Base Isolator Pada Bangunan Konsep Dasar
Base Isolator Pada Bangunan Konsep Dasar
Oleh :
I Gusti Made Sudika*
FT- UNR
Abstrak
Perencanaan bangunan tahan gempa konvensional selama ini berdasarkan pada konsep
bagaimana meningkatkan kapasitas tahanan struktur terhadap gaya gempa yang bekerja
padanya (membuat: Capacity > Demand).
Adalah tidak praktis untuk terus meningkatkan kekuatan bangunan dengan tak terbatas.
Seiring dengan perkembangan teknologi dalam perencanaan bangunan tahan gempa, telah
dikembangkan suatu pendekatan desain alternatif untuk mengurangi resiko kerusakan
bangunan akibat gempa, dan mampu mempertahankan integritas komponen struktural dan
non-struktural terhadap gempa kuat. Pendekatan desain ini bukan dengan cara memperkuat
struktur bangunan, tetapi adalah dengan mereduksi gaya gempa yang bekerja pada
bangunan. Salah satu konsep pendekatan perencanaan yang telah digunakan banyak orang
adalah dengan menggunakan isolasi seismic atau sering juga disebut dengan nama base
isolation.
Dalam tulisan ini dibahas mengenai jenis isolator yang telah dikembangkan, konsep dasar
dari desain dan penempatannya pada bangunan.
1. Pendahuluan
Sebagian dari wilayah di dunia yang dihuni manusia merupakan daerah
rawan gempa, dan harapan masyarakat adalah bagaimana para ahli struktur mampu
mendisain bangunan sedemikian rupa sehingga masyarakat dapat tinggal didalamnya
dengan tenang dan aman terhadap guncangan gempa.
Filosophi perencanaan bangunan tahan gempa yang diadopsi hampir seluruh Negara di
dunia mengikuti ketentuan berikut ini (Teruna,2007):
*Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik niversitas Ngurah Rai-Denpasar
Diterbitkan pada Jurnal Teknik Gradien Fakultas Teknik Universitas Ngurah Rai. 1
bangunan seperti:
Seperti kita ketahui, bahwa gempa bumi terjadi dan bersifat takterkendalikan. Maka,
dalam pengertian itu, kita harus menerimanya dan pastikan bahwa kapasitas struktur
melebihinya. Untuk mengimbangi percepatan bumi yang meningkat pada saat
2
terjadi gempa, kekuatan bangunan menyangkut daya tahan struktur harus
ditingkatkan untuk menghindari struktural rusak. (Kelly, 2001)
Adalah tidak praktis untuk terus meningkatkan kekuatan bangunan dengan tak
terbatas. Di daerah-daerah rawan gempa yang tinggi, percepatan-percepatan yang
menyebabkan guncangan di dalam bangunan bisa melebihi satu atau bahkan dua kali
percepatan karena gaya gravitasi, g.
Merancang bangunan agar memenuhi tingkat kekuatan ini bukanlah pekerjaan
gampang, maupun murah. Maka kebanyakan peraturan-peraturan mengizinkan
Engineer untuk menggunakan daktilitas untuk mencapai kapasitas. Daktilitas adalah
suatu konsep tentang membiarkan unsur-unsur struktural untuk mengubah bentuk di
luar batas elastiknya pada suatu cara yang dikendalikan. Di luar batas ini, elemen
struktural melemah dan dispalcement akan bertambah hanya dengan peningkatan
gaya yang kecil.
Mengingat hal tersebut di atas, adalah suatu hal yang sulit untuk menghindari kerusakan
bangunan-bangunan akibat gempa bila digunakan perecanaan konvensional, karena
hanya bergantung kepada kekuatan komponen struktur itu sendiri, serta perilaku respon
pasca elastis.
3
Jepang, Italy, USA, Selandia Baru, Portugal, Iran, Indonesia, Turki, China, dan
Taiwan,. sistem ini akan memisahkan bangunan atau struktur dari komponen
horizontal pergerakan tanah dengan menyisipkan bahan isolator dengan kekakuan
horizontal yang relative kecil antara bangunan atas dengan pondasinya. Bangunan
dengan sistem ini mempunyai frekwensi yang jauh lebih kecil dari bangunan
konvensional dan frekwensi dominan dari gerakan tanah. Akibatnya percepatan gempa
yang bekerja pada bangunan menjadi lebih kecil. Ragam getar pertama bangunan
hanya menimbulkan deformasi lateral pada sistem isolator, sedangkan bagian atas
akan berperilaku sebagai rigid body motion. Ragam-ragam getar yang lebih tinggi
yang menimbulkan deformasi pada struktur adalah orthogonal terhadap ragam pertama
dan gerakan tanah sehingga ragam-ragam getar ini tidak ikut berpartisipasi didalam
respons struktur, atau dengan kata lain energi gempa tidak disalurkan ke struktur
bangunan (Naeim and Kelly, 1999 dalam Teruna,2007 )
Pada gempa kuat, isolator dengan kekakuan horizontal yang relatif kecil ,akan
menyebabkan perioda alamiah bangunan lebih besar, (umumnya antara 2 s/d 3,5
detik). Pada perioda ini, percepatan gempa relatif kecil, khususnya pada tanah keras.
