Anda di halaman 1dari 12

Juni

EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi Andreas Ronald dan Dwi Sarmiyatiningsih 31
Vol. I., No. 1, Juni 2010, 31 - 42

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN


EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA
OTONOMI DAERAH
DI KABUPATEN KULON PROGO

Andreas Ronald dan Dwi Sarmiyatiningsih


Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra

ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis dampak diberlakukannya Otonomi Daerah terhadap kinerja keuangan
dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kulon Progo. Data yang dianalisis adalah data keuangan
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo tahun anggaran 1996 sampai dengan 2008, data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Alat analisis data menggunakan Deskriptif dan time series.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sesudah diberlakukannya Otonomi Daerah, rasio efisiensi
belanja cenderung menurun, artinya Belanja Daerah cenderung efisien sehingga pertumbuhan ekonomi
mengalami peningkatan meskipun dalam angka yang relatif kecil..

Kata kunci: kinerja keuangan, pertumbuhan ekonomi, Otonomi Daerah

PENDAHULUAN Pemerintah bekerjasama dengan Dewan


1. Latar Belakang Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai
Kewenangan daerah dalam menjalankan lembaga legislatif, terlebih dahulu menentukan
pemerintahannya pada masa pra reformasi / orde Arah Kebijakan Umum (AKU) dan prioritas
baru didasarkan pada Undang-Undang Nomor 5 anggaran dalam pengalokasian Anggaran
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Pendapatan dan Belanja Daerah. AKU dan
di Daerah. Undang-Undang tersebut selain prioritas anggaran merupakan sintesa dari hasil
mengatur pemerintahan daerah, juga menjelaskan penjaringan aspirasi masyarakat sehingga
hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan diperoleh kebijakan jangka pendek (tahunan) dan
pemerintah daerah. Sepanjang potensi sumber kebijakan jangka menengah (lima tahunan) yang
keuangan daerah belum mencukupi, pemerintah berkaitan dengan kebijakan pengelolaan daerah.
pusat memberikan sejumlah sumbangan kepada Untuk melihat kemampuan daerah dalam
pemerintah daerah. Pelaksanaan Otonomi Daerah menjalankan Otonomi Daerah, salah satunya
di Indonesia yang didasari UU No. 22 Tahun 1999 dapat diukur melalui kinerja keuangan daerah.
yang diubah dalam Undang-Undang Nomor 32 Usaha pemerintah daerah dalam menggali sumber
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan dana yang berasal dari potensi daerah yang
Undang-Undang No 25 Tahun 1999 yang diubah dimiliki serta kemampuan mengelola dan
dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, memanfaatkan sumber dana yang ada tercermin
tentang perimbangan keuangan antara pusat dan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
daerah membawa konsekuensi pada daerah yang (APBD). Salah satu alat untuk menganalisis
bersangkutan untuk melakukan penataan di kinerja keuangan pemerintah daerah adalah
berbagai segi. dengan melakukan analisis rasio keuangan
32 EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi Juni

terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Kulon Progo sebelum dan
Daerah yang telah ditetapkan dan sesudah Otonomi Daerah dan
dilaksanakannya. bagaimana prediksi tahun 2015.
Menurut Widodo (Halim, 2004:283) dalam 2. Untuk mengetahui perbandingan kinerja
rangka pengelolaan keuangan daerah yang keuangan antara sebelum dan sesudah
transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan diberlakukannya kebijakan Otonomi
akuntabel, analisis rasio keuangan terhadap Daerah.
pendapatan belanja daerah perlu dilaksanakan 3. Untuk mengetahui pertumbuhan
meskipun terdapat perbedaan kaidah ekonomi daerah Kabupaten Kulon
pengakuntansiannya dengan laporan keuangan Progo sebelum dan sesudah Otonomi
yang dimiliki perusahaan swasta. Daerah dan prediksi tahun 2015.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis 4. Untuk mengetahui perbandingan
termotivasi untuk meneliti kinerja keuangan dan pertumbuhan ekonomi antara sebelum
pertumbuhan ekonomi sebelum dan sesudah dan sesudah diberlakukannya kebijakan
diberlakukannya Otonomi Daerah mengambil Otonomi Daerah
judul Analisis Kinerja Keuangan Dan
Pertumbuhan Ekonomi Sebelum Dan Sesudah TINJAUAN TEORI
Diberlakukannya Otonomi Daerah Pada 1. Otonomi Daerah
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Ketentuan umum pasal 1 Undang-Undang
2. Rumusan Masalah Nomor 32 tahun 2004 menyatakan bahwa yang
1. Bagaimana tingkat efisiensi belanja, dimaksud dengan Otonomi Daerah adalah hak,
efektifitas PAD dan kemandirian wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
keuangan daerah Kabupaten Kulon mengatur dan mengurus sendiri urusan
Progo sebelum dan sesudah Otonomi pemerintahan dan kepentingan masyarakat
Daerah dan bagaimana prediksi tahun setempat sesuai dengan peraturan perundang-
2015. undangan. Daerah otonom yang dimaksud adalah
2. Bagaimana perbandingan kinerja kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
keuangan antara sebelum dan sesudah batas wilayah yang berwenang mengatur dan
diberlakukannya kebijakan Otonomi mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
Daerah. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
3. Bagaimana pertumbuhan ekonomi berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
daerah Kabupaten Kulon Progo sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
dan sesudah Otonomi Daerah dan 2. Keuangan Daerah
prediksi tahun 2015. Menurut Mamesah (Halim, 2004: 18-19)
4. Bagaimana perbandingan pertumbuhan keuangan daerah dapat diartikan hak dan
ekonomi antara sebelum dan sesudah kewajiban yang dinilai dengan uang, demikian
diberlakukannya kebijakan Otonomi pula segala sesuatu baik berupa uang maupun
Daerah. barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah
sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh Negara
3. Tujuan Penelitian atau Daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak
1. Untuk mengetahui tingkat efisiensi lain sesuai ketentuan peraturan perundangan yang
belanja, efektifitas PAD dan berlaku.
kemandirian keuangan daerah
Juni Andreas Ronald dan Dwi Sarmiyatiningsih 33

Untuk bisa menjalankan tugas-tugas dan memahami proses kegiatan instansi pemerintah,
fungsi-fungsinya, pemerintah daerah dilengkapi h) Memastikan bahwa pengambilan keputusan
dengan seperangkat kemampuan pembiayaan obyektif.
dimana menurut pasal 55, sumber pembiayaan Seiring dengan makin majunya penerapan
pemerintah daerah terdiri dari tiga komponen prinsip akuntabilitas dan transparansi, yang
besar yaitu: 1) Pendapatan asli daerah, 2) ditandai dengan berlakunya Undang-Undang
Pendapatan yang berasal dari pusat, 3) Lain-lain Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
pendapatan daerah yang sah. maka setiap pengelola keuangan daerah harus
Pendapatan yang berasal dan besarnya dana menyampaikan laporan pertanggungjawaban
dari pusat merupakan cerminan atau indikator dari pengelolaan keuangannya dalam bentuk neraca,
ketergantungan pendanaan pemerintah daerah laporan arus kas, dan catatan atas laporan
terhadap pemerintah pusat. Dengan demikian, ada keuangan daerah.
beberapa proyek pemerintah pusat melalui APBN Salah satu alat untuk menganalisis kinerja
tetapi dana itu juga masuk di dalam anggaran keuangan pemerintah daerah adalah dengan
pemerintah daerah (APBD). analisis rasio terhadap APBD. Ada beberapa jenis
Lahirnya Otonomi Daerah tersebut rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data
memberikan keleluasaan daerah untuk mengatur keuangan yang bersumber dari APBD antara lain:
dan mengurus sumber-sumber penerimaan daerah
yang berasal dari pendapatan asli daerah, dana 1. Rasio efisiensi belanja
perimbangan, pinjaman daerah dan sumber- Menurut Mahmudi (2007: 152) rasio
sumber penerimaan lainnya, secara terarah dan efisiensi belanja merupakan rasio yang
sistematis melalui intensifikasi dan ekstensifikasi menggambarkan perbandingan antara realisasi
sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah. pengeluaran/belanja daerah dengan anggaran
belanja daerah. Semakin kecil rasio belanja maka
3. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah semakin efisien, begitu pula sebaliknya.
Pemerintah daerah sebagai pihak yang Anggaran pemerintah efisien jika rasionya kurang
diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, dari 100, dan sebaliknya. Formulanya adalah
pembangunan, maupun melayani kebutuhan sebagai berikut:
sosial masyarakat wajib menyampaikan laporan Realisasi Belanja
pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk Rasio efektifitas belanja = ––––––––––––––––––– X 100%
Anggaran Belanja
dinilai apakah pemerintah daerah berhasil
menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. 2. Rasio efektifitas Pendapatan Asli Daerah
Menurut Mardiasmo (2005: 122) manfaat (PAD)
pengukuran kinerja adalah: a) Memberikan Menurut Widodo (Halim, 2004:285) Rasio
pemahaman mengenai ukuran untuk menilai efektifitas PAD menggambarkan kemampuan
kinerja manajemen, b) Memberikan arah pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD
mencapai target kinerja c) Untuk mengevaluasi yang direncanakan dibandingkan dengan target
pencapaian kinerja, membandingkan , dan yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.
mengkoreksi untuk memperbaiki kinerja, d) dasar PAD efektif apabila rasio yang dicapai minimal
memberikan penghargaan dan hukuman, e) alat sebesar 100. Namun demikian, semakin besar
komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rasio efektifitas menggambarkan kinerja
memperbaiki kinerja organisasi, f) pemerintah yang semakin baik. Formulanya
mengidentifikasi kepuasan pelanggan, g) adalah sebagai berikut:
34 EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi Juni

