Struktur Beton 2

6
Modul ke:

Slender Column

Fakultas
TEKNIK Erlangga Rizqi Fitriansyah, MT

Program Studi
Teknik Sipil
Literatur
• MacGregor, J. G., Wight, J. K., Teng, S., & Irawan, P. (1997). Reinforced concrete:
mechanics and design (Vol. 3). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
• Darwin, D., Dolan, C. W., & Nilson, A. H. (2016). Design of concrete structures. New
York: McGraw-Hill Education.
Slender Columns/ Kolom Langsing

• Sebagian besar kolom saat ini masih merupakan kolom pendek

• Dengan meningkatnya penggunaan beton mutu tinggi, saat ini
memungkinkan mendesain kolom dengan dimensi yang jauh lebih
kecil
• Sebuah kolom dikatakan langsing apabila penampangnya lebih kecil
dibandingkan panjangnya, yang diekspresikan dengan 𝑙Τ𝑟 , l =
panjang kolom, r = jari-jari girasi
• Dengan penampang yg sama, kolom yg lebih panjang akan lebih
lemah daripada kolom lebih pendek
• Kolom pendek akan gagal akibat dari crushing beton dan yielding
tulangan, sedangan kolom langsing gagal akibat tekuk.
Slender Columns/ Kolom Langsing

• Kolom yang mengalami tekuk akan memberikan momen tambahan

akibat dari gaya tekannya. Besarnya momen ini akan signifikan
apabila terjadi pada kolom langsing
• Karena terdapat tambahan momen akibat gaya tekan, kolom
langsing mengalami penurunan kapasitas gaya tekannya
Persamaan Euler

Besarnya gaya tekan yg dibutuhkan untuk menekan kolom hingga

tertekuk
𝑃𝑐 𝜋 2 𝐸𝑡
=
𝐴 𝑘𝑙/𝑟 2

• kl/r adalah tingkat kelangsingan kolom (slenderness ratio). Sehingga

kolom makin lemah ketika rasio ini meningkat

• Et adalah modulus elastisitas dibawah nilai fp

• Jika tekuk terjadi pada saat tegangan melebihi fp
maka terjadi inelastic buckling, dimana nilai E
menurun
 Persamaan Euler

Plot dari persamaan Euler terhadap

slenderness ratio • Untuk kolom yg sangat stocky (gemuk
dan pendek) besarnya nilai Pc akan
melebihi rumus persamaan kuat tekan
beton ( )
𝑃𝑐 𝜋 2 𝐸𝑡
= sehingga terdapat batas berlakunya
𝐴 𝑘𝑙/𝑟 2
pers. Euler
Nilai K

• Struktur yg bebas pada

salah satu ujungnya akan
lebih lemah
• Pada gedung, umumnya yg
terjadi adalah pada poin f,
dimana kelengkungannya
bergantung pada kekakuan
balok
Nilai K
Buckling pada portal braced dan unbraced

Balok kaku = sendi – jepit (k = 0,7)

Balok lentur = sendi – sendi (k = 1)
Nilai k berada diantara 0,7 - 1

Balok kaku = sendi – jepit bebas (k = 2)

Balok lentur = sendi – bebas (k = tak hingga)
Nilai k adalah > 2
Compression Plus Bending
Kolom dibebani tekan dan momen di
ujung:
• Besarnya momen disepanjang kolom
sama, yaitu M0
• Momen tersebut menimbulkan lendutan
yang berbeda sepanjang kolom (y0)
• Akibat adanya gaya tekan (P)
memberikan tambahan momen
sehingga lendutan bertambah (y)
• Total besarnya momen pada tiap titik
dirumuskan menjadi:

• Besarnya y dapat dihitung dari y0

Compression Plus Bending
Kolom dibebani tekan dan momen di
ujung:
• Besarnya y dapat dihitung dari y0

• Jika Δ0 adalah lendutan maksimum

akibat M0, dan Δ adalah lendutan
maksimum akibat M0 + P Δ0
Sehingga besarnya momen maksimum
di tengah bentang:

• Dengan berbagai penyederhanaan

didapat:
Compression Plus Bending

• Untuk kasus pada momen yang

berbeda arah, besarnya Mmax yang bisa
dicapai lebih kecil dari momen searah
karena menciptakan 2 kurva lendutan.
• Besarnya momen maksimum:

dimana
M1 dan M2 adalah kedua momen ujung
dgn M1 < M2
Kesimpulan
1. Pada kolom yang terkena momen, adanya gaya tekan menyebabkan
tambahan lendutan dan tambahan momen (Py). Besarnya momen
tambahan ini akan meningkat apabila kolom semakin langsing.

2. Pada kolom tidak bergoyang dan melendut ke 1 arah, terjadinya

momen maksimum (M0 dan Py) terdapat pada lokasi yg sama,
sehingga menyebabkan pembesaran momen yg besar.

3. Pada kolom yang melendut ke 2 arah, terdapat pembesaran momen

yang lebih kecil hingga tidak ada pembesaran momen

4. Peraturan ACI mengadopsi ketentuan-ketentuan tersebut dengan

penyesuaian bahwa beton bukan merupakan material elastis, dan
retaknya beton akibat tarik menyebabkan berkurangnya nilai momen
inersia.
Terima Kasih
Erlangga Rizqi Fitriansyah, MT