Anda di halaman 1dari 24

BASE ISOLATOR PADA BANGUNAN

(Konsep Dasar dan Desain Pemasangannya Pada Bangunan)

Oleh :
I Gusti Made Sudika*
FT- UNR

Abstrak
Perencanaan bangunan tahan gempa konvensional selama ini berdasarkan pada konsep
bagaimana meningkatkan kapasitas tahanan struktur terhadap gaya gempa yang bekerja
padanya (membuat: Capacity > Demand).
Adalah tidak praktis untuk terus meningkatkan kekuatan bangunan dengan tak terbatas.
Seiring dengan perkembangan teknologi dalam perencanaan bangunan tahan gempa, telah
dikembangkan suatu pendekatan desain alternatif untuk mengurangi resiko kerusakan
bangunan akibat gempa, dan mampu mempertahankan integritas komponen struktural dan
non-struktural terhadap gempa kuat. Pendekatan desain ini bukan dengan cara memperkuat
struktur bangunan, tetapi adalah dengan mereduksi gaya gempa yang bekerja pada
bangunan. Salah satu konsep pendekatan perencanaan yang telah digunakan banyak orang
adalah dengan menggunakan isolasi seismic atau sering juga disebut dengan nama base
isolation.
Dalam tulisan ini dibahas mengenai jenis isolator yang telah dikembangkan, konsep dasar
dari desain dan penempatannya pada bangunan.

Kata kuunci: Base Isolation,Isolasi Seismic, Gempa

1. Pendahuluan
Sebagian dari wilayah di dunia yang dihuni manusia merupakan daerah
rawan gempa, dan harapan masyarakat adalah bagaimana para ahli struktur mampu
mendisain bangunan sedemikian rupa sehingga masyarakat dapat tinggal didalamnya
dengan tenang dan aman terhadap guncangan gempa.

Filosophi perencanaan bangunan tahan gempa yang diadopsi hampir seluruh Negara di
dunia mengikuti ketentuan berikut ini (Teruna,2007):

a) Pada gempa kecil bangunan tidak boleh mengalami kerusakan


b) Pada gempa menengah komponen struktural tidak boleh rusak, namum komponen
non-struktural diijinkan mengalami kerusakan
c) Pada gempa kuat komponen struktural boleh mengalami kerusakan, namum
bangunan tidak boleh mengalami keruntuhan
Jadi, bangunan yang dirancang secara konvensional harus mampu berdeformasi
inelastic, dengan kata lain bangunan harus berperilaku daktail. Namun, meningkatkan
kinerja bangunan pada level operasional merupakan tujuan utama bagi beberapa tipe

*Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik niversitas Ngurah Rai-Denpasar
Diterbitkan pada Jurnal Teknik Gradien Fakultas Teknik Universitas Ngurah Rai. 1
bangunan seperti:

a) Bangunan yang berhubungan dengan fasilitas keadaan darurat (rumah sakit,


pembangkit listrik, telekomunikasi, dsb)
b) Bangunan dengan komponen atau bahan yang beresiko tinggi terhadap makhluk
hidup(fasilitas nuklir, bahan kimia, dsb)
c) Bangunan yang berhubungan dengan orang banyak (mall, apartemen,
perkantoran, hotel, dsb)
d) Bangunan yang berhubungan dengan pertahanan Negara
e) Bangunan yang memiliki komponen dan peralatan elektronik yang mahal
f) Bangunan/museum/monumen yang berhubungan dengan sejarah
Perencanaan bangunan tahan gempa konvensional selama ini berdasarkan pada konsep
bagaimana meningkatkan kapasitas tahanan struktur terhadap gaya gempa yang bekerja
padanya (membuat: Capacity > Demand). Langkah umum yang biasanya dilakukan
misalnya dengan mengunakan shear wall, system rangka pemikul momen khusus,
system rangka dengan brasing dan sebagainya. Konskwensinya, pada bangunan dimana
kekakuan lateralnya cukup besar akan mengalami percepatan lantai yang besar,
sedangkan pada bangunan fleksibel akan mengalami perpindahan lateral yang cukup
besar, sehingga bangunan akan mengalami kerusakan yang signifikan pada peristiwa
gempa kuat.(Teruna,2007)

Gambar 1.1 Transmition of Ground Motions (Kelly,2001)

