Hub Keuda DG Pertumbh Eko SBLM Dan SSD Otda
Hub Keuda DG Pertumbh Eko SBLM Dan SSD Otda
EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi Andreas Ronald dan Dwi Sarmiyatiningsih 31
Vol. I., No. 1, Juni 2010, 31 - 42
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis dampak diberlakukannya Otonomi Daerah terhadap kinerja keuangan
dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kulon Progo. Data yang dianalisis adalah data keuangan
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo tahun anggaran 1996 sampai dengan 2008, data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Alat analisis data menggunakan Deskriptif dan time series.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sesudah diberlakukannya Otonomi Daerah, rasio efisiensi
belanja cenderung menurun, artinya Belanja Daerah cenderung efisien sehingga pertumbuhan ekonomi
mengalami peningkatan meskipun dalam angka yang relatif kecil..
terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Kulon Progo sebelum dan
Daerah yang telah ditetapkan dan sesudah Otonomi Daerah dan
dilaksanakannya. bagaimana prediksi tahun 2015.
Menurut Widodo (Halim, 2004:283) dalam 2. Untuk mengetahui perbandingan kinerja
rangka pengelolaan keuangan daerah yang keuangan antara sebelum dan sesudah
transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan diberlakukannya kebijakan Otonomi
akuntabel, analisis rasio keuangan terhadap Daerah.
pendapatan belanja daerah perlu dilaksanakan 3. Untuk mengetahui pertumbuhan
meskipun terdapat perbedaan kaidah ekonomi daerah Kabupaten Kulon
pengakuntansiannya dengan laporan keuangan Progo sebelum dan sesudah Otonomi
yang dimiliki perusahaan swasta. Daerah dan prediksi tahun 2015.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis 4. Untuk mengetahui perbandingan
termotivasi untuk meneliti kinerja keuangan dan pertumbuhan ekonomi antara sebelum
pertumbuhan ekonomi sebelum dan sesudah dan sesudah diberlakukannya kebijakan
diberlakukannya Otonomi Daerah mengambil Otonomi Daerah
judul Analisis Kinerja Keuangan Dan
Pertumbuhan Ekonomi Sebelum Dan Sesudah TINJAUAN TEORI
Diberlakukannya Otonomi Daerah Pada 1. Otonomi Daerah
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Ketentuan umum pasal 1 Undang-Undang
2. Rumusan Masalah Nomor 32 tahun 2004 menyatakan bahwa yang
1. Bagaimana tingkat efisiensi belanja, dimaksud dengan Otonomi Daerah adalah hak,
efektifitas PAD dan kemandirian wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
keuangan daerah Kabupaten Kulon mengatur dan mengurus sendiri urusan
Progo sebelum dan sesudah Otonomi pemerintahan dan kepentingan masyarakat
Daerah dan bagaimana prediksi tahun setempat sesuai dengan peraturan perundang-
2015. undangan. Daerah otonom yang dimaksud adalah
2. Bagaimana perbandingan kinerja kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
keuangan antara sebelum dan sesudah batas wilayah yang berwenang mengatur dan
diberlakukannya kebijakan Otonomi mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
Daerah. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
3. Bagaimana pertumbuhan ekonomi berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
daerah Kabupaten Kulon Progo sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
dan sesudah Otonomi Daerah dan 2. Keuangan Daerah
prediksi tahun 2015. Menurut Mamesah (Halim, 2004: 18-19)
4. Bagaimana perbandingan pertumbuhan keuangan daerah dapat diartikan hak dan
ekonomi antara sebelum dan sesudah kewajiban yang dinilai dengan uang, demikian
diberlakukannya kebijakan Otonomi pula segala sesuatu baik berupa uang maupun
Daerah. barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah
sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh Negara
3. Tujuan Penelitian atau Daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak
1. Untuk mengetahui tingkat efisiensi lain sesuai ketentuan peraturan perundangan yang
belanja, efektifitas PAD dan berlaku.
kemandirian keuangan daerah
Juni Andreas Ronald dan Dwi Sarmiyatiningsih 33
Untuk bisa menjalankan tugas-tugas dan memahami proses kegiatan instansi pemerintah,
fungsi-fungsinya, pemerintah daerah dilengkapi h) Memastikan bahwa pengambilan keputusan
dengan seperangkat kemampuan pembiayaan obyektif.
dimana menurut pasal 55, sumber pembiayaan Seiring dengan makin majunya penerapan
pemerintah daerah terdiri dari tiga komponen prinsip akuntabilitas dan transparansi, yang
besar yaitu: 1) Pendapatan asli daerah, 2) ditandai dengan berlakunya Undang-Undang
Pendapatan yang berasal dari pusat, 3) Lain-lain Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
pendapatan daerah yang sah. maka setiap pengelola keuangan daerah harus
Pendapatan yang berasal dan besarnya dana menyampaikan laporan pertanggungjawaban
dari pusat merupakan cerminan atau indikator dari pengelolaan keuangannya dalam bentuk neraca,
ketergantungan pendanaan pemerintah daerah laporan arus kas, dan catatan atas laporan
terhadap pemerintah pusat. Dengan demikian, ada keuangan daerah.