3. Rasio kemandirian keuangan daerah Formula yang digunakan untuk mengukur


Menurut Widodo (Halim, 2004:284) kemandirian keuangan daerah adalah sebagai
kemandirian keuangan daerah atau otonomi fiskal berikut:
menunjukkan kemampuan pemerintah daerah
Rasio Kemandirian Penerimaan Asli Daerah
dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, Keuangan Daerah = X 100%
Total Penerimaan Daerah
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.
Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh Agar formula tersebut dapat digunakan untuk
besar kecilnya pendapatan asli daerah mengukur kinerja keuangan maka unsur
dibandingkan dengan penerimaan daerah.Tingkat penerimaan daerah selain pendapatan asli daerah
kemandirian menggambarkan tingkat partisipasi (dana ekstern) harus dihitung konstan.
masyarakat dalam pembangunan daerah. Bentuk
partisipasi masyarakat : membayar pajak dan 4. Pertumbuhan Ekonomi.
retribusi daerah yang merupakan komponen Pertumbuhan ekonomi menurut Kuznets
utama Pendapatan Asli Daerah. adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang
Ada empat macam pola hubungan (Paul dari negara yang bersangkutan untuk
Hersey dan Kenneth Blanchard) yang menyediakan barang ekonomi kepada
memperkenalkan hubungan situasional yang penduduknya, oleh adanya kemajuan atau
dapat digunakan dalam pelaksanaan Otonomi penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional
Daerah, antara lain: 1) Pola hubungan instruktif, dan ideologi terhadap berbagai tuntutan keadaan
peranan pemerintah pusat dominan. 2) Pola yang ada (Todaro, 2000: 144). Pertumbuhan
hubungan konsultatif, campur tangan pemerintah ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB
pusat semakin berkurang, daerah sedikit mampu tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar
melaksanakan otonomi. 3) Pola hubungan atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
partisipatif, peranan pusat semakin berkurang, penduduk atau pun dari adanya perubahan
kemandiriannya daerah mendekati mampu struktur ekonomi (Arsyad: 13).
melaksanakan urusan Otonomi Daerah. 4) Pola Pertumbuhan ekonomi suatu Negara dan
hubungan delegatif, daerah telah mandiri, campur daerah dapat diukur dengan indikator utama yaitu
tangan pusat sudah tidak ada. Pedoman dalam Produk Domestik Bruto (PDB) dan . Produk
pola hubungan daerah dengan kemampuan daerah Domestik Regional Bruto (PDRB). Akan tetapi,
dapat dikemukakan pada tabel sebagai berikut: perubahan PDB/PDRB dari tahun ke tahun tidak
hanya disebabkan oleh perubahan tingkat
Tabel 1 kegiatan ekonomi tetapi juga oleh adanya
Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan kenaikan harga-harga. Oleh karena itu perlu
Daerah ditentukan perubahan yang sebenamya terjadi
dalam kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun
Kemampuan Kemandirian % Pola dengan cara menghilangkan pengaruh perubahan
Keuangan Hubungan harga-harga terhadap nilai PDB/PDRB pada
Rendah Sekali 0% - 25% Instruktif berbagai tahun sehingga PDB/PDRB yang
Rendah 25% - 50% Konsultatif digunakan dalam menghitung pertumbuhan
Sedang 50% - 75% Parsitipasif ekonomi adalah PDB/PDRB menurut harga
Tinggi 75% - 100% Delegatif konstan.
Sumber: Nataluddin (Halim, 2004: 189)
Juni Andreas Ronald dan Dwi Sarmiyatiningsih 35

