Buku Konstruksi Indonesia 2
Buku Konstruksi Indonesia 2
Berkarya Menuju
Indonesia Maju
Kata Pengantar
Pengoperasian Jalan Tol Akses
Tanjung Priok, Jakarta
Daftar Isi
Pengelolaan Rantai
06 Pasok Material,
Peralatan, dan
Teknologi Konstruksi
∙ Membangun Sistem Rantai Pasok ∙ Peningkatan Nilai Tambah
Konstruksi Nasional yang Efektif, dalam Penyelenggaraan Jasa
Efisien dan Mandiri 346 Konstruksi 420
∙ Digitalisasi Pengelolaan Rantai
Pasok Material dan Peralatan
Konstruksi 374
∙ Peran Pembina Jasa Konstruksi
dalam Pengembangan Teknologi
Konstruksi 384
∙ Strategi Peningkatan Kualitas
Industri Konstruksi Nasional 398
∙ Peningkatan Tingkat Komponen
Dalam Negeri Dalam Pembangunan
Infrastruktur 408
342
Trans Sumatera, Pekanbaru-Dumai
Pengembangan
07 Kapasitas Tenaga Kerja
Konstruksi Nasional
∙ Peta Arah Peningkatan Kompetensi ∙ Peta Arah Peningkatan Kompetensi
Tenaga Kerja Konstruksi 436 Tenaga Kerja Konstruksi di Bidang
∙ Dukungan Bnsp dalam Sertifikasi Keselamatan Konstruksi 494
Kompetensi Tenaga Kerja ∙ Pengawasan Penyelenggaraan
Konstruksi 448 Jasa Konstruksi 506
∙ Sistem Pengawasan Tenaga Kerja ∙ Pemenuhan Kualitas dan Kuantitas
Konstruksi 456 Tenaga Kerja Konstruksi Pasca-
∙ Penguatan Peran Pembina Uu No. 2/2017 Tentang Jasa
Jasa Konstruksi Daerah dalam Konstruksi 518
Pembinaan Tenaga Kerja ∙ Inovasi Pengembangan
Konstruksi 486 Keprofesian Konstruksi
∙ Saling Pengakuan dan Penyetaraan Berkelanjutan 534
Kompetensi Tenaga Kerja
Konstruksi 482
Kontributor 552
PENDAHULUAN
Struktur pasar konstruksi diantaranya dapat Disamping itu, proses produksi industri
dibedakan berdasarkan: fungsinya (infrastruktur konstruksi juga terfragmentasi dimana
dan non infrastruktur); jenis bangunan (bangunan kegiatan pengkajian, perencanaan,
gedung dan bangunan sipil); kualifikasi penyedia perancangan, pembangunan serta operasi dan
jasa/segmentasi pasar (kecil, menengah, dan pemeliharaannya, pada umumnya, dilakukan oleh
besar); dan sumber dana (APBN-Rupiah, APBN- pelaksana yang berbeda. Hal ini menyebabkan
PHLN, APBD, BUMN, BUMD, PMDN, PMA dan meningkatnya biaya pelaksanaan, keterlambatan
gabungan diantara sumber dana tersebut). pelaksanaan, terjadinya konflik dan perselisihan
Adapun modalitas pasar konstruksi meliputi: serta tidak efisien (limbah dan kegiatan
(i) informasi pasar; (ii) market entry, (iii) sistem pendukung besar dengan nilai tambah kecil). Oleh
transaksi, dan (iv) jaminan mutu. Modalitas karena itu, industri konstruksi perlu menerapkan
tersebut akan menentukan jenis, jumlah pendekatan rantai pasok sebagaimana dilakukan
(kuantitas) dan kualitas serta kapan (waktu) di industri manufaktur.
dan di mana (lokasi) material dan peralatan
konstruksi diperlukan.
Sistem industri konstruksi merupakan matriks mengambil tema utama “Harmonisasi Rantai
tiga dimensi (3D) dari modalitas pasar konstruksi, Pasok Konstruksi: Konsepsi, Inovasi dan Aplikasi
sumber daya konstruksi dan modalitas industri di Indonesia”;
konstruksi. Dalam hal ini, modalitas pasar
konstruksi akan direspon dengan modalitas PENGATURAN RANTAI PASOK JASA
industri konstruksi untuk semua jenis sumber KONSTRUKSI
daya konstruksi (badan usaha, tenaga kerja
konstruksi (TKK), material dan peralatan Salah satu perubahan penting yang terdapat
konstruksi serta teknologi konstruksi). Dalam hal dalam Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2017
ini, informasi pasar akan direspon oleh industri tentang Jasa Konstruksi (UUJK 2017) adalah
dengan kapasitas, market entry dengan model pengaturan terkait rantai pasok Jasa Konstruksi.
usaha, sistem transaksi dengan rantai pasok, Beberapa pengaturan penting terkait rantai
sementara jaminan mutu dengan katalog produk. pasok Jasa Konstruksi yang terdapat dalam
Dengan demikian, rantai pasok merupakan salah UUJK 2017 diantaranya:
satu unsur modalitas industri konstruksi yang • Pasal 4 ayat (1) huruf e.: Pemerintah Pusat
penting dalam merespon pasar konstruksi. bertanggung jawab atas meningkatnya
penggunaan material dan peralatan
Sistem rantai pasok material dan peralatan konstruksi (MPK) serta teknologi konstruksi
konstruksi untuk mendukung investasi dalam negeri;
infrastruktur diperkenalkan oleh Ir. Mochammad • Pasal 4 ayat (2): Tanggung jawab Pemerintah
Natsir, M.Sc. dalam Buku Konstruksi Indonesia Pusat dilaksanakan oleh Menteri (PUPR),
2011. Rantai pasok konstruksi dikupas lebih lanjut berkoordinasi dengan menteri teknis terkait;
dalam Buku Konstruksi Indonesia 2012 yang
Rantai pasok konstruksi juga diatur lebih lanjut Tantangan Pembinaan Rantai Pasok Konstruksi
dalam PP Nomor 14 Tahun 2021 yang merupakan Pengaturan sebagaimana diuraikan di atas
salah satu peraturan pelaksanaan dari UU Nomor memberikan amanah tanggung jawab yang
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Beberapa lebih besar kepada Pemerintah Pusat dalam
pengaturan tersebut diantaranya adalah: pembinaan rantai pasok Jasa Konstruksi
• Pasal 26A ayat (1): Sumber daya material dan nasional, diantaranya karena keharusan untuk:
peralatan Konstruksi yang digunakan dalam • Meningkatkan kualitas penggunaan material,
Pekerjaan Konstruksi harus telah lulus uji dan peralatan dan teknologi konstruksi dalam
mengoptimalkan penggunaan produk dalam negeri;
negeri; • Menyelenggarakan akreditasi asosiasi,
• Pasal 26A ayat (2): Sumber daya material dan termasuk asosiasi terkait rantai pasok Jasa
peralatan Konstruksi dilakukan pencatatan Konstruksi;
menggunakan Sistem Informasi Jasa • Mengembangkan sistem rantai pasok Jasa
Konstruksi terintegrasi; Konstruksi;
• Pasal 26D: Ketentuan lebih lanjut mengenai • Membangun sistem rantai pasok material,
pencatatan sumber daya material dan peralatan, dan teknologi konstruksi;
peralatan Konstruksi diatur dengan Peraturan • Menjamin SDK diutamakan berasal dari
Menteri. produksi dalam negeri yang berupa produk
lokal, unggulan, dan ramah lingkungan serta
Atas amanah Pasal 26D tersebut, telah memenuhi standar Keamanan, Keselamatan,
diterbitkan Peraturan Menteri (Permen) Kesehatan dan Keberlanjutan (K4);
Pekerjaan Pekerjaan Umum dan Perumahan • Menyelenggarakan registrasi (pencatatan)
Rakyat (PUPR) Nomor 7 Tahun 2021 tentang sumber daya material dan peralatan
Pencatatan Sumber Daya Material dan Peralatan konstruksi yang telah lulus uji dan digunakan
Konstruksi. Pencatatan tersebut menjadi bagian dalam pekerjaan konstruksi;
penting dalam pengelolaan rantai pasok material • Melakukan kegiatan penelitian dan
dan peralatan konstruksi nasional. Uraian lebih pengembangan serta penerapan teknologi
rinci dari implementasi Permen PUPR Nomor 7 konstruksi;
Tahun 2021 terdapat dalam artikel lain dari Buku • Menyelenggarakan registrasi tenaga kerja
Konstruksi ini. konstruksi, baik nasional maupun asing, yang
Tujuan: Pengembangan sistem rantai pasok serta mendefinisikan dan menerapkan nilai
konstruksi ditujukan untuk mendorong industri (value) yang diinginkan pada setiap jenjang agar
konstruksi agar lebih efektif (artinya tepat industri konstruksi berkinerja tinggi.
kuantitas, kualitas, lokasi dan waktu), efisien,
dan mandiri. Rantai Pasok Konstruksi Sebagai Rantai Nilai
Secara umum, struktur rantai pasok konstruksi
Manfaat: Sistem rantai pasok konstruksi terdiri atas dua pihak, yaitu organisasi pada sisi
bermanfaat untuK; (i) menentukan jenis dan “demand” dan organisasi pada sisi “supply”. Kedua
besarnya kebutuhan komoditas/jasa sesuai sisi organisasi tersebut diikat oleh ikatan kontrak
dengan “forcasted demand”; (ii) identifikasi antara penanggung jawab utama kegiatan dengan
jenis dan besarnya pasokan komoditas/jasa; penyedia jasa konstruksi. Deret pertama (Tier
(iii) mengelola komoditas/jasa yang penting; 1) pada organisasi sisi supply adalah penyedia
(iv) identifikasi “market conduct”; (v) identifikasi jasa pekerjaan konstruksi dan penyedia jasa
kebutuhan regulasi; (vi) identifikasi pemangku konsultansi konstruksi. Sedangkan pada Deret ke
kepentingan terkait; dan (vii) identifikasi dua (Tier 2) secara umum meliputi subpenyedia
kebutuhan koordinasi terkait pengembangan jasa/spesialis/perakit konstruksi. Sementara
industri pendukung konstruksi. Deret ke tiga (Tier 3) meliputi pemasok/vendor/
agen tunggal/distributor. Adapun Deret ke empat
Pengelolaan: Rantai pasok konstruksi adalah (Tier 4) meliputi produsen/produsen tingkat 2.
fakta lapangan. Oleh karena itu, pengelolaan Sedangkan pada Deret ke lima (Tier 5) adalah
rantai pasok konstruksi adalah rekayasa yang produsen/pemasok/distributor bahan baku.
harus dilakukan untuk menyamakan pandangan
• Tingkat Meso: adalah rantai pasok di tingkat Tingkat Makro: adalah rantai
badan usaha jasa konstruksi (BUJK) yang pasok konstruksi di tingkat
dapat merupakan agregasi dari rantai pasok
Tingkat Mikro, sehingga berjangka lebih
industri konstruksi yang berupa
panjang dan berulang-ulang dengan focal hubungan “demand-supply”
point BUJK. Adapun nilai (value) yang diemban seluruh sumber daya konstruksi
oleh rantai pasok di Tingkat Meso adalah
efektif (artinya tepat kuantitias, kualitas,
(badan usaha, material,
lokasi dan waktu), efisien dan berkelanjutan. peralatan, teknologi dan tenaga
Nilai tersebut dikendalikan oleh pimpinan kerja konstruksi).
BUJK.
• Tingkat konsumsi semen per kapita dapat • Meskipun tingkat utilitas kapasitas produksi
menjadi indikator tingkat pembangunan baja nasional rata-rata hanya sebesar
suatu negara. Tingkat konsumsi semen 33%, namun pada Tahun 2019 Indonesia
Indonesia pada tahun 2019 sebesar 261 mengimpor berbagai jenis baja antara 15-70%
kg/kapita/tahun, relatif lebih rendah dari (dengan rata-rata semua jenis baja sebesar
beberapa Negara ASEAN lainnya, seperti 30%) dari total konsumsi baja nasional.
Brunei (7.075 kg/kapita/tahun), Singapura • Sebagai dampak dari pandemi Covid-19,
(996 kg/kapita/tahun), Vietnam (673 kg/ permintaan akan baja turun sebesar 50%,
kapita/tahun), Malaysia (631 kg/kapita/tahun), sehingga tingkat utilitas kapasitas produksi
dan Thailand (433 kg/kapita/tahun); baja nasional diperkirakan menjadi sekitar
• Pada umumnya, tingkat pertumbuhan 15-35%;
konsumsi semen suatu wilayah selaras • Akibat kenaikan bea masuk produk baja dari
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi China ke Amerika Serikat, ekspor baja dari
wilayah tersebut. Sehingga ketidakselarasan China ke Amerika Serikat menurun, sehingga
antara tingkat pertumbuhan konsumsi semen tidak tertutup kemungkinan kelebihan
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu produksi baja China diekspor ke berbagai
wilayah dapat menjadi indikasikan terjadinya negara lain, termasuk ke Indonesia;
bottlenecking sistem logistik semen, • Pada pertengahan Tahun 2020, dilaporkan,
terutama disebabkan oleh tidak memadainya bahwa harga baja mengalami penurunan
kapasitas jaringan sarana dan prasarana signifikan.
(sarpras) transportasi darat dan laut. (Sumber:The Indonesiaan Iron & Steel Industry
(Sumber: Asosiasi Semen Indonesia/ASI, 17 Association/IISIA, 17 September 2020, diolah)
September 2020, diolah)
Aspal
Baja • Konsumsi aspal minyak (asmin) nasional per
• Kapasitas produksi baja nasional pada Tahun tahun selama Tahun 2014-2019 berfluktuasi
2019 sebesar 33,76 juta ton per tahun, dengan antara 1,1 juta ton (2017) – 1.7 juta ton (2015);
produksi riil (8 jenis produk baja) sebesar • Konsumsi asmin Tahun 2019 sebesar 1.3 juta
11,08 juta ton per tahun (tingkat utilitas antara ton;
22-71% dengan rata-rata sebesar 33%); • Pasokan asmin PT Pertamina Tahun 2019
• Sekitar 70% dari bahan baku untuk produksi sebesar 710 ribu ton (54% dari konsumsi
baja nasional berasal dari impor; asmin nasional), dimana 355 ribu ton (27%
• Konsumsi baja nasional pada Tahun 2019 dari konsumsi asmin nasional) diantaranya
sebesar 15,9 juta ton, dimana 12,2 juta ton adalah produksi PT Pertamina, sementara 355
(77%) diantaranya digunakan sebagai baja ribu ton (27% dari konsumsi asmin nasional)
konstruksi dan 3,7 juta ton (23%) lainnya lainnya adalah impor oleh PT Pertamina;
sebagai baja non-konstruksi; • Sekitar 604 ribu ton pasokan asmin Tahun
• Konsumsi baja ringan konstruksi Tahun 2019 2019 selebihnya berasal dari impor oleh
sebesar 650 ribu ton; kompetitor PT Pertamina (tidak tersedia data
rinciannya);
diantara ketiga komponen tersebut secara pemasok, vendor, agen tunggal, dan distributor,
bersama-sama. Oleh karena itu, Sistem RP menjadi domain pembinaan kementerian
MPK Tingkat Makro harus secara terus menerus yang membidangi perdagangan. Sedangkan
diharmonisasi dengan sistem logistik dan pembinaan terhadap Deret ke empat (Tier 4),
pembangunan sarpras transportasi nasional. produsen dan produsen tingkat 2, menjadi
kewenangan kementerian yang membidangi
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya dapat perindustrian. Adapun pembinaan terhadap
dipahami, bahwa pembinaan Sistem RP MPK Deret ke lima (Tier 5), yaitu produsen, pemasok
secara keseluruhan tidak mungkin dilaksanakan dan distributor bahan baku, menjadi tanggung
oleh satu kementerian/lembaga, namun perlu jawab kementerian yang membidangi sumber
melibatkan berbagai kementerian/lembaga daya mineral. Oleh karena pembinaan pada
terkait. Dalam hal ini, pembinaan terhadap Deret dasarnya meliputi pengaturan, pemberdayaan
pertama (Tier 1) dan Deret ke dua (Tier 2), yaitu dan pengawasan, maka untuk mewujudkan
penyedia jasa pekerjaan konstruksi dan jasa Sistem RP MPK Tingkat Makro yang efektif,
konsultansi konstruksi, serta subpenyedia jasa efisien dan mandiri harus dilakukan harmonisasi
konstruksi, spesialis dan perakit konstruksi, terhadap regulasi yang mengatur pembinaan
menjadi tanggung jawab langsung kementerian kelima deret rantai pasok tersebut serta
yang membidangi jasa konstruksi. Sedangkan koordinasi yang intensif dan produktif diantara
pembinaan terhadap Deret ke tiga (Tier 3), yaitu kementerian/ lembaga pembina yang terkait.
regulasi dan koordinasi antar instansi/lembaga regulasi yang diterbitkan terkait hal ini adalah
terkait dalam rangka peningkatan efektifitas, Surat Menteri PUPR Nomor 2775 Tahun 2020
efisiensi dan kemandirian Sistem RP MPK tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri pada
Tingkat Makro yang ada. Pengadaan Barang/Jasa di Kementerian PUPR.
Disamping hal tersebut, Kementerian PUPR
Peran lain dari Kementerian PUPR adalah juga telah menyelenggarakan berbagai forum
mendorong terciptanya supply channel MPK koordinasi dengan kementerian/lembaga dan
utama yang lebih efisien, salah satunya melalui pemangku kepentingan terkait dalam rangka
penyelenggaraan pengadaan barang/jasa identifikasi, monitoring dan evaluasi serta
konstruksi melalui e-katalog sektoral dalam peningkatan TKDN MPK.
rangka memotong rantai pasok yang tidak
perlu. Dalam hal ini, Direktorat Jenderal Bina Tentu saja pelaksanaan peran-peran
Konstruksi (DJBK) telah mulai memfasilitasi Kementerian PUPR tersebut perlu dilaksanakan
penyelenggaraan e-katalog sektoral di secara bertahap dan terencana. Untuk itu,
lingkungan Kementerian PUPR. Kementerian PUPR perlu menyusun suatu
road map secara inklusif dengan melibatkan
Kementerian PUPR juga berperan dalam seluruh pemangku kepentingan terkait sehingga
upaya meningkatkan efisiensi sistem logistik dapat menggalang ownership mereka untuk
nasional, baik melalui harmonisasi regulasi dan melaksanakan kewenangan dan mengerahkan
koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait sumber daya masing-masing dalam mewujudkan
maupun dengan melaksanakan pembangunan tujuan pengembangan rantai pasok Jasa
prasarana (infrastruktur) transportasi darat Konstruksi yang efektif, efisien dan mandiri.
yang menjadi kewenangannya. Untuk itu,
Kementerian PUPR telah menyelenggarakan Pengembangan Sistem Rantai Pasok
berbagai forum koordinasi dengan kemeterian/ Konstruksi Tingkat Meso
lembaga/instransi terkait sistem transportasi Idealnya, Sistem Rantai Pasok Konstruksi
darat dan laut termasuk dalam penyiapan dan Tingkat Meso dapat dikembangkan dan dimiliki
penyelenggaran program pembangunan jaringan oleh setiap BUJK berdasarkan time series data
jalan. dan informasi yang diperoleh BUJK dalam
mendapatkan dan menyelesaikan proyek-
Dalam rangka meningkatkan tingkat kandungan proyek konstruksi sebelumnya. Namun sejauh
dalam negeri (TKDN) dan mengurangi ini, baru beberapa BUJK kualifikasi besar yang
ketergantungan terhadap MPK impor, telah memiliki dan mengimplementasikan
Kementerian PUPR sebagai pembina dan sistem rantai pasok konstruksi dimaksud. Pada
penguna jasa konstruksi, berperan untuk umumnya, BUJK kualifikasi menengah dan kecil
mendorong peningkatan kualitas penggunaan mengalami kesulitan untuk mengembangkan
MPK dalam negeri, baik melalui harmonosasi sistem rantai pasoknya sendiri. Untuk itu,
regulasi maupun koordinasi dengan asosiasi badan usaha jasa konstruksi yang
kementerian/lembaga terkait. Salah satu mewadahi BUJK kualifikasi menegah dan kecil
baja total). Akibat pandemi Covid-19, kebutuhan alat berat baru selama 10 tahun
permintaan akan baja turun sebesar 50%, terakhir sangat berfluktuasi antara 6-17 ribu
sehingga tingkat utilisasi kapasitas produksi unit per tahun, yaitu sangat dipengaruhi oleh
hanya berkisar 15-35%. fluktuasi harga komoditas pertambangan
• Kinerja RP aspal nasional: Konsumsi asmin dan perkebunan serta pelaksanaan proyek
Tahun 2019 sebesar 1,3 juta ton. Pasokan infrastruktur pemerintah. Kebutuhan alat
asmin PT Pertamina pada Tahun 2019 sebesar berat pada tahun 2019 sebesar 9 ribu unit,
710 ribu ton (54% dari konsumsi), dimana 355 namun hanya sekitar 6 ribu unit (60% dari
ribu ton (27% dari konsumsi) diantaranya kapasitas produksi HINABI) yang dipasok oleh
adalah produksi PT Pertamina dan 355 ribu HINABI. Sementara impor alat berat pada
ton (27% dari konsumsi) sisanya dari impor Tahun 2019 sebanyak 1.600 unit (18% dari
oleh PT Pertamina, sedangkan sekitar kebutuhan alat berat Tahun 2019).
604 ribu ton (46% dari konsumsi) pasokan • Kinerja RP beton pracetak: Kapasitas
lainnya berasal dari impor oleh kompetitor PT produksi anggota AP3I terus meningkat
Pertamina. dari tahun ke tahun, yaitu dari 24,57 juta ton
pada Tahun 2014 menjadi 42,68 juta ton pada
Kapasitas produksi asbuton pada Tahun 2019 Tahun 2019, 44,81 juta ton pada Tahun 2020
sebesar 865 ribu ton (ekivalen dengan 126 ribu dan diprogramkan meningkat menjadi 54,47
ton asmin atau sekitar 10% dari konsumsi juta ton pada Tahun 2024. Realisasi produksi
asmin pada tahun 2019). Program pemakaian anggota AP3I juga terus meningkat dari 20,88
asbuton Kementerian PUPR Tahun 2019 juta ton pada tahun 2014 menjadi 36,28 juta
sebesar 70 ribu ton, namun realisasinya ton (tingkat utilisasi kapas produksi sebesar
sebesar 21 ribu ton (1,6% dari konsumsi asmin). 85%) pada Tahun 2019. Dengan kapasitas
Dengan cadangan asbuton sebesar 667 juta tersebut, anggota AP3I akan mampu
ton (ekivalen dengan 97 juta ton asmin) dan memenuhi kebutuhan beton pracetak
perbandingan pemakaian asmin/asbuton sampai dengan Tahun 2024 (termasuk untuk
sebesar 50%/50% dengan kebutuhan aspal memenuhi kebutuhan pembangunan IKN
rata-rata sebesar 1,4 juta ton, maka cadangan sebesar 27,52 juta ton antara Tahun 2021-
deposit asbuton Indonesia baru akan habis 2024) dengan tingkat utilitasi kapasitas
dalam waktu 140 tahun. Disamping itu, impor produksi sebesar 64%. Kendala utama yang
asmin bisa ditekan dari 75% menjadi 25%. dihadapi adalah tingginya ketergantungan
• Kinerja RP peralatan konstruksi: Jumlah terhadap material impor terlebih karena
alat berat pada Tahun 2019 sebesar 88 ribu harga material dalam negeri sering lebih
unit, 20% diantaranya digunakan di sektor mahal dari pada material impor. Kendala lain
konstruksi, sedangkan 80% selebihnya yang dihadapi adalah adanya bottlenecking
digunakan di sektor lainnya, terutama sistem jaringan transportasi.
pertambangan, perkebunan dan pertanian. • Harmonisasi sistem RP MPK utama Tingkat
Sejak Tahun 2012, kapasitas produksi Makro pada hakekatnya adalah upaya untuk
HINABI sebesar 10 ribu unit, sementara tren menyeimbangkan (link and match) antara
dan koordinasi antar K/L dalam rangka • Perlu diterbitkan pedoman pengembangan
peningkatan efektifitas, efisiensi dan dan penerapan SRPK Tingkat Mikro dalam
kemandirian sistem rantai pasok tersebut. pelaksanaan pekerjaan konstruksi sebagai
• Perlu didorong terciptanya supply channel acuan bagi BUJK.