Seperti kita ketahui, bahwa gempa bumi terjadi dan bersifat takterkendalikan. Maka,
dalam pengertian itu, kita harus menerimanya dan pastikan bahwa kapasitas struktur
melebihinya. Untuk mengimbangi percepatan bumi yang meningkat pada saat

2
terjadi gempa, kekuatan bangunan menyangkut daya tahan struktur harus
ditingkatkan untuk menghindari struktural rusak. (Kelly, 2001)
Adalah tidak praktis untuk terus meningkatkan kekuatan bangunan dengan tak
terbatas. Di daerah-daerah rawan gempa yang tinggi, percepatan-percepatan yang
menyebabkan guncangan di dalam bangunan bisa melebihi satu atau bahkan dua kali
percepatan karena gaya gravitasi, g.
Merancang bangunan agar memenuhi tingkat kekuatan ini bukanlah pekerjaan
gampang, maupun murah. Maka kebanyakan peraturan-peraturan mengizinkan
Engineer untuk menggunakan daktilitas untuk mencapai kapasitas. Daktilitas adalah
suatu konsep tentang membiarkan unsur-unsur struktural untuk mengubah bentuk di
luar batas elastiknya pada suatu cara yang dikendalikan. Di luar batas ini, elemen
struktural melemah dan dispalcement akan bertambah hanya dengan peningkatan
gaya yang kecil.
Mengingat hal tersebut di atas, adalah suatu hal yang sulit untuk menghindari kerusakan
bangunan-bangunan akibat gempa bila digunakan perecanaan konvensional, karena
hanya bergantung kepada kekuatan komponen struktur itu sendiri, serta perilaku respon
pasca elastis.

Seiring dengan perkembangan teknologi dalam perencanaan bangunan tahan gempa,


telah dikembangkan suatu pendekatan desain alternatif untuk mengurangi resiko
kerusakan bangunan akibat gempa, dan mampu mempertahankan integritas komponen
struktural dan non-struktural terhadap gempa kuat. Pendekatan desain ini bukan
dengan cara memperkuat struktur bangunan, tetapi adalah dengan mereduksi gaya
gempa yang bekerja pada bangunan. Salah satu konsep pendekatan perencanaan yang
telah digunakan banyak orang adalah dengan menggunakan isolasi seismic atau sering
juga disebut dengan nama base isolation.

2. Konsep Dasar Base Isolation


Gagasan-gagasan di balik konsep dari base isolation adalah sangat sederhana, yaitu
bagaimana memisahkan antara dasar bangunan yang berhubungan dengan tanah dan
struktur bangunan atas, sehingga gerakan tanah tidak secara langsung ditransfer ke
struktur atas. Konsep isolasi seismic merupakan perkembangan yang cukup signifikan
dalam rekayasa kegempaan dalam 20 tahun terakhir ini. Sistem ini telah banyak
digunakan Negara-Negara yang mempunai resiko tinggi terhadap gempa seperti

3
Jepang, Italy, USA, Selandia Baru, Portugal, Iran, Indonesia, Turki, China, dan
Taiwan,. sistem ini akan memisahkan bangunan atau struktur dari komponen
horizontal pergerakan tanah dengan menyisipkan bahan isolator dengan kekakuan
horizontal yang relative kecil antara bangunan atas dengan pondasinya. Bangunan
dengan sistem ini mempunyai frekwensi yang jauh lebih kecil dari bangunan
konvensional dan frekwensi dominan dari gerakan tanah. Akibatnya percepatan gempa
yang bekerja pada bangunan menjadi lebih kecil. Ragam getar pertama bangunan
hanya menimbulkan deformasi lateral pada sistem isolator, sedangkan bagian atas
akan berperilaku sebagai rigid body motion. Ragam-ragam getar yang lebih tinggi
yang menimbulkan deformasi pada struktur adalah orthogonal terhadap ragam pertama
dan gerakan tanah sehingga ragam-ragam getar ini tidak ikut berpartisipasi didalam
respons struktur, atau dengan kata lain energi gempa tidak disalurkan ke struktur
bangunan (Naeim and Kelly, 1999 dalam Teruna,2007 )