5. Analisis Trend Terhadap Kinerja Keuangan Rasio efektifitas PAD =


Realisasi Penerimaan PAD
Χ100%
dan Pertumbuhan Ekonomi Target Penerimaan PAD

Analisis trend dilakukan untuk mengetahui Penerimaan Asli Daerah


Rasio Kemandirian Keuangan Daerah = Χ100%
perkiraan kinerja keuangan dan pertumbuhan Total Penerimaan Daerah

ekonomi Kabupaten Kulon Progo pada tahun-


tahun yang akan datang. Pertumbuhan Ekonomi
Dengan menggunakan dasar data-data masa Definisi pertumbuhan ekonomi menurut
sebelumnya yang dikumpulkan, kemudian Kuznets adalah kenaikan kapasitas dalam jangka
dianalisa untuk meramalkan waktu yang akan panjang dari negara yang bersangkutan untuk
datang. Data-data yang dikumpulkan dengan menyediakan barang ekonomi kepada
rangkaian waktu disebut dengan rangkaian waktu penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri
(time series). ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya
kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian
METODA PENELITIAN teknologi, institusional (kelembagaan) dan
1. Obyek Penelitian ideologi terhadap berbagai tuntutan keadaan yang
Penelitian akan dilaksanakan terhadap ada (Todaro, 2000:144). Menurut pendapat lain,
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan
PDB/PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu
2. Data
lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
Data yang digunakan dalam penelitian ini pertumbuhan penduduk ataupun dari adanya
adalah data sekunder, meliputi: a)Data keuangan perubahan struktur ekonomi (Arsyad, 2004: 13).
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo tahun Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah/daerah
anggaran 1996 sampai dengan 2008 meliputi tar- dapat diukur dengan indikator utama yaitu Produk
get pendapatan asli daerah, realisasi pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar
asli daerah, total penerimaan daerah, anggaran Harga Konstan.
belanja dan relisasi belanja daerah. b) Data
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas 4. Metode analisis data
Dasar Harga Konstan yang diperoleh dari Badan
Analisis Deskriptif
Pusat Statistik (BPS).
Analisis ini digunakan untuk mengetahui
3. Variabel deskripsi data dari variabel-variabel yang
Kinerja keuangan digunakan dalam penelitian.
Kinerja keuangan merupakan keluaran atau
hasil dari kegiatan atau program yang dicapai Analisis Trend
sesuai dengan anggaran dengan kualitas dan Analisis trend dilakukan untuk memprediksi
kuantitas yang terukur. Untuk mengetahui kinerja kinerja keuangan dan pertumbuhan ekonomi
keuangan pemerintah daerah, digunakan analisis Kabupaten Kulon Progo pada tahun-tahun yang
rasio efisiensi belanja, rasio efektifitas PAD dan akan datang. Dalam perhitungan ini
rasio kemandirian keuangan daerah. menggunakan analisis time series dengan
persamaan trend:
Adapun formulanya adalah sebagai berikut:
Y’ = a + bX,
Realisasibelanja
Rasioefisiensibelanja= Χ100%
Anggaranbelanja
36 EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi Juni

