Anda di halaman 1dari 7

ALTRUIS, e-ISSN 2620-5513, p-ISSN 2620-5505, Vol. 1, No.

2, Oktober 2018
Abdimas Altruis : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
http://e-journal.usd.ac.id/index.php/ABDIMAS
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

PERLATIHAN MANAJEMEN RESIKO


BAGI KOPERASI SIMPAN PINJAM/UNIT SIMPAN PINJAM
DI KOTA SURAKARTA

Paulus Wardoyo, Endang Rusdianti


Program Magister Manajemen Univeristas Semarang,
Jl Soekarno Hatta, Tlogosari Semarang
Email: paulus_w@usm.ac.id

https://doi.org/10.24071/aa.v1i2.1757

ABSTRACT
Cooperatives are one of the pillars of the Indonesian economy aimed at promoting the
welfare of members and society. The dominant forms of cooperatives in Surakarta City
are the Savings and Loans cooperative (KSP) and the Savings and Loans Unit (USP)
whose activities are similar to Rural Banks, but in practice it turns out that they lack the
precautionary principle and risk management. The scope of KSP / USP is very limited
because it can only accept deposits or provide loans to members / prospective members.
The implementation of this service is in the form of risk management training so that
KSP / USP management can increase knowledge about the importance of the
precautionary principle in its management. Implementation method of service through
training for 2 (two) days in collaboration with the PPUPIK-PPKU Semarang University
and the Surakarta City Cooperatives & SMEs Office. The result of dedication is the
increase in understanding and ability of the management in managing the risk of deposit
and lending activities, for example in calculating and converting interest rates, as well as
in establishing reserves for uncollectible loans, analyzing and binding credit agreements.

Keywords: risk management, savings and loan business, savings and loan cooperatives
ABSTRAK
Koperasi adalah salah satu pilar ekonomi Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota dan masyarakat. Bentuk koperasi yang dominan di Kota Surakarta
adalah koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Unit Simpan Pinjam (USP) yang kegiatannya
mirip dengan Bank Perkreditan Rakyat, tetapi dalam praktiknya ternyata mereka tidak
memiliki prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko. Ruang lingkup KSP / USP sangat
terbatas karena hanya dapat menerima setoran atau memberikan pinjaman kepada
anggota / calon anggota. Pelatihan ini dalam bentuk pelatihan manajemen risiko,
diharapkan manajemen KSP / USP dapat tambahan pengetahuan tentang pentingnya
prinsip kehati-hatian. Metode pelaksanaan dilakukan melalui pelatihan selama 2 (dua)
hari, bekerja sama dengan PPUPIK-PPKU Universitas Semarang dan Kantor Koperasi
& UKM Kota Surakarta. Hasil dari pelatihan ini adalah peningkatan pemahaman dan
kemampuan manajemen dalam mengelola risiko aktivitas deposito dan peminjaman,
misalnya dalam menghitung dan mengkonversi suku bunga, serta membentuk cadangan
untuk pinjaman yang tidak dapat ditagih, menganalisis dan pengikatan perjanjian kredit