Pada gempa kuat, isolator dengan kekakuan horizontal yang relatif kecil ,akan
menyebabkan perioda alamiah bangunan lebih besar, (umumnya antara 2 s/d 3,5
detik). Pada perioda ini, percepatan gempa relatif kecil, khususnya pada tanah keras.
Berhubung isolator akan mereduksi percepatan pada struktur bangunan. Namun,
sebaliknya akan menyebabkan peningkatan perpindahan pada bangunan. Untuk
membatasi perpindahan sampai pada batas yang dapat diterima, sistem isolasi juga
dilengkapi dengan elemen-elemen yang mampu mendissipasi energi. Disamping itu,
sistem isolasi juga mempunyai kemampuan untuk kembali pada posisi semula setelah
terjadinya gerakan seismik. Sedangkah pada gempa kecil atau akibat angin kekakuan
horizontal dari sistem isolator harus memadai, agar tidak menimbulkan getaran yang
menyebabkan ketidaknyamanan penghuninya. Gambar 1.1 dan 1.2 dapat dilihat efek
dari redaman (dumping) pada percepatan(accelerations) dan (perpindahan)
displacement isolator.( Kelly,2001)

4
DISPLACEMENT (inches)

Gambar 1.1 Effect of Damping on Displacement

Gambar 1.1 Effect of Damping on Accellerations

3. Beberapa Tipe Base Isolator


3.1 Sliding System
Sistem sliding secara konsep sangat sederhana dan dapat didekati secara teoritis.
Suatu lapisan didefinisikan sebagai koefisien gesek yang akan membatasi
percepatan-percepatan pada nilai tertentu dan gaya yang dapat dipancarkan juga
akan dibatasi pada koefisien gesek dikalikan berat.

5
Sistem sliding murni akan menimbulkan perpindahan (displacement) tak terhingga,
dengan batas atas sepadan dengan pemindahan bumi maksimum untuk suatu
koefisien gesek mendekati nol. Suatu struktur dengan sistim sliding tanpa gaya
pemulih, akan mungkin berakhir di suatu posisi yang dipindahkan setelah satu
gempa bumi dan boleh melanjutkan untuk memindahkan dengan aftershocks.

Ketiadaan suatu gaya pemulih bisa diperbaiki dengan menggunakan isolator yang
digabungkan dengan tipe-tipe yang lain yang mana mempunyai suatu gaya pemulih
atau dengan menggunakan bentuk permukaan luncur yang tidak datar , misalnya
permukaan luncur yang berbentuk bola.

3.2 Ealstomeric Bearings


Elastomeric bearings terbuat dari lapisan-lapisan horisontal karet alami atau karet
sintetis berupa lapisan tipis merekat diantara pelat baja. Pelat baja mencegah lapisan-
lapisan karet menggelembung, dengan demikian bearing itu mampu mendukung
beban vertikal yang besar dengan hanya mengalami deformasi yang kecil. Terhadap
beban lateral bearing itu flexibel.

Elastomeric bearings yang sederhana menyediakan fleksibilitas, tetapi tidak ada


peredaman signifikan dan akan bergerak pada beban layan. Salah satu metode yang
digunakan untuk mengatasi kekurangan ini adalah dengan memasang inti pada
bearing, elastomers special yang diformulasi dengan redaman tinggi dan kekakuan
untuk regangan kecil, atau digabung dengan piranti lain.

3.3 Springs
Ada beberapa peranti-peranti dengan bahan dasar dari pegas-baja (steel springs)
tetapi umumnya pemanfaatannya hampir bisa dipastikan adalah untuk isolati
permesinan. Kelemahan utama dari pegas-pegas adalah karena bersifat fleksibel pada
kedua arah (vertical dan horizontal). Pegas sendiri memiliki redaman yang kecil dan
akan bergerak terlalu sering pada beban layan.

3.4 Rollers and Ball Bearings


Seperti pada pegas, umumnya dipakai pada permesinan. Tergantung pada bahan dari
peluncur atau bantalan bola, ketahanan terhadap gerakan dapat cukup untuk
menahan beban dan dapat menghasilkan redaman.

6
3.5 Soft Story, Including Sleeved Piles
Fleksibilitas disediakan oleh pin pada ujung elemen struktur seperti tiang dalam
selubung, yang mana mengijinkan bergerak atau melemahkan tingkat pertama dari
bangunan. Unsur-unsur ini menyediakan fleksibilitas tetapi tidak memberikan
redaman, atau ketahanan pada beban layan dan pemakainnya bersama-sama dengan
piranti lain yang menyediakan fungsi ini.

3.6 Rocking Isolation Systems


Sistem Rocking isolation adalah suatu kasus yang khusus dari disipasi energi yang
mana tidak sesuai dengan definisi klasik isolation dengan mengijinkan translasi arah
lateral. Sistim ini digunakan untuk struktur-struktur yang langsing dan prinsip
dasarnya adalah karena suatu ayunan tubuh, periode dari respon meningkat dengan
meningkatkan amplitudo ayunan. Hal ini menyebabkan efek periode berkala.
Kemampuan memikul beban layan disediakan oleh berat dari struktur. Peredaman
dapat ditambahkan dengan menggunakan peranti-peranti seperti baut atau kantilever-
kantilever baja.

Gambar 3.1 Salah satu type Isolator Gambar 3.2 Pengujian geser Isolator
(Elastomeric Bearing)

a. Gedung dengan Base Isolation b. Posisi Isolator

Gambar 3.3 Bangunan yang menggunakan Isolasi seismic

7
4. Konsep Desain Sistem Isolasi
4.1 Prosedur Disain

Syarat-syarat batas kemampuan sistim


struktur dan batasan simpangan total
dapat digunakan untuk
menggambarkan periode optimum
yang efektip dan tingkat peredaman.
Sayangnya, pemilihan perangkat keras
untuk menyediakan parameter-
parameter ini bukanlah sederhana.

Kebanyakan sistem isolasi Gambar 4.1 Isolator performance


menghasilkan hysteretic redaman.
Periode efektip dan redaman adalah
merupakan fungsi dari perpindahan ,
seperti yang ditunjukkan di dalam
Gambar 4-1 untuk lead rubber
bearing.

Oleh karena ketergantungan


displacement ini, proses harus
dilakukan dengan cara iterasi seperti Gambar 4.2 Iteratif procedure for design
terlihat pada skema (Gambar 4.2)
untuk sistem elastomeric bearing
isolation.

Suatu kesulitan lebih lanjut muncul untuk tipe-tipe dari bearing ini, seperti periode dan
redaman, ukuran rencana minimum dari bearing dan juga fungsi dari displacement.
Untuk menyelesaikan masalah ini diperlukan langkah-langkah perhitungan dengan
iterasi. Saat ini bebrapa produsen telah menyertakan spesifikasi teknis yang lengkap
mengenai isolator yang diproduksinya.

8
Langkah-langkah iterasi yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut:

1. Pada masing-masing lokasi Isolator, pilih suatu ukuran rencana yang bearing/tegas
berdasar pada beban vertikal dan asumsikan suatu displacement pada peride dan
redaman yang ditargetkan.

2. Hitung kekakuan efektip, periode dan dan equivalent viscous damping pada
displacement yang diasumsikan.

3. Dari parameter beban gempa, hitung actual displacement untuk kekakuan dan
redaman ini.

4. Hitung kembali redaman untuk actual displacement. Ulangi step 3 jika perlu.

5. Cek dan lakukan penyesuaian ukuran rencana minimum yang diperlukan untuk
mendukung beban-beban vertikal pada pemindahan ini jika yang perlu.

Step tersebut terus diulang-ulang sampai didapatkan nilai yang konvergen. Agar
perhitungan lebih mudah dan cepat sebaiknya menggunakan bantuan computer untuk
proses iterasi.

4.2 Propertis Karet Bahan Dasar Isolator


Material karet yang dapat digunakan untuk isolator secara umum berada dalam skala
kekerasan dari 37 sampai 60, dengan propertis seperti terlihat pada Table 4.1.

Tabel 4.1 Propertis karet bahan dasar isolator


Hardness Young s Shear Material Elongation
IRHD ±2 Modulus Modulus Constant at
E G k Break
(MPa) (MPa) Min, %
37 1.35 0.40 0.87 650
40 1.50 0.45 0.85 600
45 1.80 0.54 0.80 600
50 2.20 0.64 0.73 500
55 3.25 0.81 0.64 500
60 4.45 1.06 0.57 400

9
4.3 Kekakuan vertikal dan kapasitas beban
Pengaruh parameter yang dominan kekakuan vertikal, dan kapasitas beban vertikal,
dari suatu elastomeric bearing adalah faktor bentuk. Faktor bentuk dari suatu lapisan
internal, Si, dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

= untuk bearing persegi dan lingkaran. …………………………..4.1

Untuk Lead Rubber Bearings, yang ada lubang untuk lead core,

= ……………………………………………………….4.2

dimana:

Si: Shape factor for layer I ; B: Overall plan dimension of bearing; Bb: Bonded plan
dimension of rubber : ti: Rubber layer thickness ; Ab=Bonded area of rubber : Apl=
Area of lead core

4.4Kekakuan vertical

Kekakuan vertikal dari suatu lapisan internal dihitung


sebagai:

= ...................................................... 4.3

dimana modulus tekan, Ec, adalah fungsi dari Shape factor


dan konstanta material sebagai berikut :

= 1+2 ………………………… 4.4

Di dalam persamaan kekakuan vertikal, suatu daerah


yang diredusir dari karet, Ar, dihitung didasarkan pada
overlap daerah-daerah antara atas dan dasar dari bearing
Gambar 4.3 Luas daerah
pada suatu displacement, ∆, sebagai berikut (lihat tekan efektif
Gambar 4.3):

10
= 1 untuk bearing persegi …………………………………… 4.5

= 0,5 untuk bearing lingkaran …………………….. 4.6

dimana:

= ( ) …………………………………………………………… 4.7

dimana modulus tekan efektif, Ec, lebih besar dibandingkan dengan bulk modulus E∞
dan deformasi vertical merupakan bulk modulus dimasukkan sebagai pembagi Ec oleh
1+(Ec/E∞) untuk menghitung kekauan vertical.

Efek bulk modulus digunakan ketika kekakuan vertical dipakai untuk


menghitungdeformasi vertical dari bearing, tetapi bukan regangan geser akibat beban
vertical.

AASHTO 19999 mengenai Guide Specifications menyatakan sebagai berikut:

4.5 Kapasitas Tekan


Kapasitas terhadap beban vertical dihitung dengan menjumlahkan total regangan
geser yang terjadi dalam elastomer. Total regangan dibatasi oleh batas molor dari
elastomer dibagi dengan faktor keamanan sesuai dengan kondisi pembebanan.
Regangan geser dari beban vertical,
ε sc= 6 si ε c …………………………………………………………………… 4.8
dimana :
= …………………………………………………………………….. . 4.9

jika pengaruh dari rotasi bearing dimasukkan ke persamaan ini maka regangan geser
menjadi :

= ………………………………………………………………….... 4.10

11
Regangan geser akibat beban lateral adalah:

= ……………………………………………………………………. 4.11

Untuk beban layan seperti beban mati dan beban hidup, criteria regangan batas dalam
AASHTO14.5.IP adalah:
dimana f=1/3 (faktor keamanan =3)
dan untuk beban ultimit dimana termasuk beban gempa :
+ dimana f=0,75 (faktor keamanan 1,33)
Kombinasi dari persamaan tersebut, beban vertikal maksimum, Pγ , pada simpangan ∆
dapat dihitung dari :
( )
= ................................................................................... 4.12

4.6 Ketentuan AASHTO 1999


a. Regangan akibat beban hidup dan beban mati (tidak termasuk beban gempa), ε s,s

dan regangan akibat beban gempa, ε s,eq.dibatasi sebagai berikut :


2,5
+ , + 5,0
+ , + 0,5 5,5
b. Regangan geser akibat gaya tekan, , adalah fungsi dari faktor keamanan
maksimum:

= untuk 15, ................................................... 4.13


( )

( )
= untuk S > 15 ................................................... 4.14

4.7 Buckling Load Capacity


Untuk bearing yang mempunyai ketebalan relative tinggi, Elastic Buckling load
merupakan hal yang kritis. Buckling load dihitung dengan the Haringx Formula
sebagai berikut :

12
Momen inertia :

=
12

=
64

Modulus elastisitas efektif adalah :


Eb=E(1+0,742Si2) ........................................................................................... 4.15
Konstanta T, R dan Q dihitung dengan:

=( )+( 1) ................................................................................. 4.16

Buckling load pada simpangan =0 adalah :

= 1+ 1 ................................................................................ 4.17

untuk penerapan pada simpangan geser beban critical buckling diredusir sebagai
berikut:
= . ................................................................................ 4.18

4.8 Kekakuan Lateral dan Histeresis Parameter dari Bearing


Lead Rubber bearings, dan Elastomeric bearing dibuat dari karet dengan redaman
tinggi, mempunyai suatu hubungan gaya dan defleksi taklinear. hubungan ini disebut
dengan loop histeresis, menggambarkan kekakuan yang efektip (rata-rata kekakuan
pada suatu simpangan yang ditetapkan) dan redaman hysteretic disediakan oleh
sistim. Tipikal kurva histeresis untuk Lead-rubber bearing adalah seperti yang
ditunjukkan di dalam Gambar 4.4.