di mana : Melestarikan budaya dan melestarikan fungsi


Y’ = Perkembangan Efisiensi Belanja atau lingkungan hidup.
Efektivitas PAD atau Kemandirian
2. Pemerintahan Umum
Keuangan Daerah atau Pertumbuhan
Kelembagaan di Kabupaten Kulon Progo
Ekonomi
berdasarkan Peraturan Daerah No. 2, 3,4, 5 dan
a = Besarnya Y, saat X=0.
6 Tahun 2008 meliputi: 1) Sekretariat daerah
B = Besarnya Y , jika X mengalami perubahan
terdiri dari 9 (sembilan) bagian dan sekretariat
X = Waktu.
DPRD terdiri dari 3 (tiga) bagian. 2) Dinas daerah
terdiri dari 12 (dua belas) dinas. 3) Lembaga
HASIL DAN PEMBAHASAN
teknis daerah terdiri dari 10 (sepuluh). 4) UPTD
Hasil terdiri 20 (dua puluh) UPTD. 5) Kecamatan
1. Visi Misi Pemerintah Kabupaten Kulon terdiri dari 12 (dua belas) kecamatan. Secara ad-
Progo ministratif Kabupaten Kulon Progo terbagi 88
Visi pemerintah Kabupaten Kulon Progo desa dan 12 kecamatan.
seperti yang tertera dalam RPJM Daerah Untuk membantu pelaksanaan pemerintah
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2006-2011 adalah desa di Kabupaten Kulon Progo terdapat 930
Membangun Kulon Progo Dalam Kebersamaan dusun, 1.884 RW dan 4.469 RT. Dari 88 desa yang
Menuju Penguatan Ekonomi Lokal Berbasis ada 74 desa dikategorikan sebagai desa pedesaan
Ekonomi Kerakyatan Demi Mewujudkan dan 14 desa merupakan desa perkotaan.
Masyarakat Kulon Progo Yang Mandiri, Aman,
Sejahtera, Dinamis Berlandaskan Iman Dan 3. Perekonomian Daerah
Taqwa. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Dengan Visi Kabupaten Kulon Progo Tahun Kondisi perekonomian daerah dapat
2006-2011 ini diharapkan akan mewujudkan digambarkan dengan nilai pertambahan barang
kesejahteraan masyarakat baik materiil maupun dan jasa di suatu daerah yang ditunjukkan dari
spirituil menuju Kabupaten Kulon Progo yang perhitungan PDRB. Sementara itu pertumbuhan
mandiri dan aman. Berdasarkan visi tersebut yang ekonomi dapat dihitung menggunakan
di dukung dengan keberhasilan etos kerja pada pertumbuhan nilai PDRB atas dasar harga
periode pembangunan lima tahun sebelumnya dan konstan. Adapun perkembangan pertumbuhan
dengan semangat etos kerja yang baru ekonomi selama 5 tahun adalah sebagai berikut:
“membangun desa menumbuhkan kota” maka Tabel 2
misi pembangunan jangka menengah Kabupaten Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kab.
Kulon Progo adalah : 1)Meningkatkan kapasitas Kulon Progo
dan keberpihakan kelembagaan pemerintah (Dihitung Menggunakan PDRB Atas Dasar
kepada rakyat/ masyarakat untuk mencapai tata Harga Konstan)
kelola pemerintahan yang baik. 2) Meningkatkan No. Tahun Pertumbuhan ( % )
profesionalisme dan jiwa enterpreneur aparatur. 1. 2003 4,19
3)Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan 2. 2004 4,49
desa. 4) Meningkatkan kesejahteraan sosial 3. 2005 4,77
masyarakat.5)Mengembangkan perekonomian 4. 2006 4,05
rakyat terutama agribisnis dan pariwisata. 6) 5. 2007 4,12
Memfasilitasi pengembangan dunia usaha dan 6. 2008 4,71
investasi daerah.7) Meningkatkan ketentraman,
Sumber Data: BPS Kabupaten Kulon Progo (diolah)
ketertiban, keimanan dan ketaqwaan. 8)
Juni Andreas Ronald dan Dwi Sarmiyatiningsih 37

Keuangan daerah Tabel 4


Seiring dengan semakin meningkatnya Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Kulon Progo
jumlah urusan yang harus dikelola Kabupaten
Kulon Progo sebagai konsekuensi pelaksanaan No Tahun Realisasi PAD (Rp)
Otonomi Daerah maka kebutuhan dana semakin 1. 2004 19.834.963.142,21
meningkat. Realisasi belanja selama 5 tahun 2. 2005 24.332.483.446,02
adalah sebagai berikut: 3. 2006 35.203.275.122,35
Tabel 3 4. 2007 38.637.833.503,34
Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten 5. 2008 42.289.208.476,81
Kulon Progo SumberData: DPPKA Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009
Tahun 2004-2008
Pembahasan
No Tahun APBD (Rp) 1. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah
1. 2004 311.299.867.330,10 Kabupaten Kulon Progo
2. 2005 286.529.399.140,21 Untuk mengetahui kinerja keuangan
3. 2006 458.909.842.111,94 pemerintah daerah, digunakan analisis rasio yang
4. 2007 492.840.107.093,71 terdiri dari rasio efisiensi belanja, rasio efektifitas
5. 2008 598.059.933.717,75 PAD dan rasio kemandirian keuangan daerah.
1.1. Analisis Kinerja Keuangan pemerintah
SumberData: DPPKA Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009 Kabupaten Kulon Progo Menggunakan
Rasio Efisiensi Belanja. Formula rasio
Peningkatan realisasi belanja Kabupaten efisiensi belanja:
Kulon Progo dari tahun ke tahun juga diikuti Rasio Efisien Realisasi Anggaran Belanja
= X 100%
dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah Belanja Anggaran Belanja
(PAD). Sebagai gambaran kondisi Pendapatan
Pengukuran kinerja Pemerintah Kabupaten Kulon
Asli Daerah selama 5 tahun terakhir adalah
Progo menggunakan rasio efisiensi belanja,
sebagai berikut:
sebelum dan sesudah diberlakukannya Otonomi
Daerah tersedia dalam tabel berikut:
38 EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi Juni

