Anda di halaman 1dari 15

BAB III

LINGKUP PEKERJAAN

3.1 Mobilisasi

Mobilisasi bertujuan untuk mengadakan/mendatangkan peralatan,


personil, dan perlengkapan untuk melaksanakan semua item pekerjaan di
lapangan, dan mengembalikan pada keadaan yang diinginkan sesuai dengan
gambar kerja. Mobilisasi merupakan kegiatan yang menyangkut penyediaan
peralatan, gudang, bengkel, dan lokasi tempat tinggal para pekerja serta fasilitas-
fasilitas yang berhubungan dengan kontruksi dalam kegiatan Proyek.

3.2 Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah dalam suatu proyek jalan merupakan salah satu bagian
yang sangat vital. Pekerjaan tanah di sini meliputi pekerjaan galian, timbunan,
pengangkutan, dan pemadatan tanah. Pada umumnya pekerjaan tanah dikerjakan
dengan bantuan alat berat. Tujuan dari penggunaan alat – alat berat tersebut
adalah untuk memudahkan dalam melakukan pekerjaannya sehingga hasil yang
diharapkan dapat tercapai pada waktu yang relatif lebih singkat. Manajemen alat
berat sangat diperlukan, sehingga dapat menunjang kelancaran dari pekerjaan
tersebut. Sasaran dari manajemen alat berat yang merupakan bagian dari
manajemen proyek terdiri dari tiga faktor, yaitu ; faktor waktu, mutu, dan biaya.
Dalam hal ini yang diterapkan dalam manajemen alat berat adalah mengenai
pemilihan, pengaturan, dan pengendalian alat berat yang digunakan dalam suatu
proyek. Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi 3 Tahun 2010.

15
3.2.1 Galian biasa

Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau


penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang
diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam kontrak ini. Untuk pekerjaan
galian biasa guna pembentukan badan jalan menggunakan alat berat excavator.
Volume galian tanah digunakan untuk bahan/material pembentukan badan jalan
(timbunan setempat) yang dibentuk dengan alat berat sesuai dengan gambar yang
telah diberikan. Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi 3 Tahun 2010.

3.2.2 Timbunan biasa

Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri


dari bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam
pekerjaan. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas
tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut SNl-03-6797-2002
(AASHTO M 145) atau scbagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil
Classification System". Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi
tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian
dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya
dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak
boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan
atau bahu jalan atau tanah dasar dan badan jalan. Sebagai tambahan,
timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI 03-l 744-1989, hams
memiliki nilai CBR tidak kurang dari karakteristik daya dukung tanah dasar
yang diambil untuk rancangan dan ditunjukkan datam gambar atau tidak kurang
dari 6% jika tidak disebutkan lain (CBR setelah perendaman 4 hari bila
dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MOD) seperti yang ditentukan
oleh SNI 03-1742-1989). Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan
galian tanah yang mempunyai sifat-sifat :

16
Tanah yang mengadung organik seperti jenis tanah OL, OH dan Pt dalam
system USCS serta tanah yang mengandung daun - daunan, rumput- rumputan,
akar, dan sampah. Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi 3 Tahun 2010.

3.2.3 Timbunan pilihan

Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri


dari bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas unruk
timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu
yang tergantung dari maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal, seluruh timbunan
pilihan harus, bila diuji sesuai dcngan SNI 03-1744-1989, memiliki CBR
paling sedikit 10.% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai
100.% kepadatan kering maksimum sesuai dcngan SNI 1742:2008. Timbunan
hanya boleh diklasifikasikan sebagai Timbunan Pilihan atau Timbunan
Pilihan Berbutir bila digunakan pada lokasi atau untuk maksud dimana bahan-
bahan ini telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
Seluruh timbunan lain yang digunakan hams dipandang sebagai timbunan
biasa. Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi 3 Tahun 2010.

