Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Jum'at

QURBAN HANYA UNTUK ALLAH SWT


) Ismaini Hatta (

‫الَحْم ُد ِهلل اَّلِذ ي َأْر َسَل َر ُسْو َلُه ِبالُهَد ى َو ِد ْيِن الَح ِّق ِلُيْظِهَرُه َع َلى ِد ْيِن ُك ِّلِه َو َك َفى ِباِهلل َش ِهْيًدا‬
‫َو َأْش َهُد َأن َّال ِإَلَه ِإَّال هللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه‬

‫َو َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َع َلى آِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َم ْن َس اَر َع َلى َنْهِج ِه‬
‫الَقِوْيِم َو َدَع ا ِإَلى الِّص َر اِط الُم ْسَتِقْيِم ِإَلى َيْو ِم الِّدْيِن َو َس َّلَم َتْس ِلْيًم ا َك ِثْيًرا‬
،‫ َو َأَر َنا الَح َّق َح ّقًا َو اْر ُز ْقَنا اِّتَباَع ُه‬،‫ َو ِزْدَنا ِع ْلمًا‬،‫ َو اْنَفَع َنا ِبَم ا َع َّلْم َتَنا‬،‫الّلُهَّم َع ِّلْم َنا َم ا َيْنَفُع َنا‬
‫َو َأَر َنا الَباِط َل َباِط ًال َو اْر ُز ْقَنا اْج ِتَناَبُه‬
Amma ba’du:

Para jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah …

Kita diperintahkan untuk senantiasa bersyukur pada Allah atas nikmat yang telah diberikan
kepada kita sekalian. Dan kita bersyukur, kita dapat kembali dipertemukan dengan hari Jumat
yang merupakan ‘ied kita setiap pekannya. Oleh karenanya, ‘ied hari Jumat ini ketika bertemu
dengan hari raya Idul Fithri atau Idul Adha, maka boleh memilih shalat Jumat ke masjid ataukah
shalat Zhuhur sendirian.

Diriwayatkan dari Iyas bin Abi Romlah Asy Syamiy, ia berkata, “Aku pernah menemani
Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan ia bertanya pada Zaid bin Arqam,

‫ َقاَل َفَك ْيَف‬. ‫ ِع يَد ْيِن اْج َتَم َع ا ِفى َيْو ٍم َقاَل َنَعْم‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َأَش ِهْدَت َم َع َر ُسوِل ِهَّللا‬
.» ‫َص َنَع َقاَل َص َّلى اْلِع يَد ُثَّم َر َّخ َص ِفى اْلُج ُمَعِة َفَقاَل « َم ْن َش اَء َأْن ُيَص ِّلَى َفْلُيَص ِّل‬
“Apakah engkau pernah menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu dengan
dua ‘ied (hari Idul Fitri atau Idul Adha bertemu dengan hari Jum’at) dalam satu hari?” “Iya”,
jawab Zaid. Kemudian Mu’awiyah bertanya lagi, “Apa yang beliau lakukan ketika itu?” “Beliau
melaksanakan shalat ‘ied dan memberi keringanan untuk meninggalkan shalat Jum’at”, jawab
Zaid lagi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mau shalat Jum’at, maka
silakan.” (HR. Abu Daud no. 1070, An-Nasai no. 1592, dan Ibnu Majah no. 1310. Al-Hafizh Abu
Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.)

