Anda di halaman 1dari 7

CUBLAK-CUBLAK SUWENG

DRAMATIC PERSONAE
1. SYUHADA’ Suami
2. SUTI’AH Istri Syuhada’
3. SURTIYEM Asisten Rumah Tangga
4. MASIROH Tukan sayur
5. RATNA Tetangga
6. USTADZAH Ustadzah
7. KANG UMAR Tukang galon

DI TERAS SEBUAH RUMAH YANG CUKUP BAGUS, DENGAN SATU SET KURSI
DAN MEJA. SUASANA MENUNJUKAN WAKTU PAGI HARI, TERDENGAR SUARA
AYAM BERKOKOK DAN CUITAN BURUNG SESEKALI.
SUTI’AH TAMPAK DUDUK DI KURSI SEMBARI MEMBACA MAJALAH,
KEMUDIAN SURTIYEM KELUAR DENGAN DUA GELAS KOPI DI ATAS NAMPAN
YANG DIBAWANYA.
SUTI’AH (mengalihkan pandangan ke Surtiyem)
Bapak sudah bangun bi?
SURTIYEM (tersenyum lalu menggangguk)
Sedang mandi sepertinya bu,
(meletakkan gelas ke meja)
bu maaf, kebutuhan dapur sudah mau habis.
SUTI’AH
Iya,, nanti saya kasih.
SURTIYEM MENGANGGUK LALU MASUK KEMBALI KE DALAM RUMAH.
SYUHADA’ KELUAR SAMBIL MEMBAWA TAS KANTOR DAN MAP.
SYUHADA’ (menghampiri Suti’ah)
Mas berangkat dek.
SUTI’AH
Sebentar mas,
(membenarkan dasi Syuhada’)
Minum dulu kopinya.
(menarik Syuhada’ untuk duduk)
Mas, sudah saatnya kamu kasih aku uang bulanan.

1
SYUHADA’ (minum kopi)
Iya, nanti ya.
SUTI’AH (sedikit mendesak)
Kebutuhan dapur sudah menipis mas, sebentar lagi juga waktunya anak-anak bayar uang
gedung.
SYUHADA’
Iya nanti. Mas berangkat, Assalamu’alaikum.
SUTI’AH MENYALAMI SUAMINYA, LALU SYUHADA’ MENINGGALKAN
PANGGUNG, SUTI’AH KEMBALI DENGAN AKTIVITASNYA. TIDAK LAMA,
MASIROH MASUK DENGAN DAGANGAN SAYURNYA.
MASIROH
Sayur..sayur..Bu Ti’ah, sayurnya bu.
SUTI’AH (mengangguk)
Minta sawi, tempe sama tahunya saja ya mbak.
MASIROH (menyiapkan belanjaan)
Tumben bu, selalunya kalau nggak ayam ya ikan.
SUTI’AH (terkekeh canggung)
Iya mbak, sekali-kali ganti, biar bervariasi, nggak itu-itu saja.
MASIROH
Sudah dengar kabar terbaru belum bu?
SUTI’AH (penasaran)
Kabar apa mbak?
MASIROH
Suaminya Bu Fitri semalam ditangkap.
SUTI’AH (terkejut)
Suami.. yang anggota dewan itu? Kok bisa, kenapa mbak?
MASIROH
Katanya sih gara-gara korupsi,
(memberikan belanjaan)
Ini bu.
SUTI’AH (mengangguk)
Sebentar saya ambilkan uang dulu mbak.
SUTI’AH MASUK KE DALAM RUMAH, RATNA MASUK.
RATNA
Mbak Iroh.Saya tunggu-tumggu kok belum ke rumah, malah nongkrong di sini.
MASIROH
Sebentar lah bu, sabar. Lagi nunggu uang ini. Eh Bu Ratna, berita suaminya bu fitri yang
ditangkap karena korupsi itu benar?
RATNA

