Anda di halaman 1dari 17

Teknik Pantai M.

Agus Salim A

I. PENDAHULUAN

I.1. Definisi
Ada dua istilah dalam bahas Inggris yang diIndonesiakan sebagai pantai dalam teknik pantai
yaitu coast dan shore. Teknik pantai dalam bahasa inggris dikenal sebagai coastal engineering. Bagian
– bagian daerah / kawasan pantai juga berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut.

Beach (shore) Near shore

coast Beach shore Fore shore Inshore offshore

Swash Surf zone Breaker zone


zone
Surf zone

map

mas

bar

Gambar 1.1. Penampang Pantai

Ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan teknik pantai, meliputi oceanografi, meteorologi, geologi,
hidrolika, statistik matematika.

I.2. Teknik Pantai


Ilmu teknik pantai meliputi beberapa kegiatan:
• Perencanaan bangunan pantai antar lain: break water (pemecah gelombang), jetti, groin, sea
wall (dinding pantai), revetmen,
• Penanggulangan erosi pantai
• Reklamasi daerah pantai untuk industri, rekreasi, pemukiman.
• Pengendalian daerah muara sungai.
• Peramalan arus, elevasi muka air pada muara (estuary) serta pengaruhnya terhadap kualitas
air, sedimentasi, navigasi (pelayaran), dan pengerukan muara sungai.
• Pengendalian terhadap buangan air panas PLTGU, minyak tumpah, polutan pabrik di lautan

1
Teknik Pantai M. Agus Salim A

• Perencanaan pelabuhan dan bangunan pelengkapnya


• Pengerukan daerah pelabuhan dan pembuangannya.

Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan 3 jenis kegiatan penelitian:


1. Studi teoritis matematis (model matematika)
2. Studi di laboratorium (model fisik)
3. Studi lapangan (pengukuran langsung)

I.2.1. Matakuliah teknik pantai mempelajari:


Gelombang amplitudo kecil (Gelombang Airy)
a. Komponen gelombang: L, C, , , , H, T, E, P, a, Cg, Ho, Lo.

b. Deformasi gelombang: refraksi, difraksi, refleksi, breaking wave, run up, run down, wave set
up, wave set down, wind set up, pasang surut.
c. Fluktuasi muka air laut
d. Statistik dan peramalan gelombang
e. Littoral process
f. Perencanaan bangunan pantai.

2
Teknik Pantai M. Agus Salim A

II. TEORI GELOMBANG AMPLITUDO KECIL

Teori ini diajukan pertama kali oleh Airy (1845). Dikenal juga dengan nama teori gelombang linier
atau teori gelombang Airy, teori ini merupakan teori gelombang 2 dimensi. Persamaan gelombang teori
Airy didapatkan dengan menggunakan asumsi / anggapan sebagai berikut:
• Zat cair adalah homogen, tidak termampatkan, rapat massa () konstan
• Tegangan permukaan diabaikan
• Tekanan pada muka air konstan dan seragam
• Zat cair ideal sehingga berlaku aliran “irrotasional” (persamaan Laplace)
• Dasar laut tetap, impermeabel, horisontal
• Amplitudo gelombang dianggap kecil dibandingkan dengan panjang gelombang (L) dan
kedalaman (d).
• Berlaku persamaan Bernoulli linier.

(Stil Water Level)


Gerakan partikel air

Gambar 2.1. Profil gelombang

2.1. Persamaan Gelombang

Persamaan gelombang pada teori gelombang linier ini diperoleh dari:


𝜕𝜙 2 𝜕𝜙 2
Persamaan kontinyuitas Laplace: 𝜕𝑥 2
+ 𝜕𝑦2 = 0. (2.1)

dan kondisi batas pada dasar laut :


kecepatan vertikal di dasar laut adalah nol (0)
𝜕𝜙
𝜈=0→𝜈= 𝜕𝑦
= 0→ di y = -d .................................................... (2.2)

Kodisi batas pada permukaan:

3
Teknik Pantai M. Agus Salim A

- dari persamaan Bernoulli untuk aliran tak mantap:


𝜕𝜙 1 𝑝
𝜕𝑡
+ 2 (𝑢2 + 𝑣 2 ) + 𝑔𝑦 + 𝜌 = 0 ………………………………………………. (2.3)

- dilinierkan bagian (u2 + v2) = 0, dan diambil nilai y =  serta tekanan di permukaan = 0, maka
diperoleh persamaan:
1 
=−
g t
untuk y =  . ............................................................. (2.4)
Dengan anggapan tinggi gelombang adalah sangat kecil terhadap kedalaman air maka kondisi
batas di titik y = 0 adalah dianggap sama dengan di titik y = . Sehingga kondisi batas untuk
permukaan sama dengan persamaan (2.3).
Ketiga persamaan tersebut diselesaikan untuk mendapatkan harga . Setelah  didapatkan nilai
komponen gelombang (sifat gelombang) bisa dihitung. Penyelesaian persamaan tersebut
menghasilkan persamaan sebagai berikut:

................................................................ (2.5)
dengan:
φ : potensial kecepatan
g : percepatan gravitasi
 : frekuensi gelombang (2π/T)
k : angka gelombang (2π/L)
d : kedalaman air
y : jarak vertikal suatu titik yang ditinjau terhadap muka air diam
x : jarak horizontal
t : waktu

2.2. Cepat rambat Gelombang dan Panjang Gelombang


Cepat rambat gelombang bisa diperoleh dengan menyelesaikan persamaan (2.4) dan (2.5)
pada permukaan air (y = 0), sehingga didapat persamaan sebagai berikut:

 2 = gk tanh(kd ) ............................................................................ (2.6)


Karena  = kC maka persamaan (2.6) tersebut menjadi:

tanh(kd )
g
C2 =
k , .......................................................................... (2.7)
nilai k = 2/L maka persamaan (2.7) menjadi:

tanh(kd )
gL
C2 =
2 ............................................................................ (2.8)
Jika nilai k = /C = (2/T)/C dimasukkan ke persamaan (2.8) maka akan didapatkan harga C dalam

4
Teknik Pantai M. Agus Salim A

fungsi T dan d.
gT 2d
C= tanh
2 L ........................................................................... (2.9)
Persamaan (2.9) adalah persamaan kecepatan rambat gelombang.
Jika nilai k = 2/L dan nilai C = L/T dimasukkan ke dalam persamaan (2.9) tersebut maka akan
didapatkan persamaan panjang gelombang.

gT 2 2d
L= tanh
2 L …………………………………………………….. (2.10)

2.3. Klasifikasi Gelombang


𝑑
Perbandingan kedalaman air dan panjang gelombang 𝐿
, disebut kedalaman relatif dan nilai
2𝜋𝑑
batas 𝐿
digunakan sebagai pengklasifikasi gelombang. Klasifikasi gelombang dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 2.1. Klasifikasi Gelombang


𝑑 2𝜋𝑑 2𝜋𝑑
K l a s i f i k a s i ( ) ( ) Tanh ( 𝐿
)
𝐿 𝐿
Gelombang Air Dalam > 0,5 >  1
Gelombang Transisi 1/25 --- 1/2 ¼ ---  tanh (2d / L)
Gelombang Air Dangkal < 1/25 < 1/4  2 d / L
Dengan klasifikasi tersebut permasalahan dapat disederhanakan lagi, sebagai berikut:
Pada gelombang air-dalam nilai d/L > 0,5 maka tanh(2d/L)  1 sehingga persamaan 2.9. dan
persamaan 2.10. dapat ditulis:
gT
C0 =
2 .......................................................................... (2.11)
dan

gT 2
L0 =
2 .................................................................... ... (2.12)
Pada gelombang air dangkal nilai (d/L) kurang dari (1/25) sehingga nilai tanh(2d/L) sama dengan
(2d/L), maka persamaan (2.9.) dan persamaan (2.10) menjadi:

C = gd
.............. ........................................................... (2.13.)
dan

L = gd T = CT
.......................................................………. (2.14.)

5
Teknik Pantai M. Agus Salim A

Gambar 2.1. menunjukkan suatu gelombang monokromatik (monochromatic wave) bergerak dengan
kecepatan jalar C di air dengan kedalaman d. Dalam gambar tersebut juga ditunjukkan tinggi
gelombang (wave height) H, dan panjang gelombang (wave length) L.
.
2.3. Kinematika gelombang
Kecepatan horisontal atau vertikal partikel air dapat ditentukan / diturunkan dari potensial
𝜕𝜙 𝜕𝜙
kecepatan: 𝑢 = 𝜕𝑥
dan 𝑣 = 𝜕𝑦

Setelah melalui beberapa proses matematika didapatkan:


𝜋𝐻 𝑐𝑜𝑠ℎ 𝑘 (𝑑+𝑦)
𝑢 = ( 𝑇 )( 𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑘 𝑑
) 𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑥 − 𝜎𝑡)……………………………… ……….…………… (2.15)
𝜋𝐻 𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑘 (𝑑+𝑦)
𝑣 = ( 𝑇 )( 𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑘 𝑑
) 𝑠𝑖𝑛(𝑘𝑥 − 𝜎𝑡) ………………………………………………………(2.16)

Percepatan horisontal atau vertikal dapat diturunkan dari persamaan tersebut:


𝜕𝑢 2𝜋 2 𝐻 𝑐𝑜𝑠ℎ 𝑘 (𝑑+𝑦)
𝑎𝑥 ≅ =( )( ) 𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑥 − 𝜎𝑡) ………………………………………… (2.17)
𝜕𝑡 𝑇2 𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑘 𝑑

v  2 2 H  sinh k (d + y ) 
ay  =   sin (kx − t ) …………………………………………. (2.18)
t  T 2  sinh kd 
Koordinat partikel air dapat ditentukan dengan rumus:
𝐻 𝑐𝑜𝑠ℎ 𝑘 (𝑑+𝑦)
𝜉 = ∫ 𝑢𝑑𝑡 = 𝑠𝑖𝑛(𝑘𝑥 − 𝜎𝑡) ………………………………………………….(2.19)
2 𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑘 𝑑
𝐻 𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑘 (𝑑+𝑦)
𝜀 = ∫ 𝑣𝑑𝑡 = 𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑥 − 𝜎𝑡) ………………………………………………… (2.20)
2 𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑘 𝑑
𝐻
dengan 2 : jari – jari orbit partikel air yang bergerak dipermukaan.

Gambar 2.2. Gerakan orbit partikel air.


dengan:
𝐻 𝑐𝑜𝑠ℎ 𝑘 (𝑑+𝑦)
𝐴= ………………………………………………………………(2.21)
2 𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑘 𝑑

6
Teknik Pantai M. Agus Salim A

𝐻 𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑘 (𝑑+𝑦)
𝐵= 2 𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑘 𝑑
………………………………………………………………(2.22)
Tekanan yang bekerja di dalam air dan mendapat pengaruh gelombang dapat dijelaskan sebagai
berikut:

SWL

y  g H cosh k (d + y )
2 cosh kd
-ρgy

‘Gambar. 2.3. Distribusi tekanan arah vertikal

Persamaan 2.23. tidak berlaku untuk partikel air yang berada di alas SWL atau dengan kata lain batas
atas berlakunya rumus tersebut pada still water level.

2.4. Tenaga gelombang.


Tenaga total dari suatu gelombang adalah jumlah dari tenaga kinetik dan tenaga potensial dari
gelombang tersebut.

η SWL

ν
dy
d
‘ u

dx

-d

Gambar 2.4. Kolom air pada gelombang


Energi kinetik:
𝐿 0
𝐸𝑘 = ∫ ∫ 1⁄2 𝜌𝑑𝑥 𝑑𝑦(𝑢2 + 𝑣 2 )
0 −𝑑

7
Teknik Pantai M. Agus Salim A

𝜌𝑔𝐻 2 𝐿
Ek = 16
………………………………………………………………………..(2.23)
Energi potensial:
𝐸𝑝 = ∫ 1⁄2 𝜌𝑔𝜂2 𝑑𝑥 = 1⁄2 𝜌𝑔𝜂2 𝐿 = 1⁄4 𝜌𝑔𝑎2 𝐿
𝜌𝑔𝐻 2 𝐿
= 16
…………………………………………………………………………(2.24)
𝜌𝑔𝐻 2 𝐿
𝐸 = 𝐸𝑘 + 𝐸𝑝 = 8
……………………………………………………………………(2.25)

Energi tersebut merupakan suatu variabel dari titik ke titik yang lain sepanjang wave length. Energi
rata-rata persatuan luas:
𝐸 𝜌𝑔𝐻 2
𝐸̄ = 𝐿 = 8 …………………………………………………………………………….(2.26)
dengan:
E = energi rata-rata persatuan luas; energi density atau specific energy (Nm/m2).
H = Hrms = akar kuadrat rata-rata tinggi gelombang (m).
 = rapat massa air (kg/m3).
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Energy transfer (pemindahan energi) adalah perambatan energi searah dengan arah gelombang.
Energy transfer terdiri dari:
a. transport of energy
b. work done by pressure
Transport of energy per satuan waktu:
= (volume transpor) x (energi per satuan volume)
= (U.dy.dz)( ρ gy + 1/2 ρw2).
W2 = u2 + v2 ………………………………………………………………………… (2.27)
Work done by pressure per satuan waktu: = gaya x kecepatan = ρ.dy.dz.U
Energy transfer per satuan panjang
𝑦=𝜂
P = ∫𝑦=−𝑑(p + 𝜌 g y + 1⁄2 𝜌 w 2) U.dy
𝑘𝑑 𝜔
= (1⁄2 𝜌𝑔𝑎2 ). (1⁄2 + 𝑠𝑖𝑛ℎ 2𝑘𝑑 . 𝑘 )

‘= 𝐸̄ . n. C.
P =. 𝐸̄ . n. C. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.28.
𝑁𝑚
P = 'energy tansfer' per satuan panjang (per satuan waktu); energy flux ( 𝑑𝑒𝑡 (𝑚))

𝐸̄ = energi rata-rata per satuan luas (Nm/m2)


C = kecepatan rambat gelombang (m/det).
n = 1/2, untuk air-dalam.
= 1, untuk air-dangkal.
Kecepatan depan gelombang dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:

8
Teknik Pantai M. Agus Salim A

Gambar 2.5. Perambatan gelombang.


Energy transfer (Iewat I) : P. t
Energy yang diterima (I - II) : E Uf.t
P.t. = E. Uf.t
𝑃
Uf = 𝐸̄ = n.C . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.29).

Di sini terlihat bahwa pada air dalam (deep water) kecepatan depan gelombang (Uf) hanya separuh
dari kecepatan gelombang (C) dan di tempat yang dangkal (shallow water) kecepatan depan
gelombang (Uf) sama dengan kecepatan gelombang (C). Uf biasa juga disebut 'kecepatan group' atau
‘Cg. Jika suatu gelombang menjalar pada suatu daerah yang mempunyai depth contour paraleI
dengan puncak gelombang maka berlaku hubungan energi yang masuk sama dengan energi yang
keluar.

Gambar 2.6. Tampang lintang pantai


‘PI = PII →[ E n C ]1=[ E n C ]2 (2.30.)
atau
½ E0 C0 = E n C (2.31.)
Pada suatu kelompok gelombang yang sedang menjalar dibuat garis-garis normal (tegak lurus) pada
puncak gelombang dan dianggap tidak ada energi yang merambat sepanjang puncak-gelombang

9
Teknik Pantai M. Agus Salim A

maka energi transfer di antara dua garis ini dapat dianggap konstan.


Gambar 2.7. Jalur Gelombang

P1.B1 = P2.B2
E1n1C1.B1 = E2n2C2B2
 g H 12  g H 22
n1C1 B1 = n 2 C 2 B2
8 8
𝐵
‘√𝐵1 ……………………………………………………………………. (2.32)
2

𝑛 𝐶
√𝑛1𝐶1= disebut koefisien 'Shoaling' atau biasa disingkat Ks jika n1C1 pada air-dalam.
2 2

𝐵
√𝐵1= disebut koefisien 'Refraction' atau biasa disebut KR jika B1 pada air-dalam.
2

2.5. Wave Set up


Wave set up adalah peristiwa naiknya muka air pada pantai. Teori gelombang linier (small
amplitude wave theory) menerangkan bahwa gerakan partikel air merupakan gerakan orbit tertutup.
Hal ini berarti bahwa tidak ada perpindahan partikel air sepanjang gerakan gelombang. Akan tetapi
pada kenyataannya perpindahan partikel air ini terjadi dan perpindahan ini makin banyak dengan
𝐻
bertambahnya kecepatan jalar gelombang dan wave steepness ( 𝐿 ). Perpindahan partikel air ini tidak

dalam jumlah yang cukup besar tetapi sangat berpengaruh terhadap pembentukan wave set up di
‘pantai. Untuk menentukan kenaikan elevasi muka air ini dipakai rumus:
Hb
S = 0,19[1-2,82√gT2 ]Hb (2.33)

dengan:
S = wave set up (± 15% Hb)

10
Teknik Pantai M. Agus Salim A

Hb = Tinggi gelombang di breaker line


(breaker height).
T = periode gelombang.
g = percepatan gravitasi

2.6. Gelombang Pecah
2.6.1. Air dalam (deepwater)
Tinggi maksimum gelombang yang menjalar di air dibatasi oleh suatu keadaan di mana
kecepatan partikel air di puncak gelombang sama dengan kecepatan jalar gelombang (C). Apabila
keadaan tersebut dilampaui maka gelombang akan pecah. Miche (1944) menentukan kondisi batas
tersebut berdasarkan wave steepness:
𝐻 2𝜋𝑑
( ) = 1⁄7 𝑡𝑎𝑛ℎ ( ) (2.34)
𝐿 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝐿

Rumus tersebut juga telah dibuktikan oleh Danel (1952). Di air-dalam persamaan tersebut menjadi :
𝐻
( 𝐿 0) = 1⁄7 (2.35)
0 𝑚𝑎𝑘𝑠


Gambar. 2.8. Definisi sket gelombang

2.6.2. Air dangkal (shoaling water).

Jika gelombang bergerak dari tempat yang dalam yang makin lama makin dangkal pada suatu
tempat tertentu gelombang tersebut akan pecah.
𝐻 2𝜋𝑑
( ) = 1⁄7 𝑡𝑎𝑛ℎ ( )
𝐿 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝐿

 2d  2𝜋𝑑
 =( 𝐿 )
2𝜋𝑑
( ) → kecil → tanh 
𝐿
 L 
𝐻 2𝜋𝑑
( ) = 1⁄7 ( )
𝐿 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝐿
𝐻
(𝑑 ) = 0,9 (2.36)
𝑚𝑎𝑘𝑠

Menurut 'Shore Protection Manual':

11
Teknik Pantai M. Agus Salim A

𝑑𝑏
𝐻𝑏
= 1,28 (2.37)
Sesungguhnya pecahnya gelombang tidak hanya tergantung pada kedalaman air saja, melainkan juga
tergantung pada beach slope. Dalam rumus tersebut di atas tidak tampak adanya pengaruh dari beach
slope. Iversen (1952,1953), Galvin (1969), dan Goda (1956) menemukan hubungan antara Hb, db, Ho',
Lo dengan beach slope (m). Meskipun hubungan tersebut di atas dari satu penemu dengan penemu
lainnya masih agak berbeda, akan tetapi berdasarkan penemuan-penemuan mereka dapat dibuat
suatu grafik untuk menentukan db dan Hb (lihat lampiran 2 dan 3). Nilai ini untuk keperluan teknik
sudah cukup memadai.

2.6.3. Klasifikasi Gelombang Pecah (breaking waves)


Breaking waves pada suatu pantai yang landai dapat diklasifikasikan menjadi kategori:
Spilling, plunging, dan Surging.

Gambar 2.9. Klasifikasi Gelombang Pecah

2.7. Wave Run up

Elevasi puncak bangunan-bangunan pantai seperti seawall, break-water, revetment dan


lainnya ditentukan berdasarkan elevasi run up dan overtopping yang diperkenankan. Pengertian
tentang wave run up juga penting untuk penelitian suatu beach processes. Saville (1957) telah
melakukan penelitian tentang wave run-up yang menghasilkan grafik untuk penentuan wave run up

12
Teknik Pantai M. Agus Salim A

tersebut. Menurut Saville wave run up merupakan fungsi dari periode gelombang (wave period) tinggi
gelombang (unrefracted deep water wave height) dan sudut dari bangunan (structure slope). Untuk
menentukan besar wave run up dapat dipakai grafik yang terdapat pada lampiran 4, 5, 6. Apabila
bangunan tersebut mempunyai slope ganda dapat dilakukan pendekatan sebagai berikut :
*). Perhitungan dilakukan dengan memakai harga rata-rata slope; sedang untuk menghitung harga
rata-rata slope dipakai cara coba-coba (trial and error).

Gambar 2.10. Wave run up pada kemiringan ganda


Battjes (1970) menyajikan suatu hasil penelitian tentang pengaruh surface condition terhadap
wave run up. Dari penelitian tersebut didapatkan suatu faktor (r) yaitu ratio antara wave run up yang
terjadi pada suatu bangunan dengan permukaan licin dan impermeable dengan wave run up yang
terjadi pada suatu bangunan dengan kondisi permukaan tertentu.
Tabel 2.1. Pengaruh permukaan bangunan terhadap Wave run up.
Sloping facing (Battjes 1970) R
Concrete slabs 0,90
Placed basalt blocks 0,85 – 0,90
Grass 0.85 – 0.90
One op rip rap on an impermeable base 0.80
Placed stone 0.75 – 0.8
Round stone 0.6 – 0.65
Dumped stone 0.5 – 0.6
Two or more layers of rip rap 0.5
Tetrapods, etc 0.5
2.8. Pengaruh bottom friction terhadap tinggi gelombang.

Karena bottom friction, gelombang yang bergerak dari P menuju ke Q akan mengalami
kehilangan tenaga. Kehilangan tenaga tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan tinggi
gelombang (HP> HQ).

13
Teknik Pantai M. Agus Salim A

Gambar 2.12. Sketsa perjalanan gelombang.

Pada tempat yang dangkal kehilangan tenaga gelombang akan lebih besar dibandingkan pada
tempat yang dalam, hal ini disebabkan karena gerakan partikel air pada tempat yang dalam tidak
begitu terasa di dasar laut sehingga kehilangan tenaga akibat 'friction' kecil.

Gambar 2.13 Gerakan partikel air.

Untuk menentukan, perubahan tinggi gelombang karena bottom friction dilakukan secara empiris.
HQ = Kf. HP . . . . . . . . . . . . . . . . ,. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.38)
HQ = tinggi gelombang di Q.
HP = tinggi gelombang di P.
Kf = koefisien bottom friction (didapatkan dari grafik pada lampiran 7). Perlu diingat bahwa pada grafik
yang dipakai untuk menentukan Kf tersebut hanya berlaku pada kedalaman konstan dan dengan
satuan foot - pound - second. Sehingga untuk pantai yang mempunyai landai perlu diadakan
penyederhanaan agar supaya dapat memakai garafik tersebut.

14
Teknik Pantai M. Agus Salim A

Gambar 2.14. Contoh penyederhanaan dasar pantai.

2.9. Contoh Soal


(1). Pada suatu kolam gelombang dengan ukuran 193 m (panjang); 4,57 m (Iebar) dan 6,1 m (dalam)
diisi air sehingga mempunyai kedalaman (d) 5 m. Pada kolam tersebut dibangkitkan gelombang
dengan tinggi (H) 1 m dengan periode (T) 4 detik. Hitung :
a) Kecepatan rambat gelombang (wave celerity). (C)
b) Tenaga gelombang (wave energy). (E)
c) Energy flux selebar kolam. (P)
d) Panjang gelombang (wave length). (L)
e) Kecepatan partikel air pada suatu titik pada kedalaman 2 m dan 4 m di depan puncak
gelombang. (µ dan ν)

Penyelesaian :
Lo = 1,56T2 = 1,56.42 = 25 m. → jika g = 9,81m/dt2
𝑑 5
= = 0,20 → tabel C1 → n = 0,6677
𝐿0 25
𝑑
𝐿
= 0,2251
𝑑 5
L =0,2251 = 0,2251 = 22,2 m.
𝐿 22,2
C=𝑇= 4
= 5,55𝑚/𝑑𝑒𝑡

15
Teknik Pantai M. Agus Salim A

𝐸̄ = 1⁄8 𝜌𝑔𝐻 2 = 1⁄8 1024.9,81. 12 = 1256𝑁𝑚(𝑤𝑎𝑡𝑡)


P = E.n.C.b. = 1256. 0,6677 . 5,55 . 4,57 = 21270 Nm (watt).

𝜋𝐻 𝑐𝑜𝑠ℎ 𝑘 (𝑑 + 𝑦)
𝑈𝐴 = 𝑐𝑜𝑠( 𝑘𝑥 − 𝜎𝑡)
𝑇 𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑘 𝑑
2𝜋 2𝜋
𝜋𝐻 𝑐𝑜𝑠ℎ 𝐿 (𝑑 + 𝑦) 𝜋. 1 𝑐𝑜𝑠ℎ 22,2 (5 − 2)
= 𝑐𝑜𝑠 𝜃 = 𝑐𝑜𝑠 1 , 132
𝑇 𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑘 𝑑 4 2𝜋
𝑠𝑖𝑛ℎ 22,2 5

= 0,283 m/det.

2𝜋 2𝜋
𝜋 .1 𝑠𝑖𝑛ℎ 22,2(5−2)
V A = 𝜋𝐻𝑇
𝑠𝑖𝑛ℎ (𝑑+𝑦)
𝐿
𝑠𝑖𝑛𝜃 = 2𝜋 𝑠𝑖𝑛1 , 132
𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑘 𝑑 4 𝑠𝑖𝑛ℎ 5
22,2

= 0,35 m/det.

(2)
Diketahui gelombang bergerak dari P (kedalaman 6 m) menuju Q (kedalaman 4 m). Hitung tinggi
gelombang di Q.
Penyelesaian :

16
Teknik Pantai M. Agus Salim A

𝑔𝑇 2 9,81. 82
𝐿0 = = = 100𝑚
2𝜋 2𝜋
𝑑𝑃 6
= = 0,06 → 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝐶1 → 𝐾 𝑠.𝑃 = 0,9932
𝐿0 100
𝑑𝑄 4
= = 0,04 → 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝐶1 → 𝐾 𝑠.𝑄 = 1,064
𝐿0 100
𝐾 𝑠𝑄 1,064
→ 𝐾 𝑠.𝑃 →𝑄 = = = 1,071
𝐾 𝑠𝑃 0,9932
6+4 5
𝑑̄𝑇 = 𝑚 = 5𝑚= 0,3048 = 16,4𝑓𝑒𝑒𝑡
2
𝑓.𝐻𝑃 .𝛥𝑥 .𝐾 𝑠 0,01.2.0,9932.1000
𝐴= (𝑑̄𝑇 )2
= 52
= 0,8

𝑻𝟐 𝟖𝟐 𝑻𝟐
𝒅̄ 𝑻
= 𝟏𝟔 ,𝟒 = 𝟑, 𝟗 dengan nilai A = 0,8 dan 𝒅̄ = 𝟑, 𝟗 harga Kf dapat diketahui pada grafik lampiran 7, Kf
𝑻

= 0,875
Tinggi gelombang di titik Q:
HQ = HP.KsP→Q.Kf = 2.1,071.0,875 =1,874 m

17

Anda mungkin juga menyukai