Ingatlah faedah bersyukur,

‫َلِئْن َشَك ْر ُتْم َأَلِزيَد َّنُك ْم‬


“Jika kalian mau bersyukur, maka Aku sungguh akan menambah nikmat bagi kalian.” (QS.
Ibrahim: 7)

Dalam musnad Imam Ahmad disebutkan hadits dari Tsauban,

‫ِإَّن اْلَع ْبَد َلُيْح َرُم الِّر ْز َق ِبالَّذ ْنِب ُيِص يُبُه َو َال َيُر ُّد اْلَقَد َر ِإَّال الُّد َع اُء َو َال َيِزيُد ِفى اْلُع ُم ِر ِإَّال اْلِبُّر‬
“Sesungguhnya hamba terhalang rezeki karena dosa yang ia perbuat. Tidak ada yang dapat
menolak takdir selain doa. Umur bertambah hanyalah dengan amalan kebaikan.” (HR. Ahmad,
5:282. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa hadits ini hasan. Sedangkan kalimat
“sesungguhnya hamba terhalang rezeki karena dosa yang ia perbuat”, sanad hadits ini dha’if)

Syukur inilah yang mesti kita buktikan dengan takwa sebagaimana yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala perintahkan,

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن َآَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُم وُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم وَن‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali
Imran: 102)

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi akhir zaman, yang telah mendapatkan mukjizat
paling besar dan menjadi pembuka pintu surga, yaitu nabi besar kita Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, sahabat dan setiap orang yang mengikuti salaf tersebut
dengan baik hingga akhir zaman.

Para jama’ah shalat Jum’at yang semoga terus mendapatkan berkah dan rahmat dari Allah …

Kita berada di awal Dzulhijjah di mana saat ini adalah waktu terbaik untuk beramal. Di antara
amalan yang terbaik adalah berpuasa sunnah, dari tanggal 1-9 Dzulhijjah. Juga dianjurkan
memperbanyak takbir di awal Dzulhijjah sebagaimana perintah dalam ayat.

‫َو َيْذ ُك ُروا اْس َم ِهَّللا ِفي َأَّياٍم َم ْع ُلوَم اٍت‬


“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan.” (QS. Al Hajj: 28).
Maksud ‘Ayyam ma’lumaat’ menurut salah satu penafsiran adalah sepuluh hari pertama
Dzulhijjah.

Imam Bukhari rahimahullah menyebutkan,

‫ َو اَألَّياُم اْلَم ْعُد وَد اُت َأَّياُم‬، ‫َو َقاَل اْبُن َع َّباٍس َو اْذ ُك ُروا َهَّللا ِفى َأَّياٍم َم ْع ُلوَم اٍت َأَّياُم اْلَع ْش ِر‬
‫ َو ُيَك ِّبُر‬، ‫ َو َك اَن اْبُن ُع َم َر َو َأُبو ُهَر ْيَر َة َيْخ ُر َج اِن ِإَلى الُّسوِق ِفى َأَّياِم اْلَع ْش ِر ُيَك ِّبَر اِن‬. ‫الَّتْش ِريِق‬
. ‫ َو َك َّبَر ُمَحَّم ُد ْبُن َع ِلٍّى َخ ْلَف الَّناِفَلِة‬. ‫الَّناُس ِبَتْك ِبيِرِهَم ا‬
Ibnu ‘Abbas berkata, “Berdzikirlah kalian pada Allah di hari-hari yang ditentukan (ayyam
ma’lumaat) yaitu 10 hari pertama Dzulhijah dan juga pada hari-hari tasyrik (termasuk dalam
ayyam ma’dudaat).” Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari
pertama Dzulhijah, mereka bertakbir, lantas manusia pun ikut bertakbir. Muhammad bin ‘Ali pun
bertakbir setelah shalat sunnah. (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari tanpa sanad—disebut hadits
mu’allaq—, pada Bab “Keutamaan beramal di hari tasyrik”)

Namun ada amalan yang utama lagi di bulan Dzulhijjah, yaitu berqurban.

Perintah untuk berqurban disebutkan dalam ayat,

‫َفَص ِّل ِلَر ِّبَك َو اْنَح ْر‬


“Dirikanlah shalat dan berqurbanlah (an-nahr).” (QS. Al Kautsar: 2). Di antara tafsiran ayat ini
adalah “berqurbanlah pada hari raya Idul Adha (yaumun nahr)”. Tafsiran ini diriwayatkan dari
Ibnu ‘Abbas dan lainnya.

Bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berqurban?


‫َع ْن َأَنِس بِن َم اِلٍك – رضي هللا عنه – – َأَّن َالَّنِبَّي – صلى هللا عليه وسلم – َك اَن ُيَض ِّح ي‬
‫ َذ َبَح ُهَم ا‬: ‫ َو ِفي َلْفٍظ‬.‫ َو َيَض ُع ِرْج َلُه َع َلى ِص َفاِح ِهَم ا‬,‫ َو ُيَك ِّبُر‬,‫ َو ُيَس ِّم ي‬, ‫ َأْقَر َنْيِن‬, ‫ِبَك ْبَشْيِن َأْم َلَح ْيِن‬
. – ‫ – َثِم يَنْيِن‬: ”‫ – َسِم يَنْيِن – َو َأِلِبي َع َو اَنَة ِفي “َصِح يِح ِه‬: ‫ َو ِفي َلْفِظ‬.ِ ‫ِبَيِدِه – ُم َّتَفٌق َع َلْيه‬
ِ ‫ِباْلُم َثَّلَثِة َبَد َل َالِّسين‬
.- ‫ َو ُهَّللَا َأْك َبُر‬.‫ – ِبْس ِم ِهَّللَا‬:‫ َو َيُقوُل‬, ‫َو ِفي َلْفٍظ ِلُم ْس ِلٍم‬
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berqurban dengan dua gibas (domba jantan) berwarna
putih yang bertanduk. Ketika menyembelih beliau mengucapkan nama Allah dan bertakbir, dan
beliau meletakkan kedua kakinya di pipi kedua gibas tersebut (saat menyembelih). Dalam lafazh
lain disebutkan bahwa beliau menyembelihnya dengan tangannya. (Muttafaqun ‘alaih)

Dalam lafazh lain disebutkan, “Saminain, artinya dua gibas gemuk.” Dalam lafazh Abu ‘Awanah
dalam kitab Shahihnya dengan lafazh, “Tsaminain, artinya gibas yang istimewa (berharga).”
(HR. Bukhari, no. 5565; Muslim, no. 1966)

Dari hadits Anas di atas menunjukkan beberapa faedah:

1. Hadits di atas memotivasi kita untuk berqurban karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sendiri melakukannya sebagai bentuk ketaatan dan taqarrub pada Allah.
2. Hadits ini menunjukkan bahwa qurban yang paling baik adalah dengan domba karena
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakannya untuk qurban. Pendapat inilah yang
dipilih oleh Imam Malik rahimahullah. Namun tiga ulama madzhab lainnya berpendapat
bahwa yang paling afdal secara urutan adalah unta, sapi, kemudian kambing (domba).
Pendapat ini berdasarkan hadits keutamaan shalat Jum’at di mana yang datang lebih awal
mendapatkan pahala seperti ia berqurban dengan unta, setelahnya lagi berqurban dengan
sapi, setelahnya lagi berqurban dengan kambing. Sebagaimana hadits tersebut disebutkan
dalam Shahih Bukhari (no. 881) dan Muslim (no. 850).
3. Hewan jantan lebih afdal untuk diqurbankan daripada hewan betina. Walaupun kalau
berqurban dengan betina tetap sah berdasarkan ijmak (sepakat para ulama).
4. Dianjurkan berqurban dengan menggunakan hewan yang bertanduk. Walaupun berqurban
dengan hewan yang tidak bertanduk pun tetap sah berdasarkan kata sepakat ulama.
5. Hendaknya hewan qurban yang ingin disembelih dipilih yang terbaik dari sisi sifat dan
warna. Hewan yang terbaik secara sifat adalah yang gemuk, yang warnanya putih atau
putih lebih mendominasi daripada hitam. Inilah bentuk dari mengagungkan syari’at Allah.
6. Dianjurkan seseorang menyembelih qurbannya sendiri kalau memang mampu dan bagus
dalam menyembelih qurban.
7. Boleh berqurban lebih dari satu selama tidak maksud untuk pamer atau menyombongkan
diri.
8. Diperintahkan membaca tasmiyah dan takbir saat menyembelih qurban (bismillah
wallahu akbar). Adapun membaca bismillah, hukumnya wajib. Sedangkan membaca
takbir (Allahu akbar), hukumnya sunnah menurut jumhur atau mayoritas ulama.

Tentang keutamaan qurban dikatakan oleh para ulama semisal Ibnul Qayyim rahimahullah,
“Penyembelihan yang dilakukan di waktu mulia lebih afdal daripada sedekah senilai
penyembelihan tersebut.”
Kalau qurban adalah hewan yang disembelih dalam rangka persembahan untuk Allah di hari
Nahr dan tasyrik, dengan syarat-syarat khusus yang mesti dipenuhi. Ini dilakukan dalam rangka
mensyukuri nikmat, yaitu nikmat hidup.

Aqiqah juga demikian dilakukan dalam rangka mensyukuri nikmat, yaitu nikmat yang telah orang
tua peroleh karena telah mendapatkan buah hati.

Tentang pensyariatan aqiqah disebutkan dalam hadits-hadits berikut ini.

‫ َقاَل ُك ُّل ُغ َالٍم َرِهيَنٌة ِبَعِقيَقِتِه‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َع ْن َسُمَر َة ْبِن ُج ْنُد ٍب َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا‬
‫ُتْذ َبُح َع ْنُه َيْو َم َس اِبِعِه َو ُيْح َلُق َو ُيَسَّم ى‬
Dari Samurah bin Jundub, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak
tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuh, digundul rambutnya
dan diberi nama.” (HR. Abu Daud, no. 2838, An-Nasa’i, no. 4220, Ibnu Majah, no. 3165,
Ahmad, 5:12. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

‫َع ْن ُيوُسَف ْبِن َم اَهَك َأَّنُهْم َد َخ ُلوا َع َلى َح ْفَص َة ِبْنِت َع ْبِد الَّرْح َمِن َفَس َأُلوَها َع ِن اْلَعِقيَقِة‬
‫ َأَم َر ُهْم َع ِن اْلُغ َالِم َش اَتاِن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َفَأْخ َبَر ْتُهْم َأَّن َع اِئَش َة َأْخ َبَر ْتَها َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا‬
..‫ُم َك اِفَئَتاِن َو َع ِن اْلَج اِرَيِة َش اٌة‬
Dari Yusuf bin Mahak, mereka pernah masuk menemui Hafshah binti ‘Abdirrahman. Mereka
bertanya kepadanya tentang hukum aqiqah. Hafshah mengabarkan bahwa ‘Aisyah pernah
memberitahu dia, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para sahabat
untuk menyembelih dua ekor kambing yang hampir sama (umurnya) untuk anak laki-laki dan
satu ekor untuk anak perempuan.” (HR. Tirmidzi, no. 1513. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa
riwayat ini shahih)

Imam Ahmad berpandangan bahwa tetap dianjurkan untuk melakukan aqiqah walau dengan cara
berutang agar sunnah ini tetap ada.

Bagaimana jika belum diaqiqahi ketika kecil?

Ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa aqiqah masih jadi tanggung jawab ayah hingga waktu si
anak baligh. Jika sudah dewasa, aqiqah jadi gugur. Namun anak punya pilihan untuk
mengaqiqahi diri sendiri. Lihat Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 30: 279.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berpendapat, “Hukum aqiqah adalah
sunnah mu’akkad. Aqiqah bagi anak laki-laki dengan dua ekor kambing, sedangkan bagi wanita
dengan seekor kambing. Apabila mencukupkan diri dengan seekor kambing bagi anak laki-laki,
itu juga diperbolehkan. Anjuran aqiqah ini menjadi tanggung jawab ayah (yang menanggung
nafkah anak). Apabila ketika waktu dianjurkannya aqiqah (misalnya tujuh hari kelahiran, pen),
orang tua dalam keadaan fakir (tidak mampu), maka ia tidak diperintahkan untuk aqiqah. Karena
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Bertakwalah kepada Allah semampu kalian.” (QS. At-
Taghabun: 16). Namun apabila ketika waktu dianjurkannya aqiqah, orang tua dalam keadaan
berkecukupan, maka aqiqah masih tetap jadi perintah bagi ayah, bukan ibu dan bukan pula
anaknya.” Disebutkan dalam Liqa’at Al-Bab Al-Maftuh, tanya jawab dengan Syaikh Ibnu
‘Utsaimin di rumahnya.