13
Gambar 4.4 Kurva hysteresis LRBs

Untuk keperluan desain dan analisis, bentuk ini biasanya diwakili oleh kurva bilinear
dengan kekakuan elastic (Ku) dan kekakuan leleh (Kd). Post-elastik stiffness Kd
adalah sama dengan kekakuan dari elastomeric bearing sendiri (Kr). Gaya yang
memotong sumbu displacement=0 disebut Qd, di mana:

Qd = σ y.Apl ................................................................................. 4.19

Secara teoritis tegangan leleh dari inti bearing (lead), σ y, adalah 10,5 MPa (1,5 ksi)

tetapi kenyataannya secara umum berada pada kisaran 7 MPa sampai 8,5 MPa (1,0
sampai 1.22 ksi), tergantung pada beban vertical dan lead core confinement.
kekakuan Post-elastk, Kd , adalah sama dengan kekakuan geser dari elastomeric
bearing sendiri:

= ................................................................................. 4.20

Modulus geser, Gγ , untuk High damping ruber bearing adalah merupakan fungsi dari
regangan geser γ , dengan asumsi lead-rubber bearing diproduksi dari karet alami
dengan pemeliharaan standar.
Ku = Kr
untuk elastomeric bearings

= 6,5 1+ ..................................................................... 4.21

14
untuk lead-rubber bearings
= 25 ............................................................................. 4.22
Gaya geser bearing pada simpangan spesifik adalah :
Fm = Qd + Kr .∆ ............................................................................. 4.23
dari rata-rata, atau efektif, kekakuan dapat dihitung dengan :
= ............................................................................. 4.24

sedangkan periode dapat dihitung dengan :

=2 ............................................................................. 4.25

luas area yang diarsir pada kurve histeresis untuk LBRs, yang dihitung pada
simpangan=∆m adalah: Ah = 4Qd(∆m - ∆y)
Equivalent viscous damping (β ) dihitung dengan rumus:

= ................................................................................ 4.26

= ................................................................................ 4.27

5. Disain Pemasangan Isolasi Seismic (Connection Design)


5.1. Elastomeric Based Isolators
Pada awalnya seismic isolation bearings menggunakan pelat baja dengan baut yang
melekat pada bearing. Teknologi industry saat ini telah memproduksi isolasi
seismic dihasilkan menngunakan pelat flens, atau load plates, yang dilekatkan pada
sisi atas dan bawah bearing pada saat produksi. Plat-plat ini beukuran lebih besar
dibanding isolator dan digunakan untuk menghubungkan bearing tersebut pada
pondasi dan struktur atas.

Load plate bisa berbentuk lingkaran, bujur sangkar atau segi empat, tergantung pada
kondisi proyek. Posisi baut harus cukup jauh dari isolator sedemikian hinga tidak
merusak bearing saat terjadi simpangan maksimum akibat gempa besar.
Secara konsepsual isolator yang di install diantara pondasi dan struktur atas dapat
dilihat pada gambar 5.1. Desain sambungan harus dipastikan dapat mentransfer gaya
maksimum dengan aman dari pondasi lewat bearing ke struktur atas.

15
Gambar 5.1 Typical Installation in New Building

5.2 Dasar Desain


Hubungan dari isolation bearing pada suatu struktur harus mampu mentransfer gaya
geser, beban vertical dan dan momen lentur. Momen lentur terdiri dari momen
primer (V.H) dan momen sekunder akibat efek P.∆. Disain geser relative bisa secara
langsung. Disain momen lentur cukup rumit karena bentuk dari blok tegangan tekan
belum diketahui, khususnya pada beban horizontal yang ekstrim.
Seperti diketahui bahwa pendekatan disain yang digunakan disini adalah sangat
sederhana dan tidak dapat merepresentasikan kondisi tegangan yang sesungguhnya
dari hubungan (Connection interface) ini. Bagaimanapun juga, prosedur ini
menunjukkan hasil yang konservatif, seperti yang ditunjukkan oleh uji prototype
dengan menggunakan baut yang lebih sedikit , dan pelat lebih tipis, dibandingkan
dengan yang akan dibutuhkan oleh penerapan prosedur ini.
Desain bearing termasuk desain plat dan desain baut. Dasar desain bergantung pada
spesifikasi proyek, tetapi secara umum harus mengikuti ketentuan nilai-nilai
tegangan izin AASHTO, dengan faktor peningkatan beban gempa(seismic) sebesar
4/3, atau mengikuti persyaratan-persyaratan AISC.