Berhubung isolator akan mereduksi percepatan pada struktur bangunan. Namun,
sebaliknya akan menyebabkan peningkatan perpindahan pada bangunan. Untuk
membatasi perpindahan sampai pada batas yang dapat diterima, sistem isolasi juga
dilengkapi dengan elemen-elemen yang mampu mendissipasi energi. Disamping itu,
sistem isolasi juga mempunyai kemampuan untuk kembali pada posisi semula setelah
terjadinya gerakan seismik. Sedangkah pada gempa kecil atau akibat angin kekakuan
horizontal dari sistem isolator harus memadai, agar tidak menimbulkan getaran yang
menyebabkan ketidaknyamanan penghuninya. Gambar 1.1 dan 1.2 dapat dilihat efek
dari redaman (dumping) pada percepatan(accelerations) dan (perpindahan)
displacement isolator.( Kelly,2001)
4
DISPLACEMENT (inches)
5
Sistem sliding murni akan menimbulkan perpindahan (displacement) tak terhingga,
dengan batas atas sepadan dengan pemindahan bumi maksimum untuk suatu
koefisien gesek mendekati nol. Suatu struktur dengan sistim sliding tanpa gaya
pemulih, akan mungkin berakhir di suatu posisi yang dipindahkan setelah satu
gempa bumi dan boleh melanjutkan untuk memindahkan dengan aftershocks.
Ketiadaan suatu gaya pemulih bisa diperbaiki dengan menggunakan isolator yang
digabungkan dengan tipe-tipe yang lain yang mana mempunyai suatu gaya pemulih
atau dengan menggunakan bentuk permukaan luncur yang tidak datar , misalnya
permukaan luncur yang berbentuk bola.
3.3 Springs
Ada beberapa peranti-peranti dengan bahan dasar dari pegas-baja (steel springs)
tetapi umumnya pemanfaatannya hampir bisa dipastikan adalah untuk isolati
permesinan. Kelemahan utama dari pegas-pegas adalah karena bersifat fleksibel pada
kedua arah (vertical dan horizontal). Pegas sendiri memiliki redaman yang kecil dan
akan bergerak terlalu sering pada beban layan.
6
3.5 Soft Story, Including Sleeved Piles
Fleksibilitas disediakan oleh pin pada ujung elemen struktur seperti tiang dalam
selubung, yang mana mengijinkan bergerak atau melemahkan tingkat pertama dari
bangunan. Unsur-unsur ini menyediakan fleksibilitas tetapi tidak memberikan
redaman, atau ketahanan pada beban layan dan pemakainnya bersama-sama dengan
piranti lain yang menyediakan fungsi ini.
Gambar 3.1 Salah satu type Isolator Gambar 3.2 Pengujian geser Isolator
(Elastomeric Bearing)
7
4. Konsep Desain Sistem Isolasi
4.1 Prosedur Disain
Suatu kesulitan lebih lanjut muncul untuk tipe-tipe dari bearing ini, seperti periode dan
redaman, ukuran rencana minimum dari bearing dan juga fungsi dari displacement.
Untuk menyelesaikan masalah ini diperlukan langkah-langkah perhitungan dengan
iterasi. Saat ini bebrapa produsen telah menyertakan spesifikasi teknis yang lengkap
mengenai isolator yang diproduksinya.
8
Langkah-langkah iterasi yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut:
1. Pada masing-masing lokasi Isolator, pilih suatu ukuran rencana yang bearing/tegas
berdasar pada beban vertikal dan asumsikan suatu displacement pada peride dan
redaman yang ditargetkan.
2. Hitung kekakuan efektip, periode dan dan equivalent viscous damping pada
displacement yang diasumsikan.
3. Dari parameter beban gempa, hitung actual displacement untuk kekakuan dan
redaman ini.
4. Hitung kembali redaman untuk actual displacement. Ulangi step 3 jika perlu.
5. Cek dan lakukan penyesuaian ukuran rencana minimum yang diperlukan untuk
mendukung beban-beban vertikal pada pemindahan ini jika yang perlu.
Step tersebut terus diulang-ulang sampai didapatkan nilai yang konvergen. Agar
perhitungan lebih mudah dan cepat sebaiknya menggunakan bantuan computer untuk
proses iterasi.
9
4.3 Kekakuan vertikal dan kapasitas beban
Pengaruh parameter yang dominan kekakuan vertikal, dan kapasitas beban vertikal,
dari suatu elastomeric bearing adalah faktor bentuk. Faktor bentuk dari suatu lapisan
internal, Si, dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Untuk Lead Rubber Bearings, yang ada lubang untuk lead core,
= ……………………………………………………….4.2
dimana:
Si: Shape factor for layer I ; B: Overall plan dimension of bearing; Bb: Bonded plan
dimension of rubber : ti: Rubber layer thickness ; Ab=Bonded area of rubber : Apl=
Area of lead core
4.4Kekakuan vertical
= ...................................................... 4.3
10
= 1 untuk bearing persegi …………………………………… 4.5
dimana:
= ( ) …………………………………………………………… 4.7
dimana modulus tekan efektif, Ec, lebih besar dibandingkan dengan bulk modulus E∞
dan deformasi vertical merupakan bulk modulus dimasukkan sebagai pembagi Ec oleh
1+(Ec/E∞) untuk menghitung kekauan vertical.
jika pengaruh dari rotasi bearing dimasukkan ke persamaan ini maka regangan geser
menjadi :
= ………………………………………………………………….... 4.10
11
Regangan geser akibat beban lateral adalah:
= ……………………………………………………………………. 4.11
Untuk beban layan seperti beban mati dan beban hidup, criteria regangan batas dalam
AASHTO14.5.IP adalah:
dimana f=1/3 (faktor keamanan =3)
dan untuk beban ultimit dimana termasuk beban gempa :
+ dimana f=0,75 (faktor keamanan 1,33)
Kombinasi dari persamaan tersebut, beban vertikal maksimum, Pγ , pada simpangan ∆
dapat dihitung dari :
( )
= ................................................................................... 4.12
( )
= untuk S > 15 ................................................... 4.14
12
Momen inertia :
=
12
=
64
= 1+ 1 ................................................................................ 4.17
untuk penerapan pada simpangan geser beban critical buckling diredusir sebagai
berikut:
= . ................................................................................ 4.18
13
Gambar 4.4 Kurva hysteresis LRBs
Untuk keperluan desain dan analisis, bentuk ini biasanya diwakili oleh kurva bilinear
dengan kekakuan elastic (Ku) dan kekakuan leleh (Kd). Post-elastik stiffness Kd
adalah sama dengan kekakuan dari elastomeric bearing sendiri (Kr). Gaya yang
memotong sumbu displacement=0 disebut Qd, di mana:
Secara teoritis tegangan leleh dari inti bearing (lead), σ y, adalah 10,5 MPa (1,5 ksi)
tetapi kenyataannya secara umum berada pada kisaran 7 MPa sampai 8,5 MPa (1,0
sampai 1.22 ksi), tergantung pada beban vertical dan lead core confinement.
kekakuan Post-elastk, Kd , adalah sama dengan kekakuan geser dari elastomeric
bearing sendiri:
= ................................................................................. 4.20
Modulus geser, Gγ , untuk High damping ruber bearing adalah merupakan fungsi dari
regangan geser γ , dengan asumsi lead-rubber bearing diproduksi dari karet alami
dengan pemeliharaan standar.
Ku = Kr
untuk elastomeric bearings
14
untuk lead-rubber bearings
= 25 ............................................................................. 4.22
Gaya geser bearing pada simpangan spesifik adalah :
Fm = Qd + Kr .∆ ............................................................................. 4.23
dari rata-rata, atau efektif, kekakuan dapat dihitung dengan :
= ............................................................................. 4.24
=2 ............................................................................. 4.25
luas area yang diarsir pada kurve histeresis untuk LBRs, yang dihitung pada
simpangan=∆m adalah: Ah = 4Qd(∆m - ∆y)
Equivalent viscous damping (β ) dihitung dengan rumus:
= ................................................................................ 4.26
= ................................................................................ 4.27
Load plate bisa berbentuk lingkaran, bujur sangkar atau segi empat, tergantung pada
kondisi proyek. Posisi baut harus cukup jauh dari isolator sedemikian hinga tidak
merusak bearing saat terjadi simpangan maksimum akibat gempa besar.
Secara konsepsual isolator yang di install diantara pondasi dan struktur atas dapat
dilihat pada gambar 5.1. Desain sambungan harus dipastikan dapat mentransfer gaya
maksimum dengan aman dari pondasi lewat bearing ke struktur atas.
15
Gambar 5.1 Typical Installation in New Building
16
5.3 Design Actions
Hubungan-hubungan dirancang untuk dua kondisi, (1) beban lateral maksimum dan
(2) beban lateral minimum, masing-
masing searah dengan simpangan akibat
gempa maksimum dan gaya geser.
Bearing tersebut dibaut pada struktur atas
dan bawah dan berfungsi sebagai ujung
kolom yang menerima momen disain.
Gambar 5.2 Gaya-gaya pada Bearing
Gambar 5.2 menunjukkan gaya-gaya pada kondisi terdeformasi
yang terjadi pada bearing. Gambar 5.3
menunjukkan bagaimana aksi-aksi itu
bisa dihitung sebagai satu kolom
ekivalen pada sumbu pusat dari bearing.
Momen total akibat gaya geser , V.H,
ditambah eksentrisitas, P∆, ditahan oleh
momen yang sama pada bagian atas dan
bawah dari isolator. Momen disain dapat
Gambar 5.3 Gaya-gaya pada kolom
dihitung dangan persamaan: ekivalen
M= ½(VH+P∆) …………. 5.1
17
Seperti diketahui pada kenyataannya gaya tekan akan ditahan oleh kuat tekan dari
pelat. Kekakuan bearing untuk menghitung ratio modular, dengan demikian posisi
garis netral, tidak diketahui. Inilah yang menjadi alasan kenapa dibuat asumsi
kelompok baut. Anggapan ini adalah konservatif, karena mengabaikan modulus
tampang yang aktual dengan demikian merupakan batas atas dari tegangan baut.
18
Gambar 5.6 Pelat lingkaran Gambar 5.5. Pelat bujur sangkar
19
• Jika bangunan memiliki basement, maka lokasi isolator bisa ditempatkan di
puncak kolom, tengah-tengah, atau pada bagian dasar kolom/dinding
basement seperti terlihat pada gambar 6.2.
• Untuk instalasi isolator pada dinding, maka dinding tersebut harus diperkuat
untuk bisa mentransfer momen lentur dari gaya-gaya yang bekerja pada
isolator ke pondasi, dalam hal ini biasanya memerlukan pilar segi empat
seperti terlihat pada gambar 6.3.
20
7.Contoh Detail Pemasangan Isolator pada gedung
Gambar 7.1 sampai dengan 7.5 merupakan contoh detail penempatan isolator pada
proyek baru dan juga proyek perbaikan struktur (retrofit project).
21
Gambar 7.3 Contoh Installation: Existing Column
22
Gambar 7.5 Contoh Installation: Steel column
8. Penutup
Base Isolation yang biasa disebut isolasi seismic, merupakan salah satu kemajuan
teknologi dibidang perancangan bangunan tahan gempa, yang memakai prinsip
Pendekatan desain bukan dengan cara memperkuat struktur bangunan, tetapi adalah
dengan mereduksi gaya gempa yang bekerja pada bangunan.
Kriteria utama dari pemilihan pemakian isolasi seismic ini adalah : jika banguna
berada pada tingkat resiko gempa tinggi, dan jika akibat beban gempa dibutuhkan
detai-detail yang terlalu besar, dimana tidak dibutuhkan akibat pembebanan yang lain.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan pada pemilihan pemakain isolasi seismic adalah:
a. Berat bangunan, base isolation akan semakin efektif bekerja pada bangunan
dengan massa yang berat.
b. Periode struktur, isolasi seismic akan lebih efektif jika diterapkan pada
bangunan dengan periode yang kecil.
c. Kondisi tanah, isolasi seismic sangat efektif pada tanah dasar keras.
Detail pemasangan dan penempatan isolator memerlukan beberapa asumsi yang
banyak dipengaruhi oleh type dari isolator yang digunakan.
23
Daftar pustaka
Department of Public Works, 2005, Base Isolation Technology Los Angeles City
Hall Seismic Rehabilitation Project,- Bureau of Engineering Los
Angeles City
Ramallo C.; Johnson,E., Spencer Jr A., B. F,2002, ‘ ‘ Smart’ ’ Base Isolation Systems
,
JOURNAL OF ENGINEERING MECHANICS, OCTOBER 2002
24