2
Iya, orang saya tetangganya, tapi udah kelihatan sih dari gaya hidupnya. Bu Fitri sendiri juga
kanan kiri emas. Lagipula, mana ada, orang baru dilantik beberapa bulan langsung kaya
begitu. Saya dan suami saja sudah bertahun tahun usaha, nggak kaya-kaya tuh.
(duduk)
Saya tempe, tahu, sama kangkung seikat ya mbak.
MASIROH (melirik pintu lalu berbisik)
Suaminya Bu Ti’ah ini kerja apa ya bu? Kok nggak pernah kelihatan di rumah.
RATNA
Katanya pegawai kantor gitu, tapi nggak tahulah, wong pulangnya juga malam terus.
MASIROH (mengangguk)
Jabatanya pasti tinggi ya kayaknya bu. Orang rumahnya bagus begini.
SURTIYEM KELUAR DARI DALAM RUMAH.
SURTIYEM (berdeham)
Ibu-ibu, pagi pagi sudah ngerumpi saja, ngomongin apa sih bu?
RATNA (gugup)
Nggak ngomongin apa-apa kok Yem,
(mengambil belanjaan)
Saya ngutang dulu ya mbak.
RATNA KELUAR DARI PANGGUNG DENGAN SEDIKIT TERBURU-BURU.
SUTRIYEM (agak sinis)
Ini uangnya mbak.
MASIROH (menggangguk gugup)
Terimakasih, mari Mbak Iyem.
MASIROH KELUAR DARI PANGGUNG, SURTIYEM GELENG-GELENG KEPALA
LALU MASUK KE DALAM RUMAH. USTADZAH MASUK KE PANGGUNG SAMBIL
MEMBAWA MAP.
USTADZAH (mengetuk pintu)
Assalamu’alaikum.. Assalamu’alaikum.
SUTI’AH (membuka pintu)
Wa’alikumsalam, ustadzah. Mari duduk.
(duduk)
Ada keperluan apa ya Ustadzah?
USTADZAH
Ini bu, saya mau minta sumbangan, untuk pembangunan masjid.
SUTI’AH (mengangguk)
Sebentar Ustadzah, saya ambilkan uang dulu.
SUTI’AH MASUK KE DALAM, USTADZAH MELIHAT-LIHAT SEKITAR. SUTI’AH
KELUAR.

3
SUTI’AH
Ustadzah ini uangnya.
USTADZAH
Iya terima kasih bu,
(memasukkan uang ke dalam map)
Pak Syuhada’ nya sedang libur ya bu?
SUTI’AH (heran)
Tidak, suami saya kerja kok hari ini Ustadzah.
USTADZAH
Loh? Tapi tadi saya lihat, Pak Syuhada’ ada di sekitar pasar.
SUTI’AH (terkekeh canggung)
Mungkin ustadzah salah lihat.
USTADZAH
Iya mungkin saya yang salah lihat. Yasudah, kalau gitu saya permisi dulu ya bu.
Assalamu’alaikum.
SUTI’AH
Iya, wa’alaikumsalam.
KANG UMAR DATANG SAMBIL MEMIKUL GALON, PANDANGAN MATANYA
TIDAK LEPAS DARI USTADZAH HINGGA USTADZAH KELUAR PANGGUNG.
KANG UMAR (menurunkan galon)
Ustadzah tadi kesini minta sumbangan ya mbak?
SUTI’AH
Iya kang
KANG UMAR
Terus Mbak Ti’ah kasih?
SUTI’AH (heran)
Iya kang, memangnya kenapa?
KANG UMAR
Lain kali kalau minta jangan dikasih mbak, uang sumbangannya suka dikorupsi sama dia,
(menunduk melihat galon)
Ini galonya mau ditaruh mana mbak?
SURTIYEM YANG MENDENGAR SUARA KANG UMAR MENGINTIP DI BALIK
PINTU DENGAN POSISI TUBUH SETENGAH TERLIHAT. TATAPAN MATANYA
SEPERTI ORANG KASMARAN.
SUTI’AH
Antar ke dalam saja kang. Bibi!
(menoleh ke pintu dengan sedikit terkejut)
Tolong antar kang umar kedalam ya