MPK utama yang lebih efisien, salah • Indikator kinerja utama (key performance
satunya melalui perluasan penyelenggaraan indicator /KPI) penerapan SRPK pada proyek
pengadaan barang/jasa konstruksi melalui konstruksi yang telah dikembangkan dan
e-katalog sektoral dalam rangka memotong dicobaujikan perlu segera ditetapkan;
elemen rantai pasok yang tidak perlu. • Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi
• Perlu disusun suatu road map secara terhadap penerapan SRPK Tingkat Mikro
inklusif dengan melibatkan seluruh pada proyek konstruksi.
pemangku kepentingan terkait sehingga
dapat menggalang ownership mereka DAFTAR PUSTAKA
untuk melaksanakan kewenangan dan
mengerahkan sumber daya masing-masing Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
dalam mewujudkan tujuan pengembangan Konstruksi.
rantai pasok Jasa Konstruksi yang efektif, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang
efisien dan mandiri. Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
• Mengingat BUJK kualifikasi menengah 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
dan kecil mengalami kesulitan untuk Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang
mengembangkan sistem rantai Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
pasoknya sendiri, maka asosiasi BUJK 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan
yang mewadahinya diharapkan dapat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017.
mengembangkan SRPK Tingkat Meso yang Natsir, Mochammad, “Sistem Rantai Pasok Material
dapat diakses dan dimanfaatkan oleh para dan Peralatan Konstruksi untuk Mendukung
anggotanya. Investasi Infrastruktur”, Buku Konstruksi
• Perlu diterbitkan pedoman pengembangan Indonesia 2011, Kementerian Pekerjaan Umum
dan penerapan SRPK Tingkat Meso sebagai RI, Jakarta, 2011.
acuan bagi BUJK dan asosiasi BUJK. Goeritno, Bambang, “Harmonisasi Sumber Daya
• Indikator kinerja utama (key performance Konstruksi”, Buku Konstruksi Indonesia 2012,
indicator /KPI) penerapan SRPK pada BUJK Kementerian Pekerjaan Umum RI, Jakarta, 2012.
dan asosiasi BUJK yang telah dikembangkan Santoso, Widodo (Ketua Asosiasi Semen Indonesia/
dan dicobaujikan perlu segera ditetapkan; ASI), “Perkembangan Industri Semen Indonesia”,
• Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi Forum Konsolidasi Rantai Pasok MPK, Direktorat
terhadap penerapan SRPK Tingkat Meso pada Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi-
BUJK dan asosiasi BUJK; Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
• Perlu dikembangkan dan diterapkan sistem Rakyat, Jakarta, 17 September 2020.
pengadaan barang/jasa konstruksi berbasis
rantai pasok Jasa Konstruksi,
Wantoro, Agus (Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Material dan Peralatan Kostruksi (SIMPK)”, Forum
Pracetak dan Prategang Indonesia/AP3I), Konsolidasi Rantai Pasok MPK, Direktorat
“Kesiapan Dukungan Ketersediaan Data dan Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi-
Informasi serta Validasi Data Pasokan PRODUK Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Pracetak dan Prategang dalam Aplikasi Informasi Rakyat, Jakarta, 17 September 2020.
Pendahuluan
Peranan krusial manajemen rantai pasok pada bidang konstruksi telah diamati
sejak lama. Pada jurnal yang ditulis oleh Ruben Vrijhoef dan Lauri Koskela (2000)
telah mengidentifikasi 4 (empat) peranan dari manajemen rantai pasok pada
konstruksi yaitu:
a. Meningkatkan antarmuka antara aktivitas lapangan (site) dan rantai pasok,
sangat berkaitan dengan hubungan antara pemasok (supplier) dan kontraktor
dalam memperbaiki alur material dan logistik;
b. meningkatkan rantai pasok, dengan mengurangi faktor-faktor seperti
1
Pengertian rantai pasok jasa konstruksi sebagaimana dijelaskan pada Penjelasan Pasal 17 adalah alur kegiatan produksi dan
distribusi material, peralatan, dan teknologi yang digunakan dalam pelaksanaan jasa konstruksi.
2
Pada Penjelasan Pasal 17 Ayat (1) dijelaskan bahwa dukungan rantai pasok sumber daya konstruksi diselenggarakan dalam
rangka menjamin kecukupan dan keberlanjutan pasokan sumber daya konstruksi. Usaha rantai pasok sumber daya konstruksi
antara lain usaha pemasok bahan bangunan, usaha pemasok peralatan konstruksi, usaha pemasok teknologi konstruksi, dan
usaha pemasok sumber daya manusia.
Pada pola umum rantai pasok material dan Dalam pergerakan ketiga arus tersebut
peralatan konstruksi menghubungkan 2 (dua) terdapat ketidakpastian (uncertainty) dan
jenis organisasi yang memiliki perannya masing- ketidakseimbangan informasi (asymmetric
masing yaitu: information) antara organisasi pemasok dan
a. Organisasi pemasok/penyedia (supply pengguna yang dapat menyebabkan kendala
organization) yaitu pihak yang menyediakan dalam penyelenggaraan rantai pasok. Dalam
barang/jasa terkait material dan peralatan pengelolaan rantai pasok material dan peralatan
konstruksi. Contoh: pemasok bahan baku konstruksi, terdapat 3 (tiga) ketidakpastian
(raw material), importir, produsen/pemasok masing-masing yang harus dikelola diantaranya:
material dan peralatan konstruksi, penyewa a. Ketidakpastian permintaan diantaranya
alat berat konstruksi; dan variasi produk, kepekaan terhadap harga
b. Organisasi pengguna (demand organization) produk, tingkat pelayanan, perbedaan
yaitu pihak yang membutuhkan dan kuantitas produk, perbedaan ukuran lot, dan
menggunakan material dan peralatan waktu tanggap;
konstruksi. Contoh: masyarakat jasa b. Ketidakpastian pasokan diantaranya kualitas
konstruksi, kementerian, lembaga, instansi, produk, gangguan pada fasilitas produksi,
dan pengguna rantai pasok material dan fleksibilitas kapasitas produksi, tingkat
peralatan konstruksi lainnya. inovasi produk, dan keterbatasan kapasitas
produksi; dan
Diantara kedua jenis organisasi tersebut, c. Ketidakpastian informasi diantaranya
terdapat 3 (tiga) arus yang terjadi dalam disparitas harga, arus distribusi, kelangkaan
hubungan antara sisi organisasi pemasok produksi, jangka waktu, jaminan pasokan,
dengan organisasi pengguna yaitu: dan informasi permintaan.
a. Arus produk dan jasa (product and services
flow) dari organisasi pemasok kepada
organisasi pengguna. Arus ini melibatkan
pergerakan barang dari supplier kepada
pengguna;
b. Arus uang (cash flow) dari organisasi
pengguna kepada organisasi penyedia. Arus
ini melibatkan proses dan jadwal pembayaran
atas produk dan jasa yang diterima; dan Tiga arus yang terjadi dalam
c. Arus informasi (information flow) yang hubungan antara sisi organisasi
berlangsung dua arah antara organisasi
pemasok dengan organisasi
pengguna dan penyedia. Arus ini melibatkan
pertukaran informasi terkait pemesanan dan pengguna yaitu: arus produk,
status dari pengiriman. arus uang, dan arus informasi
3
Materi Pembahasan Ir. Akhmad Suraji, M.T., Ph.D., IPM berjudul “Rekomendasi Output dan Outcome Pembinaan Material dan
Peralatan Konstruksi 2020-2024” pada kegiatan Pembahasan Visi dan Pembinaan Rantai Pasok Sumber Daya Material dan
Peralatan Konstruksi Tahun 2020-2024” tanggal 8 April 2019.
kebutuhan dan pasokan material dan peralatan material dan peralatan konstruksi pada tahun
konstruksi masih belum termuat sepenuhnya sebelumnya, yang kemudian dibuat menjadi
dalam database, masih terpencar-pencar, dan tren yang dapat digunakan untuk menghitung
belum terpusat, sehingga menyebabkan data dan estimasi kebutuhan material dan peralatan
informasi belum dapat diakses oleh masyarakat konstruksi kedepannya.
jasa konstruksi. Untuk itu keberadaan sistem
informasi material dan peralatan konstruksi Dalam rangka memperoleh data dan informasi
dirasakan sangat penting. supply material dan peralatan konstruksi,
Kementerian PUPR melalui Direktorat
Oleh karena itu, salah satu upaya Kementerian Jenderal Bina Konstruksi telah melakukan
PUPR melalui Direktorat Jenderal Bina Penandatanganan Pakta Komitmen Bersama
Konstruksi dalam digitalisasi pengelolaan rantai tentang Penyediaan Data dan Informasi Material
pasok material dan peralatan konstruksi adalah dan Peralatan Konstruksi antara Direktur
mengembangkan Sistem Informasi Material dan Jenderal Bina Konstruksi dengan 12 (dua belas)
Peralatan Konstruksi atau yang dikenal dengan asosiasi terkait material dan peralatan konstruksi
SIMPK dalam rangka menghimpun digitalisasi pada tanggal 16 Oktober 2018 untuk menyusun
big data rantai pasok material dan peralatan informasi yang akurat, komprehensif, dan valid,
konstruksi. Dalam SIMPK terdapat beberapa baik dari sisi supply maupun sisi demand. Dengan
fitur yang disediakan terkait data dan informasi demikian, seluruh pemangku kepentingan
rantai pasok material dan peralatan konstruksi dapat berkoordinasi dan berkolaborasi untuk
diantaranya: bersama-sama menghimpun data dan informasi
a. Penyediaan data, informasi, dan peta supply- yang dibutuhkan terkait dengan supply-demand
demand material dan peralatan konstruksi material dan peralatan konstruksi dalam rangka
(MPK), serta informasi umum seperti regulasi mendukung penyelenggaraan pembangunan
dan publikasi terkait MPK; infrastruktur Nasional.
b. Perhitungan estimasi demand MPK berbasis
input data BoQ dan AHSP; Selain itu, SIMPK juga menyediakan fitur
c. Pencatatan sumber daya material dan pencatatan sumber daya material dan peralatan
peralatan konstruksi (SDMPK); dan konstruksi sebagaimana diamanatkan dalam
d. Layanan konsultasi terkait MPK. Peraturan Menteri PUPR Nomor 7 Tahun 2021
tentang Pencatatan Sumber Daya Material dan
Dengan fitur yang disediakan pada SIMPK, dapat Peralatan Konstruksi, dalam rangka mencatatkan
dilakukan estimasi perhitungan kebutuhan sumber daya material dan peralatan konstruksi
(demand) material dan peralatan konstruksi yang telah lulus uji yang dilakukan menggunakan
Kementerian PUPR yang kemudian dapat Sistem Informasi Jasa Konstruksi terintegrasi.
dibandingkan dengan data ketersediaan (supply)
material dan peralatan konstruksi yang tersedia Pencatatan untuk sumber daya material
dari asosiasi. Estimasi perhitungan kebutuhan konstruksi dilakukan oleh produsen sumber
material dan peralatan konstruksi Kementerian daya material konstruksi terhadap sumber
PUPR menggunakan data historis dari kebutuhan daya material konstruksi yang telah lulus uji
Dengan fitur yang disediakan melalui SIMPK Hal ini mengingat banyaknya kewenangan
tersebut, diharapkan dapat memberikan manfaat pemangku kepentingan yang saling terkait
diantaranya: dalam pengelolaan rantai pasok jasa konstruksi
a. Membangun big data rantai pasok sumber dalam setiap tingkatan (tier) rantai pasok yang
daya MPK; dapat dilihat pada Gambar 6.2.1 berikut (adopsi
b. Pendataan MPK yang telah lulus uji dan dari Adi Papa Pandarangga, 2017). Dengan
produk dalam negeri; demikian, kedepannya para penanggung jawab
c. Mendukung penjaminan K4 dengan dan pelaksana konstruksi harus memperhatikan
menyediakan data dan informasi terkait terkait rantai pasok sumber daya konstruksi yaitu
sumber daya MPK yang telah memenuhi berupa penggunaan produk material, peralatan,
standar; serta teknologi dari dalam negeri pada setiap
d. Menyediakan basis data harga sebagai penyelenggaraan konstruksi di era kompetisi
referensi menyusun Analisis Perkiraan Biaya berbasis Supply Chain Management (SCM) yang
Pekerjaan; dan terintegrasi.
e. Menyediakan basis data sebagai decision
making tools (DMT) yang dapat digunakan
dalam mengevaluasi kebijakan terkait
pengelolaan sumber daya material dan
peralatan konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA
Deloitte (2013). Supply chain resilience: A risk Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020
intelligent approach to managing global supply tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 2 Tahun
chains. 2017 tentang Jasa Konstruksi.
Kementerian PUPR (2021). Peraturan Menteri PUPR Republik Indonesia (2020). Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 2021 tentang Pencatatan Sumber Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan
Daya Konstruksi. Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Pandarangga, A. P. (2017). Rantai pasok konstruksi: Konstruksi.
konseptualisasi rantai pasok penyelenggaraan Vrijhoef, R., & Koskela, L. (2000). The four roles of
material dan peralatan konstruksi pada industri supply chain management in construction.
konstruksi di indonesia. CV Nugra Media. Klaten. European Journal of Purchasing & Supply
Republik Indonesia (2020). Undang-Undang Nomor 2 Management 6, 169-178.
Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
Republik Indonesia (2021). Peraturan Pemerintah
Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas
PENDAHULUAN
1
Jayady, Arman (2018): Teknologi Konstruksi: Sebuah Analisis, Jurnal Karkasa Vol.4, ISSN:2580-7595
2
Buku Konstruksi Indonesia 2013
3
Data Tenaga Kerja Konstruksi Tahun 2020, Direktorat Bina Konstruksi – Kementerian PUPR
4
https://properti.kompas.com/read/2021/03/17/210000121/tenaga-kerja-konstruksi-bersertifikat-di-indonesia-hanya-
778.472-orang diakses Selasa, 21 September 2021.
5
Diolah dari Peraturan Menteri PUPR No. 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi Pasal 1
Ayat 27
6
Buku Konstruksi Indonesia 2014, hal.41
rendah, penegakan aturan dan hukum yang bangunan dan/atau tidak berfungsinya bangunan
lemah, serta belum berfungsinya sistem insentif setelah penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi.
dan disinsentif premi asuransi kecelakaan. 7) Diperlukan Penilai Ahli, baik orang perseorangan,
Semua persoalan tersebut melatarbelakangi kelompok, maupun lembaga yang diberikan
pembentukan Komite Keselamatan Konstruksi kewenangan untuk melakukan penilaian dalam
(K2K) 8), Komisi Keamanan Jembatan dan hal terjadi kegagalan bangunan.12) Kegagalan
Terowongan Jalan (KKJTJ) 9), Komite Keamanan bangunan merupakan peristiwa hukum yang
Bendungan dan Komite Keselamatan Bangunan memiliki implikasi luas, seperti korban jiwa atau
Gedung (KKBG) 10) oleh Kementerian PUPR. Data kerugian materiil. Bahkan lebih luas lagi dapat
Sekretariat Komite Keselamatan Konstruksi berpengaruh pada kepercayaan publik terhadap
menunjukan sedikitnya terdapat 30 kasus nilai dan kualitas produk jasa konstruksi itu
kecelakaan konstruksi pada rentang tahun 2018- sendiri baik berupa bangunan gedung seperti
2020 dan pihak yang terlibat 80% merupakan rumah dan perkantoran atau bangunan sipil
Badan Usaha Jasa Konstruksi (BUJK) dan seperti jalan dan jembatan dari sinilah diperlukan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Terhadap adanya penilai ahli kegagalan bangunan.13)
tingginya angka ini, K2K berinisiatif salah
satunya melakukan kegiatan penandatanganan Penilai ahli kegagalan bangunan bertugas
Pakta Komitmen Keselamatan Konstruksi menetapkan tingkat pemenuhan terhadap
Bidang Konstruksi Layang oleh para Direktur ketentuan standar keamanan, keselamatan,
Utama dari Badan Usaha Jasa Konstruksi (BUJK) kesehatan, dan keberlanjutan; menetapkan
BUMN yang membawahi bidang Quality, Healty, penyebab terjadinya kegagalan bangunan;
Safety, and Environment (QHSE) yang tergabung menetapkan tingkat keruntuhan dan/atau tidak
dalam Forum QHSE BUMN demi mewujudkan berfungsinya bangunan; menetapkan pihak yang
pembangunan infrastruktur yang aman dan zero bertanggung jawab atas kegagalan bangunan
accident. 11) yang terjadi; menetapkan besaran kerugian
keteknikan, serta usulan besarnya ganti rugi
Manajemen Keselamatan Konstruksi yang harus dibayar oleh pihak yang bertanggung
Belum lama ini, Pemerintah menerbitkan Permen jawab; menetapkan jangka waktu pembayaran
PUPR Nomor 8 tahun 2021 tentang Penilai Ahli, kerugian; melaporkan hasil penilaiannya kepada
Kegagalan Bangunan dan Penilaian Kegagalan penanggung jawab bangunan dan Menteri
Bangunan Konstruksi. Terbitnya Permen ini melalui LPJK paling lambat 90 (sembilan puluh)
didorong oleh kondisi banyaknya keruntuhan hari terhitung sejak tanggal pelaksanaan tugas;
7
Buku Konstruksi Indonesia 2013, hal. 15
8
Keputusan Menteri PUPR No. 76/KPTS/M/2020 tentang Komite Keselamatan Konstruksi
9
Peraturan Menteri PUPR No. 41/PRT/M/2015 tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan Pasal 1
Ayat 22
10
Keputusan Menteri PUPR Nomor: 93/KPTS/M/2019 tentang Komite Keselamatan Bangunan Gedung
11
https://www.kompas.com/properti/read/2021/04/12/110000221/30-kecelakaan-dalam-2-tahun-pakta-komitmen-
keselamatan-konstruksi?page=all , diakses pada 21-09-2021
12&13
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 8 tahun 2021 tentang Penilai Ahli, Kegagalan Bangunan,
dan Penilaian Kegagalan Bangunan
Konstruksi Berkelanjutan
Pendekatan konstruksi berkelanjutan
(Sustainable Construction) menjadi sangat
diperlukan untuk menciptakan suatu fasilitas
fisik yang memenuhi tujuan ekonomi, sosial, dan
lingkungan pada saat ini dan pada masa yang akan
datang. Tiga pilar dasarnya adalah layak secara
ekonomi dan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat; mendukung kelestarian lingkungan;
dan mengurangi disparitas sosial masyarakat.
Mendukung konsep ini, dalam bidang konstruksi
dikenal istilah green construction. Contoh
penerapannya dalam bidang jalan antara lain
penggunaan bahan dan material yang dapat
diperbaharui (renewable), penggunaan material
lokal sehingga menghemat biaya pembangunan,
pengurangan penggunaan material berbahaya Politeknik Madiun, Jawa Timur
yang berdampak buruk terhadap lingkungan
seperti material berbasis asbestos karena
berbahaya bagi kesehatan. Serat asbestos yang
halus dan tajam dapat terhirup dan masuk ke dan durabilitas beton), kerikil berbentuk bulat
saluran pernafasan. Dalam jangka panjang, serat (butiran yang bulat mengurangi ikatan antar
asbestos dapat melukai organ pernafasan dan agregat, sehingga mengurangi kuat tekan beton
berakibat fatal. Lebih dari itu, penggunaan bahan yang dihasilkan), dan tailing dari penambangan
baku yang “sehat” juga relevan dengan konsep (jika tailing akan digunakan untuk bahan
konstruksi berkelanjutan ini, seperti material bangunan, perlu dilakukan uji toksisitas pada
beton yang harus dijamin memiliki kekuatan tailing dan air lindinya (leachate).
yang disyaratkan, awet dan campurannya
homogen misalnya menghindari penggunaan Pembinaan Jasa Konstruksi
material campuran beton menggunakan pasir Pentingnya dibentuk instansi pembina sektor
laut (kandungan klorida yang tinggi pada pasir jasa konstruksi di Indonesia adalah untuk
laut menyebabkan beton yang dihasilkan mengembangkan kinerja setiap elemen
memiliki keawetan rendah. kandungan klorida penyelenggara konstruksi, sekaligus untuk
menyebabkan korosi pada baja tulangan dalam mendorong terciptanya kesejahteraan
beton), air gambut (memiliki pH rendah dan masyarakat. UU No 2/2017 tentang jasa
bersifat asam, sehingga mengurangi kekuatan konstruksi menjelaskan bahwa bentuk
14
Krugman, Paul R & Maurice Obstfeld, 1996.Ekonomi Internasional :Teori dan Kebijakan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
15
https://teknologi.bisnis.com/read/20130624/84/146899/peneliti-bidang-konstruksi-minim-impor-alat-berat-merajalela
dalam setiap pekerjaan konstruksi infrastruktur pertama kali tertulis dalam UU No. 3 tahun 2014
seperti excavator pun sebagian besar dikuasai tentang Perindustrian, bagian keempat tentang
oleh produk luar. Wayan (2013) juga menjelaskan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri
bahwa Indonesia masih kekurangan ahli dan (P3DN). Tujuan gagasan ini adalah meningkatkan
peneliti di bidang konstruksi alat berat, dukungan produk dalam negeri, meningkatkan utilisasi
dari para ahli dan peneliti sangat dibutuhkan nasional, meningkatkan kesempatan kerja,
untuk mewujudkan industri alat berat dalam penghematan devisa negara, dan mengurangi
negeri yang berdaya saing. ketergantungan terhadap produk luar negeri.