Kata Kunci : Koperasi Simpan Pinjam, Simpanan & Pinjaman, Manajemen Resiko

90
Paulus Wardoyo, Endang Rusdianti: Perlatihan manajemen resiko ….

PENDAHULUAN
Sesuai dengan bunyi pasal 33 ayat 1 dari menggunakan jasa koperasi baik dalam
UUD 1945 berbunyi perekonomian disusun menyimpan dana atau meminjam dana yang
sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas digunakan bagi keperluan sehari-hari. Sesuai
kekeluargaan. Penjelasan dari pasal tersebut peraturan dari Kementrian Koperasi dan
berbunyi :….produksi dikerjakan oleh semua, UKM, disebutkan bahwa dalam jangka waktu
untuk semua di bawah pimpinan atau 3 (tiga) bulan, calon anggota harus menjadi
pemilikan anggota-anggota masyarakat, anggota atau kalau tidak bersedia, maka calon
menunjukkan bahwa kemakmuran anggota tersebut harus mengundurkan diri.
masyarakatlah yang diutamakan, bukan Selain itu, penggunaan istilah anggota dan
kemakmuran orang seoarang. Bentuk calon anggota dalam KSP/USP adalah untuk
perusahaan yang sesuai dengan itu ialah membedakan hak dan kewajiban. Sebagai
koperasi” Koperasi merupakan salah satu pilar anggota KSP/USP, maka yang bersangkutan
perekonomian Indonesia. Pasal 3 UU No 25 memiliki kedudukan sebagai pemilik dan
tahun 1992 tentang Perkoperasian sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi,
menyebutkan bahwa koperasi bertujuan sehingga berhak untuk mendapat SHU dan
memajukan kesejahteraan anggota pada dipilih menjadi pengurus KSP/USP.
khususnya dan masyarakat pada umumnya, Sebaliknya calon anggota KSP/USP tidak
serta ikut membangun tatanan perekonomian memiliki hak atas bagian SHU dan tidak bisa
nasional dalam rangka mewujudkan dipilih sebagai pengurus.
masyarakat yang maju, adil dan makmur KSP/USP memiliki usaha yang mirip
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. dengan BPR, oleh karena itu KSP/USP perlu
Berdasarkan data Dinas Koperasi Jateng, dikelola secara hati-hati. Hasil pengamatan,
sampai dengan akhir 2016 jumlah koperasi di kebanyakan KSP/USP dalam praktek