3.2.4 Penyiapan badan jalan

Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaman dan pemadatan


permukaan tanah dasar atau permukaan jalan kerikil lama untuk penghamparan
Lapis Pondasi Agregat, Lapis Pondasi Jalan tanpa penutup aspal, lapis pondasi
semen tanah atau lapis pondasi beraspat di daerah jalur lalu lintas
(termasuk jalur tempat perhentian dan persimpangan) yang tidak ditetapkan
sebagai Pekcrjaan Pengembalian Kondisi di daerah bahu jalan baru yang
bukan diatas timbunan baru akibat pelebaran lajur lalu lintas.
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi 3 Tahun 2010.

17
3.3 Perkerasan Berbutir

Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan


permukaan tanah dasar atau permukaan jalan lama untuk penghamparan lapis
pondasi agregat dan lapis pondasi jalan penutup aspal. Penggunaan motor grader
untuk perbaikan bentuk setelah penggaruan dan penambahan bahan baru. Sebelum
pekerjaan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan pembentukan badan jalan atau
penyiapan badan jalan. Penyiapan badan jalan ini meliputi pekerjaan pembersihan
badan jalan dari sampah-sampah yang mungkin ada.
Pekerjaan ini meliputi proses pemasukan, pengangkutan, penghamparan,
penyiraman tanah, dan pemadatan agregat dengan alat berat diatas permukaan
yang telah dipersiapkan. Pekerjaan ini antara lain :
1. Lapisan pondasi agregat kelas B;
2. Lapisan pondasi agregat kelas A.

3.3.1 Lapisan pondasi agregat kelas B (sub base course)

Lapisan pondasi bawah atau juga disebut agregat kelas B (sub base
course) adalah lapisan yang ditempatkan diantara tanah dasar (Sub Grade) dan
lapisan atas (base course). Lapisan pondasi bawah yang dipakai telah ditentukan
yaitu lapisan agregat kelas B, komposisi agregat adalah pasir, kerikil, batu
gunung, dan tanah liat. Mutu bahan yang digunakan untuk lapisan ini lebih rendah
dari mutu bahan base course, mutu yang dimaksud disini adalah komposisi
agregat yang digunakan pada proses pencampuran (blending).
Alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan lapisan pondasi bawah (Bina Marga,
2010) adalah :
1. Dump Truck, pada pekerjaan ini menggunakan Dump Truck. Kendaraan ini
digunakan untuk mengangkut material dari lokasi pengambilan material
(Quary) untuk dibawa ke lokasi pekerjaan;

18
2. Motor Grader, alat ini digunakan untuk pekerjaan penghamparan material
agregat agar merata. Banyaknya Motor Grader yang digunakan dalam
pekerjaan ini berjumlah 1 (satu) unit;
3. Vibrator Compactor Roller (VCR), alat ini digunakan untuk memadatkan
material yang telah dihamparkan. Pada pekerjaan ini Vibrator Compactor
Roller yang digunakan untuk pekerjaan ini berjumlah 1 (satu) unit dengan
kapasitas 13 ton;
4. Water Tank, berjumlah 1 unit dan digerakkan oleh 1 orang operator. Fungsi
dari alat ini adalah sebagai alat untuk menyiram material yang telah
dihamparkan sebelum dipadatkan agar mencapai kepadatan maksimum.
Adapun langkah pekerjaan pada lapis pondasi bawah (Bina Marga, 2010)
adalah sebagai berikut :
1. Agregat diangkut dari tempat pencampuran dengan menggunakan Dump
Truck;
2. Agregat ditumpukkan di lokasi penghamparan dengan jarak 2 - 3 m;
3. Agregat dihamparkan dengan Motor Grader, dimana petugas lapangan telah
mengukur dan memberi tanda batas (patok-patok) pada bagian yang akan
dihamparkan agregat;
4. Agregat yang telah dihamparkan kemudian dipadatkan dengan Vibrator
Roller dengan bobot 13 ton. Kepadatan umumnya dicapai setelah 8 sampai
10 lintasan secara memanjang jika permukaan agregat terlalu kering maka
permukaan disiram dengan air;
5. Pada proses pemadatan permukaan lapisan Sub Base digunakan banyak air
yang disiram dari Water Tank ditentukan secara visual artinya kadar air yang
disiramkan tidak melebihi kadar air optimum, jika kadar air kurang
ditambahkan pada saat penggilasan.

