Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia yang memiliki tingkat pengetahuan yang dapat bersaing di era pendidikan ini. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan Negara Republik Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk memperoleh pendidikan dan tingkat pendidikan yang telah ditentukan yang disesuaikan dengan minat, bakat dan keterampilan setiap individu sehingga tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu membentuk manusia yang seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Dengan adanya keterampilan dan pengetahuan yang memadai dan memiliki semangat untuk terus memajukan, meningkatkan, dan mau bersaing serta mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliknya, maka Bangsa Indonesia siap bersaing di kancah persaingan dunia. Dari sisi lain, dapat dilihat bahwa untuk mencapai suatu tingkat pengetahuan atau jenjang pendidikan, diperlukan adanya pengorbanan yang tidak sedikit baik dari segi materi, energi dan waktu. Namun di sisi lain pendidikan merupakan suatu kewajiban bagi setiap individu dan menduduki prioritas yang cukup tinggi. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sosial dan budaya dan masyarakat, sehingga diperlukan suatu adanya hubungan yang baik antara pendidikan dengan hubungan sosial budaya dan masyarakat serta pembangunan nasional. Dalam perkembangannya, proses pendidikan yang berlangsung banyak mengalami kemajuan dan perkembangan hal ini menunjukan bahwa pendidikan selalu mengalami perkembangan dari waktu kewaktu. Hal ini dikarenakan adanya suatu tuntutan zaman yang menginginkan adana pembaruan dan penyempurnaan

dari ilmu-ilmu yang telah mengalami perkembangan sebelumnya. Sebagai konsekuensinya, akan timbul berbagai masalah selama terjadinya proses pembaruan tersebut. Masalah-masalah yang dimaksud dapat berupa masalah baru yang tentunya berbeda dengan masalah yang dihadapi sebelumnya. Hal ini dikarenakan sasaran pendidikan adalah manusia yang merupakan mahluk misteri yaitu memiliki teka-teki, selanjutnya pendidikan selalu mengarah kedepan dalam artian selalu mencari hal-hal baru yang nantinya akan banyak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan. Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional tentunya tidak terlepas dari adanya permasalahan-permasalahan yang terjadi selama proses pencapaiannya. Dari berbagai permasalahan tersebut terdapat permasalahan pokok yang merupakan permasalahan utama dalam pendidikan di Indonesia yang sistematis yang artinya memiliki keterkaitan antara permasalahan yang satu dengan permasalahan yang lainnya. Adapun berbagai faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya serta masalah-masalah aktual yang yang terdapat didalamnya beserta cara penanggulangannya perlu untuk dikaji sehingga para pendidik atau pengajar peserta didik untuk dapat membuat dan menyiapkan berbagai pemikiran-pemikiran serta perencanaan-perencanaan yang diperlukan untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan proses pendidikan atau pengajaran. Dengan demikian seorang pendidik dapat mengetahui dan telah mempersiapkan metode-metode pendekatan yang sesuai dengan pemikiran dan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya untuk dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi dan suasana pendidikan yang dihadapi. Adapun tujuan akhir dengan diperolehnya metode-metode pemecahan masalah tersebut, maka sangat diharapkan tercapainya tujuan pendidikan nasional serta tujuan Negara Republik Indonesia.

2. Tujuan. Berdasarkan yang telah dipaparkan pada penjelasan sebelumnya, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : Memahami masalah-masalah pokok pendidikan dan keterkaitannya antara masalah-masalah pokok tersebut, Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya, Mengerti masalah-masalah aktual beserta cara penanggulangannya.

Sehingga nantinya dapat membantu pembaca khususnya para pengajar dalam melaksanakan pendidikan baik secara formal maupun informal dan interkurikuler maupun ekstrakurikuler.

3. Rumusan Masalah. Berdasarkan pada latar belakang masalah dan tujuan, rumusan masalah yang terdapat didalamnya adalah : Masalah-masalah apa saja yang terdapat di dalam pendidikan serta bagaimana alternatif atau pemecahan masalah yang dapat dilakukan agar proses pendidikan dapat terlaksana sesuai yang telah ditargetkan atau direncanakan sebelumnya ?