Gagasan ini kemudian ditindaklanjuti pada
Disadari atau tidak, dalam jangka panjang, capital Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2018 tentang
outflow menyebabkan terjadinya depresiasi nilai Pemberdayaan Industri, dalam konsep kebijakan
rupiah, seperti yang terjadi pada tahun 1998, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
dimana terjadi penarikan modal asing secara
serentak dan besar-besaran dari Indonesia. Kementerian PUPR sebagai salah satu
Hal ini terlihat dari arus modal keluar swasta kementerian yang memiliki anggaran terbesar
sebesar US$ 13,8 miliar pada tahun 1998, dimana dalam menghasilkan produk infrastruktur,
sebelumnya arus modal masuk swasta pada baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
tahun 1996 bernilai US$ 11,5 miliar. Akibatnya, Diharapkan dengan adanya optimalisasi
terjadi perubahan yang sangat drastis pada penggunaan komponen dalam negeri di setiap
nilai tukar rupiah, dimana rupiah mengalami proyek konstruksi dapat memberikan efek
depresiasi dari rata-rata Rp2.450 per USD pada pengungkit bagi industri konstruksi secara
tahun 1997 menjadi Rp13.513 pada akhir Januari khusus dan industri nasional secara umum, serta
1998.16) memberikan efek domino dalam meningkatkan
aktivitas ekonomi masyarakat Indonesia.
Untuk menghindari hal tersebut, salah satu
pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah Menteri PUPR adalah salah satu anggota Tim
adalah memperkuat basis investor domestik, Nasional P3DN yang aktif mendorong penerapan
melalui penggunaan produk dalam negeri. kebijakan TKDN dalam pekerjaan konstruksi.
Brodjonegoro (2014) 17) menguraikan bahwa TKDN menjadi strategi pembangunan
fundamental keuangan Indonesia harus dijaga infrastruktur PUPR 2020-2024, sehingga
sehingga arus keuangan bisa terkontrol, dapat mengurangi ketergantungan impor.
dan Indonesia tidak boleh lengah walaupun Operasionalisasi strategi ini dicantumkan dalam
arus modal masuk tinggi, karena investor- Permen PUPR No. 14 tahun 2020 tentang Standar
investor asing tersebut bisa juga menarik dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
modal secara mendadak (sudden reversal). Melalui Penyedia mempersyaratkan nilai capaian
Gagasan penggunaan produk dalam negeri TKDN proyek dalam Pengadaan Barang Jasa
16
Tambunan, Kristopel F dan Syarief Fauzie. (2014). Pengaruh Capital Inflow Dan Capital Outflow Di Indonesia Terhadap
Nilai Tukar Rupiah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Vol.2, No.5, halaman 296310.
17
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/antisipasi-capital-outflow-pemerintah-perkuat-basis-investor-lokal/
18
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Tahun 2020–2024
19
Daud, Nicodemus. (2020). Penggunaan Komponen Dalam Negeri bagi Jasa Konstruksi sebagai Elemen Penggerak menuju
Pemulihan Ekonomi Nasional. Jakarta: Kementerian PUPR
20
https://www.jabarprov.go.id/index.php/news/36174/2020/01/23/4-Kemampuan-SDM-yang-Harus-Dimiliki-di-Era-Disrupsi
akan menjamin mutu jasa konstruksi sehingga dan rumit termasuk teknologi yang saat ini
memungkinkan portofolio para pelaku jasa sangat dekat dengan kita yaitu teknologi virtual,
konstruksi diterima di pasar, baik dalam negeri seperti perangkat lunak dan metode bisnis.
maupun luar negeri.21) Adalah tugas dari lembaga
Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk Dalam skala lebih mikro, rangkaian kegiatan yang
mengawal simplifikasi prosedur pemenuhan SNI saling berkaitan dengan tujuan tertentu dalam
dan memperkuat lembaga-lembaga penilaian batasan waktu, biaya dan mutu tertentu yang
kesesuaian. Data menyebutkan bahwa hingga disebut proyek konstruksi memerlukan resources
Agustus 2021 dari total 13.651 SNI, sebanyak (sumber daya) yaitu man (manusia), material
5.062 SNI merupakan SNI Industri. 22) Ini adalah (bahan bangunan), machine (peralatan), method
jumlah yang tidak sedikit dan BSN perlu (metode pelaksanaan), money (uang), information
melakukan koordinasi dengan pembina jasa (informasi), dan time (waktu). Kebutuhan
konstruksi, khususnya pembahasan pada SNI- tersebut mutlak pada seluruh proyek konstruksi
SNI yang terkait dengan sektor konstruksi. yang baik bangunan perumahan dan permukiman
(residential construction), konstruksi bangunan
Satu lagi, perlunya dibangun acuan normatif gedung (building construction), konstruksi
sebagai paradigma nasional sebagaimana teknik sipil (heavy engineering), dan konstruksi
dituangkan dalam PP 29/2018 tentang bangunan industri (industrial construction).
Pemberdayaan Industri, Keppres 24/2018
tentang Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Teknologi konstruksi dalam negeri idealnya
Produksi Dalam Negeri. Kebijakan Tingkat merupakan:
Komponen Dalam Negeri (TKDN) harus didorong 1. Teknologi yang dikuasai oleh anak bangsa.
agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar Kita patut berbangga bahwa saat ini telah
komponen dari luar negeri. Masyarakat jasa banyak Sumber Daya Manusia kita yang
konstruksi termasuk akademisi serta para ahli mampu menguasai teknologi konstruksi.
bidang konstruksi perlu diedukasi terkait : Hal ini bukti keberhasilan sekolah-sekolah
1. Kebijakan kemandirian teknologi vokasi yang mulai tumbuh di Indonesia dan
2. Kebijakan TKDN program-program peningkatan kapasitas
3. Kebijakan Pengetatan capital flow, dan lain – yang dilakukan oleh seluruh pemangku
lain kepentingan berdasarkan tugas dan
fungsinya masing-masing.
Konstruksi dan Teknologi Konstruksi 2. Teknologi yang berbasis kemampuan sumber
Pertumbuhan industri teknologi konstruksi daya lokal sehingga memiliki daya saing dan
maju pesat pada beberapa dekade terakhir. mandiri serta berdaulat atas teknologi.
Sebelumnya teknologi konstruksi hanya berupa 3. Teknologi yang murah dan mudah
alat bantu sederhana, namun kini teknologi dilaksanakan di lapangan, sehingga
konstruksi sudah berupa alat berat yang canggih biaya konstruksi menjadi murah, apalagi
21
https://bsn.go.id/main/berita/detail/8959/standardisasi-untuk-menjamin-mutu-produk-konstruksi-nasional
22
https://www.antaranews.com/berita/2349146/kemenperin-inisiasi-penerapan-standardisasi-teknologi-industri
Untuk tahun 2021, sesuai dengan arahan Bappenas dan Kementerian Keuangan,
Indonesia mengutamakan pekerjaan infrastruktur untuk menciptakan lapangan
kerja (Kementerian Pekerjaan Umum Umum dan Perumahan Rakyat). Tentu saja
pembangunan infrastruktur ini seharusnya dengan baik. Baik dari perencanaan,
pembangunan sampai pemeliharaannya diharapkan dengan kualitas prima.
Untuk itu, dalam mendukung pembangunan infrastruktur, diperlukan material
dan peralatan konstruksi yang memiliki kualitas yang sesuai. Dengan demikian,
material dan peralatan konstruksi sudah seharusnya memiliki kualitas yang baik
untuk menjamin keamanan dan keselamatan pembangunan dan pemakaian
konstruksi. Di lain pihak, perlu memaknai bagaimana memahami kualitas produk
yang baik itu.
Produk dapat dikatakan baik atau tidak, salah satunya dengan menggunakan
keberadaan “pembanding”. “Pembanding” yang menunjukkan persyaratan yang
dapat diterima dengan tetap menjamin keamanan dan keselamatan produk.
“Pembanding” digunakan sebagai batas normal yang menunjukkan bahwa saat
produk tertentu dapat memenuhi, berarti produk itu baik. Sebaliknya bahwa jika
produk tidak dapat memenuhi batas tersebut berarti produk tersebut memiliki
Setelah dapat memahami mengenai marwah Standar adalah salah satu bentuk isyarat pasar
standardisasi industri, diperlukan juga untuk mengirimkan petunjuk kepada pembeli
pengetahuan tentang tujuan standardisasi berupa informasi mengenai kualitas produk,
industri. Standardisasi industri bertujuan untuk : sehingga konsumen dapat mengurangi biaya
a. meningkatkan jaminan mutu, efisiensi untuk mengetahui kualitas produk (Jones dan
produksi, daya saing nasional, mewujudkan Hudson, 1996) dengan demikian fenomena “pasar
persaingan usaha yang sehat dan transparan lemon” dapat dihindari. Menurut Pindyck dan
dalam perdagangan, kepastian usaha dan Rubinfeld (2013) “pasar lemon” adalah fenomena
kemampuan pelaku usaha, serta memacu ketika terdapat informasi asimetris di pasar
kemampuan inovasi dan teknologi; yang kemudian dapat menyebabkan produk
b. meningkatkan perlindungan kepada berkualitas rendah dapat menyisihkan produk
konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, berkualitas tinggi dari pasar. Untuk mengurangi
masyarakat dan negara dari aspek keamanan, dampak dari hal tersebut, maka perlu standar
kesehatan, keselamatan, pelestarian fungsi yang berfungsi sebagai isyarat pasar, karena
lingkungan hidup; dan isyarat pasar lebih mudah diberikan kepada
c. meningkatkan kepastian, kelancaran dan produk yang berkualitas tinggi dibanding
efisiensi transaksi perdagangan di dalam diberikan pada produk yang berkualitas rendah.
negeri dan internasional. Dalam hal standardisasi industri, isyarat pasar
dilakukan dengan pembubuhan tanda kesesuaian
Kebijakan pemerintah tentu diberlakukan demi pada produk, atau diatur lain bagi perusahaan
kepentingan mengoreksi in-efisiensi yang terjadi yang mampu memenuhi persyaratan standar.
di pasar (Beghin dan Bureau, 2001). Standardisasi
Industri dilakukan untuk kepentingan mengurangi Selain itu, produsen yang mampu memproduksi
in-efisiensi dan trade-off kesejahteraan pada produknya dengan memenuhi persyaratan
kegagalan pasar yang mungkin terjadi. Kegagalan standar, juga memiliki keuntungan dengan
pasar yang ingin dikoreksi di sini dengan memperoleh peningkatan persepsi akan kualitas
pemberlakuan standar secara sukarela dan wajib (perception of quality) produk (Moenius, 2004)
adalah informasi asimetris (Maskus dan Wilson, sehingga standar yang berfungsi sebagai isyarat
2000). Informasi asimetris terjadi pada situasi pasar (Pindyck dan Rubinfeld, 2013) dapat
dimana pembeli dan penjual memiliki informasi digunakan sebagai pemberi kejelasan kualitas
yang berbeda mengenai suatu transaksi (Pindyck bagi konsumen. Kejelasan kualitas yang diperoleh
dan Rubinfeld, 2013). Secara prinsip, standar konsumen ini dapat mempromosikan pemasaran
dirumuskan untuk penjaminan mutu, yang dapat produk dari produsen, karena konsumen
digunakan, sengaja atau tidak sengaja, untuk mendapat penurunan biaya pencarian informasi
Dari segi sifat penerapan SNI, dari jumlah 13.699 3. SNI ISO 21690:2013, Kaca untuk bangunan –
SNI, terdapat 248 SNI yang diberlakukan secara Blok kaca – Spesifikasi dan metode uji
wajib dan 123 SNI merupakan standar bidang 4. SNI ISO 25537:2011, Kaca untuk bangunan:
industri. Kementerian Perindustrian telah Cermin kaca lembaran berlapis perak
memberlakukan 123 SNI secara wajib dengan 5. SNI 03-0797-2006, Kloset duduk
32 SNI merupakan SNI yang berkaitan dengan 6. SNI 15-0129-2004, Semen portland putih
konstruksi. Antara lain: 7. SNI 2049:2015, Semen Portland
1. SNI 15-4756-1998, Kaca cermin lembaran 8. SNI 15-3758-2004, Semen masonry
untuk penggunaan umum 9. SNI 15-3500-2004, Semen portland campur
2. SNI 15-0047-2005, Kaca lembaran 10. SNI 0302:2014, Semen portland pozzolan
11. SNI 7064:2014, Semen portland komposit 31. SNI 0039:2013, Pipa baja saluran air dengan
12. SNI ISO 13006:2010, Ubin Keramik - Definisi, atau tanpa lapisan seng
Klasifikasi, Karakteristik dan Penandaan 32. SNI 8760:2019, Bus bar tembaga
13. SNI 07-0052-2006, Baja profil kanal U proses
canai panas (Bj P Kanal U) Kendala dan strategi
14. SNI 07-0065-2002, Baja tulangan beton hasil standardisasi industri konstruksi
canai panas ulang
15. SNI 07-0329-2005, Baja profil I-beam proses Dari segi pemerintah, dalam rangka
canai panas (Bj P I-beam) penyelenggaraan standardisasi industri
16. SNI 07-0601-2006, Baja lembaran, pelat dan konstruksi dipengaruhi oleh beberapa
gulungan canai panas (Bj P) faktor utama, yaitu ketersediaan standar,
17. SNI 07-0954-2005, Baja tulangan beton dalam infrastruktur standar, dan pengawasan standar.
bentuk gulungan
18. SNI 07-2053-2006, Baja lembaran lapis seng (Bj Dalam hal ketersediaan standar konstruksi,
LS) belum lengkapnya standar industri konstruksi
19. SNI 07-2054-2006, Baja profil siku sama kaki yang menerapkan persyaratan teknis semua
proses canai panas (Bj P siku sama kaki) produk yang berkaitan dengan konstruksi.
20. SNI 07-3567-2006, Baja lembaran dan gulungan Dengan ketiadaan standar industri yang
canai dingin (Bj D) menjadi acuan dalam menilai kualitas produk,
21. SNI 07-7178-2006, Baja profil WF-beam proses maka para pelaku usaha dan perusahaan
canai panas (Bj P WF-beam) industri dapat memperdagangkan produk
22. SNI 2052:2017, Baja tulangan beton dengan kualitas yang beragam. Hal ini tidak
23. SNI 2610:2011, Baja profil H hasil pengelasan baik untuk persaingan usaha karena rawan
dengan filler untuk konstruksi umum terjadinya fenomena “pasar lemon”. Oleh
24. SNI 4096:2007, Baja lembaran dan gulungan lapis sebab itu, pemerintah perlu mempercepat
paduan aluminium-seng (Bj.L-AS) penyusunan standar sebagai tolok ukur kualitas
25. SNI 7614:2010, Baja Batangan Untuk Keperluan material, peralatan dan teknologi konstruksi.
Umum (BJKU) Standar yang disusun dapat berupa SNI, ST dan/
26. SNI 0076:2008, Tali kawat baja atau PTC. Pemerintah dapat mulai melengkapi
27. SNI 1154:2016, Tujuh Kawat Baja Tanpa Lapisan standar industri untuk setiap material dan
Dipilin untuk Konstruksi Beton Pratekan (PC peralatan yang diatur dalam Peraturan Menteri
Strand/KBjP-P7) Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
28. SNI 1155:2016, Kawat Baja Tanpa Lapisan untuk Nomor 7 Tahun 2021 tentang Pencatatan
Konstruksi Beton Pratekan (PC Wire/KBjP) Sumber Daya Material dan Peralatan Konstruksi,
29. SNI 7701:2016, Kawat Baja Kuens (quench) temper sebagaimana daftar yang disebutkan dalam
untuk Konstruksi Beton Pratekan (PC Bar/KBjP - lampiran ketentuan peraturan perundang-
Q) undangan dimaksud.
30. SNI 0139:2008, Penyambung pipa berulir besi
cormaleable hitam
bahan penolong industri untuk menyeragamkan Dalam usaha perusahaan untuk melakukan
dan menjamin mutu bahan baku dan bahan pemenuhan standar, timbul beban yang
penolong yang digunakan dalam proses industri. ditanggung oleh produsen. Pelaku usaha dan/
pemerintah perlu melaksanakan program atau perusahaan Industri harus menanggung
standardisasi industri dengan merunut sinergitas swicthing cost (Swann, 2000) dalam rangka
ketersediaan standar dengan pohon industri. penyesuaian dengan standar yang berlaku. Beban
ini berupa biaya adaptasi produk (atau desain
Dalam memastikan penggunaan teknologi ulang) dan biaya penilaian kesesuaian (Maskus
dalam kegiatan produksi maka pemerintah perlu et al, 2000). Kedua hal tersebut menyebabkan
menetapkan proses apa saja yang sekurang- modifikasi struktur persaingan atau ukuran
kurangnya harus diperlakukan kepada material pasar relatif (Neven, 2000). Biaya ini kemudian
industri konstruksi dan peralatan apa saja disebut sebagai biaya kepatuhan. Penambahan
yang digunakan dalam proses produksi yang biaya berakibat pada meningkatkan harga dan
diperlukan. Dengan demikian, pemerintah perlu menurunkan jumlah permintaan. Menurut Swann
untuk menyusun pedoman tata cara terkait (2000), standardisasi ini dapat meningkatkan
konstruksi. Namun saat ini belum tersedia persaingan walaupun tidak serta merta
pedoman tata cara terkait proses produksi meningkatkan profitabilitas semua perusahaan.
material dan peralatan konstruksi. Hal ini Penerapan standardisasi dapat mengurangi
menjadi peluang untuk melakukan penyusunan profitabilitas pada perusahaan atau negara yang
pedoman tata cara untuk menjamin proses tidak dapat menyesuaikan dengan persyaratan
produksi dengan mempertimbangkan ilmu yang ditetapkan dalam standardisasi. Dengan
pengetahuan dan teknologi termutakhir dengan demikian, untuk mengurangi biaya kepatuhan,
tanpa menghalangi inovasi. terutama bagi industri kecil dan menengah,
diperlukan bimbingan teknis dan fasilitasi
Kompetensi sumber daya manusia industri sertifikasi. Bimbingan teknis sangat diperlukan
konstruksi dapat ditingkatkan dengan untuk menghemat biaya penelitian dan
memperkuat dan memperlebar cakupan sekolah pengembangan. Fasilitasi sertifikasi perlu
vokasi. Berbeda dengan program sarjana dilakukan agar biaya kepatuhan yang harus
terapan yang menekankan pada keilmuan ditanggung industri kecil dan menengah yang
terapan, pendidikan vokasi menekankan pada memproduksi dalam jumlah sendiri dapat
keterampilan yang diperoleh dalam praktik dipindahkan menjadi subsidi pemerintah. Oleh
oleh calon pekerja. Oleh karena itu, calon karena itu produk industri kecil dan menengah
pekerja dapat memiliki kompetensi yang dapat bersaing secara harga dengan produk
keberterimaannya tinggi oleh calon pemberi industri besar yang telah melakukan kegiatan
kerja sektor industri konstruksi. Dengan koordinasi dan produksi dengan lebih efisien.
demikian, pemerintah perlu mempertimbangkan
untuk mendirikan sekolah vokasi industri
konstruksi untuk mendukung perkembangan
industri konstruksi.
Jika dilakukan pembinaan standardisasi industri individu produk. Selanjutnya pemerintah perlu
pada semua pelaku usaha dan/atau perusahaan untuk memperkuat infrastruktur standarisasi
industri di seluruh Indonesia maka pembinaan industri dan sistem penilaian kesesuaiannya.
ini tidak akan berlangsung efektif, terutama Pemerintah perlu melengkapi standar bidang
terkait dengan keterbatasan jumlah sumber industri konstruksi dengan paradigma
daya manusia dan anggaran. Untuk itu, dalam karakteristik nasional yang menyesuaikan
meningkatkan kualitas industri konstruksi dengan letak geografis, cuaca, musim atau pun
nasional, pemerintah perlu melakukan budaya, atau yang lebih dikenal sebagai national
penyediaan standar industri konstruksi untuk differences dan rantai pasok nasional sesuai
digunakan sebagai tolok ukur kualitas. Tolok ukur dengan pohon industri. Setelah tersedianya
ini digunakan untuk memilah pelaku usaha dan/ standar bidang industri konstruksi, pemerintah
atau perusahaan industri yang memproduksi perlu memperkuat dengan melengkapi atau
material dan peralatan konstruksi yang kurang menambah infrastruktur standar industri
berkualitas dengan yang berkualitas. Untuk konstruksi dalam hal sistem penilaian
produk yang tidak memenuhi persyaratan kesesuaian. Pemerintah juga perlu melakukan
teknis standar industri, kemudian dilakukan penguatan pengawasan guna menjamin
pembinaan, untuk meningkatkan kualitas sesuai persaingan usaha yang sehat dan perlindungan
dengan kebutuhan spesifik masing-masing konsumen.
Daftar Pustaka
Beghin, John C., and Jean-Christophe Bureau. (2001). Pindyck, R. S., & Rubinfeld, D. L. (2013). Microeconomics
Quantification of sanitary, phytosanitary, and (International Edition).
technical barriers to trade for trade policy Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No 2 Tahun
analysis. 2017 tentang Sarana dan Prasarana Industri.
Hobbs, Jill E. (2007) Technical barriers to trade. Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 5
Handbook on international trade policy: 394. Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan
Jones, P., & Hudson, J. (1996). Standardization Berusaha Berbasis Risiko
and the costs of assessing quality. European Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun
journal of political economy, 12(2), 355-361. 2014 tentang Perindustrian.
Maskus, Keith E., John S. Wilson, and Tsunehiro Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
Otsuki. (2000). Quantifying the impact of 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian
technical barriers to trade: a framework for Kesesuaian.
analysis. The world Bank. Stango, Victor. (2004). The economics of standards
Maskus, Keith E., and John S. Wilson. (2000). wars. Review of network economics 3.1
Quantifying the impact of technical barriers Sunder, Shyam. Standardization, i. Economics
to trade: a review of past attempts and the of. (1988). Political economy of accounting
new policy context. World Bank workshop on standards. Journal of Accounting Literature 7:
quantifying the trade effect of standards and 31-41.
technical barriers: is it possible. Vol. 27. Swann, GM Peter. (2000). The economics of
Moenius, Johannes. (2004). Information versus standardization: final report for standards and
product adaptation: The role of standards in technical regulations directorate. Department of
trade. Available at SSRN 608022. Trade and Industry. Manchester Business School.
Neven, Damien J. (2000). Evaluating the effects
of non tariff barriers; The economic analysis
of protection in WTO disputes. University of
Lausanne and CEPR .
Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pedoman
Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia Secara Wajib.