Demikian khutbah pertama ini tentang sekilas hukum qurban dan aqiqah, moga bermanfaat.

‫َأُقْو ُل َقْو ِلي َهَذ ا َأْسَتْغ ِفُر َهللا ِلي َو َلُك ْم َو ِلَس اِئِر الُم ْس ِلِم ْيَن َو الُم ْس ِلَم اِت َفاْسَتْغ ِفُرْو ُه ِإَّنُه ُهَو‬
‫الَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬
Khutbah Kedua

‫ َو َأْش َهُد َأَّن َنِبَّيَنا ُمَحَّم ًدا‬،‫ َو َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه‬، ‫َأْح َم ُد َر ِّبي َو َأْشُك ُر ُه‬
‫َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬

‫الَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َنِبِّيَنا ُم َحَّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َم ْن َتِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم الِّدْيِن‬
Amma ba’du

Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …

Ada pertanyaan yang sering muncul, bolehkah menjual hasil qurban misalnya kulit? Bolehkah
pula panitia menukarkan kulit dengan daging dan tujuannya untuk dibagi kembali?

Cukup terjawab dengan perkataan ulama besar kita berikut ini.

Imam Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan, “Binatang qurban termasuk nusuk (hewan yang
disembelih untuk disembahkan pada Allah, pen.). Hasil sembelihannya boleh dimakan, boleh
diberikan kepada orang lain dan boleh disimpan. Aku tidak menjual sesuatu dari hasil sembelihan
qurban (seperti daging atau kulitnya, pen.). Barter antara hasil sembelihan qurban dengan barang
lainnya termasuk jual beli.” Lihat Tanwir Al-‘Ainain bi Ahkam Al-Adhahi wa Al-‘Idain, hal. 373,
Syaikh Abul Hasan Musthofa bin Isma’il As Sulaimani, terbitan Maktabah Al Furqon, cetakan
pertama, tahun 1421 H.

Ingat juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫َم ْن َباَع ِج ْلَد ُأْض ِح َّيِتِه َفَال ُأْض ِح َّيَة َلُه‬


“Barangsiapa menjual kulit hasil sembelihan kurban, maka tidak ada kurban baginya.” (HR. Al-
Hakim. Beliau mengatakan bahwa hadits ini shahih. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits
ini hasan.)

Saran kami untuk masalah kulit qurban:

1- Semua hasil kurban termasuk kulit diserahkan pada fakir miskin secara cuma-cuma alias
gratis, tanpa mengharap imbalan, juga tidak dibarter. Biar nantinya fakir miskin yang akan
memanfaatkannya, seperti ia menjualnya namun keuntungan untuk dirinya sendiri.

2- Kulit diserahkan kepada para penadah kulit secara cuma-cuma (gratis), tanpa mengharap
gantian daging atau kambing.

Demikian khutbah kami untuk Jumat kali ini. Semoga Allah berkahi ibadah kita di bulan
Dzulhijjah dan menerima qurban kita.
Shalawat sangat dianjurkan sekali di setiap Jumat dan kita pun dianjurkan untuk berdoa di hari
Jumat karena termasuk di antara doa yang mustajab. Moga doa-doa kita terus diperkenankan oleh
Allah SWT. Amiin...

Anda mungkin juga menyukai