Tabel 5
Perhitungan Rasio Efisiensi Belanja Kabupaten Kulon Progo
Tahun Anggaran 1996 sampai dengan 2008
Tahun Realisasi Belanja Anggaran Belanja Rasio Efisiensi Belanja ( % ) Keterangan

1 2 3 4 = 2/3 5

1996 17.486.109.134,80 17.952.803.331,80 94,40 Sebelum

1997 21.643.384.353,94 21.931.805.013,94 98,68 Otonomi

1998 31.448.138.382,85 34.060.008.484,56 92,33 Daerah

1999 54.196.173.883,14 57.891.805.770,49 93,62

2000 64.764.434.720,96 71.537.537.201,00 90,53

2001 189.645.232.379,24 234.251.297.556,01 80,96 Masa-masa

2002 248.670.968.622,07 275.702.583.105,40 90,20 peralihan

2003 282.170.746.713,20 289.159.189.404,65 97,58 Sesudah

2004 311.299.867.330,10 322.333.090.561,31 96,48 diberlakukan

2005 286.529.399.140,21 307.526.546.189,49 93,17 Otonomi

2006 458.909.842.111,94 476.712.196.279,69 96,27 Daerah

2007 492.840.107.093,71 537.649.945.398,00 91,67

2008 598.059.933.717,75 626.369.590.535,65 95,48

Dari table.5 dapat diketahui bahwa rasio


efisiensi belanja Kabupaten Kulon Progo tahun 1.2. Analisis Kinerja Keuangan pemerintah
1996 sampai dengan 2008 berkisar antara 80,96% Kabupaten Kulon Progo menggunakan Rasio
sampai 98,68%. Hal ini menunjukkan bahwa Efektifitas PAD
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah Kemampuan daerah dalam menjalankan
melakukan efisiensi anggaran. Efisiensi belanja tugasnya dikategorikan efektif apabila rasio yang
tertinggi terjadi pada .ahun 2001 yaitu sebesar dicapai minimal sebesar 100%. Namun demikian,
80,96% dan terendah terjadi pada tahun 1997 semakin besar rasio efektifitas menggambarkan
yaitu 98,68 %. kinerja pemerintah yang semakin baik. Formula
yang digunakan adalah sebagai berikut:

Realisasi Penerimaan PAD


Rasio efektifitas PAD = ––––––––––––––––––––––– X 100%
Target Penerimaan PAD
Juni Andreas Ronald dan Dwi Sarmiyatiningsih 39

Tabel 6
Perhitungan Rasio Efektifitas PAD Kabupaten Kulon Progo
Tahun Anggaran 1996 sampai dengan 2008

Tahun Realiasi PAD Target Penerimaan PAD Rasio Efektifitas PAD (%) Keterangan

1 2 3 4=2/3 5
1996 2.144.440.805,67 1.986.661.111,29 107,92

1997 3.060.074.921,05 2.698.195.919,96 113,41


Sebelum otono

1998 4.220.839.097,81 3.634.164.369,35 116,14 daerah

1999 5.635.413.893,56 4.811.981.940,34 117,11

2000 6.726.479.335,45 6.393.136.211,00 105,21

2001 10.132.945.695,54 8.573.860.083,00 118,18 Masa

2002 16.225.501.698,51 13.168.930.591,00 123,21 Peralihan

2003 18.250.897.191,88 16.639.670.938,00 109,68

2004 19.834.963.145,21 19.210.285.827,00 103,25


Sesudah
2005 24.332.483.446,02 23.450.286.823,51 103,76
diberlakuka
2006 35.203.275.122,35 30.074.914.284,76 117,05
Otonomi Daer