Rezza Munawir
Pejabat Fungsional Pembina Jasa Konstruksi Ahli Muda
Dari masa ke masa, jargon cinta produk Indonesia senantiasa digaungkan oleh
Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1964, untuk pertama kalinya
Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno menyinggung konsep berdiri
di atas kaki sendiri (berdikari). Bung Karno memformulasikan konsep Trisakti,
yakni: berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam
kebudayaan sebagai bentuk revolusi suatu bangsa. Bung Karno menegaskan
bahwa konsep berdikari ini bukan menolak atau mengurangi kerja sama dengan
negara-negara lain, melainkan tidak ketergantungan kepada imperialisme,
memperluas kerja sama internasional, kerja sama yang sama-derajat dan saling-
menguntungkan. 1)
1
https://www.idntimes.com/business/economy/helmi/mengenang-pidato-bung-karno-soal-
berdikari-ekonomi-yang-mandiri/4
2
https://www.alinea.id/infografis/slogan-cinta-produk-indonesia-dari-masa-ke-masa-b2czB91Gf
3
https://nasional.kompas.com/read/2021/03/05/07210071/saat-jokowi-gaungkan-benci-produk-luar-negeri?page=all
4
https://jdih.maritim.go.id/en/jokowi-menandatangani-keppres-nomor-15-tahun-2021-tim-gernas-bbi-siap-mendorong-
umkm-nasional
di Kementerian PUPR yang didalamnya mengatur Sebagai Kementerian dengan anggaran terbesar
terkait tata cara perhitungan capaian nilai TKDN di Indonesia, capaian nilai TKDN yang signifikan
pada paket-paket di Kementerian PUPR, (2) tentunya akan berkontribusi sangat besar
mengatur bagaimana mekanisme komitmen terhadap penggunaan produk dalam negeri,
penetapan nilai TKDN versi pengguna jasa pada menggairahkan industri rantai pasok konstruksi
pengadaan barang/jasa, (3) pembentukan tim nasional, dengan harapan akan berdampak bagi
verifikasi capaian nilai TKDN dari Ditjen Bina pemulihan ekonomi nasional, apalagi di tengah
Konstruksi; serta (4) pembentukan Tim P3DN pandemi COVID-19 yang belum terlihat kapan
Kementerian PUPR yang melibatkan semua unit akan berakhir.
organisasi di lingkungan Kementerian PUPR.
Pendahuluan
diberikannya. Kata lain dari peningkatan kinerja kesehatan kerja, mempercepat pelaksanaan
adalah peningkatan efisiensi dan efektivitas konstruksi, dan menghemat biaya konstruksi.
yang menjadi tolak ukur yang penting dalam
peningkatan nilai tambah. Salah satu material konstruksi yang sifatnya
sangat lokal adalah beton. Oleh karena itu secara
Kinerja Peningkatan Nilai Tambah nasional peningkatan nilai tambah beton melalui
Jasa Konstruksi penggunaan beton pracetak dilakukan secara
masif. Dalam periode pembangunan 2015 s.d.
Pengelolaan Sumber Daya Material, Peralatan 2019, produksi beton pracetak meningkat hampir
dan Teknologi Konstruksi dua kali lipat, yaitu dari tingkat penggunaan
sebesar sekitar 16% menjadi 30%. Hingga
Pengelolaan Rantai Pasok Material Konstruksi tahun 2020, tercatat bahwa terdapat 86 pabrik
Unsur utama bangunan adalah material. Tanpa yang memproduksi beton pracetak dengan
campur tangan manusia pun, suatu bangunan kapasitas produksi sebesar 44,8 Juta ton/tahun.
misalnya bangunan gua dan jembatan, secara Penggunaan beton pracetak dipilih karena
alam terbentuk. Nilai tambah dari unsur sebagian besar diproduksi di dalam negeri,
material diperoleh dengan memanfaatkan teknologi pembuatannya dikuasai, dan secara
perkembangan teknologi untuk menghasilkan signifikan menunjang peningkatan kualitas
material buatan melalui proses komposit dan proses/hasil dan percepatan penyelenggaraan
pabrikasi. Penggunaan material pabrikasi telah konstruksi.
meningkatkan kualitas proses dan produk
konstruksi, mengurangi produksi sampah Selain beton, material konstruksi yang
konstruksi, lebih menjamin keselamatan dan diproyeksikan akan meningkat kebutuhannya
stabilitas dan kerataan permukaan perkerasan. Penerapan BIM secara nasional masih
Kestabilan badan jalan sangat tergantung pada menghadapi tantangan besar, khususnya terkait
proses pemadatan tanah yang hanya dapat dengan kemampuan untuk membagi data dan
dilaksanakan dengan menggunakan alat berat informasi dari seluruh penyelenggara konstruksi.
roller compactor. Sebelumnya, hasil pekerjaan Pengaturan dalam satu bab khusus terkait
pemadatan tanah diperiksa secara manual dengan Sistem Informasi Jasa Konstruksi dalam
dengan pengambilan sample yang jumlah UU 2/2017 diharapkan dapat lebih memacu
terbatas. Peralatan pemancar frekuensi (radar) penerapan BIM secara nasional.
yang dapat memeriksa tingkat kepadatan lapisan
tanah dan alat GPS untuk mendeteksi kemiringan Pengembangan Tenaga Kerja Konstruksi
jalan yang merupakan hasil perkembangan Salah satu permasalahan pokok yang dihadapi
teknologi dipasang pada roller compactor. Hasil dalam penyelenggaraan jasa konstruksi di
pemantauan secara elektronik dikirim langsung Indonesia, yaitu ketersediaan tenaga kerja
ke ruang pengendali sehingga para engineer konstruksi yang bersertifikat masih terbatas.
dapat memantau langsung langkah demi langkah Berdasarkan data LPJKN per Desember 2020,
dan mengendalikan pekerjaan pemadatan secara nasional jumlah tenaga kerja konstruksi
badan jalan. Pemanfaatan hasil perkembangan bersertifikat baru sebesar 778.472 orang yang
teknologi pada alat berat operasional terdiri dari 566.284 orang tenaga terampil dan
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap 212.188 tenaga ahli atau sekitar 9,65 % dari
peningkatan nilai tambah penyelenggaraan total jumlah tenaga kerja konstruksi sebesar
konstruksi. 8 juta orang. Apabila dari 8 juta tenaga kerja
konstruksi yang wajib memiliki sertifikat sebagai
Penerapan Building Information Modelling tenaga ahli, tenaga teknisi/analisis/dan operator
Penerapan Building Information Modelling (BIM) sebesar 40%, maka tenaga kerja yang telah
di Indonesia merupakan hal yang relatif baru. bersertifikat baru mencapai 24%, atau masih
Di Singapura dan beberapa negara Eropa, sekitar 2,4 juta tenaga kerja konstruksi yang
penerapan BIM sudah menjadi keharusan. masih harus disertifikasi.
Beberapa BUMN di bidang konstruksi, Ditjen
Cipta Karya, dan Ditjen Bina Marga mulai Pemerintah bersama dengan seluruh unsur
menerapkan BIM dalam beberapa proyek masyarakat Jasa Konstruksi bahu-membahu
strategis yang ditanganinya. Penerapan BIM menyelenggarakan program percepatan
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja konstruksi,
peningkatan nilai tambah penyelenggaraan yang sebelumnya hanya dapat menghasilkan
konstruksi dalam hal mengurangi waktu untuk tenaga kerja terlatih/tersertifikasi 30
perubahan perencanaan teknis, mempercepat ribu pertahun menjadi 200 ribu pertahun.
proses pabrikasi komponen konstruksi, Peningkatan yang sangat signifikan diperoleh
peningkatan jaminan ketersediaan pasokan melalui sinergi dan kolaboratif pemerintah
sumber daya, dan peningkatan kesiapan dengan masyarakat jasa konstruksi, khususnya
pelaksanaan kontrak pekerjaan konstruksi. dengan asosiasi jasa konstruksi, badan usaha
jasa konstruksi, dan perguruan tinggi.
Penugasan berbeda dengan penunjukan dalam penugasan yang dilaksanakan melalui konsep
suatu proses pengadaan jasa konstruksi. swakelola kepada unit pelaksana internalnya
Penugasan adalah pendelegasian wewenang adalah dalam hal perbedaan bentuk perjanjian
untuk mengelola suatu pekerjaan sesuai dengan perikatan.
tugas yang diperintahkan. Penugasan yang
dimaksud berbeda dengan penugasan yang Penerapan Standar Keamanan, Keselamatan,
diberikan oleh suatu unit organisasi kepada unit Kesehatan, dan Keberlanjutan Konstruksi
organisasi internal lainnya. Dalam konteks UU Penyelenggaraan usaha dan jasa konstruksi
2/2017, penugasan adalah pengalihan tanggung yang tertib dan pemanfaatan produk konstruksi
jawab penyediaan bangunan yang sebelumnya yang tertib, merupakan bagian yang tidak
langsung di bawah pengelola sektor menjadi terpisahkan dari upaya peningkatan nilai tambah
di bawah suatu entitas baru berupa lembaga/ penyelenggaraan konstruksi. Sejak awal,
badan/orang perseorangan. Entitas baru penyelenggaraan konstruksi dirancang untuk
tersebut dapat menyelenggarakan konstruksi menghasilkan manfaat sebesar-besarnya pada
secara sendiri atau melalui pihak kedua selama kehidupan. Proses perencanaan memperhatikan
memenuhi ketentuan peraturan perundang- berbagai aspek terkait dengan bangunan
undangan sebagai pelaku jasa konstruksi. untuk lebih menjamin keberlanjutan bangunan;
proses perancangan harus memperhatikan hasil
Ketentuan terkait dengan penyediaan bangunan perencanaan untuk lebih menjamin bangunan
dalam UU 2/2017 telah dicabut oleh UU 11/2020, lebih efisien dan efektif; proses pelaksanaan
sehingga sistem delivery penyelenggaraan konstruksi selain harus berdasarkan pada hasil
jasa konstruksi melalui penugasan mengikuti perancangan yang telah disepakati, dilaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan dengan selamat dan sehat, juga harus mampu
lainnya. Pada hakikatnya, sistem delivery melalui mendorong pertumbuhan usaha jasa konstruksi
penugasan adalah penyelenggaraan konstruksi dan usaha rantai pasoknya termasuk penyerapan
yang dikerjakan sendiri. Perbedaan dengan tenaga kerja; dan pada ujungnya pengoperasian
dan pemeliharaan produk konstruksi Database kinerja pelaku jasa konstruksi berupa
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan agar pengalaman teregistrasi tersebut dimanfaatkan
bangunan dapat berfungsi sesuai dengan umur dalam proses pemilihan penyedia jasa. Sistem
rencananya serta membentuk lingkungan registrasi pengalaman tidak akan menghasilkan
terbangun yang senyaman-nyamannya. penumpukan kegiatan konstruksi pada satu
pelaku jasa konstruksi tertentu. Pembatasan
Strategi Peningkatan Nilai Tambah melalui penerapan remunerasi berdasarkan
kehadiran (time-based cost) bagi tenaga
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Berbasis kerja konstruksi, dan sisa kemampuan nyata
Kinerja (SKN) bagi BUJK menciptakan keseimbangan
Sertifikasi kompetensi/ kemampuan terhadap supply-demand pelaku jasa konstruksi.
pelaku jasa konstruksi merupakan salah satu Persaingan yang sehat antara para pelaku jasa
substansi utama dalam UU 2/2017. Kompetensi/ konstruksi secara transparan akan mendorong
kemampuan diasah dalam pengalaman penjagaan dan peningkatan kompetensi
menyelenggarakan konstruksi. UU 2/2017 kerja/kemampuan usaha melalui sistem
mengamanatkan peregistrasian pengalaman pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.
setiap pelaku jasa konstruksi dalam sistem Peningkatan kinerja pelaku jasa konstruksi akan
informasi jasa konstruksi terintegrasi yang menghasilkan peningkatan nilai tambah dalam
dikembangkan Pemerintah. penyelenggaraan jasa konstruksi.
Patmasari Anggaraningsih
Pejabat Fungsional Pembina Jasa Konstruksi Ahli Muda
Pendahuluan
Visi dan misi pemerintah tahun 2019 – 2024 adalah terwujudnya Indonesia maju yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian yang berlandaskan gotong royong. Tahun
2022 mendatang rencana kerja pemerintah masih berorientasi pada pemulihan
ekonomi sebagai dampak pandemi Covid-19. Sasaran pembangunan dan arah
kebijakan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Indonesia yakni memperkuat
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkeadilan, mengembangkan wilayah
untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan, meningkatkan sumber
daya manusia berkualitas dan berdaya saing, revolusi mental dan pembangunan
kebudayaan, memperkuat infrastruktur dan mendukung pengembangan ekonomi
dan pelayanan dasar, membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan
Sektor infrastruktur sebagai salah satu prioritas Infrastruktur yang masif, andal, dan berkualitas,
pembangunan yang menjadi daya ungkit dalam tidak akan terbangun tanpa sumber daya
rangka pemulihan ekonomi nasional pada masa manusia yang andal, terampil, terlatih, dan
pandemi Covid-19. Pembangunan infrastruktur kompeten. Komitmen dalam mencetak sumber
yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan daya konstruksi ini juga tertuang dalam rencana
Umum dan Perumahan Rakyat berfokus pada strategis Kementerian PUPR yaitu meningkatkan
sektor prioritas antara lain penyelesaian kualitas sumber daya manusia, penyelenggaraan
Proyek Strategis Nasional (PSN), program jasa konstruksi, dan pembiayaan infrastruktur
ketahanan pangan, program Padat Karya Tunai dalam mendukung penyelenggaraan
(PKT), penyelesaian pengembangan 5 (lima) infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan
Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), Rakyat.
pengembangan Kawasan Industri Terpadu (KIT).
Isu strategis yang dihadapi oleh sektor jasa
Pemerintah mengalokasikan anggaran konstruksi Indonesia salah satunya adalah
infrastruktur Tahun 2022 sebesar Rp rendahnya tingkat kepemilikan Sertifikat
384,8 triliun dalam Rancangan Anggaran Kompetensi Kerja Konstruksi (SKKK). Hal
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) untuk ini terlihat dari trendline kecelakaan kerja
pembangunan infrastruktur di sejumlah sektor. konstruksi yang terus meningkat selama 3 (tiga)
Kementerian PUPR tahun 2022 diberikan tahun terakhir. Berdasar kajian dari Komite
pagu anggaran sebesar Rp100,59 triliun. Pagu Keselamatan Konstruksi, salah satu penyebabnya
anggaran ini dialokasikan untuk pembangunan adalah minimnya kompetensi pekerja konstruksi.
infrastruktur sumber daya air sebesar Rp41,23 Rendahnya tingkat kepemilikan Sertifikat
triliun, konektivitas sebesar Rp39,70 triliun, Kompetensi Kerja Konstruksi (SKKK) khususnya
permukiman sebesar Rp12,15 triliun, perumahan kualifikasi terampil serta peningkatan kompetensi
sebesar Rp5 triliun, serta dukungan manajemen tenaga kerja konstruksi menjadi fokus dalam
dan tugas teknis lainnya sebesar Rp2,15 triliun. pembinaan kompetensi tenaga kerja konstruksi.
Kementerian PUPR juga akan melaksanakan
program pembiayaan perumahan dengan total Kebijakan pembinaan tenaga kerja konstruksi
anggaran Rp28,2 triliun. diarahkan pada peningkatan kompetensi
tenaga kerja konstruksi dan jumlah kepemilikan
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, sebagai Sertifikat Kompetensi Kerja Konstruksi.
upaya untuk Pemulihan Ekonomi Nasional Dengan adanya kebijakan ini diharapkan dapat
(PEN), Kementerian PUPR memiliki program tercetak tenaga kerja konstruksi yang andal dan
Padat Karya Tunai (PKT) dengan total pagu berdaya saing sehingga memberikan dukungan
anggaran sebesar Rp13,91 triliun. Program Padat pada peningkatan kualitas dan durabilitas
Karya Tunai tahun 2022 dilaksanakan secara infrastruktur yang dibangun di Indonesia.
1
Hasil kajian Pusat Kajian Strategis, Kementerian PUPR, 2013
Dalam rangka melaksanakan pembinaan bagi kerja telah memiliki SKKNI, sedangkan sisanya
tenaga kerja konstruksi, Direktorat Jenderal Bina saat ini sedang dalam progres dan penyusunan.
Konstruksi, pada tahun 2021 telah menerbitkan Selain menyusun SKKNI, untuk mendukung
aturan-aturan, diantaranya : pelaksanaan pelatihan maka disusun modul
1. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina pelatihan berbasis kompetensi dengan jumlah
Konstruksi No.27/2021 tentang Petunjuk modul existing saat ini sebanyak 144 jabatan
Pelaksanaan Pendataan TKK pada Proyek kerja.
Konstruksi di Kementerian PUPR;
2. Petunjuk pelaksanaan pemberian Dukungan terhadap tenaga kerja konstruksi
rekomendasi lisensi Lembaga Sertifikasi berkompeten juga diejawantahkan dalam
Profesi dan registrasi Lembaga Sertifikasi perkuatan infrastruktur pelatihan yaitu
Profesi Terlisensi (ditetapkan di LPJK: Surat meningkatkan jumlah instruktur dan asesor.
Edaran Ketua LPJK No. 03/2021); Direktorat Jenderal Bina Konstruksi telah
3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan mencetak instruktur dan asesor yang dapat
Perumahan Rakyat Nomor 559/KPTS/M/2021 diperankan secara optimal pada pelaksanaan
tentang Penetapan Besaran Biaya Sertifikasi pelatihan maupun uji kompetensi. Pada
Kompetensi Kerja Konstruksi dan Sertifikasi tahun 2020, Balai Jasa Konstruksi Wilayah di
Badan Usaha Jasa Konstruksi Yang lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Dilaksanakan Oleh Lembaga Sertifikasi telah menyelenggarakan Recognition Current
Bidang Jasa Konstruksi; Competency (RCC) kepada 598 asesor. Selain itu,
4. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina juga telah mencetak asesor baru sebanyak 25
Konstruksi No 05/2021 tentang Petunjuk orang dan pelatihan instruktur yang diikuti oleh
Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi Kerja 30 orang.
Konstruksi Pada Masa Transisi;
5. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina
Konstruksi No 06/2021 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Registrasi LSP Terlisensi dan
Sertifikasi Kompetensi Kerja Konstruksi Oleh
LSP Terlisensi dan Teregistrasi Pada Masa
Transisi.
infrastruktur pelatihan yang berupa penyiapan instruktur dan asesor yang kompeten dan
sarana prasarana peningkatan kompetensi untuk profesional. Hal ini dapat diwujudkan dengan
jabatan kerja strategis sesuai industri konstruksi. menggalang kerja sama dengan stakeholders
Pelatihan yang diselenggarakan selaras dengan di sektor Jasa Konstruksi seperti dengan
teknologi yang berkembang di lapangan. Saat ini pihak swasta ataupun dengan negara lain.
pembangunan infrastruktur konektivitas banyak Sebagai contoh, menjalin kerja sama melalui
menggunakan konstruksi layang/elevated. Untuk program kemitraan dengan Japan International
memenuhi hal dimaksud, dibutuhkan penyiapan Cooperation Agency (JICA) dan Korea
tenaga kerja konstruksi baik dari kualifikasi ahli International Cooperation Agency (KOICA) untuk
maupun terampil yang mendukung pekerjaan melaksanakan capacity building bagi instruktur.
konstruksi tersebut.
Penyiapan para instruktur juga dilakukan melalui
Mencetak tenaga kerja konstruksi yang kerjasama dengan akademisi di sekolah vokasi
kompeten harus diimbangi dengan instruktur dan perguruan tinggi. Implementasi dari Surat
dan asesor yang berkualitas. Seorang instruktur Edaran Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor
yang berkualitas adalah seorang yang dapat 129/SE/Dk/2020 turut mencetak instruktur yang
mentransfer knowledge, skill serta membentuk profesional kepada para siswa / mahasiswa. Para
attitude calon tenaga kerja konstruksi sehingga tenaga pendidik di Sekolah Menengah Kejuruan,
layak bekerja di sektor konstruksi. Kebutuhan Dosen Politeknik, dan Dosen perguruan tinggi
terhadap instruktur dan asesor juga merupakan dilatih dan diperankan sebagai instruktur pada
target nasional di sektor Jasa Konstruksi yang program pemberian kompetensi tambahan
dapat dipenuhi dan dilakukan oleh pemerintah kepada siswa/mahasiswa di tingkat SMK, Vokasi,
pusat, pemerintah daerah, maupun asosiasi dan perguruan tinggi.
profesi. Target peningkatan dan pemenuhan
jumlah instruktur dan asesor per tahun Dalam rangka penguatan infrastruktur pelatihan,
ditargetkan sebanyak 20%, sebagaimana Balai Jasa Konstruksi Wilayah didorong untuk
tercantum dalam tabel di bawah. memiliki branding dalam melakukan pembinaan
terhadap calon tenaga kerja konstruksi. Dengan
Penguatan infrastruktur pelatihan diharapkan penguatan infrastruktur pelatihan yang ada, Balai
dapat menjawab pemenuhan kebutuhan Jasa Konstruksi Wilayah dapat dimanfaatkan
Tabel 7.1.1. Target Pemenuhan Kebutuhan Instruktur dan Asesor Tahun 2020 - 2024
Pemenuhan Tahun
Satuan
Kebutuhan
2020 2021 2022 2023 2024
Target Peningkatan % 20% 40% 60% 80% 100%
Instruktur Orang 1.213 2.426 3.639 4.852 6.065
Asesor Orang 3.272 6.544 9.816 13.088 16.360
Tahun
Target Satuan
2020 2021 2022 2023 2024
% 9% 10% 12% 13% 14%
TKK Bersertifikat
Orang 765.000 850.000 1.020.000 1.105.000 1.190.000
sebagai teaching factory atau rujukan sarana berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional
pembelajaran bagi calon tenaga kerja konstruksi. BPS pada tahun 2019 yakni 8,5 juta jiwa. Untuk
Balai Jasa Konstruksi bekerjasama dengan tahun 2022, Target tenaga kerja konstruksi
sekolah vokasi, Pendidikan tinggi, atau Lembaga bersertifikat diharapkan mencapai 12% atau
pelatihan lainnya dapat digunakan sebagai sebanyak 1.020.000 tenaga kerja konstruksi.
sarana untuk studi banding dan lokasi praktek
dalam kegiatan pelatihan calon tenaga kerja Pengembangan Standar dan Materi Kompetensi
konstruksi. Meningkatnya proyek konstruksi serta makin
tingginya teknologi mendorong pemerintah
Mendorong Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi untuk mengembangkan standar dan materi
Mulai tahun 2017, pemerintah telah kompetensi sesuai dengan kebutuhan. Standar
menyelenggarakan percepatan sertifikasi dan materi kompetensi ini disusun dalam rangka
secara on site dengan melakukan observasi di menjawab tantangan dan mengakomodasi
lokasi proyek. Dengan metode ini, instrumen perkembangan jabatan kerja yang terlibat pada
pendukung uji sertifikasi dimobilisasi ke lokasi proyek konstruksi saat ini. Standar Kompetensi
proyek, sehingga uji sertifikasi dapat dilakukan Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan materi
tanpa mengganggu pekerjaan konstruksi. kompetensi / modul yang disusun dapat dijadikan
Inovasi percepatan sertifikasi mendapat acuan bagi pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja
dukungan penuh dari Presiden Joko Widodo konstruksi.
yang turut hadir dan menyerahkan sertifikat
kepada 10.000 tenaga kerja konstruksi. Dengan Peningkatan kualitas tenaga kerja konstruksi
adanya percepatan sertifikasi ini, diharapkan bertumpu pada 3 (tiga) utama yaitu : Standar
seluruh proyek konstruksi dapat dilaksanakan Kompetensi Kerja, Pelatihan Berbasis
oleh tenaga kerja konstruksi yang memiliki Kompetensi, serta Sertifikasi Kompetensi.
kompetensi terstandar dan terukur. Adapun Pelatihan berbasis kompetensi dapat
target tenaga sertifikasi tenaga kerja konstruksi dilaksanakan dengan tersedianya Bakuan
tertera pada tabel di atas ini. Kompetensi yang terdiri dari SKKNI yang
dilengkapi dengan Kurikulum Pelatihan Berbasis
Pada tahun 2024, diharapkan sebanyak 14% Kompetensi (KPBK), Materi Uji Kompetensi
tenaga kerja konstruksi telah bersertifikat atau (MUK), serta Modul/Materi Pelatihan berbasis
sekitar 1,190 juta dari total tenaga Kerja Konstruksi kompetensi.