19
Tabel 3.1 : Lapis Pondasi Agregat Kelas B
Ukuran Saringan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) Kelas B
2” 50 100
1 ½” 37.5 88 – 95
1” 25.0 70 – 85
3/8” 9.5 30 – 65
No. 4 4.75 25 – 55
No. 10 2.00 15 – 40
No. 40 0.425 8 – 20
No. 200 0.075 2–8
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi 5 Tahun 2018

3.3.2 Lapisan pondasi agregat kelas A (base course)

Lapisan pondasi agregat kelas A atau juga lapisan pondasi atas yang
terletak diantara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas
yang dipakai telah ditentukan yaitu lapisan agregat kelas A (base course),
komposisi agregat adalah pasir, kerikil, batu gunung, dan tanah liat. Mutu bahan
yang digunakan untuk lapisan ini lebih tinggi dari mutu bahan sub base course.
Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
1. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya;
2. Lapis peresapan untuk lapisan pondasi bawah;
3. Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Alat-alat yang digunakan di dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Dump truck, pada pekerjaan ini menggunakan 5 unit dump truck yang
masing-masing dioperasikan oleh 1 sopir. Kendaraan ini digunakan untuk
mengangkut material dari lokasi pengambilan material (Quary) untuk dibawa
ke lokasi pekerjaan;
2. Motor grader, alat ini digunakan untuk pekerjaan penghamparan material
agregat agar merata. Banyaknya motor grader yang digunakan dalam
pekerjaan ini berjumlah 1 (satu) unit;

20
3. Water tank, berjumlah 1 unit dan digerakkan oleh 1 orang operator. Fungsi
dari alat ini adalah sebagai alat untuk menyiram material yang telah
dihamparkan sebelum dipadatkan agar mencapai kepadatan maksimum;
4. Vibrator compactor roller (VCR), alat ini digunakan untuk memadatkan
material yang telah dihamparkan. Pada pekerjaan ini vibrator compactor
roller yang digunakan untuk pekerjaan ini berjumlah 1 (satu) unit dengan
kapasitas 13 ton.
Adapun langkah pekerjaan pada lapis pondasi bawah adalah :
1. Agregat diangkut dari tempat pencampuran dengan menggunakan dum truck;
2. Agregat ditumpukkan di lokasi penghamparan dengan jarak 2 - 3 m;
3. Agregat dihamparkan dengan motor grader, dimana petugas lapangan telah
mengukur dan memberi tanda batas (patok-patok) pada bagian yang akan
dihamparkan agregat;
4. Agregat yang telah dihamparkan kemudian dipadatkan dengan vibrator roller
dengan bobot 13 ton. Kepadatan umumnya dicapai setelah 8 sampai 10
lintasan secara memanjang jika permukaan agregat terlalu kering maka
permukaan disiram dengan air;
5. Pada proses pemadatan permukaan lapisan sub base digunakan banyak air
yang disiram dari water tank ditentukan secara visual artinya kadar air yang
disiramkan tidak melebihi kadar air optimum, jika kadar air kurang
ditambahkan pada saat penggilasan.
Setelah pekerjaan base course selesai dipadatkan untuk mengetahui kepadatan
dan daya dukung base course maka dilaksanakan:
a. Proof rolling test
Proof rolling test yaitu pengetesan yang dilakukan menggunakan dump
truck yang diisi muatan. Beban total yang digunakan untuk Proof rolling test tidak
kurang dari 25 ton dengan tekanan roda karet min 100 psi. Pengujian dilakukan
pada lokasi yang diarahkan oleh pengawas dan dinyatakan baik/diterima bila
secara visual settlement yang terjadi lebih kecil 10 mm, maka selanjutnya
dilakukan tes kepadatan (Sand Cone Test) (Bina marga, 2010).