Jawa Tengah mencapai 28,460 unit dengan kesehariannya selama ini kurang menerapkan
jumlah anggota mencapai 8 juta orang lebih, prinsip kehati-hatian serta manajemen resiko
serta volume usaha sebesar Rp 41,1 triliun dan seperti yang dimaksudkan dalam Peraturan
SHU sebesar Rp 774,94 milyar. Adapun Menteri Koperasi nomor
jumlah koperasi yang begerak di bidang usaha 02/Per/M.KUM/II/2017 pasal 20 ayat 1. Hal
simpan pinjam berjumlah 22.551unit atau ini terbukti, dimana KSP/USP tidak pernah
sekitar 79,24% . Sedangkan untuk Kota membentuk cadangan piutang ragu-ragu
Surakarta mencapai 579 unit, dimana koperasi (Penyisihan Penghapusan Pinjaman).
yang aktif mencapai 257 unit atau sekitar Seandainya KSP/USP membentuk cadangan
44,39% sementara sisanya adalah koperasi piutang ragu-ragu, maka nilainya tidak pernah
tidak aktif. Omset Koperasi di Surakarta akan mencukupi untuk menutup kerugian yang
mencapai Rp 347.024 juta dan SHU sebesar disebabkan oleh pinjaman yang sudah
22.459 juta. Sama seperti di Jawa Tengah, berkategori macet. Umumnya KSP/USP hanya
keadaan koperasi di Surakart juga didominasi membentuk cadangan resiko sebesar 1% yang
oleh usaha simpan pinjam. Koperasi Simpan diambilkan dari pokok pinjaman. Disamping
Pinjam/Unit Simpan Pinjam dari suatu itu, KSP/USP pada umumnya tidak melakukan
Koperasi memiliki fungsi dan kegiatan yang analisa pemberian pinjaman/kredit kepada
mirip dengan Bank Perkreditan Rakyat. anggota atau calon anggota secara mendalam.
KSP/USP menghimpun dana dari pihak ketiga Hal ini, tentunya akan membawa konsekwensi
dalam hal ini adalah anggota atau calon meningkatnya pinjaman/kredit bermasalah.
anggota dan selanjutnya menyalurkan dalam Sejalan dengan Perdep No 6 tahun 2016
bentuk pinjaman kepada anggota atau calon tentang pedoman penilaian kesehatan
anggota. Calon anggota adalah masyarakat KSP/USP/USP salah satu aspek yang
umum yang tidak menjadi anggota Koperasi, diperhitungkan adalah kualitas aktiva
namun dalam kesehariannya mereka produktif. Salah satu unsur dalam pehitungan