Dalam rangka pengembangan standar dan materi Tersedianya data tenaga kerja konstruksi,
kompetensi tenaga kerja konstruksi, pada tahun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
2024 ditargetkan tersedia sebanyak 240 SKKNI (SKKNI), materi kompetensi, serta platform
dan 165 modul pelatihan. Untuk mencapai target pelaksanaan assessment online dalam 1 (satu)
ini Direktorat Jenderal Bina Konstruksi memiliki aplikasi adalah sebuah kebutuhan sebagai dasar
strategi yaitu melakukan Kerjasama dengan pengembangkan kebijakan pembinaan tenaga
asosiasi profesi dan Lembaga sertifikasi profesi kerja konstruksi. Standar dan materi kompetensi
dalam penyusunan SKKNI baru maupun revisi di yang telah ada saat ini masih berbentuk hardcopy,
sektor jasa konstruksi. Untuk pengembangan sehingga stakeholders mengalami kesulitan
materi atau modul, akan dilakukan Kerjasama dalam mengakses bakuan kompetensi yang
dengan lembaga pelatihan kerja dan akademisi telah disusun. Dengan adanya Sistem Informasi
dalam penyusunan modul baru maupun revisi. Kompetensi ini diharapkan data tenaga kerja
konstruksi, Standar Kompetensi Kerja Nasional
Pengembangan Sistem Informasi Indonesia (SKKNI), dan materi kompetensi dapat
Seiring dengan berkembangnya era digitalisasi diakses dengan mudah. Selain itu dengan adanya
4.0, pelaksanaan pembinaan tenaga kerja Sistem Informasi Kompetensi ini pembinaan
konstruksi bersinergi dengan memanfaatkan tenaga kerja konstruksi dapat dilakukan dengan
teknologi informasi. Pemanfaatan sistem lebih terukur dan tepat sasaran.
informasi sebagai tools dalam rangka
implementasi inovasi pembinaan tenaga kerja Berdasarkan Tabel 7.1.3., dari total 305 SKKNI
konstruksi mengakselerasi tercapainya target yang telah disusun oleh Direktorat Jenderal
pembinaan SDM Konstruksi nasional. Dalam Bina Konstruksi, 255 SKKNI telah didigitalisasi
rangka pengembangan standar dan materi ke dalam Sistem Informasi Kompetensi,
kompetensi, pelaksanaan uji kompetensi, dan Sedangkan untuk materi kompetensi, dari 218
pendataan tenaga kerja konstruksi, Direktorat modul atau materi yang telah disusun, 26 modul
Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi telah didigitalisasi ke dalam Sistem Informasi
membangun suatu sistem informasi, yakni Kompetensi.
Sistem Informasi Kompetensi (SIMKOM) yang
merupakan subordinat dari Sistem Informasi Dalam rangka pemetaan kompetensi tenaga
Jasa Konstruksi. kerja konstruksi, khususnya yang bekerja
Kesimpulan
Badan Pusat Statistik. 2019. Konstruksi Dalam Angka Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Konstruksi
2019. Jakarta: BPS RI. No.27/2021 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi. 2021. Progres Pendataan TKK pada Proyek Konstruksi di
Capaian 2021 & Rencana Kerja 2022 Ditjen Bina Kementerian PUPR
Konstruksi. Jakarta:2021 Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Konstruksi
https://bi.djbk.org/#/views/SertifikatTenagaKerja/ No 05/2021 tentang Petunjuk Pelaksanaan
DASHBOARDTKK-SIKIV_3?:iid=1; Sertifikasi Kompetensi Kerja Konstruksi Pada
https://www.pu.go.id/berita/dukung-pemulihan- Masa Transisi;
ekonomi-nasional-pembangunan-infrastruktur- Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Konstruksi
pupr-tahun-2021-difokuskan-pada-5-sektor- No 06/2021 tentang Petunjuk Pelaksanaan
prioritas; Registrasi LSP Terlisensi dan Sertifikasi
https://pu.go.id/berita/rencana-kerja-dan-anggaran- Kompetensi Kerja Konstruksi Oleh LSP Terlisensi
kementerian-pupr-tahun-2022-disetujui- dan Teregistrasi Pada Masa Transisi.
komisi-v-dpr-ri-dukung-pemulihan-ekonomi- Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor
dan-reformasi-struktural 129/SE/Dk/2020 Tentang Pemberian Kompetensi
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Tambahan Dan Sertifikasi Kompetensi Bagi
Rakyat Nomor 559/KPTS/M/2021 tentang Lulusan dan Calon Lulusan Sekolah Menengah
Penetapan Besaran Biaya Sertifikasi Kompetensi Kejuruan (SMK), Politeknik Dan / Atau Perguruan
Kerja Konstruksi dan Sertifikasi Badan Usaha Tinggi Bidang Konstruksi
Jasa Konstruksi Yang Dilaksanakan Oleh Undang Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Lembaga Sertifikasi Bidang Jasa Konstruksi; Konstruksi
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang
Jasa Konstruksi
Jembatan Suramadu,
Madura, Jawa Timur
Momentum UU Ciptaker
Sejak berdiri hingga saat ini, BNSP telah berperan mengalami perkembangan dan telah dilakukan
dalam sektor-sektor strategis nasional. Sektor harmonisasi dengan Kementerian Kesehatan
strategis yang telah didampingi BNSP dalam serta dengan Ikatan Dokter Indonesia dalam
program sertifikasi, yaitu sektor Pekerja Migran sertifikasi kompetensi dokter yang dilaksanakan
Indonesia (PMI) yang saat ini memiliki 14 LSP oleh Kolegium Kedokteran; sektor TIK yang terus
Pihak Ketiga (P-3); sektor pariwisata yang telah berkembang sehingga terdapat LSP P-1, P-2,
memiliki LSP di hampir setiap provinsi dan telah dan P-3; sektor pertanian dengan jumlah 12 LSP
melakukan harmonisasi di tingkat nasional dan yang terbanyak adalah LSP P-1 (SMK dan
dan regional; sektor kesehatan yang terus perguruan tinggi).
dan Sertifikasi Kerja (SKK) subsektor Jasa transisi dan gerak cepat pemenuhan asesor
Konstruksi. kompetensi khusus di bidang konstruksi untuk
badan usaha yang disebut asesor badan usaha
Paralel dengan legalitas tim asesor LSBU maka (ABU) sehingga dapat dibentuk LSBU. Tentu
BNSP juga memberi dukungan dan pelayanan hal ini mendorong munculnya LSBU di sektor
terhadap pembentukan LSP baru di sektor konstruksi yang juga secara langsung akan
konstruksi serta pelaksanaan sertifikasi mendorong tumbuhnya LSP di sektor konstruksi.
kompetensi tenaga kerja konstruksi. Selama Namun, tujuan utama adalah meningkatnya
masa transisi sebagaimana disampaikan oleh kuantitas tenaga kerja tersertifikasi di sektor
Ketua LPJK hingga 22 September 2021 telah konstruksi yang sangat vital sebagai penyumbang
diterbitkan 18.459 Sertifikasi Badan Usaha (SBU), PDB bagi Indonesia.
15.023 Sertifikasi Keahlian (SKA), dan 37.899
Sertifikat Keterampilan (SKT). Dengan demikian, Untuk lebih menguatkan kerja sama antara
jumlah total sertifikat yang telah diterbitkan BNSP dan LPJK, pada tanggal 27 Oktober 2021
oleh LPJK pada masa transisi sejumlah 71.381 dilakukan harmonisasi Sertifikasi Kompetensi
sertifikat. LPJK mendorong asosiasi badan Kerja di Bidang Konstruksi. Peresmian
usaha dan asosiasi profesi untuk mengikuti harmonisasi ditandai dengan penandatanganan
akreditasi agar dapat membentuk LSBU dan LSP. Berita Acara format Sertifikat Kompetensi Kerja
di Bidang Konstruksi oleh Ketua BNSP Kunjung
Beberapa dukungan BNSP yang terealisasi adalah Masehat dan Ketua LPJK Taufik Widjojono
pembentukan LSP Pihak Ketiga (P-3). Tiga LSP di ruang rapat BNSP. Melalui harmonisasi ini
yang telah terlisensi di BNSP dan teregister di diharapkan dapat mendorong lahirnya tenaga
LPJK, yaitu (1) LSP Astekindo Konstruksi Mandiri kerja di bidang Konstruksi yang tersertifikasi
(BNSP-LSP-1993-ID) dengan ruang lingkun 104 serta berkompetensi tinggi.
skema; (2) LSP Gataki Konstruksi Mandiri (BNSP-
LSP-1994-ID) dengan ruang lingkup 19 skema; Ketua LPJK, Taufik Widjojono, menyatakan
dan (3) LSP Petakindo Konstruksi Mandiri (BNSP- urgensi harmonisasi mengingat keberadaan
LSP-1995-ID) dengan ruang lingkup 45 skema. tenaga konstruksi yang tersertifikasi masih
Dan akan menyusul 3 calon LSP lagi di bidang kurang dari 10%. Di sisi lain, UU Jasa Konstruksi
konstruksi dimana skema yang digunakan telah telah berlaku lebih dari 20 tahun. Karena itu,
direkomendasikan oleh LPJK dan asosiasi bidang momentum harmonisasi ini merupakan sebuah
konstruksi yang mendirikan LSP P3 bidang terobosan. Dengan keyakinan tersebut, Ketua
konstruksi juga telah diakreditasi oleh PUPR. LPJK mengatakan bahwa sertifikat ini akan
menjadi sertifikat pertama di dunia yang
Percepatan yang dilakukan Kementerian PUPR diproduksi LSP melalui format semacam ini.
dalam transformasi dan reformasi LPJK dengan Kolaborasi antara LPJK dan BNSP merupakan
menggandeng BNSP dapat disebut sebagai sinergi yang menunjukkan keseriusan dan
terobosan sertifikasi. Tantangan yang muncul kecepatan respons terhadap kepentingan
terkait dengan akreditasi dan legalisasi badan peningkatan kapasitas serta kompetensi SDM
usaha dapat diatasi melalui pembentukan tim nasional, khususnya di bidang konstruksi.
Terowongan Nanjung,
Kab. Bandung, Jawa Barat
Daftar Pustaka
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang saat ini tengah
saat aktif melakukan pembangunan di segala sektor. Pembangunan yang saat
ini tengah didorong oleh pemerintah antara lain adalah pembangunan dari sisi
infrastruktur yang nantinya akan diharapkan mampu mendorong produktivitas
di sektor lainnya. Perkembangan pelaksanaan pekerjaan bangunan konstruksi
di masa sekarang sangat pesat dan meningkat antara lain pembangunan jalan,
jembatan, gedung dan lain-lain. Pembangunan yang sangat pesat ini tentu saja perlu
diiringi dengan pembangunan sektor usaha jasa konstruksi yang merupakan faktor
pendukung utama dalam pembangunan fisik. Perkembangan usaha konstruksi
yang semakin meningkat selaras dengan peningkatan kondisi perekonomian juga
berarti adanya persaingan yang semakin ketat (Oglesby, 1998). Proyek-proyek
konstruksi merupakan prioritas yang sangat penting di dalam pembangunan
nasional Indonesia di mana kontraktor-kontraktor lokal berpartisipasi di proyek-
Pekerjaan konstruksi yang semakin meningkat Asmaroni, D. (2014). Analisa Keterlambatan Waktu
dari waktu ke waktu, khususnya bagi negara Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung
Indonesia yang masih merupakan negara Pemerintah di Kabupaten Pamekasan.
berkembang yang tentunya saat ini sedang Pamekasan: Universitas Madura.
menggenjot pembangunan infrastruktur dalam Hasibuan, M. (2000). Manajemen Sumber Daya
rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
nasional tentunya akan membutuhkan cukup Husen, A. (2009). Manajemen Proyek: Perencanaan,
banyak Sumber Daya Manusia handal terutama di Penjadwalan, dan Pengendalian Proyek.
bidang konstruksi. Kebutuhan SDM ini merupakan Yogyakarta: Andi.
faktor utama yang dibutuhkan sebagai motor ILO & Kemnaker. (2017). Lembar Fakta: Pengawasan
penggerak pembangunan yang semakin Ketenagakerjaan di Indonesia. Jakarta:
massif. Adanya kebutuhan SDM yang semakin Kementerian Ketenagakerjaan.
massif ini tentunya harus juga diikuti dengan ILO & Kemnaker. (2021). Pengawasan
standarisasi upah, adanya kontrak kerja yang Ketenagakerjaan: Apa dan Bagaimana?
mampu melindungi hak-hak tenaga kerja, serta Jakarta: Kementerian Ketenagakerjaan.
pengakuan terhadap kompetensi yang dimiliki Mutmainah, N. (1997). Materi Pokok Psikologi
oleh tenaga kerja konstruksi. Komunikasi, Modul 1-9. Jakarta: Universitas
Terbuka Indonesia.
Pelaksanaan seluruh kegiatan tersebut tentunya Oglesby, C. (1998). Teknik Produktivitas, Edisi
harus selalu mendapatkan pengawasan dari Keempat, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
berbagai pihak baik dari pemerintah selaku pemilik Santoso, H. (1997). Problema Karyawan Perusahaan
pekerjaan maupun masyarakat sebagai penerima Besar. Bandung: Surya Pustaka.
manfaat pembangunan. Masyarakat dalam hal ini Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan
tidak hanya berfokus pada masyarakat penerima Produktivitas. Bandung: Mandar Maju.
manfaat namun juga masyarakat jasa konstruksi Soeharto, I. (1997). Manajemen Proyek: dari
yang terlibat langsung dalam proses pelaksanaan Konseptual sampai Operasional. Jakarta:
pekerjaan. Peran serta yang dapat dilakukan Penerbit Erlangga.
antara lain dengan membentuk Lembaga Sullivan, K. T. (2005). Impact of Extended Overtime on
Sertifikasi Profesi (LSP) maupun asosiasi profesi Construction Labor. Journal of Economic and
yang dapat melakukan fungsi kontrol terhadap Multiattribute Evaluation of Advanced.
perlindungan hak-hak tenaga kerja konstruksi. Tanto, D. d. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produktivitas Pekerja Pada Pengerjaan Atap
Seluruh upaya yang telah disampaikan dalam Baja Ringan di Perumahan Green Hills Malang.
rangkaian penjabaran sebelumnya tentunya Jurnal Rekayasa Sipil, Vol 6, No. 1.
memiliki tujuan akhir sebagai upaya dalam Yanto, H. R. (2015). Analisa Penyebab Produktifitas
peningkatan efektifitas dan produktivitas Pada Proyek Pembangunan Gedung Kuliah
konstruksi yang pada akhirnya akan bermuara (Fakultas Ekonomi) Kampus III Unmuh Malang.
pada pembangunan nasional yang berkualitas. Jurnal Teknika Vol. 7 No.2.
Peraturan Presiden
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan barang dan jasa Pemerintah.
Pendahuluan
Dalam menjalankan kewenangan pembinaan sinergi dari Balai Jakons dan OPD Jakons ini
konstruksi di daerah, Pemerintah Pusat telah mampu menjawab semua tantangan dan
didukung oleh perangkat UPT berupa Balai masalah jasa konstruksi di daerah, utamanya
Jasa Konstruksi Wilayah (BJKW). Demikian terkait pembinaan tenaga kerja konstruksi?
juga Pemerintah Daerah, dalam menjalankan Diperlukan penguatan peran para pembina
urusan sub sektor jasa konstruksi, dibentuklah jasa konstruksi, untuk mengoptimalkan kedua
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Jasa institusi ini menjadi ujung tombak pembinaan
Konstruksi di Provinsi dan Kabupaten/Kota. konstruksi di daerah.
BJKW dan OPD Jakons adalah institusi yang
perlu didukung SDM aparatur yang kompeten dan Tantangan Pembinaan Tenaga Kerja
profesional, sehingga tugas-tugas pembinaan Konstruksi
konstruksi di daerah dapat dijalankan dengan
baik. Perkembangan terakhir, seiring dengan Pemerintah saat ini sedang bekerja keras untuk
upaya Pemerintah untuk perampingan birokrasi, membangun Indonesia maju. Maju di bidang
beberapa jabatan struktural di Kementerian/ ekonomi, politik dan sosial budaya, dan mampu
Lembaga/Daerah didorong menjadi jabatan bersaing dengan negara-negara maju lainnya.
fungsional (jafung). Begitu pula dalam bidang Pembangunan infrastruktur menjadi salah
jasa konstruksi, sejak tahun 2013 mulai satu prioritas Pemerintah yang dapat menjadi
dikembangkan Jafung Pembina Jasa Konstruksi pendorong laju pertumbuhan ekonomi, baik
(Jafung PJK). Para jafung ini diharapkan dapat lokal, regional, maupun nasional. Pembangunan
menjadi motor penggerak pembinaan konstruksi infrastruktur yang berhasil bukan hanya diukur
di pusat dan daerah. Keberadaan BJKW dan dengan dimensi penyelesaian tepat biaya, mutu,
OPD Jakons, yang didukung oleh Jafung PJK dan waktu, tetapi juga ditentukan oleh kinerjanya
diharapkan dapat memperkuat kelembagaan yang mencakup kehandalan (aspek struktur),
pembinaan konstruksi di daerah. Namun, apakah berfungsinya bangunan sesuai rencana, dan
keselamatan dalam pelaksanaan, serta dapat 10% atau urutan keempat setelah: (1) industri
memberikan manfaat bagi masyarakat. Seiring pengolahan, (2) perdagangan besar dan eceran,
dengan pembangunan infrastruktur yang telah dan (3) pertanian, kehutanan, dan perikanan. Nilai
kita tingkatkan selama beberapa tahun terakhir, PDB konstruksi ini telah menyerap sebesar 7,9
Pemerintah menetapkan pengembangan juta tenaga kerja konstruksi atau setara dengan
sumber daya manusia (SDM) sebagai prioritas 6% dari 131 juta angkatan kerja nasional (BPS,
pembangunan nasional. Kapasitas SDM 2021). Jumlah ini telah menempatkan konstruksi
konstruksi atau tenaga kerja konstruksi sebagai sektor yang menyerap tenaga kerja
memiliki peranan kunci dalam keberhasilan terbanyak ke-5 setelah: (1) pertanian, kehutanan,
penyelenggaraan pembangunan infrastruktur. dan perikanan; (2) perdagangan besar dan eceran
Tenaga kerja konstruksi yang terlibat mulai dari serta reparasi perawatan kendaraan bermotor;
tahap perencanaan, pelaksanaan/pembangunan, (3) industri pengolahan; dan (4) penyediaan
hingga tahap pengawasan haruslah memiliki akomodasi dan usaha makanan dan minuman.
kemampuan yang baik dan dilengkapi dengan
sertifikat kompetensi yang sesuai dengan Besarnya kapitalisasi konstruksi ini ternyata
standar kinerja yang dipersyaratkan di tempat menyimpan sejumlah catatan atau masalah,
kerja. khususnya terkait tenaga kerja konstruksi.
Berbagai berita miring dunia konstruksi seperti
Kontribusi sektor konstruksi terhadap PDB kegagalan bangunan maupun kecelakaan
Nasional dalam 10 tahun terakhir pada kisaran konstruksi, setelah dilakukan investigasi,
Gambar 7.4.2. Perbandingan Jumlah (orang) Tenaga Kerja Konstruksi dengan Tenaga Kerja dari
Lapangan Usaha Lainnya
Sumber : diolah dari BPS, 2021
Gambar 7.4.3. Proporsi Tenaga Kerja Konstruksi Berdasarkan Tingkat Pendidikan 2018-2021
Sumber : diolah dari BPS, 2021
Sebaran tenaga kerja konstruksi yang jasa dan penyedia jasa yang mempekerjakan
bersertifikat masih belum merata. Pulau Jawa tenaga kerja konstruksi; (2) Belum adanya
masih menjadi wilayah dengan jumlah tenaga kebijakan dan ketentuan peraturan perundangan
kerja bersertifikat terbanyak, disusul kemudian mengenai peningkatan remunerasi dan
Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua. kesejahteraan bagi para pekerja yang
Kondisi sebaran yang tidak merata ini tentu bersertifikat; (3) Kapasitas dari para pemangku
mempengaruhi rantai pasok konstruksi. kepentingan dalam penyelenggaraan pelatihan
dan uji sertifikasi terbatas; (4) Sertifikasi belum
Masih rendahnya tenaga kerja konstruksi yang menjadi isu bersama dan prioritas utama dari
bersertifikat ini setidaknya disebabkan oleh para pemangku kepentingan, seperti Pemerintah
beberapa faktor sebagai berikut: (1) Kesadaran Daerah, Badan Usaha, Pengembang, dan
bersertifikat yang masih rendah dikalangan masyarakat jasa konstruksi lainnya.
tenaga kerja konstruksi maupun para pengguna
Peran Strategis BJKW, OPD Jakons, Re-Branding Balai Jasa Konstruksi Wilayah
dan Jafung PJK Kementerian PUPR memiliki BJKW yang
tersebar di 7 provinsi dengan cakupan wilayah
Merespon berbagai permasalahan dan seluruh Indonesia. Salah satu tugas pokok
tantangan yang dihadapi tenaga kerja konstruksi dan fungsi dari BJKW adalah melaksanakan
sebagaimana disebutkan di atas, maka unsur- pelatihan dan sertifikasi bagi tenaga kerja
unsur pemerintah untuk urusan jasa konstruksi konstruksi. Pada sisi yang lain, Bapak Menteri
yang ada di daerah, yaitu BJKW, OPD Jakons, PUPR memberikan arahan dan masukan bahwa:
dan Jafung PJK harus bergerak lincah, menjadi (1) kegiatan pelatihan/sertifikasi yang selama
katalisator bagi unsur-unsur lainnya untuk ikut ini diselenggarakan dinilai belum memberikan
andil dalam pembinaan tenaga kerja konstruksi. manfaat lebih bagi tenaga kerja konstruksi; (2)
Unsur-unsur lainnya yang dimaksud adalah kegiatan pelatihan/sertifikasi harus dibenahi,
seperti: BUJK lokal; cabang asosiasi profesi, tidak lagi dilaksanakan dengan konvensional
asosiasi badan usaha, asosiasi rantai pasok atau business as usual, perlu ada terobosan untuk
di daerah; perguruan tinggi, politeknik, dan peningkatan kualitas; (3) perlu kerjasama dengan
SMK setempat; dan lain-lain. Mengingat posisi vendor untuk peningkatan kualitas pelatihan/
strategis BJKW, OPD Jakons, dan Jafung sertifikasi.