BAB II PEMBAHASAN Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan dan mencetak sumber daya manusia. Sebagai konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalahmasalah baru yang seirama dengan perkembangannya. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas, pertama karena sifat sasrannya yaitu manusia sebagai makhluk misteri, kedua karena usaha pendidikan harus mengantisipasi ke masa depan. Oleh karena itu, perlu ada rumusan sebagai masalah-masalah pokok yang dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam mengemban tugasnya. Dalam pembahasan materi ini dikaji permasalahan pokok pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor dan masalah-masalah aktual dan dilengkapi cara penanggulangannya. A. Permasalahan Pokok Pendidikan. Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya dan masyarakat sebagai suatu sistem. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai suprasistem tersebut dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalahan intern sistem pendidikan itu menjadi sangat konpleks. Artinya setiap permasalah dalam pendidikan tersebut selalu memiliki keterkaitan dengan masalah yang terdapat pada luar sistem pendidikan seperti masalah tingkat mutu pendidikan yang tidak lepas dari keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat disekitarnya. Pada dasarnya terdapat dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air kita dewasa ini, yang meliputi : a. Bagaimana agar semua Warga Negara dapat menikmati kesempatan untuk memperoleh pendidikan.

b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun dalam kencah kehidupan bermasyarakat terutama dunia kerja atau dunia industri.

B. Jenis permasalahan pokok pendidikan Seperti yang sudah dipaparkan dibagian A, pada bagian akan dibahas empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya. Masalah yang diumaksud yaitu : 1. Masalah pemerataan pendidikan 2. Masalah mutu pendidikan 3. Masalah efisiensi pendidikan 4. Masalah relevansi pendidikan Keempat masalah tersebut akan dibahas selanjutnya secara berturut-turut. 1. Masalah Pemeratan Pendidikan. Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan yang tidak terbatas pada jarak atau lokasi serta fasilitas yang disediakan yang berdasarkan standar yang telah ditetapkan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana atau sarana bagi pembangunan atau pembentukan dan menciptakan sumberdaya manusia untuk menunjang pembangunan dan perkembangan bangsa. Oleh karena itu, dengan melihat tujuan yang terkandung di dalam upaya pemerataan pendidikan tersebut yaitu menyiapkan masyarakat maupun anggota masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan dan perkembangan yang ingin dicapai, maka setelah pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan di seluruh pelosok wilayah terpenuhi, mulai mengarah pada upaya pemerataan mutu pendidikan pada lembaga pendidikan tersebut.

Pemecahan Masalah Pemerataan pendidikan. Banyak macam pemecahan masalah yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah ditempuh melalui cara konvensional dan cara inovatif. Cara konvensional antara lain : a. Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar. b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore). c. Memanfaatkan gedung lain yang tidak terpakai (Use unused building). Sehubungan dengan hal tersebut, yang utama perlu diupayakan utamanya untuk pendidikan dasar ialah membangkitkan kemauan atau semangat belajar bagi masyarakat / keluarga yang kurang mampu agar mau menyekolahkan anaknya. Cara inovatif antara lain : a. Sistem Pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau Inpacts system (Instructional Management By Parent, Community, and Teacher). Sistem tersebut dirintis di Solo dan deseminasikan ke beberapa provinsi. b. SD kecil pada daerah terpencil. c. Sistem Guru Kunjung. d. SMP Terbuka (ISOSA In School Out off School Approach). e. Kejar Paket A dan B.

f. Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka.

2. Masalah Mutu Pendidikan. Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai tarap yang diharapkan. Selanjutnya jika keluaran tersebut terjun kelapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes unjuk kerja ( performance test ) maka tentunya hasil yang diperoleh

tidaklah sesuai dengan yang diharapkan atau yang menjadi standar yang telah ditetapkan konsumen tenaga kerja. Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluarannya. Pemasalahan mutu pendidikan lebih terletak pada masalah pemrosesan pendidikan yang meliputi proses pembelajaran teoritis dan praktis. Selanjutnya kelancaran pemrosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik, tenaga kenpendidikan , kurikulum, sarana pembelajaran, bahkan juga masyarakat sekitar.

Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan. Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut : a. Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan PT b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut, misalnya berupa pelatihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi seperti PKG dan lain-lain c. Penyempurnaan kurikulum d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar. e. Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran dan peralatan laboratorium. f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.

3. Masalah Efisiensi Pendidikan. Efisiensi adalah perbandingan antara input dan output dalam hal ini masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang dapat berupa fasilitas-fasilitas untuk kebutuhan pendidikan yang ada untuk mencai tujuan pendidikan.

Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah : a. Bagaimana tenaga pendidikan difungsikan. b. Bagaimana sarana dan prasarana pendidikan digunakan atau dimanfaatkan. c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan. d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.

a. Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan dan pengembangan tenaga. Masalah pengangkatan terjadinya kesenjangan antara jatah pengangkatan tenaga kerja yang sekitar 20% dengan stok yang tesedia di lapangan dengan jumlah sekitar 80% dan ini tidak memanfaatkan atau memfungsikan tenaga yang ada. Adapun masalah penempatan tenaga kerja pada suatu lembaga pendidkan yang mana untuk suatu bidang studi yang telah berkecukupan dengan tenaga pendidik mendapat tenaga baru sedangkan untuk bidang studi yang kekurangan tenaga pendidik tidak mendapatkan tenaga pendidik karena masalah jatah pengangkatan sehingga terdapat pendidik yang mengajar rangkap. Hal ini juga ditambah dengan sulitnya mencari tenaga pendidik untuk mengabdi di daerah terpencil atau pedalaman. Masalah pengembangan tenaga kependidikan dilapangan biasanya terlambat baik melalui program pengembangan seperti penataran, loka karya, penyuluhan, pelatihan dan pembagian atau penyebaran buku panduan atau pegangan, khususnya pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru. Padahal proses pembekalan untuk dapat siap melaksanakan kurikulum baru memakan waktu. Akibatnya terjadi kesenjangan antara saat dicanangkan berlakunya kurikulum dengan saat mulai dilaksanakan.

b. Masalah Efisiensi dalam Penggunaan Sarana dan Prasarana. Penggunaan prasarana dan sarana pendidikan yang tidak efisien bisa terjadi antara lain sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan sering juga karena karena perubahan kurikulum. Ketidak efisienan penggunaan sarana pendidikan terjadi jika diadakannya dan didistribusikannya sarana pembelajaran tanpa diikuti dengan pembekalan kemampuan, sikaf dan keterampilan calon pemakai, ataupun tanpa dilandasi oleh konsep yang jelas. Adanya perubahan

kurikilum seperti kurikulum 1975/1976 yang berorientasi produk yang kemudian diganti dengan kurikulum 1984 yang menyebabkan tidak terpakainya buku paket siswa dan buku pegangan guru serta belum siapnya ketersediaan buku yang sesuai dengan kurikulum tersebut dan diikuti dengan munculnya kurikulum 1994 yang memerlukan tambahan biaya untuk keperluan pelatihan kesiapan guru untuk melaksanakan kurikulum tersebut. Hal ini menunjukan bahwa dibalik adanya pembaharuan, terjadi pemborosan yang sulit untuk dihindarkan. 4. Masalah Relevansi Pendidikan. Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah seperti penempatan sumber daya yang tepat sesuai dengan bidangnya dan secara merata pada setiap sektor pembangunan seperti sektor produksi, jasa dan penjualan baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan memiliki relevansi tinggi apabila dapat menghasilkan keluaran yang dapat memnuhi berbagai sektor pembangunan dengan memenuhi berbagai persyaratan yang ditentukan oleh dunia kerja. Sebenarnya kriteria relevansi seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut : Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam kualitasnya. Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran siap pakai, yang ada ialah siap kembang. Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratan yang dapat digunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia. Dari pemaparan tersebut umumnya keluaran dari lembaga penyiapan tenaga kerja lebih besar daripada yang dibutuhkan dilapangan, sebaliknya terdapat beberapa

bidang yang kekurangan tenaga kerja dan adapula yang sangat memerlukan tenaga kerja. Untuk penjelasan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Produksi Tenaga Kerja ( L ) L L L=0 > <

Kebutuhan di Lapangan ( K ) K K K ( sangat membutuhkan )

