Anda di halaman 1dari 8

KAPITA SELEKTA ADMINISTRASI NEGARA

Kapita selekta adalah kumpulan inti sari dari suatu bahan atau materi kajian bidang ilmu tertentu
yang tersusun secara rinci dengan penjelasan yang terkini..

Kapita selekta : adalah kumpulan karangan yang masing-masing menguraikan sesuatu persoalan,
tetapi persoalan yang diuraikan itu termasuk dalam lingkungan sesuatu ilmu pengetahuan.(J.C.T.
Simorangkir, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2002).

kapita selekta administrasi Negara adalah kumpulan materi-materi keadministrasi negaraan yang
terpilih yang dianggap penting, berikut asas2nya

Memfasilitasi mahasiswa untuk mengkaji tentang berbagai kebijakan dan implementasinya di


lapangan, serta mengkaji isu-isu administrasi negara secara umum dan khusus yang berkaitan
dengan pelaksanaan

Peralihan Konsep Administrasi Negara Menjadi Administrasi Publik

Perbedaannya yang mendasar pada Administrasi Negara adalah Publik disini diartikan hanya
sebagai negara. Hal itu berarti aktor/pelaku administrasi hanya dilakukan oleh
pemerintah/birokrasi saja (agen tunggal), oleh karena pendekatan yang dipakai disini adalah
negara/pemerintah semata sebagai driving forces pada aktivitas administrasi sejalan dengan
adanya konsep Good Government (pemerintahan yang baik). Karena orientasi pada Adminitrasi
Negara lebih kepada aktivitas Negara saja, maka fungsi pemerintah sebagai pelayan publik
(public service) tidak melibatkan peran masyarakat dalam aktivitas adminitrasi yang dijalankan
oleh negara/pemerintah itu sendiri (Adminitrasi Of Public).

Pada aktivitas Adminitrasi yang dilakukan oleh birokrasi selaku organisasi pemerintah, dalam
kajian Administrasi Negara berbasis kepada tipe organisasi Weberian, sehingga aktivitas
adminitrasi cendrung kaku (rigid) mementingkan hirarki dan tidak pada costumer oriented.

Sedangkan untuk Administrasi Publik, Publik disini tidak diartikan sebagai negara saja tetapi
juga berarti private (pihak swasta) dan masyarakat. Oleh karena itu untuk pelaksana/aktor pada
Administrasi Publik melibatkan 3 (tiga) unsur yaitu Masyarakat, Pihak Swasta (Private) dan
Negara atau Pemerintah yang mana hal tersebut sejalan dengan adanya konsep Good Governance
(Pemerintahan yang baik) sebagai perubahan konsep Good Government.

Hal- hal yang berkaitan dengan publik yang meliputi kebijakan publik, manajemen publik,
administrasi pembangunan, tujuan negara, dan etika yang mengatur penyelenggara
negara.

Pembagian Publik :

a. Masyarakat Biasa
b. Pengusaha / Private Sector
c. Lembaga Sipil

Ruang Lingkup Administrasi Publik

Hand Book of Public Administration Nicholas Henry (1995), memberikan rujukan tentang ruang
lingkup administrasi publik yg dapat dilihat dari topik-topik yg dibahas selain perkembangan
ilmu administrasi publik itu sendiri, antara lain:

1). Organisasi publik, pada prinsipnya berkenaan dengan model-model organisasi dan
perilaku birokrasi.

Organisasi publik adalah organisasi yang terbesar yang mewadahi seluruh lapisan masyarakat
dengan ruang lingkup Negara dan mempunyai kewenangan yang absah (terlegitimasi) di bidang
politik, administrasi pemerintahan, dan hukum secara terlembaga sehingga mempunyai
kewajiban melindungi warga negaranya, dan melayani keperluannya, sebaliknya berhak pula
memungut pajak untuk pendanaan, serta menjatuhkan hukuman sebagai sanksi penegakan
peraturan.

Organisasi ini bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat demi kesejahteraan sebagaimana
diamanatkan oleh konstitusi sebagai pijakan dalam operasionalnya. Organisasi publik
berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat tidak pada profit/laba/untung. Miftah Thoha
telah memprediksi organisasi-organisasi dimasa mendatang yang salah satunya di bidang
penataan organisasi, dimana organisasi dimasa mendatang akan mempunyai sifat-sifat yang unik.
Struktur organisasi formal akan mengalami penambahan dan perubahan yang bervariasi,
sehingga banyak dijumpai organisasi-organisasi baru tanpa menganalisis lebih lanjut struktur
formal yang ada. Sehingga banyak dijumpai organisasi-organisasi tandingan yang nonstruktural.
Keadaan seperti ini sering dinamakan gejala proliferation dalam organisasi. Suatu pertumbuhan
yang cepat dari suatu organisasi, sehingga banyak dijumpai organisasi-organisasi formal yang
nonstruktural yang dibentuk untuk menerobos kesulitan birokrasi.

Kelebihan dari kejadian diatas adalah organisasi akan lebih memberikan perhatian terhadap
pemecahan persoalan dibandingkan dari penekanan program. Dengan demikian, organisasi-
organisasi masa mendatang akan merupakan suatu kombinasi dari gejala-gejala adaptasi
(adaptive process), pemecahan masalah (problem solving), sistem temporer (temporary system)
dari aneka macam spesialis, dan evaluasi staf tidak lagi didasarkan atas hierarki vertikal
berdasarkan posisi dan pangkat. Inilah bentuk organisasi masa depan yang bakal menganti
birokrasi.

Organisasi publik adalah organisasi yang terbesar yang mewadahi seluruh lapisan masyarakat
dengan ruang lingkup Negara dan mempunyai kewenangan yang absah (terlegitimasi) di bidang
politik, administrasi pemerintahan, dan hukum secara terlembaga sehingga mempunyai
kewajiban melindungi warga negaranya, dan melayani keperluannya, sebaliknya berhak pula
memungut pajak untuk pendanaan, serta menjatuhkan hukuman sebagai sanksi penegakan
peraturan. Organisasi ini bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat demi kesejahteraan
sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi sebagai pijakan dalam operasionalnya.

Organisasi publik berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat tidak pada profit/laba/untung.
Organisasi sektor publik memiliki ciri-ciri tidak mencari keuntungan finansial, dimiliki secara
kolektif oleh publik, kepemilikan sumber daya tidak dalam bentuk saham, keputusan yang terkait
kebijakan maupun operasi berdasarkan consensus. Organisasi sektor publik memiliki
karakteristik sebagai berikut :

a. Tujuan organisasi publik adalah untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap.


b. Aktivitas utamanya pelayanan publik (publik services).
c. Sumber pembiayaan berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan retribusi,
laba perusahaan negara, peinjaman pemerintah, serta pendapatan lain-lain yang sah dan
tidak bertentangan sengan perundangan yang berlaku
d. Organisasi publik bertanggung jawab kepada masyarakat melalui lembaga perwakilan
rakyat.
e. Kultur organisasi bersifat birokratis, formal dan berjenjang.
f. Penyusunan anggaran dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan program.
g. Stakeholder dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para pegawai organisasi, para
kreditor, para investor, lembaga-lembaga internasional.

MASALAH YANG TERJADI DALAM ORGANISASI PUBLIK

Sebuah konflik yang terjadi dalam sebuah organisasi publik sangat banyak terjadi. Apalagi
dalam konteks sebuah organisasi besar yang dalam hal ini kita sebut sebagai pemerintah.
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat sangat dituntut
untuk meberikan usaha terbaiknya yang dalam melakukan proses tersebut terjadi berbagai
permasalahan atau konflik yang tak urung membuat masyarakat yang merasa dikecewakan.
Pelayanan merupakan pilar penting yang dilakukan dalam memberikan kepuasaan kepada
masyarakat. Dari beberapa tahun yang lalu kita telah melihat berbagai pelayanan yang telah
diberikan pemerintah dalam melaksanakan tugasnya. Namun tak ayal juga kita bisa
memperhatikan berbagai kekecewaan yang tercipta karena konflik yang terjadi saat dilakukan
proses pelayanan. Dari hal itulah bisa terjadi berbagai macam cabang - cabang konflik yang
lambat laun jika didiamkan maka bisa terjadi permasalahan yang susah untuk di elakan lagi.

Permasalahan utama yang kadang timbul dalam usaha organisasi publik untuk melakukan
pelayanan kepada masyarakatnya antara lain :
· Ketidak jelasan bentuk pelayanan

· Kualitas pelayanan yang dilakukan

· Keterlambatan pelayanan

2). Manajemen Publik, yaitu berkenaan dengan sistem dan ilmu manajemen, evaluasi
program dan produktivitas, anggaran publik dan manajemen sumber daya manusia

Dalam hal ini, akan dibahas konsep Good Government

1. Partisipasi Masyarakat
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara
langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan
mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan
mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.
2. Tegaknya Supremasi Hukum
Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya
hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia. Pasal 1 ayat (3)UUD NRI Tahun
1945, yang merumuskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum.
3. Transparansi
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan,
lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan
dipantau.
4. Peduli pada Stakeholder
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua
pihak yang berkepentingan.
5. Berorientasi pada Konsensus
Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi
terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-
kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan
prosedur-prosedur.
6. Kesetaraan
Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan
kesejahteraan mereka.
7. Efektifitas dan Efisiensi
Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan
warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal
mungkin.
8. Akuntabilitas
Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi
masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-
lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggung jawaban tersebut berbeda satu
dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.
9. Visi Strategis
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata
pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang
dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus
memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi
dasar bagi perspektif tersebut.

3). Implementasi yaitu menyangkut pendekatan terhadap kebijakan publik dan


implementasinya etika birokrasi

Tachjan (2006i:19) menyimpulkan bahwa pada garis besarnya siklus kebijakan publik terdiri dari
tiga kegiatan pokok, yaitu:

- Perumusan kebijakan
- Implementasi kebijakan serta
- Pengawasan dan penilaian (hasil) pelaksanaan kebijakan.

Jadi efektivitas suatu kebijakan publik sangat ditentukan oleh proses kebijakan yang terdiri dari
formulasi, implementasi serta evaluasi. Ketiga aktivitas pokok proses kebijakan tersebut
mempunyai hubungan kausalitas serta berpola siklikal atau bersiklus secara terus menerus
sampai suatu masalah publik atau tujuan tertentu tercapai.

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu
kebijakan atau program harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang
diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat
administrasi publik dimana aktor, organisasi, prosedur, teknik serta sumber daya diorganisasikan
secara bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang
diinginkan.

Van Meter dan Van Horn dalam Budi Winarno (2005:102) mendefinisikan implementasi
kebijakan publik sebagai:

”Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan
ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan
operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usah-usaha untuk
mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan
kebijakan”.
Tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan sasaran ditetapkan terlebih
dahulu yang dilakukan oleh formulasi kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi
kebijakan terjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai
implementasi kebijakan tersebut.

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang bersifat praktis dan berbeda dengan formulasi
kebijakan sebagai tahap yang bersifat teoritis. Anderson (1978:25) mengemukakan bahwa:
”Policy implementation is the application by government`s administrative machinery to the
problems. Kemudian Edward III (1980:1) menjelaskan bahwa: “policy implementation,… is the
stage of policy making between establishment of a policy…And the consequences of the policy
for the people whom it affects”.