16
5.3 Design Actions
Hubungan-hubungan dirancang untuk dua kondisi, (1) beban lateral maksimum dan
(2) beban lateral minimum, masing-
masing searah dengan simpangan akibat
gempa maksimum dan gaya geser.
Bearing tersebut dibaut pada struktur atas
dan bawah dan berfungsi sebagai ujung
kolom yang menerima momen disain.
Gambar 5.2 Gaya-gaya pada Bearing
Gambar 5.2 menunjukkan gaya-gaya pada kondisi terdeformasi
yang terjadi pada bearing. Gambar 5.3
menunjukkan bagaimana aksi-aksi itu
bisa dihitung sebagai satu kolom
ekivalen pada sumbu pusat dari bearing.
Momen total akibat gaya geser , V.H,
ditambah eksentrisitas, P∆, ditahan oleh
momen yang sama pada bagian atas dan
bawah dari isolator. Momen disain dapat
Gambar 5.3 Gaya-gaya pada kolom
dihitung dangan persamaan: ekivalen
M= ½(VH+P∆) …………. 5.1

5.4. Desain Baut


Prosedur desain diadopsi dari pemasangan
plat penghubung didasarkan pada kondisi
yang disederhanakan seperti ditunjukkan
di dalam Gambar 5.4, di mana beban aksial
dan momen di tahan oleh kelompok baut.
Di dalam Gambar 5.4, luasan yang
digunakan untuk menghitung P/A adalah
luas total semua baut dan modulus tampang
Gambar 5.4 Asumsi distribus gaya baut.
digunakan untuk menghitung M/S adalah
modulus tampang dari semua baut.
Gambar 5.4 memperlihatkan tampang suatu plat beban berbentuk lingkaran. Suatu
pendekatan yang serupa digunakan untuk bentuk-bentuk yang lain.

17
Seperti diketahui pada kenyataannya gaya tekan akan ditahan oleh kuat tekan dari
pelat. Kekakuan bearing untuk menghitung ratio modular, dengan demikian posisi
garis netral, tidak diketahui. Inilah yang menjadi alasan kenapa dibuat asumsi
kelompok baut. Anggapan ini adalah konservatif, karena mengabaikan modulus
tampang yang aktual dengan demikian merupakan batas atas dari tegangan baut.

Prosedur untuk desain baut adalah:


1. Hitung gaya geser per baut sebagai V/n, di mana n adalah banyaknya baut-baut.
2. Hitung beban aksial per baut sebagai P/A
3. Hitung tegangan per baut denngan momen = M/S, dimana S adalah modulus
tampang kelompok baut.
4. Hitung tegangan netto per baut = P/A -M/S
5. Periksa baut untuk kombinasi tegangan geser ditambah tegangan tarik.
Prosedur ini dilaksanakan untuk beban lateral maksimum dan minimum.

5.5 Desain Plat


Untuk suatu pelat berbentuk lingkaran, asumsi distribusi gaya-gaya pada pelat segi
empat tetap bisa dipakai sebagai dasar perhitungan, seperti ditunjukkan di dalam
Gambar 5.5.
Lenturan diasumsikan kritis pada sekeliling segmen di bagian sisi tarik dari bearing.
Secara konservatif, dianggap bahwa semua baut (tiga di dalam contoh ini)
mempunyai tegangan yang maksimum, dan juga bahwa ketiga baut tersebut
mempunyai lengan tuas dari baut yang paling jauh.
Prosedur desain diadopsi untuk suatu pelat lingkaran didasarkan pada kondisi
seperti ditunjukkan di dalam Gambar 5.6.

18
Gambar 5.6 Pelat lingkaran Gambar 5.5. Pelat bujur sangkar

6. Lokasi Pemasangan Isolator Pada Gedung


Sebagai syarat utama untuk instalasi sistem isolasi seismic adalah bangunan mampu
bergerak secara horizontal, biasanya minimal 100 mm dan dalam kasus tertentu
sampai dengan 1meter.
Contoh lokasi pemasangan isolator dapat dilihat pada gambar 6.1, 6.2, dan 6.3
• Untuk bangunan tanpa basement, isolator
ditempatkan diantara pondasi dan struktur
atas seperti terlihat pada gambar 6.1.
Tinggi bebas ruang spasi (crawl space)
biasanya dirancang sedemikian hingga
bisa memberikan keleluasaan untuk
inspeksi dan kemungkinan penggantian
isolator. Umumnya berkisar antara 1,2 – Gambar 6.1 Bangunan tanpa
basement
1,5 meter.

