Survei Vector Malaria
Survei Vector Malaria
MALARIA
Tim Penyusun :
1. Dra. Widiarti, M.Kes
2. Triwibowo Ambar Garjito, S.Si., M.Kes
3. Riyani Setyaningsih, S.Si., MSc.
4. Siti Alfiah, SKM,M.Sc
5. Lulus susanti, SKM, MPH
6. Yusnita Mirna Anggraeni, S.Si., M.Biotech.
7. Muhammad Choirul Hidajat, SKM, M.Kes
8. Dhian Prastowo, S.Si., M.Biotech.
9. Sidiq Setyo Nugroho, S.Si, M.Sc.
10. Mujiyono
11. Ary Oktsari Yanti, SKM
12. Fahmay Dwi Ayuningrum, S.ST.
13. Mega Tyas Prihatin, Amd.AK
14. Bambang Siswanto, SKM, M.Kes
15. Yahidin Selian, SKM, MPH
16. Dra. Fitri Riyanti, M.Si
17. Dra. Vivi Widarsih
18. Sarjono
19. Cecep Dani Sucipto, SKM, MPH
20. Yuliarni, S.SiT, MPH
21. Dahlia Hutagaol, SKM
22. Shelvia Nova, SKM
23. Palge Hutagaol, SKM, MPH
TIM PENYUSUN................................................................................................... II
KATA PENGANTAR.............................................................................................. III
DAFTAR ISI............................................................................................................. IV
DAFTAR TABEL...................................................................................................... VI
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... VII
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ IX
I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Siklus hidup Plasmodium.......................................................... 2
1.2. Siklus hidup Anopheles.............................................................. 4
II. IDENTIFIKASI VEKTOR MALARIA................................................. 9
2.1. Tujuan .............................................................................................. 9
2.2. Identifikasi Nyamuk..................................................................... 9
III. METODE SURVAI MALARIA................................................................ 22
3.1. Tujuan .............................................................................................. 22
3.2. Surveilans Entomologi Malaria............................................... 22
3.3. Metode Survai Jentik dan Pupa............................................. 25
3.4. Metode Pengumpulan Nyamuk Dewasa............................ 26
3.5. Metode untuk mengumpulkan jentik dan pupa.............. 43
IV. INKRIMINASI VEKTOR MALARIA...................................................... 51
4.1. Tujuan .............................................................................................. 51
4.2. Pendahuluan.................................................................................. 51
4.3. Teknik inkriminasi vektor...................................................... 51
4.4. Elisa sporozoit Plasmodium................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 76
Gambar 1.. Siklus hidup Plasmodium pada tubuh manusia dan nyamuk
. (CDC, 2018).............................................................................................. 3
Gambar 2. . Siklus hidup Anopheles (WHO dalam Rozendaal, 1997)......5
Gambar 3. . Telur Anopheles (MR4, 2015)............................................................ 5
Gambar 4. . Bagian tubuh utama nyamuk dewasa. Empat karakter yang
dapat digunakan untuk mengenali nyamuk dewasa yaitu:
hanya memiliki sepasang sayap, proboscis yang panjang,
palpus, tubuh tertutup oleh sisik, dan sayap dengan urat
yang menunjukkan pola khusus...................................................... 10
Gambar 5. . Perbandingan antara nyamuk anopheline dan culicine......... 13
Gambar 6.. Kepala nyamuk jantan dan betina culicine dan
.anopheline................................................................................................ 14
Gambar 7.. Sayap Anopheles (urat utama)......................................................... 16
Gambar 8.. Kaki nyamuk Anopheles...................................................................... 17
Gambar 9. . (a) bagian tubuh jentik dan (b) kepala jentik
.anopheline................................................................................................ 18
Gambar 10.. Thoraks jentik anopheline.................................................................. 19
Gambar 11.. Abdomen jentik anopheline.............................................................. 20
Gambar 12.. Aspiratos dan cup kertas (WHO, 2013)......................................... 27
Gambar 13.. Koleksi nyamuk dewasa resting indoore (WHO, 2013)........... 29
Gambar 14.. Alat semprot (spray sheet)................................................................. 31
Gambar 15.. Pengumpulan lembar semprot untuk pengambilan
.sampel nyamuk....................................................................................... 33
Plasmodium tumbuh dan berkembang pada sel hati dan sel darah
merah manusia. Parasit yang berhasil berkembang biak akan memecah
sel darah merah, melepaskan merozoit dan menginvasi sel darah
merah lain. Pada tahap ini, gejala malaria timbul. Fase sporogonik
dimulai saat gametosit dihisap Anopheles betina bersamaan dengan
mengisap darah. Di dalam perut nyamuk, sel darah manusia pecah dan
melepaskan gametosit. Gamet jantan dan betina bersatu membentuk
zigot dan berkembang menjadi ookinet. Ookinet menembus dinding
perut nyamuk dan menjadi ookista. Perbanyakan sporozoit mulai
terjadi di dalam tubuh nyamuk seiring dengan membesarnya ookista.