Berdasakan penjelasan di atas, Tachjan (2006i:25) menyimpulkan bahwa implementasi


kebijakan publik merupakan proses kegiatan adminsitratif yang dilakukan setelah kebijakan
ditetapkan dan disetujui. Kegiatan ini terletak di antara perumusan kebijakan dan evaluasi
kebijakan. Implementasi kebijakan mengandung logika top-down, maksudnya menurunkan atau
menafsirkan alternatif-alternatif yang masih abstrak atau makro menjadi alternatif yang bersifat
konkrit atau mikro.

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam proses kebijakan.
Artinya implementasi kebijakan menentukan keberhasilan suatu proses kebijakan dimana tujuan
serta dampak kebijakan dapat dihasilkan. Pentingnya implementasi kebijakan ditegaskan oleh
pendapat Udoji dalam Agustino (2006:154) bahwa: “The execution of policies is as important if
not more important than policy making. Policy will remain dreams or blue prints jackets unless
they are implemented”.

Agustino (2006:155) menerangkan bahwa implementasi kebijakan dikenal dua pendekatan yaitu:

“Pendekatan top down yang serupa dengan pendekatan command and control (Lester Stewart,
2000:108) dan pendekatan bottom up yang serupa dengan pendekatan the market approach
(Lester Stewart, 2000:108). Pendekatan top down atau command and control dilakukan secara
tersentralisasi dimulai dari aktor di tingkat pusat dan keputusan-keputusan diambil di tingkat
pusat. Pendekatan top down bertolak dari perspektif bahwa keputusan-keputusan politik
(kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan harus dilaksanakan oleh administratur
atau birokrat yang berada pada level bawah (street level bureaucrat)”.

Bertolak belakang dengan pendekatan top down, pendekatan bottom up lebih menyoroti
implementasi kebijakan yang terformulasi dari inisiasi warga masyarakat. Argumentasi yang
diberikan adalah masalah dan persoalan yang terjadi pada level daerah hanya dapat dimengerti
secara baik oleh warga setempat. Sehingga pada tahap implementasinya pun suatu kebijakan
selalu melibatkan masyarakat secara partisipastif.
Tachjan (2006i:26) menjelaskan tentang unsur-unsur dari implementasi kebijakan yang mutlak
harus ada yaitu:

- Unsur pelaksana
- Adanya program yang dilaksanakan serta
- Target group atau kelompok sasaran.

Pokok-Pokok Bahasan Administrasi Publik Terkait ( Handbook Of Public


administration”(editor 1989) ):
1. Tantangan-tantangan administrasi negara dan bagaimana menyesuaikan diri,
2. Sistem administrasi dan organisasi efektif,
3. Administrasi negara terkait dengan usaha memperkuat hubungan dengan badan
legisllatif, badan-badan yang diangkat dan dipilih oleh rakyat
4. Bagaimana menyusun kebijakan dan program sukses,
5. Administrasi perpajakan dan anggaran yang efektif
6. Manajemen sumber daya manusia,
7. Bagaimana operasi pelayanan publik yang baik
8. Bagaimana praktek administrasi publikyang profesional dan etis (beretika).

Di bidang Administrasi Negara, meliputi:

1. Etika administrasi negara, tata nilai organisasi dan manajemen


2. Estetika administrasi negara, cinta, rasa, karsa administrator
3. Logika administrasi negara, disiplin ilmu, sumber daya manusia, hukum administrasi
Negara
4. Hakikat administrasi negara, pembentukan system, kultur, struktur
Shafritz dan Russel (1997) dalam bukunya “Introduction Public
Administration” menggambarkan bab-bab administrasi negara sebagai berikut:
1. Penerapan reiveting government,
2. Hubungan antara lembaga pemerintahan,
3. Perkembangan teori manajemen dan organisasi,
4. Perilaku organisasi,
5. Manajerialisme dan kinerja,
6. Kepemimpinan dan akuntabilitas

Anda mungkin juga menyukai