan perdagangan atau transaksi jual beli harus dilaksanakan dengan atas
dasar suka saling rela diantra kedua belah pihak, sangat dilarang untuk mengambil
manfaat hanya untuk satu orang saja dan merugikan kepada pihak yang lain. Dilarang

280 Rayah Al-Islam, Vol. 7, No. 1, April, 2023


Tafsir Surat An-Nisa Ayat 29 Sebagai Landasan Hukum Akad Ba’i Assalam
Dalam Praktek Jual Beli Online

untuk saling merugikan baik kepada diri sendiri ataupun kepada pihak yang lain.
Sehingga prinsip yang sangat paling penting dalam transaksi jual beli adalah keridhaan
atau kerelaan diantara keduanya(Asnawi, 2004).

5. Hadits tentang salam.


Landasan hukum terkait dengan akad salam selain terdapat dalam AlQuran
sembagai rujukan utama, terdapat juga didalam alhadits menjelaskan terkait dengan
akad salam siantranya adalah:


Artinya: “Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda,
‘Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka”. (HR. al-Baihaqi dan Ibnu
Majah, serta dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).

Artinya: “Barang siapa melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan


dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas, untuk jangka waktu yang
diketahui” (HR. Bukharii, 1995)
Secara konteks kebahasaan kata salaf yang digunakan dalam hadits tersebut, tidak
dengan menggunakan kata salam akan tetapi sebetulnya diantra keduanya mempunyai
arti yang sama. Bahasa salaf dengan salam secara arti, adalah pesanan. Secara historis
kata salam banyak digunakan oleh orang-orang iraq atau bahasa penduduk iraq,
sedangkan bahasa salam banyak digunakan oleh para masyarakat hijaz. Sementara
menurut istilah salam adalah kegiatan perdagangan ataupun jual beli yang dilakukan
dengan memberikan informasi terkait barang yang diperjualbelikan tetapi penyerahan
barang ditangguhkan, sedangkan untuk pembayarannya dilakukan secara langsung pada
waktu melakukan transaksi (As-San’ani et al., 2009).

Rayah Al-Islam, Vol. 7, No. 1, April, 2023 281


Munandar, Ridwan

Artinya: “Dari Ibnu ‘Abbas RA berkata: “Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi


wasallam tiba di Madinah, mereka (penduduk Madinah) mempraktekan jual beli
buah-buahan dengan sistim salaf, yaitu membayar dimuka dan diterima barangnya
setelah kurun waktu dua atau tiga tahun kemudian, Maka Beliau bersabda: "Siapa
yang mempraktekkan salaf dalam jual beli buah-buahan hendaklah dilakukannya
dengan takaran yang diketahui dan timbangan yang diketahui, serta sampai waktu
yang di ketahui” (Imam Bukhari, Shohih Bukhari, n.d.).
Kemudian dalam keterangan hadits yang lain rosululloh SAW bersabda yang artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Khallal berkata, telah menceritakan
kepada kami Bisyr bin Tsabit Al Bazzar berkata, telah menceritakan kepada kami Nashr
bin Al Qasim dari 'Abdurrahman bin Dawud dari Shalih bin Shuhaib dari Bapaknya ia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga hal yang di dalamnya
terdapat barakah; jual beli yang memberi tempo, peminjaman, dan campuran gandum
dengan jelai untuk di konsumsi orang-orang rumah bukan untuk dijual” (H.R. Ibnu Majah)
(Abdillah, 1998).
6. Signifikansi QS. Annisa ayat 29 Sebagai landasan hukum akad salam pada
praktik jual beli Online.
Secara definisi bahwa jual beli online adalah proses transaksi jual bei yang
dilaksanakan atas kesepakatan dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu dalam
akadnya dan kemudian terlebih dahulu melakukan pembayaran, namun barang
diberikan setelahnya (Urnomo, 2004). Nampak dari pengertian tersebut bahwa kegiatan
transaksi jual beli online mempunyai kemiripan dengan transaksi jual beli akad salam,
yaitu aktivitas jual beli yang pemberian barang dilakukan secara ditangguhkan, setelah
pembayaran dilakukan terlebih dahulu. Atas kemiripan tersebut, akad jual beli salam