4
SURTIYEM (keluar lalu menggandeng tangan Kang Umar)
Ayo kang, masuk.
SURTIYEM DAN KANG UMAR MASUK, SUTI’AH MENGAMBIL GEMBOR UNTUK
MENYIRAM TANAMAN. TIDAK LAMA KANG UMAR KELUAR DARI DALAM
MENGHAPIRI SUTI’AH.
KANG UMAR
Saya permisi mbak.
SUTI’AH
Iya kang, uangnya sudah kan?
KANG UMAR (mengangguk)
Ngomong-ngomong mbak, Pak Syuhada’ kenapa mondar mandir di sekitar pasar? Pakai jas
sambil bawa map lagi.
SUTI’AH (heran)
Suami saya?
KANG UMAR
Iya, suaminya Mbak Ti’ah.
SUTI’AH
Tapi suami saya tadi pagi berangkat kerja kok kang. Mungkin kang umar salah lihat.
KANG UMAR
Nggak mungkin salah lihat, mbak. Sudah seminggu ini, saya lihat Pak Syuhada’ seperti itu.
SUTI’AH TERLIHAT SETENGAH MELAMUN, KANG UMAR YANG MELIHATNYA
MEMILIH PAMIT.
KANG UMAR
Yasudah saya permisi mbak, mari.
SUTI’AH (mengangguk)
Mari.
KANG UMAR KELUAR DARI PANGGUNG, SUTI’AH TERMENUNG LALU MASUK
KE DALAM.
SUASANA MALAM, SUTI’AH MONDAR MANDIR MENUNGGU SUAMINYA
PULANG DI DEPAN RUMAH, SESEKALI SUARA JANGKRIK TRDENGAR
BERSAUTA-SAUTAN. TIDAK LAMA SYUHADA’ MASUK KE PANGGUNG.
SUTI’AH LANGSUNG MENGHAMPIRINYA.
SUTI’AH
Mas, kamu dari mana?
SYUHADA’ (mengernyit)
Kerja lah dek, kemana lagi?
SUTI’AH
Jangan bohong!
SYUHADA’
Bohong apa? Kamu lihat sendiri kan waktu mas berangkat tadi pagi.

5
SUTI’AH
Kerja? Tadi ustadzah sama Kang Umar lihat kamu mondar mandir di sekitar pasar, kerja apa
kamu?
SYUHADA’
Mungkin mereka salah lihat dek.
SUTI’AH
Salah lihat? Ya kalau cuma sekali dua kali mungkin iya salah lihat. Tadi kang umar bilang,
sudah seminggu ini, dia lihat kamu mondar mandir nggak jelas di sekitar pasar. Kamu juga
aneh akhir-akhir ini, kelihatan lesu, linglung sepeti orang bingung. Kamu sebenarnya kenapa
mas?
(menggoyangkan bahu Syuhada’)
Mas, jangan diam saja! Jawab!
SYUHADA’
Oke mas jawab!
(menghela napas lalu duduk)
Mas sebenarnya di PHK dari kantor, karena mas ketahuan korupsi dana produksi.
SUTI’AH (berkaca-kaca)
Oh, ini alasan kamu terlambat kasih aku uang bulanan. Jadi selama ini kamu kasih aku dan
ana-anak makan uang haram?! Kenapa harus sampai korupsi sih mas?!
SYUHADA’
Mas terpaksa dek, setahun lalu mas ditipu orang. Uang habis semua, sedangkan anak-anak
baru masuk sekolah. Mas butuh uang!
SUTI’AH
Kenapa kamu nggak jujur saja sih mas? Aku bisa pinjam ke ibu, atau aku cari kerja kalau
perlu.
SYUHADA’
Kamu itu jangan apa-apa ibu, apa-apa ibu. Kalau kamu pinjam ke ibu, mas malu dek, dimana
harga diri mas, sebagai kepala keluarga yang harusnya memberikan nafkah?! Kalau kamu
kerja, apa kata orang-orang nanti? Kamu mau mas dipandang sebagai suami yang tidak
bertanggung jawab, sampai membiarkan istrinya bekerja?
SUTI’AH
Harga diri, ya.. ya sepertinya harga diri memang lebih penting buat kamu mas. Terus
sekarang solusinya apa?! Kamu nggak kerja, aku nggak boleh kerja. Nasib aku, nasib anak-
anakmu? Bagaimana?! cara kita bayar gaji bibi bagaimana?! Jawab! Ya Allah mas, mas!
SUTI’AH MASUK SEDIKIT MEMBANTING PINTU, SEDANGKAN SYUHADA’
MULAI MENAGIS MENYESALI PERBUATANYA.

-SELESAI-

6
7

Anda mungkin juga menyukai