PJK, maka ketiga entitas ini perlu berbenah,
meningkatkan kapasitasnya untuk menjalankan BJKW yang memiliki gedung workshop hanya
tugas-tugas pembinaan konstruksi di daerah. Aceh, Jakarta, Makassar, dan Papua. Tingkat
utilitas gedung workshop rendah, dan sarana melakukan re-branding. Setiap balai perlu
prasarana pelatihan yang dimiliki belum lengkap mempunyai branding pada 1-2 jabatan kerja
dan belum standar antara balai yang satu dengan tertentu sebagai center of excellence balai
yang lain. sesuai dengan kebutuhan pasar dan pemetaan
kekuatan stakeholder di masing-masing wilayah.
Inovasi harus dilakukan untuk penyelenggaraan Pengadaan sarana dan prasarana pelatihan/
pelatihan/sertifikasi yang berkualitas dalam sertifikasi di BJKW pun disesuaikan dengan
rentang waktu yang singkat. Balai perlu branding jabker yang telah ditentukan
Pemetaan terhadap OPD Jakons dilakukan daerah melalui dana dekonsentrasi untuk
setiap tahunnya. Untuk OPD Jakons Provinsi, pelatihan. Namun upaya ini belum berhasil
dari 34 provinsi sudah terbentuk 32 OPD dengan dikarenakan sebagaian besar daerah penerima
kondisi: 24 provinsi setingkat eselon III, 4 dana dekonsentrasi yang masih belum siap
provinsi setingkat eselon IV, dan 4 provinsi masih menyelenggarakan pelatihan sesuai standar.
berbentuk non struktural. Masih ada 2 provinsi lagi Banyak pelatihan yang kemudian asal-asalan
yang belum terbentuk OPD Jakons sama sekali, dalam pelaksanaannya, disamping persoalan
yaitu DKI Jakarta dan NTT. Untuk OPD Jakons adminisitrasi pertanggungjawaban yang
Kabupaten/Kota, dari 514 kabupaten/kota sudah menemui berbagai kendala teknis di lapangan.
terbentuk 325 OPD dengan kondisi: 122 kab/kota Ketika dana dekonsentrasi berakhir, stimulus
setingkat eselon III, 172 kab/kota setingkat eselon ini belum berhasil mendorong daerah untuk
IV, 31 kab/kota masih berbentuk non struktural. mengalokasikan APBD secara khusus untuk
Masih terdapat 189 kab/kota yang belum pelatihan dan sertifikasi.
terbentuk OPD Jakons sama sekali. Ini menjadi
pekerjaan rumah kita semua. Pemerintah Pusat Pemerintah perlu secara intensif memberikan
dalam hal ini Kementerian PUPR dan Kementerian bimbingan teknis, pendampingan atau coaching
Dalam Negeri perlu berkolaborasi untuk and mentoring dalam hal penyusunan program dan
terus mendorong terbentuknya OPD Jakons. anggaran, penyelenggaraan pelatihan (Manajemen
Harapannya seluruh provinsi dan kabupaten/kota of Training), pelaksanaan pengawasan dan
100% memiliki OPD Jakons. Persoalan kemudian lain sebagainya untuk penguatan OPD Jakons.
bukan hanya berhenti pembentukan OPD. Setelah Dengan upaya ini diharapkan OPD Jakons semakin
OPD terbentuk maka perlu dipikirkan ketersediaan berdaya. Pendekatan lain perlu dilakukan kepada
sumber daya (SDM dan alokasi anggaran) untuk para pimpinan daerah, untuk membuka kesadaran
OPD Jakons tersebut. Hal ini sangat bergantung atau awareness mereka terhadap pentingnya
pada prioritas kebijakan Pimpinan Daerah sub urusan jasa konstruksi ini, khususnya dalam
(Gubernur, Bupati dan Walikota), sejauh mana menjalankan amanat Undang-Undang untuk
yang bersangkutan memiliki sensitivitas terhadap pembinaan tenaga ahli dan tenaga terampil
sub urusan jasa konstruksi. konstruksi.
OPD Jakons menjadi ujung tombak pelaksanaan Peningkatan Jumlah dan Kapasitas Jafung PJK
amanat UU No 2/2017, khususnya dalam di Daerah
penyelenggaraan pelatihan dan uji sertifikasi Keberadaan jafung di lingkungan Kementerian
bagi tenaga kerja konstruksi di daerah. Sampai PUPR memiliki peran penting sebagai sebuah
sejauh ini, Pemerintah Daerah yang secara komponen strategis dalam penyelenggaraan
mandiri menyelenggarakan pelatihan bagi infrastruktur nasional. Jafung adalah motor
tenaga kerja konstruksi dengan pendanaan penggerak bagi pembangunan infrastruktur,
bersumber dari APBD masih sangat minim. termasuk didalamnya adalah jafung pembina
Penyelenggaraan pelatihan masih bergantung jasa konstruksi (Jafung PJK). Jafung PJK
pada dominasi APBN melalui BJKW. Pernah adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup
ada upaya dengan memberikan stimulus ke tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
Jumlah (orang)
No. Jafung PJK di Daerah
Aktif Tidak Aktif Total
1 7 BJKW 23 15 38
2 34 BP2JK 41 13 54
3 Pemerintah Daerah
5 Provinsi 11 2 13
11 Kab/Kota 13 0 13
Total 88 30 118
Sumber : Ditjen Bina Konstruksi, status 5 Oktober 2021
Gambar 7.4.7. Kerjasama Pelaksanaan Pelatihan dan Uji Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi
Tahun 2015-2021
Sumber : Dayanaker, status 30 Agustus 2021
bimbingan teknis, coaching and mentoring, harus Sepanjang periode 2015-2021, BJKW telah
terus digalakkan oleh instansi pembina (dalam menghasilkan 646.497 tenaga kerja konstruksi
hal ini Ditjen Bina Konstruksi) kepada para yang dibina melalui pelatihan, bimtek,
Jafung PJK di daerah. pembekalan, dan atau uji sertifikasi. Sebanyak
337.452 tenaga kerja atau 52% dibina melalui
Kerjasama Menjadi Kunci Penguatan kegiatan yang diselenggarakan dengan
Peran mekanisme kerjasama atau cost sharing bersama
para pemangku kepentingan. Makna dari cost
Kerjasama dengan stakeholder seperti BUJK, sharing adalah kombinasi atau gabungan antara
pemda, asosiasi, vendor, institusi pendidikan, pendanaan APBN dengan APBD/Badan Usaha/
dan lain sebagainya, sejauh ini sudah berjalan. Masyarakat. Sedangkan yang menggunakan dana
Namun kerjasama tersebut masih terbatas pada APBN penuh sebesar 299.97 orang atau 46%.
penyediaan tempat dan akomodasi pelatihan, Adapun yang secara mandiri menggunakan dana
rekrutmen peserta, penyediaan instruktur, APBD/Badan Usaha/Masyarakat secara mandiri
dan sharing pembiayaan. Kerjasama belum sejauh ini masih sangat sedikit, yaitu 9.071 orang
didorong dalam hal sharing pengetahuan dan atau 2%. Berdasarkan informasi ini menunjukkan
teknologi, dan networking untuk keberterimaan bahwa pelaksanaan pelatihan dan uji sertifikasi,
lulusan pelatihan/sertifikasi ke dunia kerja. walaupun sudah banyak dilakukan kerjasama
Target pelatihan/sertifikasi yang cukup tinggi, dengan stakeholder, namun ketergantungan
membuat fokus balai untuk mengejar kuantitas terhadap pendanaan APBN masih sangat besar.
saja, dan belum bisa mengimbanginya dengan
peningkatan kualitas. Aksi kolaborasi atau kerjasama dengan berbagai
pihak menjadi kunci untuk mempercepat
Penutup
Tenaga kerja adalah salah satu unsur penting Pemerintah dan stakeholder jasa konstruksi terus
yang menentukan kelancaran dan keberlanjutan berupaya meningkatkan kompetensi tenaga kerja
pelaksanaan pekerjaan konstruksi/bangunan. konstruksi. Peningkatan kompetensi bertujuan
Pembangunan SDM, khususnya tenaga kerja agar mempengaruhi kualitas infrastruktur yang
konstruksi, menjadi bertambah urgensinya dibangun agar menjadi lebih baik. Peningkatan
karena Indonesia menyongsong bonus demografi kompetensi ini harus dilaksanakan secara
pada 2045. Guna menghadapi bonus demografi masif di seluruh wilayah Indonesia. Dibutuhkan
tersebut Indonesia harus berbenah dan bersiap para Pembina Jasa Konstruksi di daerah agar
diri. Harapannya, proporsi demografi semestinya dapat mengoptimalkan perannya melalui BJKW
terbanyak diisi oleh lulusan pendidikan maupun OPD Jakons untuk menjadi motor
menengah ke atas yang memiliki kualifikasi untuk penggerak pembinaan tenaga kerja konstruksi di
bekerja dan berkontribusi di tengah masyarakat. daerah.
Pembinaan tenaga kerja konstruksi merupakan
agenda prioritas nasional yang harus didukung
oleh seluruh pemangku kepentingan, termasuk
daerah.
Kurniasari M. Hasanah
Pejabat Fungsional Pembina Jasa Konstruksi Ahli Muda
Pendahuluan
Model GATS menerapkan mekanisme pengakuan atau penyetaraan tenaga kerja asing terlatih
yang diserahkan kepada badan regulator (termasuk profesional) lebih banyak dimaksudkan
profesi yang relevan pada negara-negara yang untuk memberikan kesempatan kepada imigran
mengadopsi mekanisme saling pengakuan yang datang ke negara-negara tersebut dengan
tersebut, dan hal ini yang diadopsi oleh MRA latar belakang kualifikasi yang tinggi untuk
ASEAN. dapat mendapat pekerjaan dengan mudah
dan berkualitas, dalam rangka meningkatkan
Sedangkan model MRA Trans Tasmania kebutuhan sumber daya manusia terlatih untuk
mengatur bahwa seseorang yang terdaftar mengisi kekurangan tenaga kerja terlatih di
untuk berlatih dan bekerja di Australia berhak negara-negara tersebut. (Rabben L, 2013) (Edman
untuk melakukan pekerjaan yang setara di et al.,2016) (Annon., 2020) (OECD, 2017).
Selandia Baru, dan begitu pula sebaliknya,
tanpa diperlukan pengujian atau pemeriksaan Julia Nielsen (2004) menyatakan bahwa pada
lebih lanjut, tetapi tetap harus tunduk kepada umumnya pengakuan didasarkan pada prinsip
persyaratan pemberitahuan otoritas regulator kesetaraan, artinya bila pengaturan negara
profesi setempat. tujuan dipenuhi oleh peraturan di negara asal,
negara tujuan harus menerima peraturan negara
Di berbagai negara maju seperti Negara Anggota asal sebagai setara. Bila ada aspek pengaturan
OECD, Amerika, Inggris, Jerman, Kanada, negara tujuan yang tidak terpenuhi (berkenaan
Australia dan sebagainya, mekanisme pengakuan dengan persyaratan pengetahuan lokal, atau jika
Penilaian kesesuaian dilakukan pada kriteria Isu yang paling mengemuka saat ini adalah
pendidikan, pengalaman, dan kompetensi dari pemahaman dan kesadaran badan usaha jasa
tenaga kerja konstruksi asing terhadap jabatan konstruksi sebagai Pemberi Kerja TKA dalam
kerja yang ditetapkan pada Pengesahan RPTKA, melakukan penyetaraan kompetensi bagi tenaga
serta kesesuaian jabatan kerja tersebut terhadap kerja asing yang berada di bawah perjanjian
kualifikasi, klasifikasi, dan subklasifikasi kontrak kerjanya, karena kebijakan penyetaraan
sebagaimana diatur pada peraturan perundang- kompetensi ini bisa terbilang masih baru dan
undangan Jasa Konstruksi dan akan dicatat pada belum dikenal luas oleh para Pemberi Kerja TKA.
SIJK terintegrasi.
Isu strategis lainnya adalah rencana integrasi
Kewenangan Kementerian PUPR melalui LPJK untuk sistem online antara layanan perizinan kerja
melakukan penyetaraan kompetensi merupakan di Kementerian Ketenagakerjaan dengan
kelanjutan proses perizinan ketenagakerjaan di layanan penyetaraan kompetensi di LPJK, yang
mana Pengesahan RPTKA menjadi salah satu dimaksudkan untuk menjamin keberlanjutan
syaratnya, dan Pengesahan RPTKA ini seyogyanya pengajuan permohonan oleh Pemberi Kerja TKA
baru dapat berlaku efektif bila sudah dilakukan serta keterbukaan akses data tenaga kerja asing
penyetaraan kompetensi dan pencatatan tenaga khusus pada sektor konstruksi.
kerja konstruksi asing kepada Menteri.
Gambar 7.5.1. Skema Kewenangan Pengaturan Tenaga Kerja Konstruksi Asing antara
Ketenagakerjaan dan Jasa Konstruksi
Skema RFPE
Skema RFA
profesional lintas batas di Negara ASEAN lain di proyek konstruksi Pemerintah, yang tentunya
bawah skema MRA. akan dapat mendorong terjadinya kolaborasi
dengan profesional setempat.
Isu yang paling mengemuka pada agenda
Sectoral Working Group (SWG) forum ASEAN Upaya mencari solusi atas hambatan mobilitas
Coordinating Committee on Services (CCS) profesional ASEAN tidak cukup dengan
belakangan ini adalah bagaimana meningkatkan hanya meninjau dan menganalisis regulasi
kebermanfaatan sertifikat ASEAN MRA, baik domestik yang berlaku di setiap negara
ACPE maupun AA, untuk memperoleh pengakuan berkaitan dengan pengaturan perizinan kerja,
dan penerimaan pihak otoritas dari seluruh keimigrasian, ataupun profesi, tetapi juga
Negara Anggota ASEAN dalam peluangnya dapat perlu mempertimbangkan tuntutan pasar jasa
dipergunakan sebagai pemenuhan kompetensi konstruksi yang membutuhkan ketersediaan
profesional pada pelaksanaan lelang pekerjaan Insinyur maupun Arsitek Profesional.
Annon., 2015, Handbook on Liberalisation of Kasuba R. & Vohra P. 2004, International mobility and
Professional Services through Mutual the licensing of professional engineers, World
Recognition in ASEAN: Engineering Services, Transactions on Engineering and Technology
Jakarta: ASEAN Secretariat, September 2015 Education, Vol.3, No.1, 2004,
Annon.,2020a, The Recognition of Professional OECD, 2017, Making Integration Work: Assessment
Qualifications and Regulation of Professions, and Recognition of Foreign Qualifications,
Call for Evidence, UK Department of Business, OECD Publishing, Paris. http://dx.doi.
Energy and Industrial Strategy org/10.1787/9789264278271-en
Annon., 2020b, Evaluation of the Foreign Credential Rabben L., 2013. Credential Recognitian in the United
Recognition Program, Report , June 2020, States for Foreign Professionals, Washington DC.
Evaluation Directorate, Strategic and Service Migration Policy Institute.
Policy Branch, Canada, ISBN: 978-0-660-36184-0 Ramli I M, 2021, Mobility of ASEAN Professionals, Joint
Annon, 2021, ERIA Studies on Enhancing the CCS-BSSWG Consultation30 July 2021, ERIA
Utilisation of ASEAN MRAs in Facilitating Pemerintah RI, 2021, Peraturan Pemerintah Nomor 14
Mobility of Professionals; and The Impact of the Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Fourth Industrial Revolution (IR4.0) on ASEAN Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang
Professional Services and their Cross-Border Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
Mobility, Economic Research Institute for ASEAN 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
and East Asia (ERIA), Jakarta Pemerintah RI, 2021, Peraturan Pemerintah Nomor 34
Association of South East Asian Nations (ASEAN), Tahun 2021 tentang Penggunaan Tenaga Kerja
2005, ASEAN Mutual Recognition Arrangement Asing.
(MRA) on Engineering Services. Pemerintah RI, 2020, Peraturan Presiden Nomor 18
Association of South East Asian Nations (ASEAN), Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan
2007, ASEAN Mutual Recognition Arrangement Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024.
(MRA) on Architectural Services. World Trade Organization, Basic Purpose and
Edman F, Funk L, Kiefer T, Krstelj V, Lino JB, Owens D, Concepts, https://www.wto.org/english/
Treier H, 2016, The Professional Status Of The tratop_e/serv_e/cbt_course_e/c1s3p1_e.htm
Engineer In Europe, Report by the FEANI Task
Force, FEANI
Julia Nielsen, 2004, Chapter 10. Trade Agreements And
Recognition, Quality And Recognition In Higher
Education – The Cross-Border Challenge – ISBN-
92-64-01508-6 © OECD 2004
Brawijaya
Kepala Sub Direktorat Keamanan dan Keselamatan Konstruksi,
Direktorat Keberlanjutan Konstruksi, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi,
Kementerian PUPR
Affuannie Harahap
Pejabat Fungsional Pembina Jasa Konstruksi Ahli Madya
Gambar 7.6.1. Grafik Jumlah Tenaga Ahli K3 Konstruksi s.d Januari 2021
Grafik pada Gambar 7.6.1. berikut menggambarkan dan/atau Petugas Keselamatan Konstruksi
jumlah tenaga ahli K3 konstruksi yang didapat sesuai dengan perbandingan jumlah tenaga kerja,
dari LPJK. besaran proyek, dan tingkat Risiko Keselamatan
Konstruksi.
Saat ini jumlah Ahli K3 Konstruksi tentu masih
jauh dari harapan, hal ini mengingat bahwa Dari jumlah tersebut banyak pemegang sertifikat
sejak terbitnya Peraturan Menteri PUPR 21 tahun yang sudah alih profesi atau tidak bekerja di
2019 dan diperkuat dengan PP 14 tahun 2021, dunia konstruksi. Tak heran banyak Pengguna
dibutuhkan Ahli Keselamatan Konstruksi disetiap Jasa dan Penyedia Jasa mengalami kesulitan
tahapan pekerjaan dimulai tahap pengkajian, mendapatkan Ahli K3 Konstruksi yang sesuai
perencanaan, perancangan, pengawasan, dipersyaratkan dalam dokumen Kontrak.
Rencana Induk atau Peta Arah Peningkatan pola perkembangan zaman, namun tidak lupa
Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi Bidang dengan identitas bangsa Indonesia.
Keselamatan Konstruksi Sejalan dengan hal tersebut, manfaat
Era masyarakat 5.0 atau super smart society Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi harus bisa
(society 5.0) membutuhkan kemampuan utama, dirasakan oleh tenaga kerja konstruksi itu sendiri
di antaranya yaitu: dan pihak lain yang menggunakannya. Tujuan
a. Kemampuan memecahkan masalah kompleks yang diharapkan tenaga kerja konstruksi yang
dan dapat menjadi problem solver bagi dirinya mempunyai kompetensi tidak hanya sekedar
serta orang banyak. mengikuti perintah dalam melakukan tugasnya
b. Kemampuan untuk berpikir secara kritis, namun juga dapat melakukan beberapa hal
bukan hanya sekadar dalam kelas namun sebagai berikut:
juga dalam kehidupan kemasyarakatan dan ∙ Mempunyai inisiatif dan bisa berinovasi dalam
lingkungan sekitar agar timbul kepekaan menghadapi kendala dilapangan
sosial, serta ∙ Bisa membuat keputusan penting yang
c. Kemampuan untuk berkreativitas. Di masa bersifat darurat yaitu mengerjakan atau tidak
society 5.0 nanti manusia dituntut untuk lebih mengerjakan suatu pekerjaan
cepat menghasilkan solusi dalam memenuhi ∙ Memperbaiki rancangan insinyur sehingga
kebutuhannya. bisa dikerjakan
Hal ini berdampak pada manusia untuk terus
menggali informasi, serta menciptakan inovasi Pada Visium 2045 terdapat empat pilar utama
baru guna menunjang kelangsungan hidupnya. sebagaimana dalam Gambar 7.6.2. berikut, salah
Maka, dapat disimpulkan manusia di era ini satu dari pilar tersebut berbunyi:
bersikap dan berpikir maju dan harus mengikuti “Pembangunan SDM dan Penguasaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.”
Gambar 7.6.3. Bagan Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko
Keselamatan konstruksi sedang dan besar
Posisi UKK dalam struktur organisasi pelaksana dengan perbaikan manajemen konstruksi dan
pekerjaan konstruksi sebagaimana tampak pelaksanaan budaya berkeselamatan yang
dalam Gambar 7.6.3. disamping. baik. Kedua hal tersebut semakin mengurangi
kewaspadaan terhadap Keselamatan Konstruksi
Posisi pimpinan UKK yang berkoordinasi sejajar yang memang sudah relatif rendah. Keselamatan
dengan pimpinan proyek dimaksudkan agar Konstruksi sering menjadi prioritas kedua
pimpinan UKK dapat mengawasi penerapan setelah progres pekerjaan. Hal ini menyebabkan,
SMKK secara komprehensif dan menyeluruh Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa tidak banyak
pada setiap pekerjaan konstruksi. merekrut Tenaga Kerja Konstruksi Bidang
Keselamatan Konstruksi.
Sementara itu, seluruh anggota UKK turut
berperan untuk mendorong keterlibatan aktif Kondisi lainnya adalah perbedaan jumlah dari
para pekerja dalam penerapan SMKK di lapangan, Petugas K3 Konstruksi/Petugas Keselamatan
dalam hal: Konstruksi yang mencolok pada setiap provinsi
1. mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko menunjukkan ketimpangan. Provinsi dengan
dan peluang. jumlah Petugas Keselamatan Konstruksi yang
2. menentukan tindakan untuk menghilangkan sedikit tentu saja mempunyai potensi besar
bahaya dan mengurangi risiko keselamatan di mana Pengguna Jasa akan mengalami
konstruksi. kesulitan dalam penyusunannya pada saat
3. menentukan persyaratan kompetensi, harus menyiapkan dokumen tender, yang mana
kebutuhan pelatihan, pelaksanaan pelatihan terdapat kewajiban untuk menyusun RKK,
dan evaluasi pelatihan. Harga Perkiraan Sendiri, dan termasuk Biaya
4. menentukan langkah-langkah pengendalian Penerapan SMKK.
dan penerapannya secara berhasil guna
efektif. Dari hasil evaluasi berbagai macam kasus
5. menyelidiki kejadian, ketidaksesuaian dan kecelakaan konstruksi di Indonesia, terdapat
menentukan tindakan perbaikan. beberapa hal yang mendasari kejadian tersebut,
di antaranya:
Kendala Pengembangan Kompetensi Tenaga ∙ Penyelenggaraan jasa konstruksi pada
Kerja Bidang Keselamatan Konstruksi tahap perencanaan, belum memperhatikan
Seiring dengan upaya Pemerintah untuk aspek keselamatan konstruksi, yaitu
mengejar ketertinggalan di bidang infrastruktur analisa dan identifikasi terhadap bahaya
membuat pembangunan dilakukan secara cepat dan pengendalian risiko untuk dituangkan
dan masif. Proyek konstruksi tentunya tidak dalam desain, spesifikasi teknis dan metode
lepas dari permasalahan-permasalahan yang pelaksanaan.
digarisbesarkan pada tiga kendala, yaitu kendala ∙ Pengawasan keselamatan konstruksi saat
biaya, mutu, dan waktu. kegiatan konstruksi yang kurang.