282 Rayah Al-Islam, Vol. 7, No. 1, April, 2023


Tafsir Surat An-Nisa Ayat 29 Sebagai Landasan Hukum Akad Ba’i Assalam
Dalam Praktek Jual Beli Online

sangat bisa untuk dipraktekan dalam transaksi jual beli online baik yang berbasis pada
aplikasi ataupun pada basis sosial media(Ibtisam Abdul Halim Talli, 2019).
Prosedur dalam kegiatan jual beli online memiliki kesamaan dengan prosedur dalam
akad transaksi salam. yang apabila akad dilakukan memenuhi aturan seumpama pada
aturan akad salam. Dimana aturan ataupun ketentuan daripada akad salam adalah
pembeli (muslam) penjual (muslam alaih) atau para pihak yang melakukan kegiatan
transaksi jual beli, uang (ra’sul maal assalam) dan objek barang yang menjadi bahan
diperdagangkan (muslam fiih) kemudian shigat ataupun ikrar ijab kobul (Djamil, 2013).
Ketentuan-ketentuan dalam akad salam memiliki kesamaan dengan kegiatan jual
beli online, dimana dalam akad salam sangat mengedepankan kejelasan kontrak dalam
traksaksi karena barang yang menjadi objek jual beli ditangguhkan dalam pemberiannya.
Persyaratan dalam akad salam semuanya harus terpenuhi kendati nantinya
diterapkan pada pelaksanaan jual beli online. Adapun persyartannya antara lain adalah:
1) Orang yang menyelenggarakan transaksi (Muslam wamuslam ‘alaih atau Penjual
beserta pembeli).
Persyaratan ini adalah persyaratan yang paling fundamental yang mesti ada
dalam setiap kegiatan transaksi. Dalam hal ini penjual adalah orang yang
menjajakan dagangannya dengan melalui perantara media digital, sedangkan
pembeli adalah orang yang akan melakukan pembelian terhadap barang penjual.
Sebagai penjual harus memiliki bukti kepemilikan barang yang diperjualbelikan
dengan kepemilikan yang sah. Kemudian juga dalam transaksi jual beli online
diharapkan adanya peran pihak lain denga peran sebagai pembantu dalam proses
transaksi. para pihak disini semisal adanya pihak ketiga yang membantu dalam
proses berjalnnya transaksi seperti pihak jasa pengiriman, pihak jasa keuangan
untuk lalu lintas pembayaran dan lain sebagainya. Para pihak ini sebagai
pendukung, sehingga para pihak harus menjaga segala hal yang berkaitan proses
transaski dari mulai kemanan, kerahasiaan serta kepercayaan. Sehingga para
pihak ini apabila di qiyaskan adalah sebagai saksi dalam terjadinya proses
transaksi para pembeli dan penjual.
2) Shigat (Serah-terima)

Rayah Al-Islam, Vol. 7, No. 1, April, 2023 283


Munandar, Ridwan

Ikrar atau shigat adalah suatu ungkapan pernyataan niat atau kehendak
dalam proses transaksi jual beli. Orang yang melaksanakan kegiatan transaksi jual
beli dapat berperan untuk melakukan ijab dan kobul. Keinginan pembali untuk
melakukan transaksi pembalian dagangan penjual yang dapat di akses dalam
laman internet, yang di teruskan dengan penawaran dan kesepakatan pihak yang
termuat pada transaksi dengan berupa shigat.
Dalam pelaksanaan shigat jual beli online dapat dilaksanakan dengan
komunikasi yang berupa lisan, atau tulisan. Proses penawaran dapat dilaksnakan
atas kesepakatan bersama para pihak. Kemudian dalam transaksi e-commerce
telah dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan yang mengelola jalannya transaksi.
Proses komunikasi virtual baik secara verbal, tulisan, atau ketentuan yang tertera
dalam vitur aplikasi bagi pengguna e-commerce menjadi penghubung
terbentuknya kesepakatan yang jelas (serah-terima).
3) Objek transaksi (muslam fih).
Barang atau jasa yang menjadi bagian dari objek transaksi jual beli harus
dijelaskan dengan sedetail mungkin dalam penawaran atau dalam shigat. Para
pelaku transaksi jual beli harus menyepakati terkait dengan kriteria ataupun
spesifikasi dari objek transaksi seperti bentuk, takaran, ukuran, harga serta pada
sisi pengiriman barang. Dalam akad salam ini abu hanifah lebih menekankan pada
aspek objek transaksi. menurutnya ada empat ketentuan yang harus dipenuhi
ebagai syarat objek transaksi akad salam, yaitu harga fiks barang, estimasi waktu
pengiriman, tempat berlangsungnya akad, serta wujud barang saat kegiatan
transaksi.
Namun, dari berbagai syarat utama yang disebutkan diatas dalam pelaksanaan jual
beli online, faktor kerelaan atau saling ridho kedua belah pihak menjadi hal yang tidak
dipisahkan dalam seluruh rangkaian kegiatan transaksi jual beli. Karena suatu akad
menjadi tidak sah hukumnya apabila tidak saling merelakan hati atau saling meridhokan.
Ketidakrelaan dan ketidakridhoan disinyalir dapat menjadikan pemicu dalam terjadinya
kecurangan. Sebagaimana keterangan didalam Alquran surat Annisa ayat 29.

