Jbptppolban GDL Gerrygumel 7535 3 Bab2 9
Jbptppolban GDL Gerrygumel 7535 3 Bab2 9
TINJAUAN PUSTAKA
Siklus Rankine merupakan siklus ideal untuk sistem pusat listrik tenaga uap.
Gambar II.1 menunjukkan diagram untuk proses-proses yang terjadi pada siklus
Rankine ideal sederhana untuk teknologi subcritical boiler.
Critical point
Gambar II.1 Diagram Alir dan Diagram T-s Siklus Rankine Ideal Sederhana
Sumber : Thermodynamics An Engineering Approach, (Çengel (2007).
Selanjutnya, siklus Rankine sederhana dapat dianalisis dengan menggunakan
persamaan yang dikemukakan oleh (A. Yunus. Cengel, A. M. Boles, 1989)
II-1
II-2
Gambar II.1 menunjukan bahwa pada kondisi 1, air masuk ke pompa sebagai
cairan jenuh yang kemudian dikompresi secara isentropis hingga tekanannya naik
menjadi tekanan kerja boiler. Penambahan tekanan tersebut menyebabkan volume
spesifik dan temperatur air naik, seperti ditunjukkan pada diagram T-s (Gambar
II.1).
Pada kondisi 2, air masuk ke boiler masih dalam kondisi cair jenuh. Boiler
merupakan tempat berpindahnya kalor dari reaksi pembakaran boiler ke air, dimana
air akan berubah fasanya dari kondisi cair jenuh menjadi superheated vapor (uap
jenuh). Kalor tersebut berasal dari reaksi pembakaran bahan bakar yang biasanya
berupa batu bara, gas, minyak, atau biomassa.
Pada kondisi 3, air keluar dari boiler dan menuju ke turbin dalam kondisi
superheated. Pada turbin, uap akan berekspansi secara isentropis dan “menabrak”
sudu-sudu turbin hingga berputar sehingga menghasilkan kerja. Kerja tersebut
dapat digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menghubungkannya dengan
generator. Ketika berekspansi dan memutar turbin, tekanan uap akan turun dan
kondisi uap berubah dari uap jenuh menjadi fasa campuran (dengan kualitas yang
masih cukup tinggi).
tersebut kemudian akan masuk kembali ke pompa pada kondisi 1 dan melengkapi
siklus.
Kerja netto sama dengan kalor masukan netto, oleh karena itu efisiensi thermal
juga dapat dituliskan sebagai berikut
𝑄𝑖𝑛−𝑄𝑜𝑢𝑡 𝑞𝑜𝑢𝑡
𝜂𝑡ℎ = =1− ............................................................................. ( II.9)
𝑄𝑖𝑛 𝑞𝑖𝑛
Gambar II.2 Pengaruh diturunkannya tekanan kondensor (a) dan pemanasan lanjut uap (b) pada
siklus Rankine ideal
Sumber : Thermodynamics An Engineering Approach, (Çengel (2007)
Oleh karena itu, efisiensi sistem akan lebih baik. Perlu diperhatikan bahwa
ketika tekanan dinaikkan, kualitas uap yang masuk ke kondensor berkurang
sehingga diperlukan proses superheating dan / atau reheating uap untuk
mengatasinya.
(a) (b)
Gambar II.3 Pengaruh penaikkan tekanan kerja boiler pada siklus Rankine (a) dan Siklus
Rankine Supercritical (b)
Sumber : Thermodynamics An Engineering Approach, (Çengel (2007)
Gambar II.3 b menunjukkan, bahwa karakteristik siklus Rankine supercritical
memiliki kondisi critical point dimana air akan berubah menjadi uap jenuh dalam
II-5
seketika pada tekanan 22,06 Mpa. Kondisi tersebut disebut sebagai siklus Rankine
Supercritical, sedangkan pada Ultra-supercritical Boiler (USC) tekanan kerja
operasi lebih tinggi dari Supercritical Boiler.