∙ Tenaga ahli yang tersedia di sektor jasa
Terdapat beberapa target percepatan konstruksi baik dari segi jumlah maupun segi
pekerjaan konstruksi yang tidak diimbangi kualitas masih kurang.
8.046 orang
16.570 orang
Total keseluruhan:
24.618 orang
Gambar 7.6.4. Grafik Jumlah Petugas Keselamatan Konstruksi di Pengguna dan Penyedia Jasa
Hal ini merupakan suatu pencapaian yang cukup Keselamatan Konstruksi, maka peserta Bimtek
baik. Meskipun terjadi peningkatan secara luar SMKK dapat mengambil tambahan beberapa
biasa, namun jumlah Petugas Keselamatan jam pelatihan, sehingga tidak perlu memulai dari
Konstruksi ini masih jauh dari kebutuhan. Sebagai awal pelatihan.
gambaran pada proyek ke-PUPR-an baik di pusat
maupun di daerah, maka jumlah paket dalam satu Kebutuhan Peraturan dan Kebijakan
tahun diasumsikan terdapat 15.000 paket. Bila Kebijakan dan Komitmen Pemerintah di Sektor
ditambah dengan kegiatan di kementerian dan di Konstruksi telah diatur dalam Undang-Undang
lembaga lain serta paket pekerjaan yang dimiliki dan Peraturan pelaksanaan turunannya, di
oleh swasta maka jumlah Petugas Keselamatan antaranya:
Konstruksi masih jauh dari harapan. ∙ Undang-Undang No. 28/2002 Tentang
Bangunan Gedung
Untuk menjadi Petugas Keselamatan Konstruksi, ∙ Undang-Undang No. 13/2003 Tentang
peserta harus mengikuti Bimbingan Teknis Sistem Ketenagakerjaan
Manajemen Keselamatan Konstruksi (Bimtek ∙ Undang-Undang No. 36/2009 Tentang
SMKK) yang diselenggarakan oleh lembaga atau Kesehatan
asosiasi yang bekerjasama dengan Kementerian ∙ Undang-Undang No. 24/2011 Tentang Badan
PUPR. Peserta akan dievaluasi setiap hari, dan Penyelenggara Jaminan Sosial
apabila memenuhi ketentuan peserta akan ∙ Undang-Undang No. 02/2017 Tentang Jasa
diakui sebagai Petugas Keselamatan Konstruksi. Konstruksi
Para peserta yang sudah dinyatakan memenuhi ∙ Undang-Undang No. 11/2020 Tentang Cipta
ketentuan Bimtek SMKK juga didorong untuk Kerja
melanjutkan pada jenjang Ahli K3 Konstruksi/Ahli ∙ PP No. 44/2015 Tentang Penyelenggaraan
Keselamatan Konstruksi. Untuk mempercepat Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
proses pencetakan Ahli K3 Konstruksi/Ahli Kematian
Salah satu hal yang dapat diaplikasikan untuk kompetensi bagi lulusan dan calon lulusan
peraturan dan kebijakan untuk peningkatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Politeknik
kompetensi adalah menggunakan SKKNI dan/atau Perguruan Tinggi bidang konstruksi. Hal
(Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) ini juga perlu dilakukan secara merata di seluruh
kepada tenaga kerja Bidang Keselamatan wilayah Indonesia agar tidak terjadi ketimpangan
Konstruksi. SKKNI merupakan rumusan antara ketersediaan dan kebutuhan tenaga kerja
kemampuan kerja yang mencakup aspek bidang keselamatan konstruksi di tiap wilayah.
pengetahuan, keterampilan, dan/atau keahlian
serta sikap kerja yang relevan dengan Dengan adanya peraturan dan kebijakan untuk
pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang mendukung pembinaan tenaga kerja bidang
ditetapkan, dengan gambaran penerapan SKKNI keselamatan konstruksi, baik melalui sosialisasi,
dalam Gambar 7.6.5. diatas. pelatihan berbasis kompetensi dan program
pemagangan secara merata dapat mencetak
Kebijakan juga dapat ditekankan terhadap tenaga kerja yang kompeten untuk meminimalisir
strategi peningkatan kompetensi sedari angka kecelakaan di bidang konstruksi serta
dini yang di atur dalam Surat Edaran Dirjen berdampak baik dengan ekonomi negara
Bina Konstruksi No. 129/SE/Dk/2020 yaitu dan meningkatkan budaya keselamatan bagi
pemberian kompetensi tambahan dan sertifikasi keselamatan konstruksi.
Keselamatan Konstruksi merupakan pemenuhan 2. Potensi SDM pelaku jasa konstruksi di daerah
standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan untuk siap bersaing secara nasional maupun
keberlanjutan diwujudkan dengan tercapainya global.
keselamatan keteknikan konstruksi, keselamatan 3. Pelaku bisnis konstruksi yang kredibel dan
dan kesehatan tenaga kerja, keselamatan publik berkualitas.
dan keselamatan lingkungan. Transformasi 4. Kebutuhan pekerja konstruksi spesialis dan
pengaturan dalam Permen PUPR No.05/ kontraktor spesialis
PRT/M/2014, Permen PUPR 21/PRT/M/2019 dan 5. Manajemen supply chain yang efektif dan
Permen PUPR 10 tahun 2021 merupakan bentuk efisien, serta
transformasi kebijakan yang dilakukan sebagai 6. Perlu mekanisme kerjasama yang adil dan
upaya perbaikan budaya keselamatan konstruksi. setara antara pelaku usaha skala besar,
menengah dan kecil.
Hal mendasar selain transformasi kebijakan
adalah pembinaan sumber daya manusia Manfaat kompetensi tenaga kerja konstruksi
konstruksi dengan pembinaan penerapan SMKK harus bisa dirasakan oleh tenaga kerja konstruksi
yang tentu memiliki kendala dan upayanya baik itu sendiri dari pihak lain yang menggunakannya.
secara kualitas maupun kuantitas. Bagi tenaga kerja manfaat kompetensi dapat
dirasakan dengan dibangunnya suatu sistem
Dalam mewujudkan peningkatan kompetensi yang mendukung untuk di lapangan. Maka
tenaga kerja konstruksi di bidang keselamatan dari itu, peningkatan kemampuan SDM bidang
konstruksi, diperlukan strategi dari regulator jasa konstruksi yang berkelanjutan guna
dan pelaku jasa konstruksi untuk meningkatkan menghasilkan SDM yang produktif dan kompeten
resiliensi/ketahanan sektor konstruksi, di merupakan tanggungjawab kita bersama antara
antaranya yaitu: pusat dan daerah baik pemerintah maupun
1. Kebutuhan pekerja konstruksi bersertifikat swasta untuk mewujudkan Zerro Accident dalam
yang profesional di tingkat nasional dan pekerjaan Konstruksi.
internasional.
Daftar Pustaka
Undang-Undang No. 2 tahun 2017 tentang Jasa I. T. Widianto, 2021, “Arah Kebijakan Pembinaan Jasa
Konstruksi Konstruksi Terkait SDM Konstruksi, Inovasi dan
PP No. 14 tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Standardisasi,” in PUPR, Jakarta, 2021.
pemerintah No. 22 tahun 2017 tentang Peraturan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Pelaksanaan Undang-Undang No. 2 tahun 2017 Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, 2021,
tentang Jasa Konstruksi Jasa Konstruksi “Buletin Konstruksi Edisi 5. Tahun 2021: Peran
Peraturan Menteri PUPR No. 10 tahun 2021 tentang Strategis Asesor Badan Usaha Pada Lembaga
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Sertifikasi Badan Usaha (LSBU) Bidang Jasa
Konstruksi Konstruksi,” Media Informasi dan Komunikasi
Brawijaya, 2021, “Mewujudkan Konstruksi Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian
Berkeselamatan dengan Penerapan Sistem PUPR, Jakarta.
Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
sesuai Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun Rakyat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi,
2019 tentang Pedoman SIstem Manajemen 2019, “Buletin Konstruksi Edisi 2 Tahun 2019
Keselamatan Konstruksi (SMKK)”, ISBN 978-623- : Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi,” Media
9618-1-3, Jakarta. Informasi dan Komunikasi Direktorat Jenderal
Direktorat Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi, Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Jakarta.
2021, “Arah Kebijakan Pembinaan Kompetensi R. B. Agustin, “Faktor Pendukung dan Faktor
Tenaga Kerja Konstruksi Nasional,” in PUPR, Penghambat Pengembangan Kompetensi
Jakarta. Kerja,” Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
F. Pangkey, G. Y. Malingkas and D. Walangitan, 2012, Yogyakarta, 2019.
“Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Konstruksi
di Indonesia (Studi Kasus: Pembangunan
Jembatan Dr. Ir. Soekarno-Manado),” Media
Engineering, vol. 2, no. 2, pp. 100-113.
H. Bada, 2010, “Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi
Dalam Menghadapi Era Liberalisasi,” Inersia, vol.
VI, no. 1, pp. 33-40.
Nurasih Asriningtyas
Pejabat Fungsional Pembina Jasa Konstruksi Ahli Muda
LATAR BELAKANG
Gambar 7.7.4 Outline NSPK Pengawasan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Yang dilaksanakan Pemda
Sedangkan dalam pengawasan insidental, adalah Oleh karena itu Pengaduan masyarakat
pelaksanaan pengawasan yang dilaksanakan merupakan salah satu bentuk pengawasan
secara langsung yang juga memungkinkan penyelenggaraan jasa konstruksi.
dilaksanakan oleh pemilik proyek dan peran
serta masyarakat. Dalam pelaksanaan Pengawasan Rutin dan
Pengawasan Insidental terdapat beberapa
Jenis pengawasan insidental melibatkan perangkat yang diperlukan untuk melaksanakan
masyarakat sebagai bentuk Penyelenggaraan pengawasan, perangkat yang dibutuhkan untuk
Partisipasi masyarakat Pengawasan melakukan pengawasan Rutin diantaranya:
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilakukan a. Laporan Tahunan; dan
dengan cara: b. Pencatatan Pengalaman pelaku usaha dan
a. Mengakses informasi dan keterangan terkait c. Pencatatan pengalaman Tenaga Kerja
dengan kegiatan Konstruksi yang berdampak Konstruksi yang digunakan .
pada kepentingan masyarakat;
b. Melakukan pengaduan, gugatan, dan Sedangkan untuk Pengawasan Insidental,
upaya mendapatkan ganti kerugian atau perangkat yang dibutuhkan:
kompensasi terhadap dampak yang a. Pengaduan;
ditimbulkan akibat kegiatan Jasa Konstruksi; b. Urgensi Proyek Prioritas; dan
dan c. Tingkat Kepatuhan
Dengan tersusunnya NSPK pengawasan produk Jasa Konstruksi serta tertib kinerja
penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagai penyedia Jasa Konstruksi.
pedoman pemerintah Daerah dalam
melaksanakan pengawasan penyelenggaraan Dari gambaran pengaturan pengawasan
Jasa Konstruksi di wilayah kewenangannya penyelenggaraan jasa konstruksi ini sejatinya
diharapkan tidak ada perbedaan praktik masih menyisakan permasalahan yang perlu
pengawasan yang signifikan pada satu segera ditindaklanjuti lebih lanjut. Adapun
daerah dengan daerah lainnya. Dengan rekomendasi tindak lanjut yang dapat
demikian, pengawasan penyelenggaraan jasa dilakukan untuk mengoptimalkan Pengawasan
konstruksi yang dilakukan oleh Pemerintah Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, perlu
Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai adanya kolaborasi antara Pemerintah Pusat
kewenangannya diharapkan dapat terwujud dan Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun
tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi, tertib Kabupaten/Kota dengan salah satunya adalah
usaha Jasa Konstruksi, dan tertib pemanfaatan dengan integrasi Sistem Informasi dan Data.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang
Konstruksi. Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan
Kerja. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Jasa Konstruksi.
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko.
PENDAHULUAN
Pengertian pertama bersifat makro, terkait dengan sektor tenaga kerja dan
sektor jasa konstruksi. Pengertian ini dibutuhkan untuk menggambarkan tenaga
untuk memperoleh SKK pada klasifikasi yang karena hanya mencakup TKK yang bekerja di
bersifat umum menunjukkan seseorang dapat bidang pekerjaan konstruksi. Oleh karena itu,
bekerja di bidang jasa konstruksi tanpa SKK. Yang selanjutnya akan digunakan pengertian TKK
bersangkutan tidak termasuk dalam kelompok sebagaimana dibahas pada butir 1. di atas.
TKK sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 2
tahun 2017 karena belum berada dalam jabatan Kebutuhan dan Pasokan Tenaga Kerja Konstruksi
kerjanya sebagai operator, teknisi/analis, atau Dalam Pasal 28 PP Nomor 14 tahun 2021
ahli. ditegaskan bahwa sumber daya manusia yang
bekerja di bidang jasa konstruksi adalah TKK
Kualifikasi Tenaga Kerja Konstruksi yang memenuhi standar kompetensi kerja dan
UU Nomor 2 tahun 2017 tidak mengatur dibuktikan dengan SKK. Kebutuhan TKK untuk
hubungan klasifikasi dan kualifikasi terkait mendukung penyelenggaraan jasa konstruksi
dengan TKK. Dalam peraturan perundang- pada tahun 2020 sekitar 3.2 juta orang terdiri
undangan terkait dengan ketenagakerjaan, atas 800 ribu dengan kualifikasi jabatan ahli dan
kualifikasi mengacu pada Kerangka Kualifikasi sisanya 2,4 juta orang berkualifikasi operator
Nasional Indonesia (KKNI) yang membagi atau teknisi/analis. Pada tahun 2020 tercatat
kualifikasi menjadi 9 tingkatan. Secara garis di LPJK 212 ribu orang TKK dengan kualifikasi
besar KKNI terbagi menjadi 3 kelompok yaitu jabatan ahli atau mencapai 27% dari kebutuhan.
kompetensi yang diperoleh sebelum mengikuti TKK dengan kualifikasi jabatan teknisi/analis
pendidikan tinggi, sebelum lulus sarjana, dan atau operator tercatat di LPJK berjumlah 566
setelah sarjana. Terkait dengan ketenagakerjaan, ribu orang atau 24% dari kebutuhan..
ketiga kelompok kualifikasi tersebut terdiri
atas jabatan operator, teknisi/analis, dan ahli. Berdasarkan data kebutuhan dan pasokan TKK
Di bidang pendidikan keterkaitan antara ketiga tersebut, ketidaksiapan TKK baik kualifikasi
kelompok kualifikasi tersebut sangat jelas, jabatan ahli maupun non-ahli masih sangat besar.
yaitu kualifikasi dengan tingkat yang lebih Produk penyelenggaraan jasa konstruksi yang
rendah menjadi prasyarat untuk kualifikasi di telah berhasil diwujudkan ternyata menggunakan
atasnya. Namun di bidang ketenagakerjaan tidak tenaga kerja yang tidak memenuhi persyaratan
selalu ada hubungan prasyarat tersebut. Oleh administratif sebagai TKK. Padahal mereka telah
karena itu, perlu dilakukan penyesuaian untuk memiliki kompetensi, tetapi dengan berbagai
mengakomodasi kualifikasi TKK. alasan mereka tidak mengurus SKK nya.
No Klasifikasi Subklasifikasi
I 1 Arsitektur Arsitektur
II 2 Sipil Gedung
3 Material
4 Jalan
5 Jembatan
6 Landasan Udara
7 Terowongan
8 Bendung dan Bendungan
9 Irigas dan Rawa
10 Sungai dan Pantai
11 Air Tanah dan Air Baku
12 Bangunan Air Minum
13 Bangunan Air Limbah
14 Bangunan Persampahan
15 Drainase Perkotaan
No Klasifikasi Subklasifikasi
16 Geoteknik dan Pondasi
17 Geodesi
18 Jalan Rel
19 Bangunan Menara
20 Bangunan Pelabuhan
21 Testing dan Analisis Teknik
22 Bangunan Lepas Pantai
23 Pembongkaran Bangunan
24 Grouting
III 25 Mekanikal Teknik Tata Udara dan Refrigan
26 Plumbing dan Pompa Mekanik
27 Proteksi Kebakaran
28 Transportasi Dalam Gedung
29 Teknik Mekanikal
30 Alat Berat
31 Teknik Lifting
IV 32 Tata Lingkungan Teknik Air Minum
33 Teknik Lingkungan
34 Teknik Air Limbah
35 Teknik Perpipaan
36 Teknik Persampahan
V 37 Manajemen Pelaksanaan Keselamatan Konstruksi
38 Manajemen Konstruksi/ Manajemen Proyek
39 Hukum Kontrak Konstruksi
40 Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi
41 Estimasi Biaya Konstruksi
42 Manajemen Aset Hasil Pekerjaan Konstruksi
Dalam PP Nomor 14 Tahun 2021 istilah jabatan BNSP. Dengan demikian LSP dapat menyusun
kerja disebutkan dalam Pasal 28G, 28H, 28K, skema sertifikasi sebanyak-banyaknya. Apabila
30A, 30F, 30I, 70E, 84AC, dan 176A. Jabatan kerja sertifikat yang diterbitkan sesuai dengan skema
yang dimaksud mengacu pada jabatan kerja sertifikasi berdasarkan jabatan kerja tersebut
dalam penyelenggaraan konstruksi, misalnya dipersyaratkan dalam proses pengadaan jasa
perencana jembatan, pengawas jalan, pengelola konstruksi maka akan banyak TKK yang harus
gedung, penjaga pintu irigasi, operator alat memiliki lebih dari satu SKK. Hal ini dapat
berat, dsb. Pengertian ini lebih menekankan menimbulkan biaya tinggi dan menghambat
pada klasifikasinya bukan kualifikasinya. Oleh peningkatan efisiensi industri konstruksi.
karena itu, tidak ada ketentuan yang mengaitkan
kepemilikan SKK dengan jabatan kerja. Dalam Jadi ada perbedaan sudut pandang atas
UU Nomor 2/2017 yang diatur terbatas pada pengertian jabatan kerja antara UU Nomor 2
kualifikasi jabatan ahli, teknisi/analis, dan Tahun 2017 dengan peraturan perundang-
operator. undangan terkait ketenagakerjaan. Sebaiknya
kewajiban memiliki SKK dikaitkan dengan sudut
Skema sertifikasi selalu dikaitkan dengan proses pandang UU Nomor 2 Tahun 2017 yaitu sesuai
penilaian kesesuaian, termasuk kesesuaian dengan klasifikasi dan kualifikasi yang diatur
bakuan kompetensi dengan jabatan kerja, tetapi dalam UU Nomor 2 Tahun 2017.
dalam UU Nomor 2 Tahun 2017 dan peraturan
pelaksanaannya tidak ada pengaturannya Tenaga Kerja Magang di Bidang Jasa Konstruksi
bagaimana jabatan kerja ditetapkan. Dalam pasal SKK dan pengalaman kerja seperti telur dan
30E PP Nomor 14 Tahun 2021, skema sertifikasi ayam, sangat terkait tetapi tidak mudah untuk
ditetapkan oleh LSP dan diverifikasi oleh ditentukan mana yang lebih awal. Dalam PP
Nomor 14 Tahun 2021 pasal 28 B PP Nomor 14 TKK jabatan ahli harus dan perlu ditingkatkan
Tahun 2021 persyaratan kompetensi meliputi sampai mencapai rasio > 50% dari kebutuhan,
kesesuaian kompetensi dengan KKNI, dan TKK jabatan non-ahli (terampil) ditingkatkan
persyaratan pendidikan, dan persyaratan sampai dengan 70%. Menurut data BPS pekerja
pengalaman. Untuk mendapat pengalaman di di sektor konstruksi berjumlah 8.505.542 orang
bidang jasa konstruksi seseorang harus memiliki /TKK Indonesia. (sumber Sakernas BPS 2019).
SKK konstruksi. Dengan demikian pengalaman Dan menurut data dari LPJK, tenaga kerja yang
kerja yang dimaksud adalah pengalaman yang bersertifikat hanya berjumlah 1.004.581 yang
diperoleh ketika seseorang bekerja tanpa terdiri dari SKA ahli sejumlah 273.343 dan SKT
SKK konstruksi, atau dengan kata lain bekerja 731.238. Jika dilihat dari tingkat pendidikan, para
magang. pekerja konstruksi yang belum tamat SD sebesar
1.065.477, tamat 2.938.782, tamat SMP 2.148.614
Proses pemagangan kerja merupakan tamat SMA/SMK 1.974.604, diploma 78.844
keniscayaan dalam kerangka sertifikasi sehingga dan berpendidikan Sarjana 289.151 serta pasca
pelaksanaannya perlu diatur. Jika tidak ada sarjana sebesar 10.070 orang. Jadi komposisi
pengaturan, tenaga kerja bebas bekerja di bidang pekerja konstruksi Indonesia adalah tidak tamat
jasa konstruksi selama tidak menjadi TKK atau SD 12,53%, tamatan SD 34,55%,tamatan SMP
tidak menduduki posisi kualifikasi jabatan ahli, 25,26%, tamatan SMA 23,22%, tamatan Diploma
teknisi/analis, dan/atau operator. Pengaturan 0,93%, Sarjana 3,4% dan pasca sarjana 0,12%,
pemagangan dapat meliputi antara lain: jadi pekerja konstruksi terbesar berpendidikan
persyaratan bagi seseorang yang akan bekerja atau taman SD dan secara keseluruhan pekerja
magang, harus ada kegiatan pendampingan sektor konstruksi didominasi oleh pekerja yang
yang terstruktur, biaya operasional yang berpendidikan SMA kebawah yaitu sekitar 95.5%.
diterima pemagang dibatasi, secara hukum tidak
bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan, dan Perkembangan atau peningkatan jumlah atau
waktu pemagangan bagi setiap orang dibatasi. kuantitas dan kualitas TKK kerja konstruksi tidak
begitu signifikan Hal itu dapat dilihat dari data
TANTANGAN PEMBINAAN TENAGA KERJA LPJK tentang jumlah sertifikat dan jumlah orang
KONSTRUKSI bersertifikat. Data LPJKN tahun 2018 jumlah
TKK bersertifikat sebanyak 709.780 sertifikat
Jumlah Minimal Tenaga Kerja Konstruksi yang terdiri dari 487.523 sertifikat terampil dan
Suatu kewajiban dapat diterapkan sepenuhnya 222.257 sertifikat Ahli atau SKA.. Dari jumlah
apabila jumlah yang menjadi subyek kewajiban 487.523 SKT tersebut ternyata dimiliki oleh
tersebut tersedia dengan cukup. Jika jumlah 142.416 orang, begitu pula dari jumlah SKA
yang memenuhi persyaratan kewajiban tersebut sebanyak 222.257 ternyata dimiliki oleh 179.907
terlalu sedikit maka akan terjadi hambatan besar orang, berarti ada satu orang memiliki lebih dari
terhadap pelaksanaan pekerjaan. Sebagaimana 2 sertifikat. Sedangkan data LPJK tahun Agustus
pembahasan pada bagian 3.1 di atas, dari sisi 2021, jumlah sertifikat kompetensi sebanyak
kuantitas secara nasional TKK masih sangat 1.004.581 yang terdiri dari SKA/ ahli sejumlah
sangat kurang. Dalam 5 tahun ke depan, jumlah 273.343 dan SKT 731.238 (Sumber LPJK,
Jumlah Jabker
No Klasifikasi/Subklasifikasi Jumlah
Ahli Terampil
1 Arsitektur 3 31 34
2 SIPIL 15 63 78
3 MEKANIKAL 5 57 62
4 ELEKTRICAL 3 9 12
5 Tata Lingkungan 4 25 29
6 Manajemen Pelaksanaan/ DLL 4 7 11
Total 34 192 226
Sumber : Diolah dari Perlem LPJKN Nomor .5 Tahun 2017 (masih belum mengacu pada PP 14/2021)
Pada Tahun 2007 Menteri Pekerjaan Umum pada tahun 2010 Kementerian PU menetapkan
Menetapkan Standar Kompetensi Kerja yang pemberlakuan SKK bidang jasa konstruksi melalui
harus menjadi acuan untuk penyusunan standar Peraturan Menteri PU Nomor 07/MEN/III/2009,
latih kompetensi (SLK), penyusunan program sebanyak 23 SKKNI baik terampil dan ahli.
pelatihan, penyusunan materi uji kompetensi,
dan dalam rangka sertifikasi kompetensi yang Sedangkan pada tahun 2017 LPJK mengeluarkan
dilakukan oleh LPJKN, pada jabatan kerja baik Peraturan Lembaga Nomor 8 Tahun 2017 terkait
bidang ahli maupun terampil. Melalui Keputusan daftar klasifikasi dan Subklasifikasi dimana
Menteri PUPR Nomor 340/KPTS/M.2007 terdapat 226 Jabatan Kerja yang menjadi skema
Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja sertifikasi (masih mengacu UU Nomor 18 Tahun
Tenaga Terampil dan Tenaga Ahli di Bidang Jasa 1999), sebagaimana terlihat pada Tabel 7.7.5 diatas
Konstruksi terdapat 75 SKKNI yang ditetapkan
yang terdiri dari 23 Standar Kompetensi Kerja Dari jumlah klasifikasi dan subklasifikasi
Tenaga Ahli bidang Jasa Konstruksi dan 52 yang dikeluarkan oleh LPJKN Tahun 2017 ini
Standar Kompetensi Kerja Bidang Terampil. Dan sebenarnya memuat klasifikasi dan Jabatan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Jasa Konstruksi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Jo Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Rakyat Nomor 9 Tahun 2020 tentang
tentang Cipta Kerja. Pembentukan Lembaga Pengembangan Jasa
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Jo Peraturan Konstruksi.