Keterangan

Keadaan umum Bidang tertentu Bidang tertentu

Jika produksi ( L ), kebutuhan ( K ) dan pengangkatan ( P ) dapat dihubungkan maka gambaran umum yang dapat terlihat adalah L > K > P yang artinya adalah jumlah keluaran lembaga pendidikan lebih besar daripada kebutuhan akan tenaga kerja dan kebutuhan lebih besar dari jatah pengangkatan sehingga terjadi penumpukan tenaga kerja yang menunggu untuk mendapatkan pekerjaan. Sehingga masalah relevansi merupakan masalah yang sulit untuk dipecahkan terutama pada masalah kualitas. Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan teratasi jika pendidikan : 1. Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya: semua warga Negara yang butuh pendidikan dapat ditampung dan memperoleh pendidikan dalam suatu satuan pendidikan. 2. Dapat mencapai hasil yang bermutu, artinya: Perencanaan , pemrosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan yaitu menghasilkan manusia yang seutuhnya dan berjiwakan Pancasila.

10

3. Dapat terlaksana dengan efisien, artinya: Pemerosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan yang telah ditetapkan. 4. Produk yang bermutu tersebut relevan, artinya: Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.

C. Keterkaitan antara masalah-masalah pendidikan. Adapun masalah-masalah yang terdapat di dalam penjelasan sebelumnya yang berbeda-beda, namun pada kenyataannya dalam pelaksaan pendidikan masalah tersebut memiliki keterkaitan. Pada dasarnya dalam upaya pemerataan pendidikan dalam proses pembangunan dalam bidang pendidikan tentu diinginkan pendidikan yang bermutu pula. Lazimnya pada saat program pemerataan pendidikan sedang dilancarkan, pada saat yang bersamaan mutu pendidikan belum dapat terwujud. Ada dua faktor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat diusahakan . Pertama , gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengarahan dana dan daya. Kedua, kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengarahan tenaga pendidik yang kurang kompeten, kurikulum yang belum mantap sarana yang tidak memadai, dan seterusnya. Walaupun dihadapkan pada keadaan yang demikian, pemerataan pendidikan tetap harus dilaksanakan karena ia memiliki tujuan ganda yaitu : Tujuan Politis : memenuhi persamaan hak bagi setiap warga negara. Tujuan Pembangunan : memberikan bekal dasar bagi setiap warga negara agar dapat menerima informasi dan memiliki kemampuan dasar untuk turut serta dalam pembangunan.

11

Dari uraian tersebut jelaslah bahwa pemerataan pendidikan berkaitan erat dengan masalah mutu pendidikan. D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan.

Masalah yang disebutkan sbelumnya adalah masalah yang terjadi di dalam sistem pendidikan. Masalah mikro berkaitan dengan masalah makro yaitu masalah yang berupa masalah yang ada di luar sistem pendidikan yang perlu untuk mendapatkan pemecahan untuk dapat memecahkan masalah mikro tersebut. Uraian selanjutnya akan mengemukakan masalah-masalah makro yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi berkembanganya masalah pendidikan, yaitu: 1. Perkembangan iptek dan seni. 2. Laju pertumbuhan penduduk. 3. Aspirasi masyarakat. 4. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.

1. Perkembangan Iptek dan Seni. Perkembangan Iptek. Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi mengenai alam semesta, dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Masalahnya ialah bagaimana cara memperkenalkan suatu inovasi agar orang menerimanya. Setiap inovasi mengandung dua aspek yaitu aspek konsepsional (memuat ide, cita-cita, dan prinsip-prinsip) dan aspek struktur operasional (teknik pelaksanaannya). Kepada masyarakat sasran perlu diperkenalkan aspek konsepsionalnya sehingga memahami tujuan dan manfaatnya dan motif yang mendasarinya. Adapun masalah yang terdapat di dalam suatu inovasi-inovasi baru. Pertama suatu inovasi belum tentu dapat menghasilkan sesuatu yang berguna atau mendatangkan hasil. Kedua pada dasarnya orang-orang merasa ragu dalam menerima hal baru dan cenderung lebih suka mengerjakan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaannya.
12

Lazimnya suatu inivasi baru diperkenalkan pada lingkungan yang terbatas misalnya pada daerah yang mendukung untuk pelaksaan uji coba inovasi tersebut. Masalah selanjutnya adalah bagaimana cara untuk menyebarluaskan inovasi tersebut yang memerlukan sarana prasarana yang dapat membantu dalam pelaksanaannya, biaya dan daya.