beberapa proyek pemerintah pusat melalui APBN Salah satu alat untuk menganalisis kinerja
tetapi dana itu juga masuk di dalam anggaran keuangan pemerintah daerah adalah dengan
pemerintah daerah (APBD). analisis rasio terhadap APBD. Ada beberapa jenis
Lahirnya Otonomi Daerah tersebut rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data
memberikan keleluasaan daerah untuk mengatur keuangan yang bersumber dari APBD antara lain:
dan mengurus sumber-sumber penerimaan daerah
yang berasal dari pendapatan asli daerah, dana 1. Rasio efisiensi belanja
perimbangan, pinjaman daerah dan sumber- Menurut Mahmudi (2007: 152) rasio
sumber penerimaan lainnya, secara terarah dan efisiensi belanja merupakan rasio yang
sistematis melalui intensifikasi dan ekstensifikasi menggambarkan perbandingan antara realisasi
sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah. pengeluaran/belanja daerah dengan anggaran
belanja daerah. Semakin kecil rasio belanja maka
3. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah semakin efisien, begitu pula sebaliknya.
Pemerintah daerah sebagai pihak yang Anggaran pemerintah efisien jika rasionya kurang
diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, dari 100, dan sebaliknya. Formulanya adalah
pembangunan, maupun melayani kebutuhan sebagai berikut:
sosial masyarakat wajib menyampaikan laporan Realisasi Belanja
pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk Rasio efektifitas belanja = ––––––––––––––––––– X 100%
Anggaran Belanja
dinilai apakah pemerintah daerah berhasil
menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. 2. Rasio efektifitas Pendapatan Asli Daerah
Menurut Mardiasmo (2005: 122) manfaat (PAD)
pengukuran kinerja adalah: a) Memberikan Menurut Widodo (Halim, 2004:285) Rasio
pemahaman mengenai ukuran untuk menilai efektifitas PAD menggambarkan kemampuan
kinerja manajemen, b) Memberikan arah pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD
mencapai target kinerja c) Untuk mengevaluasi yang direncanakan dibandingkan dengan target
pencapaian kinerja, membandingkan , dan yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.
mengkoreksi untuk memperbaiki kinerja, d) dasar PAD efektif apabila rasio yang dicapai minimal
memberikan penghargaan dan hukuman, e) alat sebesar 100. Namun demikian, semakin besar
komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rasio efektifitas menggambarkan kinerja
memperbaiki kinerja organisasi, f) pemerintah yang semakin baik. Formulanya
mengidentifikasi kepuasan pelanggan, g) adalah sebagai berikut:
34 EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi Juni
Tabel 5
Perhitungan Rasio Efisiensi Belanja Kabupaten Kulon Progo
Tahun Anggaran 1996 sampai dengan 2008
Tahun Realisasi Belanja Anggaran Belanja Rasio Efisiensi Belanja ( % ) Keterangan
1 2 3 4 = 2/3 5
Tabel 6
Perhitungan Rasio Efektifitas PAD Kabupaten Kulon Progo
Tahun Anggaran 1996 sampai dengan 2008
Tahun Realiasi PAD Target Penerimaan PAD Rasio Efektifitas PAD (%) Keterangan
1 2 3 4=2/3 5
1996 2.144.440.805,67 1.986.661.111,29 107,92
Dari tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan
rasio efektifitas PAD Kabupaten Kulon Progo oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah
Tahun 1996 sampai dengan 2008 berkisar antara dibandingkan dengan penerimaan daerah. For-
103,25% sampai 123,21%. Hal ini menunjukkan mula yang digunakan untuk mengukur
bahwa Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah kemandirian keuangan daerah adalah sebagai
melakukan pemungutan PAD secara efektif. berikut:
Rasio efektifitas PAD tertinggi pada tahun 2002
Pendapatan Asli Daerah
yaitu sebesar 123,21% dan terendah terjadi tahun Rasio KKD = –––––––––––––––––––––––– x 100%
2004 sebesar 103,25%. Total Penerimaan Daerah
1.3. Analisis Kerja Keuangan Pemerintah Agar formula tersebut dapat digunakan untuk
Kabupaten Kulon Progo Menggunakan mengukur kinerja keuangan maka unsur
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah penerimaan daerah selain pendapatan asli daerah
(dana ekstern) harus dihitung konstan.
40 EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi Juni
Tabel 7
Perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Kulon Progo
Tahun Anggaran 1996 sampai dengan 2008
1 2 3 4 5=2/3 6=2
1996 2.144.440.805.67 18.251.904.606,98 18.251.904.606,98 11,75 11,75