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑔𝑢𝑛𝑎
𝜂= ......................................................................................... (II.10)
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛
Prinsip kerja dari turbin uap yaitu uap masuk ke dalam turbin melalui nozel.
Nozel tersebut berfungsi mengubah energi panas dari uap menjadi energi kinetis.
Tekanan uap pada saat keluar dari nozel lebih kecil dari pada saat masuk ke dalam
nozel, akan tetapi sebaliknya kecepatan uap keluar nozel lebih besar dari pada saat
masuk ke dalam nozel. Uap yang memancar keluar dari nozel diarahkan ke sudu-
sudu turbin yang berbentuk lengkungan dan dipasang disekeliling rotor turbin. Uap
yang mengalir melalui celah antara sudu turbin itu dibelokkan mengikuti arah
lengkungan dari sudu turbin. Perubahan kecepatan uap ini menimbulkan gaya yang
mendorong dan kemudian memutar poros turbin yang menghasilkan energi
mekanik.
Kecepatan uap saat meninggalkan baris sudu gerak yang terakhir harus dapat
dibuat sekecil mungkin, agar energi kinetis yang yang digunakan untuk mendorong
sudu turbin dapat dimanfaatkan secara optimal. Dengan demikian efisiensi turbin
menjadi lebih tinggi dikarenakan energi yang tidak termanfaatkan relatif kecil.
lain. Jika dibandingkan dengan penggerak generator listrik yang lain, turbin uap
mempunyai kelebihan antara lain:
Turbin multi stage yang rotornya dipasang pada satu poros yang sama dan
yang dikopel dengan beban tunggal dikenal dengan turbin poros tunggal;
II-8
Casing atau shell seperti yang ditunjukkan pada gambar II.4 adalah suatu
wadah menyerupai sebuah tabung dimana stator ditempatkan. Casing juga
berfungsi sebagai sungkup pembatas yang memungkinkan uap mengalir melewati
sudu-sudu turbin. Pada ujung casing terdapat ruang besar mengelilingi poros turbin
disebut exhaust hood, dan diluar casing dipasang bantalan yang berfungsi untuk
II-9
II.4.3 Sudu-Sudu
Rotor adalah bagian dari turbin yang berputar akibat pengaruh gerakan uap
terhadap sudu-sudu gerak. Rotor untuk turbin impuls dapat dilihat dari ukuran fisik,
diameter roda, nomor roda dan ciri konstruksi yang lain, berikut ini merupakan
klasifikasi pada turbin impuls:
1. Built-up rotor: rotor ini memiliki ciri bagian roda yang menyusut ke
bagian dalam poros, seperti yang ditunjukan oleh Gambar II.7
2. Solid rotors: rotor ini memiliki ciri roda dan poros yang dibuat
terpisah, seperti yang ditunjukan oleh Gambar II.8
3. Kombinasi antara solid dan built-up rotors: rotor ini memiliki ciri
dimana beberapa roda terpisah dengan poros dan beberapa dibuat menyusut, seperti
yang ditunjukan oleh Gambar II.9
Ada beberapa faktor yang menentukan jenis konstruksi yang digunakan untuk
aplikasi turbin rotor tertentu. Yang paling penting dari faktor-faktor ini adalah:
II-13
Sudu tetap, selain berfungsi untuk mengubah energi panas menjadi energi
kinetik, adapun juga yang hanya berfungsi untuk mengarahkan aliran uap. Tiap
sudu terpasang pada carrier dan pada umumnya memiliki shroud seperti
ditunjukkan pada Gambar II.11.
Sudu tetap, memiliki sebuah carrier atau sebuah tempat dimana hub
terknoneksi dengan casing. Seperti ditunjukkan pada Gambar II.12.
Bantalan atau bearing adalah sebuah elemen mesin yang berfungsi untuk
membatasi gerak relatif antara dua atau lebih komponen mesin agar selalu bergerak
pada arah yang diinginkan. Fungsi dari bantalan ini selain dari menahan berat dari
rotor dapat juga menahan gaya aksial yang diakibatkan oleh rotor turbin.