Perkembangan seni. Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia,secara invidual ataupun

kelompok yang menghasilkan suatu yang indah baik dalam bentuk abstrak maupun konkrit. Melalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang bersifat genuine (bukan tiruan). Dilihat dari segi pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya, aktivitas kesenian mempunyai peran yang sangat besar khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan yang sudah digarap melalui program/bidang studi yang lain. Masalahnya pendidika kesenian yang mempunyai fungsi begitu penting tetapi disekolah-sekolsah saat ini memduduki kelas dua pendidikan kesenian baru dilayani jika program studi lain terpenuhi,hal ini disebabkan karena kesenian tidak termasuk dalam ujian nasional, di samping itu juga kurangnya tenaga pendidik dan juga sarana penunjang umumnya tidak tersedia secara memadai karena mahal. 2. Laju pertumbuhan penduduk. Masalah kependudukan dan pendidikan bersumber pada 2 hal yaitu: Pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk telah mengalami peningkatan sejak abad ke XIX yang mana kegiatan KB telah dilaksanakan dan telah mencapai keberhasilan. Hal yang menyebabkan pertambahan penduduk adalah adanya penurunan tingkat kematian yaitu mencapai 4,5 % dari turunnya tingkat kelahiran yaitu 3,5 % yang menyebabkan berubahnya susunan umur penduduk. Adapun perubahan atau

13

pertumbuhan penduduk diperkirakan oleh Bank Dunia yang dapat digambarkan sebagai berikut :

TABEL PERKIRAAN JUMLAH PENDUDUK MENURUT BANK DUNIA Thn. 1986 Tahun Penduduk ( Juta ) 1986 166 1990 178 2000 207 2050 335

Masalahnya dengan bertambahanya penduduk maka penyediaan prasarana dan sarana pendidikan harus ditambah.pertambahan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia rata-rata dan penurunan angka kematian, mengakibatkan berubahnya struktur kependudukan. Dengan demikian terjadinya pergeseran permintaan akan fasilitas pendidikan yaitu untuk sekolah tingkat lanjutan cenderung lebih meningkat dibandingkan dengan sekolah pada tingkat dasar, sebagai akibat lanjutan maka tingkat permintaan pada perguruan tinggi juga meningkat dan khusus untuk penduduk usia tua perlu disediakan fasilitas pendidikan non formal. Penyebaran penduduk. Penyebaran penduduk di Indonesia tidak merata. Sebaran penduduk seperti itu menimbulkan masalah dalam penyediaan sarana pendidikan, disamping itu adanya kesulitan dalam penyediaan dan penempatan guru. Persebaran penduduk yang bersifat statis yaitu terjadinya pemadatan penduduk pada daerah kota-kota besar dan penduduk yang jarang pada daerah pedesaan terutama desa terpencil yang cukup sulit untuk dijangkau dapat mempersulit penyebaran sarana pendidikan selain itu, adanya urbanisasi yang berupa perpindahan penduduk dari desa ke kota yang menimbulkan adanya persebaran penduduk yang dinamis semakin mempersulit dalam pemerataan sarana pendidikan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pola ketenaga kerjaan dalam pengadaan tenaga kerja.