284 Rayah Al-Islam, Vol. 7, No. 1, April, 2023


Tafsir Surat An-Nisa Ayat 29 Sebagai Landasan Hukum Akad Ba’i Assalam
Dalam Praktek Jual Beli Online

Dalam Alquran surat Annisa ayat 29 kata Bainakum mempunyai arti adanya
kumpulan diantara mereka atas harta yang dimana harta tersebut ada pada mereka yang
melakukan kumpulan. Kaitan larangan memakan harta dengan bahasa atau dengan kata
bainakum memberikan sinyal bahwa ketika melakukan pengumpulan harta kekayaan
yang tidak boleh itu adalah mengelola perpindahannya dari satu orang kepada orang
yang lain. Sehingga hal ini mengandung makna bahwa ketidakbolehannya itu adalah
melaksanakan kegiatan transaksi atau pengalihan harta yang tidak mengantar pada
kesuksesan, akan tetapi menghantarkan kepada kejelekan atau kehancuran(M. Quraish
Shihab, 2002).
Sehingga disinilah pentingnya ‘An Taraadin Minkum agar menjaga penguasaan harta
tidak dihancurkan dengan jalan yang bathil. Melakukan pengumpulan harta kekayaan
denga jalan yang tidak benar atau jalan bathil itu disamakan dengan membunuh terhadap
diri kita sendiri (M. Quraish Shihab, 2002).
Maka oleh karena itu, dalam melakukan transaksi perdagangan atau jual beli adanya
ijab kabul yang dilakukan dengan cara apapaun, baik secara verbal atau lisan, tulisan,
maupun isyarat, bahkan dapat juga dilakukan oleh perbuatan seperti halnya banyak yang
dlilaksankan pada transaksi-transaksi sekarang ini yaitu transaksi jual beli online. Maka
oleh karena itu, apapun yang diketahui atau dikenal dalam adat istiadat sebagai ijab kabul
adalah bagian dari bentuk bentuk yang diterapakan hukum untuk memperlihatakan
kerelaan diantara para pihak. Karena pada prinsipnya kerelaan merupakan asas dari
transaksi jual beli sehingga tidak jadi transaksi jual beli jika didalamnya terpadat
pemaksaan (Az-Zuhaili, n.d.).
Faktor An Tarodin Minkum adalah hal yang paling utama dalam pembenaran
transaksi perdagangan atau jual beli. Sehingga praktik-praktik jual beli tidak akan
dilakukan dengan asal-asalan, atau dilakukan dengan tindakan yang tidak beretika
sehingga dapat memicu kerugian baik bagi penjual maupun pembeli. Akan tetapi dari
kegiatan transaksi tersebut dapat menimbulkan kemanfaatan(Az-Zuhaili, n.d.).
Maka implementasi ataupun formula ijab kobul dalam melakukan transaksi
perdagangan atau jual beli dapat dilakukan dengan cara apapaun, baik secara verbal atau
lisan, tulisan, maupun isyarat, bahkan dapat juga dilakukan oleh perbuatan seperti halnya

Rayah Al-Islam, Vol. 7, No. 1, April, 2023 285


Munandar, Ridwan

banyak yang dlilaksankan pada transaksi-transaksi sekarang ini yaitu transaksi jual beli
online(Malik, 2016).
Lalu bagaimakah dengan fenomena transaksi jual beli online hari ini. Jual beli online
tidak dilaksanakan dengan tatap muka secara langsung pada suatu tempat, akantetapi
dilakukan melalui media ataupun aplikasi internet. Walaupun demikian, kegiatan
transaksi jual beli online dengan menggunakan media lain atau layanan penyedia atau
perantara itu tetap sah. Karena kalo dilihat dari makna bertemunya penjual dan pembeli
yang dilaksanakan dalam satu tempat tidak hanya diartikan sebagai dengan pertemuan
tatap muka saja tetapi dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi atau bersifat
kondisional(Malik, 2016).
Sebagaimana dalam Tafsir al-Munir “bahwa dibolehkan dalam Al-Qur’an tentang
jual beli, karena manusia butuh pada hal tersebut. Dengan berlandaskan bahwa
dihalalkannya jual beli karena adanya saling rela kedua belah pihak dengan
meninggalkan penipuan dan pembohongan karena perbuatan tersebut dalam transaksi
jual beli sangat merugikan penjual dan pembeli”(Az-Zuhaili, n.d.).

IV. PENUTUP
Jual beli online merupakan jual beli yang dilakukan dengan sistem yang hampir sama
pada transaksi akad salam. Karena skema pada jual beli online memenuhi persyaratan
seabagai mana pada akad salam. Selain pada syarat-syarat utama yang menjadi rujukan
dalam ke absahan dari transaksi jual beli online ini, ada juga hal penyempurna suatu akad
yaitu keridhoan ataupun saling rela merelakan dalam transaksi. karena pada prinsipnya
akad yang dilakukan dalam semua traksaksi tidak akan menjadi sah apabila tidak saling
ridho atau tidak saling rela. Karena apabila ini terjadi dikhawatirkan akan mendorong
pada transaksi yang tidak dibenarkan.

V. DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, H. I. (1998). Sunan Ibnu Majjah. Darr Al-Fikr.
Ar-Rifai, M. N. (1999). Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Gema Insani

286 Rayah Al-Islam, Vol. 7, No. 1, April, 2023


Tafsir Surat An-Nisa Ayat 29 Sebagai Landasan Hukum Akad Ba’i Assalam
Dalam Praktek Jual Beli Online

Press,.
As-San’ani, M. bin I. A.-‘Amir, Medan, terj. A. N., & Dkk. (2009). Subulus Salam Sharh
Bulughul Maram. Darus Sunnah Press.
Asnawi, H. F. (2004). Transaksi Bisnis E-commerce Perspektif Islam. Magistra insania
press.
Az-Zuhaili, W. (n.d.). Tafsir al-Munir fi al-Aqaidah wa al-Syaria’ah wa al-Manhaj.
Az-Zuhaili, W. (2011). Fiqhi Islam wa Adillatuhu. Gema:Insani.
Depertemen Agama RI. (2010). Al-quran dan Terjemahnya,. Panca Cemerlang.
Djamil, F. (2013). Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan
Syari’ah. Sinar Grafika.
H. Abdul Halim Hasan Binjai. (2006). Tafsir Al-Ahkam. Kencana.
HR. Bukharii. (1995). Sahih alBukhari. Dar al-Fikr.
Ibtisam Abdul Halim Talli, K. (2019). Implementasi Pemikiran Imam Abu Hanifah
Terkait Akad Salam Di Kalangan Generasi Milenial. News.Ge,
https://news.ge/anakliis-porti-aris-qveynis-momava.
Imam Bukhari, Shohih Bukhari. (n.d.). Hadist Shohih Nomor 2086. Pustaka i-Software-
Kitab Sembilan Imam.
M. Quraish Shihab. (2002). Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an.
Lentera Hati.
Malik, A. (2016). Fiqih Ekonomi Qur’ani An-Nisa 29: Representasi Qur’an bagi Ekonomi
Keutamaan. 4(1), 1–23.
Rivai, V. (2012). Islamic Business and Economic Ethic Mengacu pada Al-Qur’an Jejak
Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi. Bumi Aksara.
Taufiq. (2018). Memakan Harta Secara Bathil. Ilmiah Syariah, 17(2), 249.
Urnomo, W. A. (2004). Konsumen dan Transaksi E-Commerce. Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia.
Wahbah Zuhaili, dkk. (2007). Ensiklopedia Al-Qur’an. Gema Insani.

Rayah Al-Islam, Vol. 7, No. 1, April, 2023 287

Anda mungkin juga menyukai