19
• Jika bangunan memiliki basement, maka lokasi isolator bisa ditempatkan di
puncak kolom, tengah-tengah, atau pada bagian dasar kolom/dinding
basement seperti terlihat pada gambar 6.2.

Gambar 6.2 Bangunan dengan basement

• Untuk instalasi isolator pada dinding, maka dinding tersebut harus diperkuat
untuk bisa mentransfer momen lentur dari gaya-gaya yang bekerja pada
isolator ke pondasi, dalam hal ini biasanya memerlukan pilar segi empat
seperti terlihat pada gambar 6.3.

Gambar 6.3 penempatan isolator pada dinding

20
7.Contoh Detail Pemasangan Isolator pada gedung
Gambar 7.1 sampai dengan 7.5 merupakan contoh detail penempatan isolator pada
proyek baru dan juga proyek perbaikan struktur (retrofit project).

Gambar 7.1 Contoh Pemasangan Isolator pada bangunan baru

Gambar 7.2 contoh detail pemasangan isolator pada dinding

21
Gambar 7.3 Contoh Installation: Existing Column

Gambar 7.4 Contoh Installation: Existing Masonry wall

22
Gambar 7.5 Contoh Installation: Steel column

8. Penutup

Base Isolation yang biasa disebut isolasi seismic, merupakan salah satu kemajuan
teknologi dibidang perancangan bangunan tahan gempa, yang memakai prinsip
Pendekatan desain bukan dengan cara memperkuat struktur bangunan, tetapi adalah
dengan mereduksi gaya gempa yang bekerja pada bangunan.
Kriteria utama dari pemilihan pemakian isolasi seismic ini adalah : jika banguna
berada pada tingkat resiko gempa tinggi, dan jika akibat beban gempa dibutuhkan
detai-detail yang terlalu besar, dimana tidak dibutuhkan akibat pembebanan yang lain.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan pada pemilihan pemakain isolasi seismic adalah:
a. Berat bangunan, base isolation akan semakin efektif bekerja pada bangunan
dengan massa yang berat.
b. Periode struktur, isolasi seismic akan lebih efektif jika diterapkan pada
bangunan dengan periode yang kecil.
c. Kondisi tanah, isolasi seismic sangat efektif pada tanah dasar keras.
Detail pemasangan dan penempatan isolator memerlukan beberapa asumsi yang
banyak dipengaruhi oleh type dari isolator yang digunakan.

23
Daftar pustaka

Chopra, Anil K, 1995,Dinamics Of Structures Theory and Aplicastions to


Eartquake Engineering,Prentice-Hall, New Jersey

Department of Public Works, 2005, Base Isolation Technology Los Angeles City
Hall Seismic Rehabilitation Project,- Bureau of Engineering Los
Angeles City

Kelly, Trevor E, 2001, Base Isolation of Structures- Design Guidelines,Edisi Revisi


Juli 2001,Holmes Consulting Group,New Zealand

Kelly, James M.,1998 "Base Isolation: Origins and Development." National


Information Service for Earthquake Engineering (NISEE) Website.
<http://nisee.berkeley.edu/lessons/kelly.html>, Down load 25
Desember 2007

Ramallo C.; Johnson,E., Spencer Jr A., B. F,2002, ‘ ‘ Smart’ ’ Base Isolation Systems
,
JOURNAL OF ENGINEERING MECHANICS, OCTOBER 2002

Shustov Valentin,2007, Modal Performance Factor Testing Procedure For Base


Isolation ,California State University Northridge

Teruna Daniel Rumbi, 2007, Perencanaan Bangunan Tahan Gempa dengan


Menggunakan Base Isolator (LRB): Contoh Kasus Gedung
Auditorium Universitas Cendrawasih, Papaua,Seminar dan
Pameran HAKI 2007,”Konstruksi Tahan Gempa di Indonesia”.

Takenaka Corporation,2007, Isolation Structures from The Ground Can Assure


Safety Against Earthquakes, Download 25 Desember 2007,
http://takenaka.com/

24

Anda mungkin juga menyukai