91
Abdimas Altruis: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Volume 01, No. 2, Oktober 2018, hlm 40-46

aspek kualitas aktiva produktif adalah rasio kepada anggota atau calon anggota. Pinjaman
cadangan resiko terhadap pinjaman bisa berbentuk pinjaman berjangka atau
bermasalah, formula perhitungan rasio ini pinjaman angsuran. Pinjaman berjangka
adalah cadangan tujuan resiko + penyisihan umumnya berkisar antara 1 -3 bulan dan dapat
penghapusan pinjaman dibagi dengan jumlah diperpanjang kembali berdasarkan kesepakatan
pinjaman bermasalah. kedua belah pihak, sedangkan pinjaman
Tujuan dari pengabdian kepada angsuran umumnya berkisar antara 12-36
masyarakat ini adalah memberikan pelatihan bulan. Pinjaman berjangka akan dibebani
dan pemberkalan kepada pengurus dan atau bunga efektif, sedangkan pinjaman angsuran
manager KSP/USP tentang pentingnya prinsip akan dibebani dengan bunga flat. Bunga flat
kehati-hatian dan penerapan manajemen resiko sesungguhnya merupakan konversi dari bunga
dalam praktek sehari-hari, disamping itu efektif. Sesuai dengan peraturan yang ada,
memberikan pemahaman tentang penetapan besarnya imbalan berupa bunga
implementasi Peraturan Menteri Koperasi atau bentuk lain atas simpanan atau pinjaman
nomor 02/Per/M.KUM/II/2017 serta Peraturan ditetapkan oleh rapat anggota. Sedangkan
Deputi Bidang Pengawasan Kementrian pemberian pinjaman lebih dahulu diutamakan
Koperasi & UKM No 06/Per/Dep.06/IV/2016. bagi anggota KSP/USP dari pada calon
Untuk memecahkan masalah yang dihadapi anggota. Melihat adanya perbedaan jangka
oleh KSP/USP di Kota Surakarta, maka solusi waktu penghimpunan dana dan jangka waktu
yang ditawarkan oleh Tim Pengabdian dari pinjaman, maka pengurus dan manajer
Program Magister Manajemen Universitas KSP/US harus bisa mengelola keuangan
Semarang berupa pelatihan dan penerapan dengan baik. Merujuk pada teori manajemen
manajemen resiko dalam praktek sehari-hari keuangan, untuk mengendalikan arus uang
bagi KSP/USP yang dilaksanakan selama dua masuk dan arus uang keluar, dibutuhkan
hari. adanya keahlian menyusun anggaran kas baik
KSP/USP merupakan lembaga yang bersifat harian, mingguan dst. Sumber
keuangan dengan lingkup yang terbatas. uang masuk antara lain dari hasil penagihan
Dimaksud pengertian terbatas karena sesuai pinjaman, pembayaran provisi dan
peraturan yang ada KSP/USP hanya boleh administrasi, pinjaman dari Bank/KSP lain,
menerima simpanan atau memberikan denda keterlambatan pembayaran pinjaman
pinjaman bagi anggota/calon anggota. dls. Sedang arus kas keluar berupa pencairan
Umumnya sumber dana KSP/USP selain pinjaman yang dilakukan dalam bentuk tunai,
berasal dari Simpanan Pokok & Simpanan pembayaran bunga pinjaman, pencairan
Wajib yang berasal dari anggota, cadangan simpanan atau simpanan berjangka yang
maupun hibah serta modal penyertaan, juga dilakukan secara tunai, biaya-biaya seperti gaji
bisa menghimpun simpanan sukarela dan karyawan dls
simpanan berjangka dari anggota maupun Terkait dengan penyusunan anggaran
calon anggota, disamping pinjaman dari Bank arus kas, maka diperlukan adanya breakdown
/Koperasi yang lain. Sifat dari simpanan dari piutang atau akun pinjaman, yang
sukarela adalah jangka pendek yang setiap saat disesuaikan dengan umur piutang. Inilah yang
dapat diambil oleh pemilik simpana, disebut aging schedule. Merujuk Perdep No 6
sedangkan simpanan berjangka hanya bisa tahun 2016 KSP/USP secara tidak langsung
dicairkan atau diambil oleh pemilik saat tersirat bahwa KSP/USP diwajibkan
simpanan tersebut jatuh tempo. Simpanan membentuk adanya cadangan piutang ragu-
berjangka biasanya memiliki jangka waktu 1, ragu (penyisihan penghapusan pinjaman)
3, 6 dan 12 bulan. disamping perlunya mengklasifikasikan
Dana yang dihimpun ini selanjutnya pinjaman yang didasarkan pada
akan disalurkan dalam bentuk pinjaman kolektibilitasnya dan dibagi dalam 4 (empat)