14

3. Aspirasi masyarakat. Dalam tahun-tahun terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningkat, khususnya di bidang pendidikandan pekerjaan. Masyarakat mulai memikirkan untuk dapat hidup layak diperlukan suatu pekerjaan tetap dan untuk memperolehnya diperlukan suatu tingkat pendidikan tertentu sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dalam dunia kerja, dan dunia pendidikan atau pendidikan memberikan jaminan untuk dapat memperoleh pekerjaan tersebut. Sebagai akibat dari aspirasi tersebut, orang tua mendorong anaknya untuk memperoleh pendidikan yang layak dan dorongan itu juga terdapat dari anak-anak itu sendiri yaitu untuk memperoleh bekal yang cukup atau yang diperlukan untuk masa depannya nanti. Sebagai akibat dari adanya aspirasi itu juga akan timbul gejala yaitu membanjirnya pelamar pada sekolah-sekolah disamping pendidikan formal juga pada pendidikan non formal. Akibat yang ditimbulkannya terjadinya seleksi penerimaan siswa baru menjadi kurang obyektif, jumlah siswa per kelas melebihi kapasitas yang tersedia, diadakannya kegiatan belajar bergilir, kekurangan sarana belajar, kekurangan tenaga pendidik namun demikian, tidaklah berarti bahwa aspirasi terhadap pendidikan diredam melainkan dipertahankan dan ditingkatkan utamanya pada masyarakat belum maju atau masih berkembang dan terpencil, sebab aspirasi menjadi motor penggerak roda kemajuan. 4. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang di berikan oleh sekelompok masyarakat ( yang menganggap dirinya sudah maju ) kepada masyarakat lain yang dianggapnya kalah dibandingkan dengan daerahnya pada bebeapa bidang. Pada pendukung suatu budaya, budayanya itu pastilah dipandang yang paling baik dan paling maju. Seharusnya mereka melihat sebagaimana sesuainya kebudayaan mereka dengan tuntutan zaman pada saat itu bukannya memberikan penilaian terhadap budaya tersebut. Sesungguhnya tidak ada kebudayaan yang secara mutlak statis atau tetap, apalagi tidak mengalami perubahan. Pada abad ini perkembangan iptek sangat pesat khususnya dengan penemuan-penemuan baru yang dapat merambah sampai pada berbagai bidang kehidupan. Perubahan kebudayaan terjadi karena adanya penemuan terhadap hal15

hal baru baik dari dalam maupun dari luar lingkungan masyarakat itu sendiri baik berupa material maupun non material. Adapun hal-hal yang dapat menimbulkan keterblakangan budaya antara lain : Letak Geografis ( misalnya letak yang terpencil dan sulit dijangkau ), Penolakan masyarakat terhadap budaya baru ( adanya rasa takut terhadap hal-hal baru dan dikhawatirkan berkemungkinan merusak budaya masyarakat ). Ketidakmampuan masyarakat secara ekonomis untuk menyangkut unsur kebudayaan tersebut ( kurang mampu dalam pembiayaan untuk membeli atau menggunakan barang tersebut ). Yang menjadi masalah ialah kelompok masyarakat yang keterbelakang budayanya tidak ikut beperan serata dalam pembagunan, karena kurang memiliki dorongan untuk maju. Yang menjadi inti permasalannya adalah menyadarkan mereka akan ketertinggalannya, dan bagaimana cara menyediakan sarana kehidupannya, dan bagaimana sistem pendidikan dapat melibatkan mereka. Jika sistem pendidikan dapat mengjangkau masyarakat keterbelakang kebudayaannya berarti melibatkan mereka untuk berperan serta dalam pembangunan. E. Permasalan Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya. Permasalan aktual pendidikan di Indonesia. Dalam bidang pendidikan selalu terdapat permasalahan karena selalu terjadi kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang diperoleh atau hasil yang diperoleh. Beberapa masalah aktual pendidikan yang akan di kemukakan meliputi masalah-masalah keutuhann pencapaian sasaran , kuurikulum , peranan guru, pendidikan dasar 9 ( sembilan ) tahun, dan pendayagunaan tekknologi pendidikan. Permasalahan tersebut dapat menyangkut masalah yang dalam konsep maupun pada penggunaannya.

16

a. Masalah keutuhan pencapaian sasaran. Adapun masalah yang terdapat di dalam pencapaian sasaran adalah, apakah sistem pendidikan kita memberi peluang demi terjadinya pengalamanpengalaman tersebut. Terlihat terdapat banyak hambatan yang harus dihadapi, antara lain : 1. Beban kurikulum sudah sangat sarat. 2. Pendidikan efektif sulit diprogramkan secara eksplisit. 3. Pencapaian hasil pendidikan afektif memakan waktu. 4. Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah. Untuk dapat mencapai pemecahan masalah dalam mencapai sasaran pendidikan, maka masalah tersebut harus dapat terpecahkan.

b. Masalah kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam sistem pendidikan yang menjadi sumber permasalahan disini adalah bagaimana sistem pendidikan dapat membekali para peserta didik pengetahuan dan keterampilan bagi mereka yang tidak melanjutkan sekolah pada tingkat yang lebih tinggi, agar mereka mempunyai bekal ketika terjun ke dunia industri atau dunia kerja. Dalam suasan pendidikan saat ini mempergunakan sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jadi kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Dalam kurikukum ini memberi kesempatan kepada peserta didik untuk : Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Belajar untuk memahami dan menghayati. Belajar untuk berbuat secara efektif.