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor Rakyat Nomor 24 Tahun 2014 Terkait Pelatihan
2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi Peraturan Berbasis Kompetensi.
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang KPTS/M/2020 tentang Asosiasi Badan Usaha Jasa
Sistem Pelatihan Kerja Nasional. Konstruksi, Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi,
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2018 Terkait Dan Asosiasi terkait Rantai Pasok Jasa
BNSP Konstruksi Terakreditasi.
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). 02/BNSP/III/2014, Pedoman Pembentukan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Lembaga Sertifikasi Profesi
Rakyat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun Surat Edaran Menteri PUPR Nomor 2/SE/M/2020
2021, Tentang Pelaksanaan Pengembangan tentang Perubahan Atas Surat Edaran Menteri
Keprofesian Berkelanjutan. PUPR Nomor 30/SE/M/2021 Tentang Transisi
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Layanan Sertifikasi Badan Usaha dan Sertifikasi
Rakyat Nomor 10 Tahun 2020 tentang Akreditasi Kompetensi Kerja Jasa Konstruksi.
Asosiasi Badan Usaha Jasa Konstruksi, Asosiasi
Profesi Jasa Konstruksi, dan Asosiasi terkait
Rantai Pasok Jasa Konstruksi.
LATAR BELAKANG
Dinamika industri dan globalisasi dalam potret di Jasa Konstruksi, maka Lembaga Pengembangan
atas, dapat disimpulkan bahwa manusia (human Jasa Konstruksi (LPJK) ditetapkan oleh Menteri
system) merupakan faktor prioritas utama dalam PUPR RI melalui PerMen PUPR RI No. 09 tahun
mempercepat dan mengoptimalkan layanan 2020 tentang LPJK dan KepMen PUPR RI No.
jasa dan usaha termasuk sektor konstruksi 1792/2020 tentang Pengurus LPJK Periode 2021-
di Indonesia. Untuk itulah, manusia sangat 2024 (Gambar 7.9.2 dan Gambar 7.9.3).
penting dan menjadi prioritas dalam rangka
mengoptimalkan pembangunan Indonesia Tugas dan Fungsi LPJK sesuai UU No. 2 tahun
di masa mendatang. Pemerintah melalui 2017 dan PP No. 14 tahun 2021 melayani proses
Kementerian PUPR Republik Indonesia memiliki Registrasi, Akreditasi, Lisensi, Pengembangan
komitmen untuk memastikan dunia jasa dan Keprofesian Berkelanjutan, Penyetaraan Tenaga
usaha konstruksi melayani masyarakat secara Kerja Asing, Penilai Ahli, dan Pembentukan LSP
optimal. Dengan adanya dukungan Dewan (Gambar 7.9.4). LPJK memastikan melalui Tugas
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia melalui & Fungsi yang diemban melanjutkan proses
proses fit and proper test di Komisi V DPR RI, pengembangan kompetensi Tenaga Ahli dan
sesuai dengan amanat UU No. 2 tahun 2017 mengoptimalkan Badan Usaha untuk terus dapat
tentang Jasa Konstruksi dan PP No, 14 tahun 2021 mengelola proses penyelenggaraan konstruksi
tentang Perubahan atas PP No. 22 tahun 2021 termasuk memastikan untuk mampu mengelola
tentang Pelaksanaan UU No. 2 tahun 2017 tentang berbagai potensi risiko yang dapat dihadapi.
Dalam proses layanan jasa dan usaha konstruksi Berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat
di Indonesia, sesuai Gambar 7.9.5. di atas, jasa konstruksi Asosiasi Profesi, Asosiasi Badan
LPJK mengimplementasikan Sistem Informasi Usaha, Asosiasi Rantai Pasok dan seluruh
Layanan LPJK yang terintegrasi dengan Sistem stakeholder serta pelaku usaha jasa konstruksi.
Informasi Jasa Konstruksi Terintegrasi di Dalam rangka penyelenggaraan Pengembangan
Kementerian PUPR Republik Indonesia. Hal Keprofesian Berkelanjutan (PKB) penulisan ini
ini mendukung seluruh layanan terintegrasi dilakukan di bulan November 2021, teridentifikasi
di seluruh Unit Organisasi Kementerian PUPR sejumlah capaian kinerja LPJK melalui berbagai
RI dan juga dapat terintegrasi dengan layanan tahapan proses:
SIstem Informasi di tingkat Nasional melalui OSS. 1. Pasca Pengurus LPJK Periode 2021-2024
dilantik, telah dibentuk Tim Pengelola
Dalam mengemban Tugas dan Fungsi LPJK, PKB yang terdiri dari Pengurus LPJK,
LPJK Kementerian PUPR RI mendorong Sekretariat LPJK, dan Tim Direktorat
peningkatan kualitas sumber daya manusia Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi,
tenaga ahli konstruksi melalui lahirnya untuk tetap melakukan layanan Persetujuan
PerMen PUPR RI No. 12 tahun 2021 tentang Penyelenggara dan Permohonan Kegiatan
Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian PKB sesuai PerMen PUPR No.45 tahun 2015.
Berkelanjutan. Terbitnya PerMen PUPR Nomor Tim Pengelola ini disahkan dalam SK Ketua
12 Tahun 2021 menggantikan PerMen PUPR LPJK.
Nomor 45 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan 2. Direktorat Kompetensi dan Produktivitas
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan di Konstruksi Kementerian PUPR RI yang
mana telah mengacu kepada Undang-Undang didukung penuh LPJK telah mendorong
No. 2 tahun 2017 dan Peraturan Pemerintah No. lahirnya PerMen PUPR No.12 tahun 2021 pada
14 Tahun 2021 sebagai salah satu persyaratan bulan April 2021 tentang Pelaksanaan PKB
perpanjangan Sertifikat Kompetensi Kerja yang mengacu UU 2 tahun 2017, PP No.14
untuk tenaga kerja kualifikasi ahli melalui tahun 2021. PerMen PUPR No.12 tahun 2021
pemenuhan kecukupan persyaratan nilai kredit menggantikan PerMen PUPR No.45/2015.
pada keprofesian berkelanjutan. Dalam rangka 3. Direktorat Kompetensi dan Produktivitas
menjaga dan meningkatkan kompetensi, Konstruksi Kementerian PUPR RI yang
profesionalitas, dan produktivitas Tenaga Ahli didukung penuh LPJK telah dan terus akan
secara berkesinambungan, serta keberlanjutan melakukan Sosialisasi PerMen PUPR No.12
penyelenggaraan Akreditasi Asosiasi (Profesi, tahun 2021 tentang Pelaksanaan PKB.
Badan Usaha, Rantai Pasok), maka tenaga 4. Merespon PerMen PUPR RI No.12 tahun
ahli konstruksi bersama Asosiasi (Profesi, 2021 tentang Pelaksanaan PKB, Direktorat
Badan Usaha, Rantai Pasok) dan seluruh Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi
stakeholder lainnya wajib melakukan kegiatan Kementerian PUPR RI bersama LPJK telah
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan menyusun SE Ketua LPJK No. 8 tahun
(PKB). LPJK bersama Direktorat Jenderal Bina 2021 tentang Pedoman Verifikasi, Validasi,
Konstruksi Kementerian PUPR RI melaksanakan Penilaian Pengembangan Keprofesian (PKB).
amanah Pengembangan Keprofesian
Pendidikan Tinggi. Dalam hal inilah, Kementerian penyelenggaraan Jasa dan Usaha untuk
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam PP No.
serta Kementerian PUPR menjalin keberlanjutan 14 tahun 2021, keprofesian berbasis klasifikasi
penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan keilmuan menjadi 8 klasifikasi keilmuan.
Dalam Gambar 7.9.6. di atas dapat dicermati profesionalitas, dan produktivitas Tenaga Ahli
bersama postur Kompetensi Tenaga Kerja secara berkesinambungan. Hal ini tercatat
Konstruksi mengacu kepada PP No. 14 tahun dan terdokumentasi secara online melalui
2021. Dalam postur Kompetensi Tenaga Kerja pemenuhan Nilai Kredit PKB yang dimiliki Tenaga
Konstruksi, Tenaga Ahli, Tenaga Teknisi/Analis Ahli Konstruksi sebagai salah satu persyaratan
dan Tenaga Operator terus ditingkatkan karakter, perpanjangan Sertifikat Kompetensi Kerja yang
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan dipersyaratkan. Dalam Gambar 7.9.8. di samping
Jenjang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia ini, maka Klasifikasi Tenaga Kerja Konstruksi
yang berlaku secara Nasional (Gambar 7.9.7). dijabarkan menjadi 8 klasifikasi, yaitu: Arsitektur,
Sehubungan dengan hal ini, maka Pendidikan Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Manajemen
menjadi sektor penting yang ditingkatkan Pelaksanaan, Arsitektur Lanskap-Iluminasi dan
berbasis PP No. 14 tahun 2021. Desain Interior, Perencanaan Wilayah dan Kota,
Sain dan Rekayasa Teknik
Peran Pengembangan Keprofesian
Konstruksi Berkelanjutan di dalam proses Dalam rangka mengakomodir proses pemenuhan
penyelenggaraan jasa dan usaha konstruksi Angka Kredit PKB seluruh Jabatan Kerja berbasis
di Indonesia 8 Klasifikasi Tenaga Kerja Konstruksi menurut
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan PP No. 14 tahun 2021, LPJK bersama Direktorat
(PKB) yang diamanatkan PP No. 14 tahun Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi
2021 dan PerMen PUPR No. 12 tahun 2021 Kementerian PUPR RI telah memperkenalkan
sesungguhnya memiliki peran utama untuk Aplikasi PKB yang baru sesuai PerMen PUPR RI
memastikan Tenaga Ahli Konstruksi dapat terus No. 12 tahun 2021 pada tanggal 28 Oktober 2021
memelihara dan meningkatkan kompetensi, (Gambar 7.9.9).
Pada tanggal 28 Oktober 2021 diperkenalkan a. UU No. 2/2017 tentang Jasa Konstruksi
kepada publik tentang Aplikasi PKB yang b. UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja
terintegrasi dengan Sistem Layanan Komunikasi c. PP No. 22/2020 tentang Peraturan
Publik LPJK melalui SPEKTRUM berbasis Pelaksanaan UU No. 2 tahun 2017 tentang
website dan Media Sosial yang dikembangkan Jasa Konstruksi
LPJK setelah berkoordinasi lebih dahulu dengan d. PP No.14/2021 tentang Perubahan Atas
PUSDATIN Kementerian PUPR RI. Layanan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
sesungguhnya berguna tidak hanya kepada para undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Tenaga Ahli Konstruksi, namun berguna juga Konstruksi
bagi Asosiasi Profesi, Asosiasi Badan Usaha dan e. PerMen PUPR RI No. 9/2020 tentang Lembaga
Asosiasi terkait Rantai Pasok Konstruksi. Pengembangan Jasa Konstruksi
f. PerMen PUPR RI No. 12/2021 tentang
Dalam proses pelayanan PKB, berikut ini Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian
landasan kebijakan sebagai dasar pelayanan Berkelanjutan
PKB yang dilakukan LPJK bersama Kementerian g. KepMen PUPR No. 1792/2020 tentang
PUPR RI, yaitu: Pengurus Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi Periode 2021-2024
h. SE Ketua LPJK No 08/SE/LPJK/2021 Dalam Aplikasi PKB sesuai PerMen PUPR RI No. 12
tentang Pedoman Verifikasi dan Validasi, tahun 2021, penyelenggaraan PKB dicermati dan
Serta Penilaian Kegiatan Pengembangan dinilai berdasarkan beberapa kategori kegiatan,
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yaitu:
i. SK Ketua LPJK No. 29/KPTS/LPJK/IX/2021 a. Unsur Kegiatan
tentang Tim Pengelola Pengembangan Unsur kegiatan PKB mencakup kegiatan Utama
Keprofesian Berkelanjutan (Pendidikan dan Pelatihan Formal, Pendidikan
Non Formal, Partisipasi Dalam Pertemuan
Seluruh landasan kebijakan di atas telah Profesi, Sayembara/Kompetisi, Paparan, Paten,
diperkenalkan dan disampaikan kepada seluruh Karya Tulis dan Pengajaran Sebagai Pengajar/
stakeholder terkait dan akan terus disosialisasikan Infrastruktur, Paparan Film, Gelar Karya,
agar peningkatan Tenaga Ahli Konstruksi tercatat Pengenalan Produk dan Ziarah Arsitektur) dan
di Aplikasi PKB Online dapat tercapai. kegiatan Penunjang (Pakar atau Narasumber,
Pengurus Organisasi Profesi atau Pimpinan
LPJK bersama Kementerian PUPR mencermati LPJK, dan/atau Penerima Anugerah atau
dan mengendalikan siklus proses layanan PKB sejenisnya)
bagi Tenaga Ahli Konstruksi, yaitu:
a. Peran Tenaga Ahli yang secara aktif dan b. Jenis Kegiatan
mandiri mencatatkan kegiatan dalam Log Jenis Kegiatan PKB mencakup kegiatan yang
Book PKB. terverifikasi dan kegiatan yang tidak terverifikasi.
b. Penyelenggara Kegiatan PKB mendaftarkan Kegiatan terverifikasi adalah kegiatan yang
melalui Aplikasi PKB memenuhi tata cara pendaftaran dan penilaian
c. Proses Persetujuan Awal yang dilakukan yang diatur sesuai PerMen PUPR No. 12 tahun
LPJK 2021.
d. Permohonan Kegiatan dengan melampirkan
KAK Kegiatan (ditujukan untuk pemenuhan Semangat PerMen PUPR RI No. 12 tahun
angka kredit PKB bagi Narasumber, Panitia, 2021 mendorong banyak kegiatan PKB yang
dan Peserta Kegiatan) dan dikirimkan terverifikasi LPJK, untuk memastikan dengan
Penyelenggara Kegiatan secara online ke bobot pemenuhan minimal 60% kegiatan
Aplikasi PKB PKB Terverifikasi terpenuhi agar proses
e. Pelaporan Kegiatan yang dikirimkan perpanjangan SKK Tenaga Ahli Konstruksi dapat
Penyelenggara Kegiatan ke Aplikasi PKB berjalan lancar.
f. Proses Verifikasi, Validasi dan Penilaian
PKB yang dilakukan oleh Asosiasi Profesi c. Sifat Kegiatan
Terakreditasi sesuai dengan SK Ketua LPJK. Sifat Kegiatan PKB dilaksanakan dalam 2 bentuk
g. Proses Penetapan Akhir yang dilakukan LPJK yang sifatnya umum dan khusus. Sifat kegiatan
h. LSP kemudian menarik Data Hasil Penetapan PKB Umum sifatnya menunjang PKB Tenaga Ahli,
PKB dalam Sistem PKB Online sebagai salah sedangkan sifat kegiatan PKB Khusus sesuai
satu persyaratan perpanjangan SKK Tenaga dengan Sub Klasifikasi PKB Tenaga Ahli.
Ahli Konstruksi.
Kesimpulan yang dihasilkan dalam penulisan ini, UU No. 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
yaitu: No. 22 tahun 2020 tentang Tentang Peraturan
1. Keprofesian di bidang jasa konstruksi Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2
diselenggarakan berbasis keberlanjutan Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
dan peningkatan kualitas Pendidikan Tinggi PP No. 14 tahun 2021 tentang Perubahan Atas
yang dijalankan para Tenaga Ahli Konstruksi Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020
dengan mengacu kepada PP No. 14 tahun Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
2021 dan PerMen PUPR No 12 tahun 2021. Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
2. Program Pengembangan Keprofesian Peraturan Menteri PUPR RI No. 6 tahun 2021 tentang
Konstruksi Berkelanjutan memiliki peran Standar Kegiatan Usaha Dan Produk Pada
untuk memastikan para Tenaga Ahli Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis
Konstruksi memelihara dan meningkatkan Risiko Sektor Pekerjaan Umum Dan Perumahan
kompetensi melalui Aplikasi PKB secara Rakyat
online di dalam proses penyelenggaraan jasa Peraturan Menteri PUPR RI No. 7 tahun 2021 tentang
dan usaha konstruksi di Indonesia. Dalam Pencatatan Sumber Daya Material dan Peralatan
siklus perpanjangan Sertifikat Tenaga Ahli Konstruksi
Konstruksi, program PKB menjadi salah satu Peraturan Menteri PUPR RI No. 8 tahun 2021 tentang
persyaratan perpanjangan Sertifikat Tenaga Penilai Ahli, Kegagalan Bangunan,
Ahli Konstruksi yang dilaksanakan oleh LSP Penilaian Kegagalan Bangunan
yang direkomendasikan LPJK serta terlisensi Peraturan Menteri PUPR RI No. 9 tahun 2021 tentang
BNSP. Pedoman Penyelenggaraan Konstruksi
3. Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Konstruksi Berkelanjutan di Indonesia Peraturan Menteri PUPR RI No. 10 tahun 2021 tentang
memiliki inovasi baik bentuk kegiatan PKB Pedoman Sistem Manejemen Keselamatan
yang dilakukan secara tatap muka ataupun Konstruksi
di dalam jaringan (online), dilakukan secara Peraturan Menteri PUPR RI No. 11 tahun 2021 tentang
internasional, menghasilkan kebaharuan Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian
pengetahuan serta kompetensi 8 kualifikasi Berkelanjutan
Tenaga Kerja Konstruksi, serta Program PKB Peraturan Menteri PUPR RI No.12 tahun 2021 tentang
memiliki dampak positif secara luas tidak Pedoman Sistem Manejemen Keselamatan
hanya di dunia konstruksi, namun berdampak Konstruksi
positif kepada sektor lain, yang pada akhirnya Berbagai jurnal, referensi, website dan Pustaka
dapat meningkatkan kualitas pembangunan lainnya.
di masa mendatang.
Prof. Dr. Ing. Krishna Suryanto Pribadi , DEA, AMPU, IPU, CMd.
Saat ini menjabat sebagai Guru Besar bidang Mitigasi Bencana dan Ketua Kelompok
Keahlian Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, FTSL ITB, sekaligus Wakil Kepala
Pusat Penelitian Mitigasi Bencana, Institut Teknologi Bandung. Lahir di Bandung,
19 Februari 1953, memperoleh gelar Sarjana Teknik Sipil di Institut Teknologi
Bandung tahun 1977 dan menyelesaikan pendidikan Docteur Ingenieur de Genie
Civil di Institute Nationale des Sciences Appliquees (INSA) Lyon di Perancis pada
tahun 1985. Menjadi anggota pengurus LPJK Nasional sebagai Ketua Komite
Penelitian dan Pengembangan pada periode 2011-2015, kemudian menjadi Wakil
Ketua-2 Bidang Litbang, Diklat dan Kerjasama LN, LPJK Nasional pada periode
2016-2020. Selain itu juga menjadi anggota dari Indonesia Monitoring Committee
for Engineering Services (IMC) dari tahun 2013 hingga 2022. Berbagai publikasinya
meliputi pengembangan industri konstruksi dan sumber daya manusianya, mitigasi
bencana dan pemulihan pasca bencana, perencanaan keberlangsungan usaha.
Sebagai anggota IAMPI memiliki SKA Utama Manajemen Proyek, juga memiliki
sertifikat mediator penyelesaian sengketa dan terdaftar sebagai Penilai Ahli di
LPJK.
TIM PELAKSANA
Ir. Mochammad Natsir, M.Sc. (Koordinator Utama)
Ir. Yaya Supriyatna Sumadinata (Koordinator I)
Ir. Netti Malemna, M.M. (Koordinator II)
Ir. Poltak Sibuea, M. Eng.Sc. (Koordinator III)
Fariroh, S.E.,M.Si.
Yan Faissal, S.T., M.T.
Meylina D Hasbullah, S.T., M.M.
Disaintina Ari Nusanti, S.T, M.M.
Ir. Joko Karsono M.T.
Supai, S.ST.,M.T.
Dr.Yolanda Indah P, S.E., M.M.
Ir. Suwanto, M.M.
Ir. Ati Nurzamiati Hazar Zubir, M.T.
Anik Dwi Wahyuningsih, S.T. M.A.
Ir. Didi Ahmadi H. Djamhir, M.T.
Dr. Samsul Bakeri, S.I.P., M.Si. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN
Sheba Hartaty S, S.T., M.T. PERUMAHAN RAKYAT
Dra. Affuanie Harahap, M.M. Gedung Utama Kementerian PUPR
Zuhanif Tolhas Dipl. Um., M.M. Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru
Sucipto. S.Sos. M.Si. Jakarta Selatan 12110
Dimas Bayu Susanto, S.T., MPSDA. Telepon/Fax : 021-7228497
Dyah Sitaresmi Budiarti, S.T., M.M.G., M.P.W.K. Email : pupr@pu.go,id