92
Paulus Wardoyo, Endang Rusdianti: Perlatihan manajemen resiko ….

kategori yaitu : lancar, kurang lancar, berkatian dengan maanjemen resiko, diskusi,
diragukan dan macet. Jumlah pinjaman yang pemecahan kasus atau persoalan yang sering
berkategori kurang lancar, diragukan dan dihadapi KSP. Pendanaan kegiatan ini
macet dibagi dengan jumlah pinjaman secara disamping bersumber dari APBD Kota
keseluruhan dan dikalikan dengan 100%, Surakarta dan Dana Hibah PPUPIK
hasilnya disebut sebagai pinjaman bermasalah Kementrian RistekDikti yang diterima oleh
atau Non Performing Loan. Semakin besar PPKU Universitas Semarang. Pada bagian
jumlah pinjaman bermasalah akan membawa akhir pelatihan dilakukan evaluasi dengan
konsewkensi pada resiko likuiditas dan resiko menggunakan instrument pre test dan post test.
kredit/pinjaman. Berpijak dari uraian dan teori Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui
di atas, maka hasil pengabdian yang dilakukan pengaruh pelatihan yang telah dilakukan
melalui pelatihan manajemen resiko terhadap pemahaman para peserta atas materi
diharapkan akan menambah pengetahuan bagi manajemen resiko yang telah diterima.
pengurus/manajer KSP tentang pentingnya Tahapan ini menjadi bagian utama dalam
prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan penulisan artikel pengabdian kepada
KSP/USP serta mau menerapkan ke dalam masyarakat.
praktek sehari-hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PELAKSANAAN Penyuluhan dan pelatihan manajemen resiko
Sasaran dari pelatihan manajemen ini diikuti oleh 30 orang peserta yang berasal
resiko ini adalah para pengurus dan atau dari Koperasi Serba Usaha (KSU) yang
manager KSP/USP yang secara organisatoris memiliki Unit Simpan Pinjam (USP) dan
memiliki tanggungjawab atas operasional dan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) adapun
perkembangan dari usaha simpan pinjam. Para rincian jumlah koperasi adalah sebagai
pengurus atau manajer ini berasal dari berikut:
KSP/USP yang berada di Surakarta, dengan Pelatihan diawali dengan mengenalkan
jumlah peserta sebanyak 22 orang. Kegiatan tentang usaha dan peran simpan pinjam yang
pengabdian ini dilakukan selama dua hari, dilakukan oleh KSP/USP, berkaitan dengan
yang dimulai dari tanggal 8-9 Mei 2018. hal tersebut, maka pengelola KSP/USP
Pengabdian ini dilaksanakan sebagai wujud dituntut untuk memiliki kemampuan
kerjasama antara PPUPIK-PPKU Universitas mengelola manajemen resiko yang memadai,
Semarang dengan Dinas Koperasi dan UKM aga usaha simpan pinjam yang dilakukan
Kota Solo. Kegiatan ini dilakukan melalui KSP/USP bisa tetap eksis. Secara umum
tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap resiko yang dihadapi oleh KSP/USP bisa
evaluasi. Awal tahap persiapan terlebih dahulu dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu : a)
dilakukan diskusi dengan Kabid Pengawasan resiko keuangan yang tercermin dari usaha
Dinas Koperasi dan UKM Surakarta, yang simpan pinjam, bila tidak dikelola dengan baik
kemudian tim melakukan inventarisasi akan mengakibatkan kerugian usaha, b) resiko
permasalahan yang dihadapi oleh peserta, operasional ini lebih berhubungan dengan
dimana hasilnya seperti yang telah proses simpan pinjam dan dampak dari
disampaikan pada bagian pendahuluan. Tahap kebijakan dan prosedur, sistem internal,
pelaksanaan diisi dengan penyuluhan dan teknologi, keamanan informasi dsb, c) resiko
pelatihan tentang pemahaman jenis-jenis yang berhubungan dengan lingkungan bisnis
manajemen resiko, proses manajemen resiko, seperti pengaruh kebijakan ekonomi, faktor
cara-cara mengimplementasikan dan hukum dsb.
meminimalkan resiko. Dalam tahap Pemerintah sebagai institusi yang
pengabdian ini dilakukan pembekalan atas bertanggungjawab atas perkembangan
Peraturan Menteri Koperasi & UKM yang KSP/USP melalui Kementrian Koperasi dan

93
Abdimas Altruis: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Volume 01, No. 2, Oktober 2018, hlm 40-46

UKM telah mengeluarkan peraturan yang dari operasional KSP/USP akan terlihat dari
tertuang dala Permen kop & UKK no rasio BOPO yang tinggi serta tidak tercapainya
17/Per/Men.KUKM/IX/2015 tentang program-program kerja KSP/USP
Pengawasan Koperasi dan Permenkop &UKM e. Rasio Modal atau biasa disebut resiko
no 20/Per/Men.KUKM/IX/2015 tentang solvablitas. Resiko ini timbul sebagai akibat
Penerapan Akuntabilitas Koperasi. Dengan rendahnya rasio kecukupan modal, sehingga
kedua peraturan tersebut pemerintah berupaya akan berpengaruh terhadap penilaian tingkat
untuk mendorong agar KSP/USP bisa dikelola kesehatan KSP/USP.
dengan secara lebih transparan dan lebih baik. Selanjutnya peserta pelatihan diberi
Sebagaimana diketahui, kegiatan usaha KSP/USP cara-cara pengelolaan terhadap resiko yang
mempunyai kemiripan dengan usaha yang perlu diterapkan dalam praktek sehari-hari.
dilakukan oleh BPR, merujuk pada Soedarto Pengelolaan tersebut dimulai dari:
(2007), maka jenis resiko yang dihadapi a. Manajemen resiko bunga akan perlu
KSP/USP antara lain adalah : dilakukan dengan cara mengukur net interest
a. Resiko Pinjaman adalah resiko yang income, semakin tipis net interest income yang
terjadi saat pinjaman atau pembiyaan tersebut diperoleh KSP/USP, maka semakin tinggi
dicairkan. Resiko ini muncul karena adanya resiko yang dihadapi. Dalam melakukan
wan prestasi dari peminjam yang tidak perhitungan besarnya net interest income
melakukan pembayaran kewajiban sesuai digunakan gap untuk jangka waktu tertentu,
dengan jadwal yang telah disepakati. Semakin kemudian hasilnya akan dipakai untuk menilai
besar jumlah resiko pinjaman, maka akan seberapa besar perubahan net interest income
memicu munculnya resiko likuiditas dan sebagai akibat perubahan suku bunga. Dalam
resiko suku bunga pinjaman neraca KSP/USP dikenal adanya asset yang
b. Resiko Likuiditas, adalah resiko yang berbunga ( biasa disebut Rate Sensitive
terjadi karena dipicu oleh kegagalan Assets/RSA) dan liabilitas yang berbunga (Rate
manajemen KSP/USP dalam memenuhi Sensitive Liabilities/RSL). Aset dan liabilitas
kewajiban yang telah jatuh tempo. Jika inilah yang perlu diwaspadai karena sangat
manajemen tidak bisa memberdayakan peka dengan perubahan suku bunga.
anggota/calon anggota yang ditujukan untuk b. Manajemen likuiditas focus pada
menghimpun dana, maka KSP/USP akan empat kegiatan yaitu perlunya mengelola aset
menghadapi kenyataan adanya penarikan dana likuid dengan prinsip tingkat idel yang rendah
simpanan besar-besaran dan bisa berujung untuk itu perlu disesuaikan dengan kebutuhan
fatal bagi KSP/USP tersebut. masing-masing KSP/USP, menjamin
c. Resiko Suku Bunga, resiko ini muncul tersedianya dana yang dibutuhkan untuk
karena naiknya suku bunga simpanan/dana, di jangka waktu tujuh hari ke depan, menjaga
sisi lain KSP/USP tidak bisa serta merta likuiditas dalam jangka panjang dan mengelola
menaikkan suku bunga pinjaman dikarenakan dana secara harian. Jadi yang menjadi
KSP/USP biasanya memberikan pinjaman tantangan dari manajemen likuiditas adalah
angsuran dengan memakai suku bunga flat dan bagaiaman caranya mendapatkan sumber dana
bersifat tetap selama jangka waktu pinjaman. yang semurah mungkin dan selanjutnya
Lain halnya jika pinjaman tersebut berupa menempatkan kelebihan dana untuk
pinjaman berjangka atau sebrakan. Akibatnya, mendapatkan pendapatan yang tinggi sesaui
KSP/USP akan mengalami penurunan net dengan batas-batas yang dapat diterima oleh
profit margin. KSP/USP
d. Resiko Operasional, adalah resiko c. Manajemen harga adalah bagian
yang disebabkan operasional KSP/USP yang terpenting dalam manajemen resiko, hal ini
tidak efisien, tidak efekti, tidak ekonomis, dikarenakan KSP/USP harus menetapkan
tidak tertib dan tidak aman. Ketidak efisienan harga atas masing-masing produk yang terdiri

94
Paulus Wardoyo, Endang Rusdianti: Perlatihan manajemen resiko ….

atas produk simpanan dan produk pinjaman kebutuhan likuiditas misal 5%, sehingg CoLF
yang akan ditawarkan kepada anggota dan dapat dihitung dengan formula cost of fund/(1-
calon anggota. Jika harga produk simpanan cadangan likuiditas). Yang dimaskud dengan
terlalu mahal, maka membawa konsekwensi Overhead cost adalah rata-rata biaya
KSP akan mengalami kesulitan dalam menjual operaisonal diluar biaya bunga dibagi dengan
produk pinjaman, karena KSP harus rata-rata aset, sedangkan premi resiko dihitung
menetapkan harga produk pinjaman yang lebih dari rata-rata cadangan pinjaman tidak tertagih
tinggi, sehingga tidak kompetitif. Demikian dibagi dengan rata-rata volume pinjaman yang
halnya jika KSP/USP memiliki banyak disalurkan. Semenetara itu profit margin
pinjaman bermasalah, hal ini juga akan merupakan target keuntungan yang diharapkan
berpengaruh terhadap harga produk pinjaman oleh KSP/USP
yang ditawarkan ke anggota dan calon d. Manajemen resiko pinjaman lebih
anggota. Dengan demikian tujuan manajemen banyak terkait dengan pinjaman bermasalah
harga adalah menunjang kegiatan manajemen yang disebut dengan non performance loan.
aset dan liabilitas (ALMA), melakukan Semakin tinggi pinjaman bermasalah yang
penetrasi pasar dan menunjang pendapatan dihadapi KSP/USP akan memperburuk arus
KSP/USP. Dalam menetapkan suku bunga kas yang yang masuk, sehingga jika tidak
simpanan, khususnya simpanan berjangka, ditangani secara serius oleh manajemen dapat
disamping perlu memperhatikan kondisi pasar memicu timbulnya resiko likuiditas dan resiko
dimana KSP/USP harus bersaing, manajem yang lain. Berkaitan dengan Perdep bidang
KSP/USP juga perlu memperhatikan biaya pengawasan no 6/2016, maka sebaiknya
cadangan likuiditas, biaya pelayanan, biaya KSP/USP membentuk cadangan pinjaman
penjaminan, profit margin (KSP/USP yang tidak tertagih yang dihitung setiap akhir bulan.
kelebihan dana, perlu menempatkan sebagian Manajemen resiko pinjaman bertumpu pada
dananya ke KSP/USP lain atau Bank guna tiga hal utama, yaitu Kebijakan & SOP
menghindari adanya negative spread, sehingga Pinjaman, Proses Pinjaman dan Hasil.
KSP/USP tadi perlu mendapatkan sejumlah Kebijakan & SOP Pinjaman akan mengatur
margin tertentu),disamping bunga yang harus tentang hal-hal apa yang harus dilakukan dan
dibayarkan kepada pemiliki dana. Pada sisi tidak boleh dilakukan dalam memberikan
pinjaman, manajemen KSP/USP perlu pinjaman, proses pinjaman berkaitan dengan
menetapkan suku bunga pinjaman yang analisa pemberian pinjaman dan keputusan
dengan menggunakan formula BLR (Based apakah pinjaman akan disetujui atau tidak
Lending Rate). BLR ini hanya merupakan yang dilakukan melalui komite pinjaman serta
suatu indicator, dalam aplikasinya penggunaan proses legal dan realisasi pinjaman. Sedangkan
BLR harus memperhatikan suku bunga hasil merupakan dampak langsung atas
pesaing. Hasil perhitungan BLR adalah suku implentasi Kebijakan & SOP Pinjaman serta
bunga efektif, jika suku bunga ini akan dipakai proses yang akan terlihat dari portofolio
untuk pinjaman angsuran, maka suku bunga pinjaman dan hasil akhir perhitungan sisa hasil
efektif ini harus dikonversi ke suku bunga flat. usaha. Merujuk pada Permen Kop & UKM
Formula perhitungan BLR = CoLF+ No15/Per/Men.KUKM/IX/2015 khususnya
Overhead Cost + Risk Premium + Margin. pasal 23 disebutkan bahwa pemberian
Untuk menghitung CoLF terlebih dahulu harus pinjaman harus memperhatikan prinsip
dihitung cost of fund yang dicari dengan pemberian pinjaman yang sehat, besarnya
mengalikan bobot masing-masing sumber dana bunga pinjaman harus ditetapkan oleh rapat
dengan beban efektif dari masing-masing anggota dan pemberian pinjaman wajib
sumber dana. Karena semua dana yang diprioritaskan bagi anggota KSP/USP.
dihimpun tidak semuanya disalurkan sebagai Sedangkan pasal 25 disebutkan bahwa
pinjaman, ada sebagian yang dipakai KSP/USP diperkenankan untuk meminta

95
Abdimas Altruis: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Volume 01, No. 2, Oktober 2018, hlm 40-46

jaminan tambahan dan mengasuransikan Surakarta berhasil meningkatkan pemahaman


jaminan tambahan yang diberikan oleh dan kemampuan dari peserta untuk
peminjam. menerapkan Manajemen Resiko ke dalam
e. Manajemen resiko operasional lebih praktek KSP/USP sehari-harinya. Peserta
banyak berbicara tentang bagaimana menjadi lebih paham dalam menghitung suku
seharusnya KSP/USP beroperasi secara bunga pinjaman maupun suku bunga simpanan
efisien, ekonomis, efektif, aman dan tertib. serta cara melakukan konversi suku bunga
Rasio biaya operasional pelayanan terhadap efektif ke suku bunga flat. Selain itu, peserta
partisipasi bruto merupakan cerminan dari menjadi mengerti cara membentuk cadangan
ketidak efisienan operasional KSP/USP, atas pinjaman tidak tertagih dan manfaatnya,
sedangkan efektif ditunjukkan dengan rasio cara melakukan analisa pinjaman, pengikatan
antara realisasi dengan target. Resiko perjanjian dan cara mengelola resiko.
operasional muncul sebagai akibat dari Saran
lemahnya internal control dan internal audit, Agar peserta bisa mengaplikasikan
sehingga setiap penyimpangan yang terjadi manajemen resiko ke dalam praktek sehari-
tidak bisa dideteksi sedini mungkin. hari, maka masih diperlukan adanya
f. Manajemen resiko modal berperan pendampingan dalam bentuk konsultasi yang
dalam menyeimbangkan antara risk dan dilakukan baik dari pihak tim pengabdian
return. Dengan kemampuan meningkatkan maupun dari Dinas Koperasi & UKM
modal, maka akan mengurangi resiko, Surakarta.
sehingga memberikan kesempatan bagi
KSP/USP untuk berkembang. Keputusan UCAPAN TERIMA KASIH
mendasar terkait dengan permodalan adalah Rasa terima kasih kami sampaikan
seberapa besar hal-hal yang terkait dengan kepada Ristek Dikti atas pendanaan melalui
modal optimum diperlukan oleh KSP/USP. program Hibah PPUPIK, dan dukungan Dinas
Merujuk pada Perdep bidang Pengawasan no 6 Koperasi & UKM Surakarta melalui
tahun 2016, kebutuhan modal minimum pendanaan APBD, sehingga memungkinkan
KSP/USP diukur dengan memakai rasio terlaksananya kegiatan pengabdian kepada
kecukupan modal yang merupakan masyarakat ini.
perbandingan antara modal sendiri tertimbang
DAFTAR REFERENSI
dibagi dengan ATMR (Aset Tertimbang
Ghozali, Imam, 2012, Manajemen Resiko
Menurut Resiko) dikalikan 100 % . Rasio ini Perbankan dengan Pendekatan VaR, Badan
sebaiknya di atas 8% , besarnya angka patokan Penerbit UNDIP, Semarang
rasio ini sangat mirip dengan rasio kecukupan Greuning, Hennie Van; Sonja Brajovic Bratanovic,
modal di BPR. 2011, Analisis Resiko Perbankan, Penerbit
Hasil evaluasi yang dilakukan dengan Salemba Empat, Jakarta
menggunakan pre test dan post test dengan Peraturan Menteri Kop & UKM Nomor
materi pertanyaan yang sama, membarikan :15/Per/Men.KUKM/IX/2015 sebagaimana
hasil yang berbeda. Hasil menunjukkan adanya diubah dengan Peraturan Menteri Koperasi
peningkatan pemahaman tentang manajemen & UKM Nomor : 02/Per/M.KUKM/II/2017
resiko dari peserta pelatihan. Ini bisa diartikan, tentang Usaha Simpan Pinjam
Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementrian
bahwa tujuan dari pelatihan ini memberikan Koperasi & UKM No
hasil yang baik seperti yang diharapkan. 06/Per/Dep.06/IV/2016 tentang Pedoman
Penilaian Kesehatan KSP & USP
KESIMPULAN DAN SARAN Soedarto, 2007, Manajemen Resiko untuk BPR, PT
Kesimpulan Palem Jaya, Jakarta
Kagiatan penyuluhan dan pelatihan Sunaryo, T, 2007, Manajemen Resiko Finansial,
Manajemen Resiko bagi KSP/USP di Kota Penerbit Salemba Empat, Jakarta

96

Anda mungkin juga menyukai