17

Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Adapun keunggulan dari konsep ini adalah secara umum KTSP dapat

diandalkan menjadi patokan menghadapi tantangan masa depan dengan pembekalan keterampilan pada peserta didik. Keunggulan tersebut antara lain: Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, daerah atau wilayah setempat karena keterampilan yang diberikan berdasarkan pada lingkungan dan kemampuan peserta, Adanya penghargaan pada peserta didik serta bagi peserta yang memiliki kemampuan dalam menyerap materi lebih cepat akan diberikan materi tambahan sebagai pengayaan dan bagi yang kurang akan ditangani oleh pendidik dengan penuh kesabaran dengan cara mengulang materinya atau memberikan remidial. Dalam proses pembelajaran peserta didik juga diberikan kesempatan untuk bicara melakukan diskusi, wawancara dan membahas masalah-masalah kontekstual yang sangat diperlukan karena dapat berguna dalam kehidupannya. Para peserta didik tidak hanya belajar menghafal namun juga didorong untuk melakukan penelitian guna mencari kebenarannya serta menerapkan ilmu yang diperolehnya dalam kehidupannya.

Dalam aplikasinya ( kurikulum KTSP ) terdapat beberapa kekurangan yang meliputi hal sebagai berikut : Diperlukan waktu yang lebih untuk para pendidik untuk membina perkembangan peserta didik terutama yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata. Untuk dapat membuat suatu kurikulum diperlukan suatu daya kreativitas guru sehingga akan tersusun suatu kurikulum yang tepat bagi para peserta didik, namun jika dilihat pada kenyataannya tidak sedikit guru yang kondisi sosial dan ekonomi menghimpit kesejahtraan para guru

18

menyebabkan guru kurang berkosentrasi dalam proses pembelajaran dan ditambah dengan tidak meratanya kualitas guru pada setiap daerah. KTSP menuntut guru dalam menjalankan pembelajaran berbasis kompetensi dengan merencanakan sendiri strategi yang tepat diterapkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah setempat. Adanya kendala pada guru yang meliputi ketidak pahaman melakukan evaluasi dengan portofolio. Karena tidak adanya target materi dalam sistem ini, KTSP menekankan kompetensi peserta didik yang berarti proses pembelajaran harus mendapatkan perhatian dari pendidik, meskipun tidak diprioritaskan materi pada akhirnya harus diselesaikan atau dituntaskan. Dengan demikian guru harus berpacu pada waktu sementara proses pembelajarannya tidak dapat dipastikan keberhasilannya dan ini berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik yang dibinanya yang berujung pada ditolaknya kebijakan pemerintah tentang Ujian Nasional yang dijadikan dasar penentuan kelulusan peserta didiknya. c. Masalah peranan guru. Pada era pendidikan sebelumnya, sekolah dapat beroprasi dengan adanya murid, guru, tempat dan sarana seperlunya. Guru berfungsi sebagai pusat belajar dan tempat untuk bertanya. Namun sejalan dengan perkembangan zaman, guru tidak lagi menguasai ilmu pengetahuan walau dalam bidangnya sendiri, tidak memungkinkan menjadikan guru sebagai sumber belajar bagi muridnya. Sesuai dengan pendapat Comenius bahwa alam ini adalah buku besar yang berisi banyak pengetahuan. Untuk membantu guru dalam memandu proses belajar, seorang guru perlu mendapatkan bantuan dari petugas-petugas seperti konselor, pustakawan, laboran dan teknisi sumber belajar. Dengan hadirnya petugas-petugas tersebut sejumlah kesibukan lainnya atau tugas lainnya yang seharusnya tidak dikerjakan dapat dialihkan, sehingga pendidik dapat mengerjakan apa yang menjadi tugasnya yang selama ini tidak terlaksana akibat kurangnya waktu.

19

d. Masalah pendidikan dasar 9 tahun. Pendidikan dasar 9 tahun merupakan suatu langkah maju dibandingkan dengan masa sebelumnya yang menyatakan wajib belajar 6 tahun yang meliputi pendidikan 6 tahun SD dan 3 tahun SLTP. Sesuai dengan ketetapan-ketetapan yang ada program pendidikan 9 tahun ini sejalan dengan kebutuhan pembangunan yaitu meliputi : Untuk dapat memasuki PJPT II ( Pembangunan Jangka Panjang Tahap II ) yaitu program yang bertujuan untuk membangun kesejahtraan masyarakat yang bukan hanya sekedar kemajuan ekonomi dan material. Pendidikan dasar memperkuat fungsinya sebagai dasar yang menopang kualitas proses pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Adanya peningkatan persyaratan untuk memperoleh pekerjaan, dengan basis pendidikan 9 tahun tentunya lebih baik dibandingkan dengan pendidikan 6 tahun dalam hal kualitas sumber daya. Pada awal pelaksanaan program pendidikan dasar 9 tahun, terdapat beberapa masalah yang dihadapai pada masa itu meliputi : 1. realisasi pendidikan dasar yang diatur dengan PP No.28 tahun 1989 masih harus dicarikan titk temunya dengan PP No. 65 tahu 1951 yang mengatur SD sebagai bagian dari pendidikan dasar,kerena PP itu belum tercabut 2. kurikulum yang belum siap.jika dalam tahun 1994 kurikulum sudah dilaksanakan tentunya sarana penunjang seperti juklak , buku-buku , dan fasilitas lainnya masih harus menunggu lagi. 3. Pada masa transisi para pelaksana pendidikan dilapangan pelu disiapkan melalui bimbingan- bimbinga , penyuluhan , penataran , dan lain-lain. Hambatan lainnya berasal dari masyarakat utamanya dari kalangan yang tidak mampu.mungkin mereka cenderung tidak menyekolahkan anaknya kerena harus membiayai anaknya lebih lama.

20

Upaya Penanggulangan.

Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah- masalah aktua sepertiyang telah tercantum pada butir 1 antara lain sebagai berikut : 1. Penidikan efektif perlu di tingkatkan secara terprogram tidak cukup berlangsung hanya secara insidental adapun pelajaran kesenian yang perlu mendapatkan perhatian agar tidak mendapat posisi kedua. 2. Pelaksanaan kegiatan organisasi dan ekstrakurikuler dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir atau pelulusan. 3. Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi dengan yang akan terjun ke masyarakat karena tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di perguruan tinggi. 4. Pendidikan tenaga kependidikan (prajabatan dan dalam jabatan) perlu mendapat perhatian khusus karena guru sebagai penyebab utama lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas. Usaha pendayagunaan sumber daya belajar perlu digunakan. 5. Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, apabila jika dikaitkan dengan gerakan wajib belajar, perlu diadakan penelitian secara meluas pada masyarakat untuk menemukan faktor penunjang dan utamanya faktor penghambat dalam pelaksanaan wajib belajar tersebut. Kepada masyarakat luas peru diberikan informasi yang sifatnya memperjelas dan persuasif tentang makna dari pendidikan dasar.

21

BAB III PENUTUP

Kesimpulan. Berdasarkan apa yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat kami simpulkan bahwa dalam perjalanannya pendidikan telah mengalami berbagai perubahan untuk dapat menciptakan suatu sumber daya manusia yang unggul. Dalam pencapaian tujuan pendidikan ini terdapat berbagai kendala atau permasalahan karena sasaran pendidikan adalah manusia yang merupakan mahluk misteri dan pendidikan harus dapat mengantisipasi masa depan dengan menyiapkan manusia yang dapat bersaing dengan perkembangan zaman. Untuk dapat memecahkan masalah tersebut diperlukan suatu perumusan akan masalah pendidikan yang terjadi pada praktek pendidikan di lapangan. Adapun masalah yang perlu dirumuskan tersebut adalah masalah pokok pendidikan, kaitan masalah-masalah tersebut, faktor yang mempengaruhi perkembangannya serta permasalahan pendidikan aktual sehingga pada akhirnya dapat dibuat suatu pemecahan atau penanggulangan terhadap masalah tersebut. Sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan dan tujuan bangsa dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

22

DAFTAR PUSTAKA Tirtarahardja, Umar & Sulo, La. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta http://mtsbahrululumawipari.wordpress.com/2010/04/20/kurikulum-tinkat-satuanpendidikan-ktsp/ http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/11/11/0068.html

23

Anda mungkin juga menyukai