21
b. Sand cone test
Sand cone test adalah pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan
menggunakan pasir ottawa sebagai parameter kepadatan tanah yang mempunyai
sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir
bebas. sand cone test dilakukan dengan mengambil sampel pengujian di lapangan
setiap jarak 50 m. Tes ini dilakukan untuk menentukan kepadatan di tempat dari
lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan (SNI 03-2828-1992).
Alat yang digunakan untuk pelaksanaan sand cone test adalah :
1. Botol transparan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4 liter;
2. Takaran yang telah diketahui isinya (± 2019 ml) dengan diameter lubang
16,51 cm;
3. Corong kalibrasi pasir dengan diameter 16,51 cm dan pelat corong;
4. Plat untuk dudukan corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang
berdiameter 16,51 cm;
5. Peralatan kecil : mistar perata dari baja, meteran 2 m, palu, sendok, kuas,
pahat;
6. Peralatan untuk menentukan kadar air;
7. Satu buat timbangan dengan kapasitas minimum 10 kg dengan ketelitian
sampai 1,0 gram;
8. Satu buah timbangan, kapasitas minimum 500 gr dengan ketelitian sampai 0,1
gram.
Adapun langkah pelaksanaan Sand Cone Test (SNI 03-2828-1992)
sebagai berikut :
1. Isi botol dengan pasir secukupnya, lalu timbang dan catat;
2. Ratakan permukaan tanah yang akan diuji, letakkan pelat corong pada
permukaan yang telah rata tersebut dan kokohkan dengan paku di keempat
sisinya;
3. Gali lubang sedalam minimal 10 cm atau tidak melampaui tebal satu
hamparan padat;
4. Masukkan semua tanah galian ke dalam kaleng ataupun plastik, lalu timbang
dan catat;

22
5. Letakkan botol di atas pelat corong dengan corong besar menghadap ke
bawah, buka kran pelan-pelan sehingga pasir masuk ke lubang, setelah pasir
berhenti mengalir tutup kran kembali;
6. Timbang botol berisi sisa pasir;
7. Hitung berat pasir dalam lubang dengan cara mengurangkan berat pasir dalam
corong yang telah ditimbang.
Dari hasil sand cone test pada pekerjaan sub base dan base course ini
akan didapatkan nilai rata-rata dari kepadatan yang telah di padatkan di lapangan
dan akan di bandingkan dengan persyaratan atau spesifikasi gradasi umum lapis
lapis pondasi agregat kelas A sesuai yang ditunjukkan dalam tabel berikut :
Tabel 3.2 : Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Ukuran Saringan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) Kelas A
1 ½” 37.5 100
1” 25.0 79 – 85
3/8” 9.s 44 - 58
No. 4 4.75 29 – 44
No. 10 2.00 17 – 30
No. 40 0.425 7 – 17
No. 200 0.075 2–8
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi 5 Tahun 2018
c. Test pit
Test pit bertujuan untuk mengetahui ketebalan lapisan tanah yang diukur
menggunakan meteran. Test pit dilakukan pada lubang setelah melakukan sand
cone test sehingga tidak membuat lubang yang baru pada badan jalan karena
dapat mempengaruhi kekuatan mengikat material dari jalan tersebut (SNI 03-
6378-2000).

23
3.4 Lapis Permukaan

Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan


aspal pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan
lapisan bcraspal berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar diatas
permukaan pondasi tanpa bahan pengikat Lapis Pondasi Agregat,
sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di atas permukaan berbahan
pengikat (seperti : Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dan diatas
Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton.
Perkerasan aspal (lapisan permukaan) merupakan lapisan yang terletak di
atas permukaan lapisan base course dan merupakan lapisan teratas dan kontruksi
lapisan perkerasan jalan raya. Pekerjaan ini meliputi lapis resap pengikat (prime
coat), aspal lapis pengikat (AC-BC).
Perkerasan aspal adalah lapisan yang berupa campuran aspal yang
berfungsi sebagai penahan beban diatasnya secara langsung. Alat-alat yang
digunakan dalam pekerjaan lapisan permukaan ini meliputi sebagai berikut :
1. Air compressor, yang digunakan untuk membersihkan debu-debu dan
material yang lepas diatas pondasi atas, agar pengaspalan lapisan permukaan
menjadi bagus dan tidak mudah mengalami kerusakan;
2. Asphalt sprayer, digunakan sebagai prime coat dan tack coat yang
menghamparkan aspal cair bersuhu bersuhu 120°C sampai dengan 140°C
kebadan jalan;
3. Dump truck, digunakan untuk mengangkut material dari lokasi
pengambilan material kelokasi perkerasan;
4. Asphalt finisher, digunakan untuk menghamparkan dan meratakan agregat
aspal di lokasi penghamparan;
5. Tandem roller dan Pneumatic Tyre Roller (PTR), alat ini digunakan untuk
memadatkan asphalt.

24
3.4.1 Lapisan resap pengikat – aspal cair (prime coat)

Aspal adalah suatu campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral.
Bitumennya sendiri adalah bahan yang berwarna cokelat hingga hitam, keras
hingga cair, mempunyai sifat lekat yang baik, larut dalam CCL4 dengan sempurna
dan tidak larut dalam air.
Lapisan ini merupakan aspal cair yang disemprotkan melalui asphalt
sprayer ke atas permukaan base course yang merupakan lapisan pengikat antara
lapisan perkerasan dengan lapisan pondasi atas.
Lapis resap pengikat adalah lapisan penghubung antara lapisan pondasi
atas dengan lapisan permukaan AC-BC. Konstruksi perkerasan dibersihkan
dengan menggunakan air compressor dan dilakukan prime coat dengan asphalt
sprayer. Tujuan dari prime coat ini yaitu :
a. Mengisi lubang-lubang kecil pada bagian pondasi atas;
b. Menutup atau melapiskan partikel yang terlepas sehingga permukaan menjadi
lebih keras;
c. Membantu memberikan ikatan yang baik antara lapisan pondasi atas dengan
lapisan AC – BC yang akan dihamparkan.
Kondisi tempat kerja pekerjaan prime coat:
1. Pekerjaan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga masih
memungkinkan lalu lintas satu lajur tanpa merusak pekerjaan yang
scdang dilaksanakan dan hanya menimbulkan gangguan yang minimal bagi
lalu lintas;
2. Bangunan-bangunan dan benda-benda lain di samping tempat kerja (struktur,
pepohonan dan lain-lain) harus dilindungi agar tidak menjadi kotor karena
percikan aspal;
3. Bahan aspal tidak boleh dibuang sembarangan kecuali ke tempat yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan;
4. Penyedia Jasa harus melengkapi tempat pemanasan dengan fasilitas
pcncegahan dan pengendalian kebakaran yang memadai, juga pengadaan dan
sarana pertolongan pertama.

25
Bahan Lapis Perekat
1. Aspal emulsi reaksi cepat (rapid setting) yang rnemenuhi ketentuan SNI
03-6932-2002 atau SNI 03-4798-1998. Direksi Pekcrjaan dapat mengijinkan
penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan I bagian
air bersih dan 1 bagian aspal emulsi dcngan syarat tersedia alat pengaduk
mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan;
2. Aspal semen Pen.60170 atau Pen.80/100 yang memenuhi ketentuan AASI-
ITO M20, diencerkan dengan 25 - 30 bagian minyak tanah per 100 bagian
aspal (25 pph - 30 pph);
3. Aspal emulsi modifikasi reaksi cepat (rapid setting) harus bahan styrene
butadiene rubber latex atau polycholoprcnc latex sesuai dengan
AASHTO M3 I 6-99 (2003) Tabel t CRS-2L dengan kandungan karet
kering minimum 60%. Kadar bahan modifikasi (polymer padat) dalam
aspal emulsi haruslah min 2,5% terhadap berat residu aspal. Dalam
kondisi apapun, aspal emulsi modifikasi tidak boleh diencerkan di
lapangan. Aspal emulsi modifikasi reaksi cepat (rapid setting, CRS-1)
yang digunakan harus memenuhi Tabel 3.3.
Tabel 3.3 : Takaran Pemakaian Lapisan Perikat
Takaran (Liter Per Meter Persegi)
Jenis Aspal Permukaan Baru Atau Aspal Permukaan Porous dan
Lama Yang Licin Terakpos Cuaca
Aspal Cair 0.15 0.15-0.35
Aspal Emulsi 0.20 0.20-0.50
Aspal Emulsi Yang 0.40
0.40-100*
Diencerkan (1:1)
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi 6 Tahun 2010

Lapis Perekat harus disemprotkan hanya sebentar sebelum


penghamparan lapis aspal berikut di atasnya untuk mcmp eroleh kondisi
kelengketan yang tepat. Pelapisan lapisan beraspal berikut tersebut harus
dihampar sebelum lapis aspal hilang kelengketannya melalui pengeringan
yang berlebihan, oksidasi, debu yang tertiup atau lainnya. Sewaktu lapis

26
aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus melindunginya dari
kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu lintas.
Pemberian kembali lapis perekat (retackcoating) harus dilakukan bila lapis
perekat telah mengering sehingga hilang atau berkurang kelengketannya.
Pengeringan lapis perekat yang basah akibat hujan turun dengan tiba-tiba dengan
menggunakan udara bertekanan (air compresor) dapat dilakukan sebelum
lapis beraspal dihampar hanya bila lamanya durasi hujan kurang dari 4 jam.
Pemberian kembali lapis perekat (retackcoating) harus dilakukan bila lapis
perekat terkena hujan lebih dari 4 jam.

3.4.2 Lapis pengikat aspal beton (asphal concrete–binder coat)

Lapisan ini merupakan campuran aspal yang telah diolah dari mesin
Asphalt Mixing Plant (AMP) yang digunakan sebagai lapisan perkerasan yang
terletak pada lapisan atas dari suatu badan jalan. Lapisan permukaan AC-BC
(asphal concrete–binder course) adalah lapisan yang berada pada bagian teratas
dari lapisan pondasi atas (base course). Pada pekerjaan AC-BC (asphal concrete–
binder course) volume, tebal, dan lebar permukaan sesuai dengan yang
direncanakan. Dan untuk kemiringan jalan sudah ditentukan yaitu 3% (spesifikasi
Dinas Bina Marga 2010). Adapun tujuan dari pemberian lapis pengikat aspal
beton (AC-BC) adalah :
a. Untuk memberikan suatu kedap air sehingga air hujan yang jatuh diatasnya
tidak meresap kelapisan kebawahnya yang akan melemahkan lapisan-lapisan
tersebut;
b. Suatu lapisan yang dapat menyebarkan beban kelapisan kebawahnya
sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain;
c. Sebagai lapisan pembentuk pondasi jika dipergunakan pada pekerjaan
peningkatan atau pemeliharaan jalan.
Pekerjaan asphalt concrete binder course (AC-BC) mencakup pengadaan
lapisan padat yang awet dari lapis perata dan lapis pondasi yang terdiri dari
agregat dan bahan aspal yang di campur di pusat intalasi pencampuran, serta

27
menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas permukaan jalan sesuai
dengan spesifikasi dan memenuhi garis ketinggian dan potongan memanjang.
Ukuran agregat yang digunakan ukuran saringan 1’’1/2 lolos 100% tertahan 1’’,
filler (agregat paling halus lolos saringan 200) sangat diperlukan. Berdasarkan
pengujian kadar aspal beton (AC-BC) yaitu mencapai 5,3%.
Setelah dilakukan proses pengolahan agregat aspal, langkah selanjutnya
dilakukan pemeriksaan untuk menentukan ketahanan/stabilitas, terhadap kelelahan
plastis (flow) dari campuran aspal dan agregat. Kinerja campuran aspal beton
diperiksa dengan menggunakan alat marshall test, adapun cara pekerjaan nya
adalah campuran aspal dan agregat dengan timbangan 120 kg, dimasukkan
kedalam cincin silinder dengan ukuran diameter 10 cm, tinggi 7,5 cm dalam
cetakan tersebut benda uji ditumbuk sebanyak 75 kali atas dan bawah dengan
menggunakan hammer dengan berat 4,5 Kg dan tinggi jatuh 45 cm adapun jumlah
benda uji sebanyak 3 buah, kemudian benda uji direndam dalam air panas dengan
suhu 600C selama 30 menit, setelah itu rendam kedalam oven rendaman dengan
suhu 600C. Pada suhu 600C di uji dengan marshall test untuk mendapatkan
marshall stability.
Suhu pencampuran antara aspal berkisar antara 160 0C s/d 1550C, suhu
aspal pada saat dituang kedalam dump truck tidak kurang dari 155 0C, dan suhu
aspal didalam dump truck tidak dibenarkan kurang dari 150 0C, karena pada saat
sampai dilokasi pekerjaan suhu asphalt finisher berkisar antara 1200C - 1400C,
suhu tandem berkisar antara 1100C - 1200C dengan 3 Passing atau 1 passing sama
dengan dua kali pulang pergi, jumlah PP 6. Suhu peuneumatic tyre roller
(Passing) 900C - 1000C dengan 8 Passing, suhu tandem yang kedua tidak
dibenarkan kurang dari 850C dengan PP karena di bawah suhu 85 0C keadaan
agregat aspal sudah mengeras jadi kalau dipadatkan tidak mencapai kepadatkan
optimum.
Campuran aspal terdiri dari agregat dan aspal filler dan atau bahan aditif
yang ditambah diperlukan untuk menjamin sifat - sifat campuran memenuhi
ketentuan yang di syaratkan. Adapun ketentuan sifat-sifat campuran laston yang
memenuhi ketentuan dapat dilihat pada tabel 3.5 dibawah ini :

28
Tabel 3.4 : Ketentuan Sifat - Sifat Campuran Laston

Laston
Sifat- Sifat Campuran
WC BC BASE
Penyerapan Aspal (%) Max 1,2

Jumlah tumpukan perbidang 75 122(1)

Rongga dalam campuran (%) Min 3,5


Rongga dalam agregat (VMA) (%) Max 5,5
Rongga terisi aspal (%) Min 14 14 13
Stabilitas Marshall (%) Min 65 63 60
Pelelehan (mm) Min 800 1500(1)
Marshall quotient (kg/mm) Min 3 5(1)
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah
Min 75
perendaman selama 24 jam, 60°C
Rongga dalam campuran (%) pada
Min 2,5
kepadatan membal (refusal)
Sumber : Spesifikasi Umum Devisi 6 Tahun 2010
Pemeriksaan terhadap kestabilan dan nilai flow pada AC-BC setelah
pemadatan dilakukan melalui pengeboran dengan alat core drill. Pemeriksaan atau
pengambilan sampel dilakukan setiap jarak 100 meter dengan nilai kepadatan
minimum 99,14% (Bina Marga, 2010).

29

Anda mungkin juga menyukai