2007 38.637.833.503,34 35.344.379.551,00 109,32

2008 42.289.208.476,81 39.736.227.720,00 106,42

Dari tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan
rasio efektifitas PAD Kabupaten Kulon Progo oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah
Tahun 1996 sampai dengan 2008 berkisar antara dibandingkan dengan penerimaan daerah. For-
103,25% sampai 123,21%. Hal ini menunjukkan mula yang digunakan untuk mengukur
bahwa Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah kemandirian keuangan daerah adalah sebagai
melakukan pemungutan PAD secara efektif. berikut:
Rasio efektifitas PAD tertinggi pada tahun 2002
Pendapatan Asli Daerah
yaitu sebesar 123,21% dan terendah terjadi tahun Rasio KKD = –––––––––––––––––––––––– x 100%
2004 sebesar 103,25%. Total Penerimaan Daerah

1.3. Analisis Kerja Keuangan Pemerintah Agar formula tersebut dapat digunakan untuk
Kabupaten Kulon Progo Menggunakan mengukur kinerja keuangan maka unsur
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah penerimaan daerah selain pendapatan asli daerah
(dana ekstern) harus dihitung konstan.
40 EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi Juni

Tabel 7
Perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Kulon Progo
Tahun Anggaran 1996 sampai dengan 2008

Tahun Pendapatan Asli Total Penerimaan Total Penerimaan Rasio Rasio K


Daerah (RP) Daerah (Rp) Daerah yang faktor KKD konstan
ekstem PAD dihitung Riil (%)
konstan (Rp)

1 2 3 4 5=2/3 6=2
1996 2.144.440.805.67 18.251.904.606,98 18.251.904.606,98 11,75 11,75

1997 3.060.074.921,05 22.338.228.964,16 19.035.483.924,20 13,70 16,08

Dari tabel 7 di atas terlihat bahwa secara riil berasal


1998
dari dana ekstern
4.220.839.097,81
dihitung konstan. Dari
32.507.983.260,00 20.125.297.239,02 12,98 20,97
kemandirian keuangan daerah Kabupaten Kulon tabel 7 tersebut dapat diketahui rasio kemandirian
1999 5.635.413.893,56
keuangan daerah selama57.049.027.812,50 21.904.872.301,71
lima tahun sebelum 9,88 25,73
Progo dalam mencukupi kebutuhan pembiayaan
untuk melakukan tugas-tugas pemerintahan, diberlakukannya
2000 6.726.479.335,45otonomi selalu mengalami
68.909.630.478,05 23.687.503.746,58 9.76 28.40
pembangunan, dan pelayanan sosial masyarakat peningkatan yaitu 11,75 menjadi 28,40 dan
2001 10.132.945.695,54 221.037.330.913,64 221.055.330.913,64 4,58 4,58
masih rendah. Rasio kemandirian keuangan sesudah diberlakukannya Otonomi Daerah (tahun
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo hanya 200316.225.501.698,51
2002 sampai dengan 2008) tetap mengalami
251.631.711.572,63 223.002.691.159,52 6,45 7,28
berkisar antara 4,58 sampai 13,70, artinya pola kenaikan yaitu 6,37 menjadi 13,61. Hal ini
2003 18.250.897.191,88 286.643.223.482,64 286.643.223.482,64 6,37 6,37
hubungan yang instruktif, dimana peranan menunjukkan perkembangan kinerja keuangan
pemerintah pusat lebih dominan dari pada Pemerintah
2004 Kabupaten
19.834.963.145,21 Kulon Progo baik
296.569.118.854,58 288.227.289.435,97 6,69 6,88
kemandirian pemerintah daerah, hal ini sebelum
2005
maupun sesudah diberlakukannya
24.332.483.446,02 307.791.005.156,51 292.724.809.736,78 7,91 8,31
disebabkan betapa dominanya transfer dari Otonomi Daerah menunjukkan peningkatan.
2006 35.203.275.122,35 448.371.802.782,26 303.595.601.413,11 7,85 11,60
pemerintah pusat dalam APBD.
Rasio kemandirian keuangan yang digunakan 1.4. Analisis
2007 Pertumbuhan
8.637.833.503,34 Ekonomi Kabupaten
522.937.813.610,66 307.030.159.794,10 7,39 12,58
untuk pengukuran kinerja penerimaan yang Kulon Progo
2008 2.289.208.476,81 581.934.155.009,44 310.681.534.767,57 7,27 13,61
Juni Andreas Ronald dan Dwi Sarmiyatiningsih 41