Jenis bantalan yang digunakan dalam turbin uap yaitu journal bearing dan
thrust bearing.
Pada turbin uap Journal Bearing yang sering dipakai adalah tilling-pad
journal bearing. Hal tersebut dikarenakan kemampuan dari tilling-pad yang stabil.
Tidak seperti bantalan yang lain, tilting-pad menghasilkan sedikit gangguan
ketidakstabilan tanpa memperhatikan kecepatan dan beban. Keuntungan lain dari
tiltling-pad adalah kemampuan untuk beroperasi pada beberapa kondisi operasi.
Thrust bearing memiliki dua fungsi yaitu sebagai titik referensi untuk
menempatkan rotor pada casing dan untuk menahan atau menerima gaya aksial atau
gaya sejajar terhadap poros turbin. Dorongan tersebut dapat berasal dari tekanan
uap pada bagian rotor atau dari gaya dorong yang timbul akibat kopling fleksibel.
Gaya dorong dapat terjadi ketika dua porong pada bantalan axial dihubungkan
menggunakan kopling fleksibel. Jika salah satu atau kedua poros tersebut berubah
panjang karena perubahan temperatur, maka akan timbul gaya pada kopling yang
melawan gerakan termal.
Thrust bearing pada turbin terdiri dari bearing collar dan dua cincin alas
(pad) thrust bearing yang masing-masingnya terdapat tilting edge seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar II.16. Ruang diantara bearing collar dengan alas (pad) di
isi dengan oli atau pelumas.
II-18
a. Turbine Valve yang terdiri dari Main Steam Valve (MSV) dan Governor
Valve Main Steam Valve (MSV) berfungsi sebagai penyearah uap,
sehingga uap tidak kembali lagi ke demister ketika terjadi penurunan
tekanan. Governor Valve berfungsi untuk mengatur jumlah aliran uap
yang masuk ke turbin.
b. Turning Gear (Barring Gear) yang berfungsi untuk memutar poros
turbin pada saat unit dalam kondisi stop atau pada saat pemanasan
sebelum turbin start up agar tidak terjadi distorsi pada poros akibat
pemanasan / pendinginan yang tidak merata.
c. Peralatan pengaman, yang berfungsi untuk mengamankan bagian-bagian
peralatan yang terdapat dalam turbin jika terjadi gangguan ataupun
kerusakan operasi pada turbin.
d. Lube Oil atau Minyak Pelumas dan Control Oil berfungsi untuk
melumasi bantalan turbin, mengangkat poros pada saat turning gear
beroperasi dan untuk mengontrol gerakan Main Steam Valve dan Main
Control Valve.
e. Steam Chest, merupakan titik pertemuan antar pipa uap utama dengan
saluran uap masuk turbin. Fungsinya sebagai wadah untuk menempatkan
II-19
Pada Boiler Feed Pump Turbine tipe ini hanya memiliki satu buah shaft atau
poros yang menghubungkan seluruh komponen. Pada tipe ini komponen disusun
dari Steam Turbine, Main Pump, Gear Box lalu kemudian yang terakhir adalah
Booster Pump.
Pada Boiler Feed Pump Turbine tipe ini memiliki dua shaft atau poros sebagai
penghubung antar komponen. Shaft yang pertama menghubungkan Steam Turbine
II-20
dengan Gear Box dan Booster Pump sedangkan yang kedua menghubungkan Steam
Turbine dengan Main Pump. Boiler Feed Pump Turbine tipe ini disusun dengan
urutan Booster Pump, Gear Box, Steam Turbine dan kemudian Main Pump.
Boiler Feed Pump Turbine mengunakan dua sumber masukkan yaitu uap
dan air. Uap dari keluaran Intermediete Presure Main Turbine masuk sebagai
sumber uap yang kemudian menggerakkan turbin. Uap yang telah digunakan akan
dikeluarkan menuju kondensor.
Setelah turbin bergerak maka Shaft atau poros akan bergerak sehingga Main
Pump, Gear Box dan Booster Pump juga akan bergerak. Air akan mengalir dari
Feedwater Storage Tank yang kemudian akan menuju Booster Pump. Booster
Pump akan mengalirkan air dengan menambahkan tekanan dan kecepatan dari air
itu sendiri.
Pompa adalah salah satu jenis mesin fluida yang berfungsi untuk mengubah
energi mekanik menjadi energi pada fluida, energi fluida dalam hal ini berkaitan
dengan energi kinetik atau tekanan. Pompa biasa digunakan untuk memindahkan
suatu fluida dari satu tempat ke tempat lain. Pada saat pengoperasian pompa perlu
digerakkan oleh suatu penggerak mula, dalam hal ini dapat digunakan motor listrik,
motor bakar maupun turbin (Sularso, Kiyotsu Suga, 2008).
II.8.1 Head
Head pompa merupakan peningkatan energi fluida yang diterima oleh fluida itu
sendiri setiap kilogramnya yang melalui pompa. Kata lainya head pompa
merupakan perbedaan antara energi per satuan berat fluida (kgf) antara sisi masuk
dan keluar pompa (Srinivasan, 2008: 6). Untuk mencari nilainya dapat
menggunakan persamaan II.12 sebagai berikut:
𝑃 𝐶2 𝑃 𝐶2
𝐻𝑠𝑦𝑠𝑡 = ((𝜌𝑔2 + 2𝑔2 + 𝑧2 ) − (𝜌𝑔1 + 2𝑔1 + 𝑧1 )) ............................................... (II.12)
𝑄
𝐶 = 𝐴 ............................................................................................................... (II.13)
𝑄
𝐶=𝜋 ......................................................................................................... (II.14)
𝑥 𝐷2
4
Di mana,
C2 dan C1 = Kecepatan aliran fluida sisi keluar dan masuk pompa (m/s)
Cara menentukan head ketinggian pada beberapa kondisi dapat ditunjukan oleh
gambar II.21 sebagai berikut:
Selain head pada pompa terdapat head lain yaitu kerugian head pada instalasi
pemipaan yang meliputi kerugian head mayor dan kerugian head minor. Untuk
perancangan pompa diperlukan head pompa yang lebih besar nilainya
dibandingkan dengan kedua kerugian head tersebut agar fluida dapat mengalir ke
titik tujuan.
Merupakan kerugian gesek antara dinding pipa dengan aliran fluida tanpa
adanya perubahan luas penampang di dalam pipa. Persamaannya dapat ditunjukan
pada persamaan II.15.
𝐿 𝐶2
𝐻𝑙 = 𝑓 𝐷 2𝑔 ..................................................................................................... (II.15)
Untuk mengetahui apakah aliran fluida laminar atau turbulen dapat digunakan
bilangan Reynold sebagai patokan dan persamaannya dapat dilihat pada persamaan
II.16 sebagai berikut:
𝐶𝐷
𝑅𝑒 = ........................................................................................................... (II.16)
𝑣
Di mana,
𝑓 = Koefisien gesekan
Re = Bilangan Reynold
𝐶2
𝐻𝑙𝑚 = 𝐾 .................................................................................................... (II.17)
2𝑔
Di mana,
𝑃 𝑣2 𝑃 𝑣2
𝐻 = ((𝜌𝑔2 + 2𝑔2 + 𝑧2 ) − (𝜌𝑔1 + 2𝑔1 + 𝑧1 )) + (𝐻𝑙 + 𝐻𝑙𝑚 ) ............................... (II.18)
Di mana,
Menurut Sularso (1983), daya keluaran atau dapat disebut juga daya hidrolis
merupakan energi yang secara efektif diterima oleh fluida dari pompa per satuan
waktu. Untuk mencari nilainya dapat menggunakan persamaan II.19 sebagai
berikut:
𝑔 𝑥 𝜌 𝑥 𝑄 𝑡𝑝𝑥 𝐻𝑠𝑦𝑠𝑡
𝑃𝑤 = ..................................................................................... ( II.19)
𝑐𝑜𝑛𝑠𝑡.
Di mana,
𝑃𝑤
𝑃𝑠 = ............................................................................................................ ( II.20)
η
Di mana,
Jadi total daya masukan yang diperlukan oleh pompa dapat ditunjukkan
melalui persamaan II.21 berikut:
panjang chord (c), sudut antara garis chord dan meridional disebut stagger angle
(ζ), sekat antara bagian depan sudu dipengaruhi oleh dua parameter utama, pitch (s)
dan throat opening (o). Sudut deviasi (δ) merupakan resultan dari sudut keluaran
sudu (β2), sudut laju keluaran (α2), dan parameter dasar dalam evaluasi performa
dari sebuah turbin uap.
(a) (b)
Gambar II.24 Geometri sudu reaksi (a), terminologi sudut insiden pada sudu (b).
Sudut insiden ini merupakan penentu arah dari laju uap yang berekspansi
sebelum menabrak rotor seperti ditunjukkan pada Gambar II.25, hingga saat rotor
berputar dikarenakan menyerap energi kinetik dari laju ekspansi uap, pemanfaatan
dari energi mekanik terbentuk sebagai daya poros yang dapat digunakan
menggerakan peralatan seperti generator maupun pompa
II-28
Proses desain turbin tentunya sangat bergantung pada jumlah tingkat yang
akan diterapkan pada rancangan, pada tahap ini perancang harus mengetahui nilai
total energi yang tersedia berdasarkan entalpi pada masukan, keluaran, dan
kecepatan uap yang diaplikasikan pada kondisi tersebut. Jumlah tingkat ditentukan
untuk sebisa mungkin mencapai nilai efisiensi terbaik. Singh (2011)
mengemukakan bahwa jumlah tingkat dapat diperoleh melalui persamaan berikut;
𝛥ℎ
𝑁𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒 = 𝛥ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 .......................................................................................... (II.22)
𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒
Apabila uap dimasukan ke dalam turbin melalui nozel yang ditempatkan pada
seluruh bagian keliling turbin, dengan kata lain uap dialirkan ke semua sudu yang
berputar secara serempak, maka turbin yang demikian ini dikenal sebagai turbin
pemasukan penuh (full admission turbine). Adapun kondisi lainnya saat uap yang
dimasukan hanya pada sebagian dari kelilingnya, maka susunan yang demikian ini
umumnya dikenal sebagai turbin dengan pemasukan parsial atau sebagian (partial
admission turbine).
II-29
Hubungan antara panjang busur m yang ditempati oleh nozel dan kelilingnya
πd dikenal sebagai derajat pemasukan parsial.
𝑚 𝑡𝑧
ɛ = 𝜋𝑑 = 𝜋𝑑 .................................................................................................... ( II.23)
Penampang sisi keluar susunan nozel konvergen dalam arah yang tegak
lurus ke arah vector kecepatan C1 ditentukan sebagai berikut
𝑓1 = 𝑎𝑙𝑧 ..........................................................................................................(II.24)
𝐺1 𝑣1 = 𝑓1 𝑐1
Maka
𝑡
𝐺1 𝑣1 = 𝑎𝑙𝑧𝑐1 = 𝑧 sin 𝑎 = 𝜋𝑑ɛ𝑙𝑐1 sin 𝑎
𝐺 𝑣
𝑙 = 𝜋𝑑ɛ𝑐1 sin
1
................................................................................................ (II.25 )
1 𝑎
II-30
Dan
𝐺1 𝑣1
ɛ= ............................................................................................... (II.26 )
𝜋𝑑𝑙𝑐1 sin 𝑎
Untuk turbin dengan kapasitas yang lebih kecil ternyata bahwa pada
kepesatan putar normal sebesar 3.000 rpm, nilai – nilai l dan ɛ, dalam hal – hal yang
demikian, yakni untuk turbin kapasitas sampai 4.000 kW adalah suatu hal yang
biasa untuk memperbesar putaran sampai 6.000 rpm atau lebih, sehingga diameter
rata – rata rotor bertambah kecil untuk kecepatan keliling yang sama. Yang
akibatnya adalah nilai l dan ɛ bertambah besar, seperti yang dijelaskan oleh
(Shlyakin, 1999).
Fenomena perubahan entalpi pada turbin impuls, terjadi pada sudu tetap atau
nozel, dengan kata lain penurunan tekanan dari tingkat ke tingkat lainnya terjadi
pada sudu tetap dan sedikit atau tidak terjadi sama sekali penuruan tekanan pada
sisi sudu gerak, penurunan tekanan ditunjukkan pada Gambar II.26.
II-31
Secara geometri, sudu turbin impuls memiki perbedaan yaitu pada bentuk
sudu gerak, lebih tepatnya ditunjukkan melalui Gambar II.27
(a) (b)
Gambar II.27 (a). Diagram kecepatan turbin impuls, (b). diagram kecepatan turbin reaksi
Sumber: Singh, (2011).
Tinggi sudu pada sisi masuk l’1 pada Gambar II.28 sedikit dibuat lebih besar
dari tinggi nozel. Untuk sudu yang pendek, biasanya l’1 dibuat lebih besar 2 hingga
4 mm dari tinggi l. untuk sudu yang lebih panjang, perbedaan antara l’1 dan l dapat
sebesar 4 mm atau lebih. Penampang sisi keluar sudu – gerak dalam arah yang tegak
lurus terhadap arah aliran uap ditentukan dari persamaan.
𝐺𝑣2
𝑓2 = .......................................................................................................... ( II.27)
𝜔2
Dimana 𝑣2 merupakan volume spesifik uap pada sisi keluar dari sudu – gerak, titik
1 pada Gambar II.23 (b), dan P1. Penampang sisi keluar sudu pada bidang putar
cakram akan menjadi
𝑓 𝐺𝑣2
𝑓2𝑎 = sin2𝛽 = 𝜔 .................................................................................... ( II.28)
2 2 sin 𝛽2
𝑎 𝑙′′ ɛ𝑧
𝑓2𝑎 = 𝜔 1 sin
1 1
= 𝑙1′′ 𝑡1 ɛ𝑧1 = 𝜋𝑑𝑙1′′ ɛ ................................................................ ( II.29)
2 𝛽 2
Dimana d : diameter rata – rata cakram tempat terpasangnya sudu gerak tersebut.
II-33
𝐺𝑣2
𝑙1′′ = 𝜋𝑑ɛ𝜔 ..............................................................................................(II.30)
2 sin 𝛽2
Bila uap dimasukan ke seluruh keliling cakram, ɛ = 1. Dari segitiga kecepatan pada
Gambar II.23 (a), kita peroleh
dan
𝑙1′′ 𝑣 𝑐
= 𝑣2 𝑐1𝑎 ........................................................................................................(II.33)
𝑙 1 2𝑎
Dimana
𝑣 𝑐
𝑙1′′ = 𝑙 𝑣2 𝑐1𝑎 ...................................................................................................... (II.34)
1 2𝑎
𝑐
𝑙1′′ = 𝑙 𝑐1𝑎 ......................................................................................................... (II.35)
2𝑎
II-34
Hubungan antara kerja satu kilogram uap, Lu pada keliling cakram yang
mempunyai sudu –sudu gerak, terhadap kerja teoritis yang dapat dilakukannya
dikenal sebagai efisiensi relatif sudu tersebut.
𝐿𝑢 𝐴𝐿𝑢
𝜂𝑢 = =𝑖 ............................................................................................... (II.36)
𝐿0 0 −𝑖1𝑡
Hubungan antara kerja yang bermanfaat yang dilakukan oleh 1 kilogram uap
Li pada tingkat atau di dalam turbin terhadap kerja teoritis yang tersedia L0 disebut
sebagai efisiensi – dalam (internal efficiency) tingkat atau turbin tersebut.
𝐿 𝑖 −𝑖 𝐻
𝜂0𝑖 = 𝐿 𝑖 = 𝑖 0−𝑖 2 = 𝐻 𝑖 ..................................................................................... (II.37)
0 0 1𝑡 0
𝐻0 𝑖0 −𝑖1𝑡
𝜂𝑡 = 𝑖 = ........................................................................................... ( II.38)
0 −𝑞 𝑖0 −𝑞
Daya yang dibangkitkan pada pelek (rim) cakram turbin dicari dari persamaan
427𝐺ℎ𝑢
𝑁𝑢 = (𝑘𝑊) ......................................................................................... ( II.39)
102
II-35
(hu = h0 – hn – hb - he) - kalor yang digunakan untuk melakukan kerja pada pelek
cakram turbin (h0) penurunan kalor adiabatik teoritis pada tingkat yang dimaksud.
427𝐺ℎ𝑖
𝑁′𝑖 = (𝑘𝑊) ......................................................................................... ( II.40)
102
Daya-dalam turbin
427𝐺𝐻𝑖
𝑁𝑖 = (𝑘𝑊) .......................................................................................... ( II.41)
102
Dimana
hi = h0 – Ʃh1 : kalor yang digunakan pada tingkat yang dimaksud (Ʃh1 – penjumlahan
semua kerugian kalor pada tingkat turbin yang dimaksud)
Hi = Ʃh1 – penurunan kalor yang digunakan pada semua tingkat turbin yang
dimaksud.
427𝐺𝐻0 427𝐺𝐻𝑖 𝑁𝑖
𝑁0 = = =𝜂 .......................................................................... ( II.42)
102 102 0𝑖
dengan
𝑁𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
η𝑚 = ................................................................................................... (II.45)
𝑁𝑖
𝑁𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑁𝑖 𝜂𝑚 𝜂𝑜𝑖
𝜂𝑟𝑒 = = = 𝜂𝑚 𝜂𝑜𝑖 ................................................................... (II.46)
𝑁0 𝑁𝑖
Perkalian antara efisiensi efektif relatif dan efisiensi thermal disebut sebagai
efisiensi efektif mutlak
Untuk pendesainan turbin, adalah suatu hal yang biasa untuk merinci daya
yang dibutuhkan oleh beban, kondisi awal dan kondisi akhir uap serta jumlah
putaran per menit. Berdasarkan persamaan penentuan daya turbin dan daya yang
dihasilkan oleh turbin ideal kita dapat menuliskan
427𝐺𝐻𝑖 427𝐺𝐻0
𝑁𝑎𝑒 = 𝜂𝑚 𝜂𝑔 = 𝜂0𝑖 𝜂𝑚 𝜂𝑔 (𝑘𝑊) ................................................ ( II.48)
102 102
Atau
427𝐺𝐻0
𝑁𝑎𝑒 = 𝜂𝑟𝑒 𝜂𝑔 (𝑘𝑊) ............................................................................. ( II.49)
102
427𝐺𝐻0
𝑁𝑎𝑒 = 𝜂𝑟𝑒 𝜂𝑟 𝜂𝑔 (𝑘𝑊) ......................................................................... ( II.50)
102
Bila disubstitusikan massa alir uap per jam sebagai pengganti per detik pada
persamaan roda gigi reduksi, maka
II-37
427𝐺𝐻 𝜂𝑟𝑒 𝜂𝑟 𝜂𝑔
0
𝑁𝑎𝑒 = 102𝑥3600 𝜂𝑟𝑒 𝜂𝑟 𝜂𝑔 = ṁ𝐻0 (𝑘𝑊) ............................................. ( II.51)
860
860𝑁𝑎𝑒 𝑘𝑔
ṁ=𝐻 ( 𝑠 ) ........................................................................................ ( II.52)
0 𝜂𝑟 𝜂𝑔 𝜂𝑟𝑒
Kerja berguna yang berasal dari ekspansi uap pada sudu gerak yang
menggerakan poros dapat dihitung melalui persamaan yang dikemukkan oleh
(Vogt, 2007)