1.2.1. Telur
Telur Anopheles dapat dibedakan dari genus lain karena diletakkan
satu persatu di permukaan air. Telur dilengkapi dengan pelampung
di kedua sisinya sehingga membentuk formasi seperti bintang, telur
satu dengan lainnya menempel di bagian ujung (Gambar 3). Telur tidak
dapat bertahan lama pada kondisi kering (CDC, 2018; MR4, 2015).
1.2.2. Jentik
Tubuh jentik tidak memiliki kaki dan terbagi menjadi tiga (3) bagian
utama, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Bagian kepala terdiri
dilengkapi dengan mulut, mata, dan antena. Bagian abdomen terdiri
dari tujuh (7) segmen yang hampir indentik dan tiga (3) segmen
posterior. Lubang spirakular sebagai alat pernafasan terletak pada
segmen abdomen VIII. Ketiadaan sifon digantikan dengan lubang
spirakular menyebabkan posisi istirahat jentik Anopheles sejajar dengan
permukaan air (Becker et al., 2010; CDC, 2018).
Jentik mengalami empat (4) instar, dengan mengalami molting
(pergantian eksoskeleton) di akhir masing-masing instar. Jentik
kemudian berubah menjadi pupa pasca instar ke-4 (CDC, 2018).
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
nyamuk, terutama pada fase akuatik. Faktor lingkungan tersebut di
antaranya adalah suhu, cahaya, salinitas, kondisi dan bentuk perairan,
kondisi vegetasi, perubahan fungsi lahan, keberadaan sumber makanan
dan asam lemak esensial, kepadatan jentik, serta interaksi dengan
spesies lain (dalam bentuk predasi maupun kompetisi) (Rejmánková et
al., 2013; MR4, 2015).
1.2.3. Pupa
Pupa berbentuk koma: kepala dan toraks bersatu membentuk
cephalothorax, sedangkan bagian abdomen melengkung ke bawah.
2.1. Tujuan
• Membedakan nyamuk dari serangga lainnya berdasarkan morfologi
luarnya.
• Menjelaskan anatomi nyamuk dewasa dan jentik vektor malaria.
• Menjelaskan fitur utama morfologi luar nyamuk dewasa dan jentik
anopheline yang digunakan dalam identifikasi spesies.
• Membedakan antara nyamuk jantan dan betina.
• Membedakan telur, jentik, pupa dan nyamuk dewasa antara
anopheline dan culicine.
• Menggunakan kunci identifikasi spesies.
• Menjelaskan metode biokimia dan molekuler yang umum
digunakan dalam identifikasi nyamuk vektor.
ProboscisP
alpus Gambar 4. Bagian tubuh
Antenna
Kaki
utama nyamuk dewasa.
Kepala Kaki
Empat karakter yang dapat
Mata majemuk digunakan untuk mengenali
Thoraks Sayap nyamuk dewasa yaitu: hanya
memiliki sepasang sayap,
proboscis yang panjang,
Abdomen palpus, tubuh tertutup oleh
sisik, dan sayap dengan urat
yang menunjukkan pola
khusus.
Nyamuk dewasa
Antenna tidak
berbulu lebat Palpus sangat
pendek
Palpus
Palpus tidak seperti stik
seperti stik golf golf
Antenna
berbulu lebat
Costa
Subcosta
Tibia
Tarsi
Rambut clypeal
Kepala Antenna
Rambut antenna
Thoraks
Rambut frontal
Mata
Rambut trans-sutura
Rambut sutura
Sutura/lekukan
Abdomen
Rambut
preclypeal Rambut clypeal dalam
Rambut Rambut clypeal luar
postclypeal
Gambar 9. (a) bagian tubuh jentik dan (b) kepala jentik anopheline
Thoraks
Thoraks terbentuk dari tiga bagian; prothoraks, mesothoraks dan
metathoraks (Gambar 2.7). Rambut yang terdapat pada bagian thoraks
dikenal sebagai rambut prothorasik, mesothorasik, dan metathorasik.
Permukaan atas dan bawah sama-sama terdapat rambut. Pada
permukaan bawah pada bagian ventral thoraks terdapat beberapa
rambut meliputi tiga kelompok pada setiap sisi dengan empat rambut
per kelompoknya. Kelompok rambut ini adalah kelompok plura
prothorasik, kelompok pleura mesothorasik dan kelompok pleura
metathorasik. Rambut-rambut tersebut juga penting untuk identifikasi
spesies.
Abdomen
Abdomen terdapat delapan segmen yang mirip dan dua segmen
termodifikasi (Gambar 2.8): segmen ke-9 memiliki sepasang spirakel
dan segmen ke-10 adalah bagian anal. Rambut yang berkembang
dengan baik dan berbentuk kipas disebut rambut palmate (palmate
hairs), terdapat pada segmen 4-6 dan terkadang juga pada segmen 1-3.
Setiap segmen memiliki hingga empat lempeng terga (tergal plates)
pada sisi dorsalnya. Biasanya ada sepasang di anterior dan sepasang
lagi di posterior pada setiap segmen, selain itu juga terdapat dua
lempeng akesoris (accessory plates). Segmen abdomen ke-9 bersatu
dengan segmen ke-8 dan membawa spirakel, alat pernafasan jentik.
Pada kedua sisi segmen ke-9 terdapat pekten (pectene), yaitu suatu
bentuk segitiga dengan gigi mirip sisir. Sebagian besar permukaan atas
segmen anal tertutup oleh lempeng terga yang disebut sadel (saddle).
Pada sadel atau segmen anal bisa terdapat rambut. Pada permukaan
bawah segmen anal terdapat serangkaian rambut yang disebut sikat
ventral (ventral brush). Empat pial anal (anal gills) memanjang dari
segmen anal tersebut.
3.1. Tujuan
• Memahami pentingnya pembakuan metode survai entomologi
vektor malaria
• Memahami dan mampu melakukan berbagai metode koleksi
nyamuk dewasa
• Mengidentifikasi tempat istirahat nyamuk Anopheles dewasa
• Mampu mengidentifikasi tempat perkembangbiakan potensial
vektor malaria
• Memahami cara membawa transport jentik dan pupa yang telah
dikoleksi dari lapangan ke laboratorium
• Memahami cara menawetkan spesimen nyamuk
Jebakan/perangkap jendela
Perangkap jendela (keluar) hanya cocok untuk ruangan yang tertutup
dengan baik dan memiliki sedikit titik keluar untuk nyamuk. Biasanya
4.1. Tujuan
• Memahami metode yang digunakan untuk inkriminasi vektor
• Memahami metode identifikasi umur nyamuk
• Memahami metode pembedahan kelenjar ludah
4.2. Pendahuluan
Entomologi Malaria merupakan studi biologi dan ekologi dari
nyamuk penular malaria. Tujuan dari inkriminasi ini adalah untuk
dapat memahami hubungan antar vektor, ekologi, perilaku, parasit
dan hospes sebagai dasar dalam pengembangan dan pelaksanaan
strategi pengendalian vektor yang efektif dan efisien. Ada beberapa
data entomologi yang digunakan untuk inkriminasi vektor, diantaranya
meliputi :
• Keberadaan, kemelimpahan dan proporsi nyamuk dari spesies
yang terinfeksi sporozoit
• Umur atau parousitas dari vektor
• Perilaku menggigit vektor (dimana dan kapan nyamuk menggigit,
serta hospes apa yang disukai digigit)
5.1. Tujuan
- Mampu memahami dan mengintepretasikan secara benar informasi
entomologi yang diperoleh dari hasil survai di lapangan
- Mampu mengidentifikasi indikator entomologi penularan malaria
- Dapat menghitung indikator entomologi yang berkaitan dengan
kebiasaan istirahat dan menggigit nyamuk vektor, kontak antara
manusia dengan vektor, serta angka inokulasi entomologi
(entomological inoculation rates) untuk malaria
- Mampu menghitung komponen dari kapasitas vektoral dan
memahami nilai untuk penularan malaria dan pengendaliannya
- Dapat mengintepretasikan penghitungan entomologi dan
dampaknya untuk pengendalian vektor malaria
p= (Proporsi parous)
Apabila interval dengan menghisap darah selanjutnya adalah 3
hari, maka p menjadi:
3
p= (Proporsi parous)
Keterangan :
m = rerata kepadatan nyamuk Anopheles vektor menggigit orang
a = rerata jumlah orang digigit seekor nyamuk vektor tiap malam
p = harapan hidup/rerata kematian nyamuk vektor setiap hari
n = rentang waktu siklus gonotropik
b = jumlah hari satu siklus gonotropik
d= parity rate (proporsi nyamuk parous)
p = √d