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat Tabel 9


diukur dengan indikator utama yaitu Produk Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dapat Kulon Progo Sesudah Diberlakukannya
Otonomi Daerah (Dihitung Menggunakan
digunakan untuk memperoleh keterangan tentang
Indikator PDRB Atas Dasar Harga Konstan
laju pertumbuhan ekonomi daerah serta dapat Tahun 2000)
digunakan pula untuk menganalisa perubahan
tingkat kemakmuran secara riil atas dasar harga No Tahun PDRB ADHK Pertumbuhan (%)
konstan pada suatu wilayah. 1. 2002 1.284.808 -
2. 2003 1.338.700 4,19
Tabel 8
3. 2004 1.398.744 4,49
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
Kulon Progo Sebelum Otonomi Daerah 4. 2005 1.465.477 4,77
(Dihitung Menggunakan Indikator PDRB 5. 2006 1.524.848 4,05
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993) 6. 2007 1.587.630 4,12
7. 2008 1.662.370 4,71
No Tahun PDRB ADHK Pertumbuhan (%)
1. 1995 415.042 - Dengan melihat tabel 8 dan tabel 9 dapat
2. 1996 436.330 5,13 dibandingkan pertumbuhan ekonomi daerah
3. 1997 447.571 2,58 Kabupaten Kulon Progo sebelum Otonomi
4. 1998 384.783 -15,08 Daerah cenderung tidak stabil. Sedangkan
5. 1999 346.062 -10,06 pertumbuhan ekonomi sesudah adanya kebijakan
6. 2000 352.854 1,96 Otonomi Daerah relatif stabil.

Krisis ekonomi tahun 1997 berdampak pada SIMPULAN DAN SARAN


turunnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sebelum Otonomi Daerah, rasio efisiensi
Kulon Progo. Pada tahun 1997 pertumbuhan belanja cenderung menurun akan tetapi
ekonomi sebesar 2,76% turun drastis menjadi - perekonomian tidak tumbuh. Hal ini
15,08% (perekonomian melemah) pada tahun dimungkinkan karena dalam penelitian ini tidak
1998. Pada tahun 1999 masih mengalami mengindentifikasi penyebab terjadinya varians
pertumbuhan ekonomi negatif sebesar -10.06%. dalam analisis efisiensi belanja sehingga ada
selanjutnya tahun 2000 pertumbuhan ekonomi kemungkinan memang terjadi efisiensi yang
mulai membaik dengan pertumbuhan sebesar tinggi. Akan tetapi dapat juga karena ada sebagian
1,96%. kegiatan yang tidak dilaksanakan atau
dikarenakan penyusunan anggaran yang masih
menggunakan sistem tradisional sehingga
terdapat kemungkinan penentuan anggaran yang
kurang tepat yang berakibat pada hasil
pengukuran kinerja menggunakan ukuran
efisiensi belanja menjadi tinggi.
42 EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi Juni

DAFTAR PUSTAKA Republik Indonesia. Keputusan Menteri Dalam


Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Negeri Nomor 29/2002 tentang
Edisi Keempat. Yogyakarta: STIE Pedoman Pengurusan, Pertanggung-
YKPN. jawaban dan Pengawasan Keuangan
Daerah serta Tata Cara Penyusunan
Badan Pusat Statistik. Kulon Progo Dalam Angka.
Perhitungan Anggaran Pendapatan dan
Berbagai edisi. Yogyakarta.
Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata
Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Usaha Keuangan Daerah dan
Yogyakarta: BPFE. Penyusunan Perhitungan Anggaran
Halim, Abdul. 2004. Bunga Rampai Manajemen Pendapatan dan Belanja Daerah.
Keuangan Daerah. Edisi Revisi. _____. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974
Yogyakarta: UPP AMP YKPN. tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di
_____. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Daerah.
Revisi. Jakarta: Salemba Empat. _____. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
Mahmudi. 2007. Analisa Laporan Keuangan tentang Keuangan Negara.
Pemerintah Daerah. Yogyakarta: UPP _____. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2005
STIMYKPN. tentang Standar Akuntansi Publik.
Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. _____. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Yogyakarta: Andi. tentang Pemerintahan Daerah.
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Peraturan _____. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004
Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor tentang Perimbangan Keuangan Antara
1 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Pemerintah Pusat dan Daerah.
Ruang dan Wilayah Daerah Tahun 2003-
Todaro, P Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi
2013.
di Dunia Ketiga. Jakarta: Eriangga.
Purwanto, Suharyadi.2003. Statistika Untuk
Ekonomi & Keuangan Modem. Jakarta:
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai