2499 5631 1 SM
2499 5631 1 SM
e-ISSN : __ ________.
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika
Email : holistika@umj.ac.id
Ainur Rosyid
Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Esa Unggul,
Jalan Arjuna Utara No 9, Kebon Jeruk, Jakarta, 11510
ainur.rosyid@esaunggul.ac.id
ABSTRACT
Recently, the number of student of Elementary Teacher Education is slightly increasing. Those facts
left a question what motivates them to be a teacher. In addition, being a teacher is not a most wanted
profession in Indonesia. Those phenomena grounded this research. The research aimed to deeply
explore what motivated the students to be teachers, to examine whether or not any differences of
motives between male students and female students, and to examine whether or not the motives
correlated to learning achievement. The research used quantitative approach, using questinnaire
adapted from Factors Influencing Teaching Choice (FIT-Choice) Scale using Likert scale. Data was
analysed using mean or percentage, independent sample t-test, and correlation analysis Pearson. The
research results that the motives of students being a teacher (the most to the least) are make social
contribution, enhance social equity, shape the future of children, work with children, prior teaching
and learning experience, intrinsic value, job security, perceived teaching abilities, time for family, and
social influences. However, there are five dominant motives spread along the aspects: wanting to help
children learn, influencing the next generation, raising the ambitions of underprivileged youth, make
social contribution, and being interested in teaching. The independent sample t-test analysis resulted
that there is no differences of motivation between male and female students, but one aspect, where the
P value (0,02) is smaller than 0,05, “time for family.” The Pearson Correlation results the motivation
to be a teacher is poorly correlated to the student achievement, by 0,0004.
ABSTRAK
Akhir-akhir ini, jumlah mahasiswa PGSD mulai meningkat. Hal ini menimbulkan pertanyaan apa
yang menjadi alasan mereka ingin menjadi guru. Selain itu, menjadi guru bukanlah profesi yang
paling diminati di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai
motivasi mahasiswa PGSD memilih menjadi guru sekolah, dan apakah ada perbedaan motivasi
secara demografik dan apakah berpengaruh terhadap prestasi belajar. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan questionnaire yang diadaptasi dari Factors Influencing Teaching
Choice (FIT-Choice) Scale. Data dianalisis dengan menggunakan rerata atau prosentase dan
independent sample t-test. Penelitian menunjukkan bahwa motivasi menjadi guru mahasiswa PGSD
secara berurutan adalah aspek berkontribusi pada masyarakat, meningkatkan ekuitas sosial,
membentuk masa depan anak, bekerja dengan anak-anak, pengalaman belajar di masa lampau,nilai
intrinsik, keterjaminan pekerjaan, merasa mempunyai kemampuan mengajar, waktu untuk keluarga,
dan pengaruh lingkungan. Namun, ada 5 alasan paling dominan yaitu karena ingin membantu anak-
anak belajar, ingin mempengaruhi generasi masa depan, ingin menumbuhkan cita-cita pada anak-
anak yang kurang mampu, memberikan kontribusi sosial yang bermanfaat, dan tertarik menjadi guru.
69
HOLISTIKA : Jurnal Ilmiah PGSD ISSN : 2579 – 6151
Volume 1 No 2. November 2017 e-ISSN : _
Analisis statistik uji t independen sampel menunjukkan tidak ada perbedaan motivasi menjadi guru
secara gender, kecuali aspek “waktu untuk keluarga” dimana, P value (0,02) lebih kecil dari 0,05,
sehingga ada perbedaan motivasi menjadi guru secara gender. Dari hasil analisis korelasi Pearson,
motivasi menjadi guru diperoleh nilai signifikan 0,0004. Nilai tersebut berada dalam range kualifikasi
0,00-0,199 dengan kualifikasi sangat rendah. Dengan demikian disimpulkan bahwa hubungan antara
motivasi menjadi guru dengan prestasi belajar adalah sangat rendah.
P
ada sore hari, ketika saya berada di mengajar di sekolahnya bukan lulusan
depan ruang program studi Pendidikan kependidikan. Dia menjadi guru lantaran
Guru Sekolah Dasar (PGSD), seorang desakan atau paksaan orang tuanya. Karena
mahasiswi dari salah satu fakultas non dipaksa, guru tersebut menjadi guru yang
keguruan bertanya kepada saya “Pak, Bapak sangat tidak professional dan berakhir di
dosen PGSD ya? Saya mau tanya, berapa sih penjara karena suatu masalah.
pak biaya per semesternya Prodi PGSD?” Saya Selain itu, University of California
menjawab “saya tidak tahu berapanya, kalau mengadakan riset tentang jenis pekerjaan yang
tidak salah ada kok informasi di brosurnya. paling diminati 10 tahun ke depan selama tahun
Memang kenapa?” Dia menjawab “saya ingin 2013. Hasilnya, jenis pekerjaan yang paling
jadi guru SD pak.” banyak diminati atau dicari adalah pengembang
Fenomena ini membuat saya bertanya- aplikasi perangkat lunak, analisis pasar,
tanya mengapa mahasiswi tersebut ingin Biomedical Engineer, akuntan atau auditor,
menjadi guru, padahal dia sedang kuliah di administrator system computer dan jaringan,
jurusan non keguruan yang mana profil lulusan Petroleum Geologist, Penitipan Anak, Spesialis
dari jurusan tersebut bukan untuk menjadi kaum Manula, dan Spesialis Lingkungan
seorang guru. Mahasiswi tersebut sudah akan (http://www.vistaeducation.com/news/v/all/pred
melakukan “change her career into teaching iksi-pekerjaan-paling-dicari-10-tahun-
jobs.” kedepan).
Fenomena “changing career into Para mahasiswa pasti memiliki
teaching jobs” ini juga terjadi pada mahasiswa motivasi tersendiri mengapa mereka memilih
regular sore yang terdaftar dalam prodi PGSD menjadi guru. Motivasi mereka akan menjadi
Universitas Esa Unggul. Mahasiswa-mahasiswa pemacu semangat untuk berprestasi di bidang
tersebut saat ini sedang bekerja di perusahaan akademik. Menurut Slameto (2010: 54) faktor
atau instansi-instansi swasta. Namun, mereka motivasi merupakan faktor internal yang sangat
juga sedang menempuh pendidikan S1 jurusan berperan dalam penentuan tinggi rendahnya
pendidikan guru yang berarti bahwa mereka prestasi belajar.
memilih untuk beralih untuk menjadi guru jika Mengetahui motivasi menjadi guru dari
lulus nanti. Di samping itu, jumlah mahasiswa mahasiswa merupakan suatu hal yang sangat
prodi PGSD meningkat tiga sampai empat kali penting, karena hal tersebut dapat
lipat. Ini berarti bahwa semakin banyak orang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa
di luar sana yang ingin menjadi guru. terutama prestasi belajar. Prestasi belajar yang
Menjadi guru atau profesi guru optimal pasti menjadi harapan setiap mahasiswa
bukanlah profesi yang paling dicari di PGSD Universitas Esa Unggul.
Indonesia. Bahkan guru adalah profesi opsi Berdasarkan latar belakang di atas,
terakhir yang akan dipilih oleh seseorang ketika penelitian ini akan membahas tentang apa
sudah putus asa mencari pekerjaan lain yang motivasi mahasiswa PGSD memilih menjadi
(menurutnya) lebih baik dari guru (Klassen, guru sekolah dasar dan bagaimana hubungan
2011: 27.3). Dalam sebuah novel yang ditulis motivasi tersebut dengan prestasi belajar
oleh Awang Surya berjudul “Pak Guru” mereka.
70
Ainur Rosyid : Motivasi Menjadi Guru Sekolah Dasar Dan Hubungannya Dengan
Prestasi Belajar Mahasiswa PGSD
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika Email : holistika@umj.ac.id
P
enelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Adapun instrumen penelitian validitas dan reliabilitasnya. Adapun
yang dipakai adalah questionnaire yang penjelasannya adalah sebagai berikut:
diadaptasi dari Factors Influencing Teaching
Choice (FIT-Choice) Scale. Ada beberapa item Uji Validitas
pernyataan yang sengaja tidak digunakan Suatu instrument dikatakan valid
karena tidak sesuai dengan budaya di Indonesia, apabila penilaian telah benar-benar mengukur
seperti “mengajar adalah pekerjaan yang cocok apa yang hendak diukur. Instrument dalam
dilakukan ketika sedang traveling”. Selain itu, penelitian ini diukur kevalidannya dengan
“Fallback Career”, salah satu aspek dalam FIT- menggunakan ukuran hitung koefisien korelasi
Choice Scale, juga tidak digunakan dikarenakan antara butir pernyataan dengan skor total
mahasiswa yang menjadi objek penelitian instrument dengan rumus Pearson Product
adalah mahasiswa yang baru lulus dari Sekolah Moment. Butir pernyataan dinyatakan valid jika
Menengah Atas dan langsung melanjutkan ke koefisien korelasi yang ada di table pada taraf
jenjang perkuliahan. Kuisioner yang dibagikan signifikan tertentu dengan α = 5%. Jika rhitung >
diisi oleh responden dengan merangking faktor rtabel maka alat ukur dinyatakan valid.
– faktor tersebut dengan menggunakan Skala
Likert.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen menentukan
Data dan Sumber Data ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi.
Data primer dari penelitian ini adalah Dalam penelitian ini, uji reliabilitas
data yang diambil dari pernyataan langsung dari menggunakan rumus Alpha Cronbach. Adapun
responden. Variabel yang menggunakan data klasifikasi koefisien reliabilitas adalah sebagai
primer dalam penelitian ini adalah motivasi berikut:
mahasiswa PGSD menjadi guru sekolah dasar. 0,91 – 1,00 : Sangat tinggi
Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini 0,71 – 0,90 : Tinggi
adalah diambil dari dokumen atau arsip KHS 0,41 – 0,70 : Cukup
mahasiswa semester ganjil 2015/2016. 0,21 – 0,40 : Rendah
Sumber data primer dalam penelitian < 20 : Sangat rendah
ini adalah seluruh mahasiswa PGSD semester 2,
semester 4 dan semester 6 di Kampus pusat
4.1 Analisis dan Interpretasi Data
atau kampus Arjuna Universitas Esa Unggul. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis
Adapun jumlah mahasiswa adalah 91 dan dinterpretasikan. Sugiono (2013:405-412)
mahasiswa. menjelaskan langkah-langkah dalam
Pengumpulan Data menganalisis data yang terdiri dari a) mereduksi
Dalam penelitian ini, pengumpulan data data, yaitu mengambil data yang dianggap
dilakukan dengan cara membagikan FIT – penting oleh peneliti, b) menyajikan data, yaitu
Choice questionnaire kepada responden dan menampilkan data dalam bentuk bagan, tabel
segera mengembalikan kepada peneliti setelah dan uraian singkat, dan c) mengambil
melengkapinya. Untuk data prestasi mahasiswa kesimpulan. Adapun dalam penelitian ini, ada
PGSD regular sore diambil dengan metode beberapa analisis yang dipakai oleh peneliti
dokumentasi. Dari 91 mahasiswa PGSD yang yang disesuaikan dengan pertanyaan penelitian.
diberi kuesioner, hanya 86 mahasiswa yang Pertama, untuk mengetahui motivasi apa yang
mengembalikan kuesioner. Ketika dilakukan mendorong mahasiswa PGSD memilih menjadi
penyortiran, hanya 83 kuesioner yang diisi guru, peneliti menggunakan rata-rata atau
71
HOLISTIKA : Jurnal Ilmiah PGSD ISSN : 2579 – 6151
Volume 1 No 2. November 2017 e-ISSN : _
K
uesioner motivasi menjadi guru yang
pada masyarakat, bekerja dengan anak-anak,
diadaptasi dari FIT-Scale mencakup
pengalaman belajar di masa lampau dan
faktor pribadi dan faktor sosial.
pengaruh lingkungan. Dari tabel 1 di atas, jika
Berikut adalah data motivasi mahasiswa PGSD
dilihat dari nilai rata-rata secara berurutan,
menjadi guru.
maka faktor yang memotivasi mahasiswa
Tabel 1. Rata-rata Faktor Pendorong PGSD menjadi guru adalah berkontribusi pada
(Motivasi) menjadi Guru masyarakat (mean: 5,66), meningkatkan ekuitas
sosial (mean: 5,54), membentuk masa depan
Motivasi menjadi Guru Mean Standar anak (mean:5,51), bekerja dengan anak-anak
Deviasi
(mean:5,29), pengalaman belajar di masa
Merasa Mempunyai 4.78 1.08 lampau (mean:5,27), nilai intrinsik (mean:5.16),
Kemampuan Mengajar keterjaminan pekerjaan (mean: 4,79), merasa
(Perceived Teaching mempunyai kemampuan mengajar (mean:
Abilities)
4,78), waktu untuk keluarga (mean: 4,76), dan
Nilai Intrinsik (Intrinsic 5.16 1 pengaruh lingkungan (mean: 4,39).
Value)
Dari hasil perhitungan diatas dapat
Keterjaminan Pekerjaan 4.79 1.18 disimpulkan bahwa faktor dominan yang
(Job Security) memotivasi mahasiswa PGSD menjadi guru
Waktu untuk Keluarga 4.76 1.34 adalah berkontribusi pada masyarakat. Hal ini
(Time for Family) dibuktikan dengan nilai rata-rata yang paling
Membentuk Masa Depan 5.51 1.21 tinggi yaitu 5,66.
Anak (Shape the Future Perbedaan Motivasi menjadi Guru
of Children)
Berdasarkan Gender
Meningkatkan Ekuitas 5.54 1.02
Sosial (Enhance Social Berikut ini akan dipaparkan apakah
Equity) motivasi – motivasi tersebut berbeda antara
mahasiswa dengan mahasiswi. Dengan
Berkontribusi pada 5.66 0.94
menggunakan analisis indenpen sampel uji t
Masyarakat (Make Social
Contribution) dengan signifikansi 5%, berikut deskripsi
perbedaan tiap faktor:
Bekerja dengan Anak- 5.29 1.2
anak (Work with Merasa Mempunyai Kemampuan Mengajar
Children)
Merasa mempunyai kemampuan
Pengalaman Belajar di 5.27 1.1 mengajar adalah faktor ke tujuh yang
Masa Lalu (Prior memotivasi mahasiswa PGSD menjadi guru.
72
Ainur Rosyid : Motivasi Menjadi Guru Sekolah Dasar Dan Hubungannya Dengan
Prestasi Belajar Mahasiswa PGSD
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika Email : holistika@umj.ac.id
Berikut hasil analisis independen sampel uji t nilai intrinsik yang sama. Hal ini dibuktikan
dengan assuming equal variances antara dengan nilai rata-ratanya yang tidak jauh beda
mahasiswa dengan mahasiswi. Dipilih equal adalah 15.38 dan 15.5. Selain itu, P value
variances karena Fhitung < Ftabel (1,55 < 1,89) (0,861) dari hasil analisis ini lebih besar dari
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
Tabel 2. Hasil Analisis Independen sampel
ada perbedaan antara mahasiswa dengan
uji t – Merasa Mempunyai Kemampuan
mahasiswi dalam “nilai intrinsik”.
Mengajar
Tabel 3. Hasil Analisis Independen sampel
Motivasi - Motivasi -
uji t – Nilai Intrinsik
Mahasiswa Mahasiswi
Mean 14.61538462 14.27142857 Motivasi - Motivasi -
Mahasiswa Mahasiswi
Variance 4.923076923 7.64989648
Mean 15.38461538 15.5
Observations 13 70
Variance 6.08974359 4.514492754
Pooled Variance 7.245923213
Observations 13 70
Hypothesized
Mean Difference 0 Pooled
Variance 4.747863248
df 81
Hypothesized
t Stat 0.423094843 Mean
Difference 0
P(T<=t) one-tail 0.336673644
df 81
t Critical one-tail 1.663883913
-
P(T<=t) two-tail 0.673347287 t Stat 0.175339779
t Critical two-tail 1.989686288 P(T<=t) one-
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tail 0.430625117
mahasiswa dan mahasiswi sama-sama merasa t Critical one-
mempunyai kemampuan mengajar. Hal ini tail 1.663883913
dibuktikan dengan nilai rata-rata yang tidak
P(T<=t) two-
jauh berbeda adalah 14.61 dan 14.27. Selain itu, tail 0.861250234
P value (0,673) dari hasil analisis ini lebih
besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan t Critical two-
tail 1.989686288
bahwa tidak ada perbedaan antara mahasiswa
dengan mahasiswi dalam “merasa mempunyai Keterjaminan Pekerjaan
kemampuan mengajar”.
Keterjaminan pekerjaan adalah faktor
Nilai Intrinsik ke tujuh yang memotivasi mahasiswa PGSD
menjadi guru. Berikut hasil analisis independen
Nilai intrinsik termasuk faktor ke enam
sampel uji t dengan assuming equal variances
yang memotivasi mahasiswa PGSD menjadi
antara mahasiswa dengan mahasiswi. Dipilih
guru. Berikut hasil analisis independen sampel
equal variances karena Fhitung < Ftabel (1,77 <
uji t dengan assuming equal variances antara
1,89).
mahasiswa dengan mahasiswi. Dipilih equal
variances karena Fhitung < Ftabel (1,34 < 1,89).
73
HOLISTIKA : Jurnal Ilmiah PGSD ISSN : 2579 – 6151
Volume 1 No 2. November 2017 e-ISSN : _
Tabel 4. Hasil Analisis Independen sampel Tabel 5. Hasil Analisis Independen sampel
uji t – Keterjaminan Pekerjaan uji t – Waktu untuk Keluarga
74
Ainur Rosyid : Motivasi Menjadi Guru Sekolah Dasar Dan Hubungannya Dengan
Prestasi Belajar Mahasiswa PGSD
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika Email : holistika@umj.ac.id
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat Tabel 7. Hasil Analisis Independen sampel
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara uji t – Meningkatkan Ekuitas Sosial
mahasiswa dengan mahasiswi dalam
“membentuk masa depan anak”. Motivasi - Motivasi -
Mahasiswa Mahasiswi
Tabel 6. Hasil Analisis Independen sampel Mean 16.38461538 16.67142857
uji t – Membentuk Masa Depan Anak
Variance 6.08974359 6.252795031
Motivasi – Motivasi -
Mahasiswa Mahasiswi Observations 13 70
75
HOLISTIKA : Jurnal Ilmiah PGSD ISSN : 2579 – 6151
Volume 1 No 2. November 2017 e-ISSN : _
Tabel 8. Hasil Analisis Independen sampel dengan mahasiswi dalam “bekerja dengan anak-
uji t – Berkontribusi pada Masyarakat anak.”
76
Ainur Rosyid : Motivasi Menjadi Guru Sekolah Dasar Dan Hubungannya Dengan
Prestasi Belajar Mahasiswa PGSD
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika Email : holistika@umj.ac.id
Tabel 10. Hasil Analisis Independen sampel Tabel 11. Hasil Analisis Independen sampel
uji t – Pengalaman Belajar Masa Lampau uji t – Pengalaman Belajar Masa Lampau
77
HOLISTIKA : Jurnal Ilmiah PGSD ISSN : 2579 – 6151
Volume 1 No 2. November 2017 e-ISSN : _
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Prestasi bahwa hubungan antara motivasi menjadi guru
Belajar dengan prestasi belajar adalah sangat rendah.
No Rentangan Kualifikasi Frek (%)
IPK Pembahasan hasil penelitian ini adalah:
78
Ainur Rosyid : Motivasi Menjadi Guru Sekolah Dasar Dan Hubungannya Dengan
Prestasi Belajar Mahasiswa PGSD
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika Email : holistika@umj.ac.id
keluarga menjadi faktor dominan seseorang 1. Motivasi menjadi guru mahasiswa PGSD
menjadi guru dengan item pernyataan “keluarga secara berurutan adalah aspek berkontribusi
saya mengatakan kepada saya bahwa saya pada masyarakat (mean: 5,66),
seharusnya menjadi guru” (Mean = 5). Selain meningkatkan ekuitas sosial (mean: 5,54),
itu, pengalaman belajar di masa lampau, dalam membentuk masa depan anak (mean:5,51),
hal ini adalah mempunyai guru sebagai teladan bekerja dengan anak-anak (mean:5,29),
atau role model, juga mempunyai faktor yang pengalaman belajar di masa lampau
mempengaruhi orang menjadi guru. Hal ini juga (mean:5,27), nilai intrinsik (mean:5.16),
ditekankan oleh Aksu et.al. (2010) bahwa keterjaminan pekerjaan (mean: 4,79),
mempunyai guru sebagai role model merasa mempunyai kemampuan mengajar
mempengaruhi seseorang dalam memilih karir (mean: 4,78), waktu untuk keluarga (mean:
sebagai guru. 4,76), dan pengaruh lingkungan (mean:
Perbedaan Motivasi menjadi Guru 4,39). Namun, ada 5 alasan paling dominan
Berdasarkan Gender seseorang menjadi guru yang tersebar
dalam beberapa aspek, adalah karena ingin
Dari hasil analisis statistik dengan
membantu anak-anak belajar, ingin
menggunakan independen sampel uji t, tidak
mempengaruhi generasi masa depan, ingin
ada perbedaan motivasi menjadi guru antara
menumbuhkan cita-cita pada anak-anak
mahasiswa dan mahasiswi PGSD. Namun, ada
yang kurang mampu, guru memberikan
satu faktor yang berbeda antara mahasiswa dan
kontribusi sosial yang bermanfaat, dan
mahasiswi PGSD, yaitu waktu luang untuk
tertarik menjadi guru.
keluarga, dengan item pernyataan “jam
2. Dari hasil analisis statistik uji t independen
mengajar tidak mengganggu tanggung jawab
sampel, bahwa tidak ada perbedaan
dalam keluarga”, dimana rata-rata motivasi
motivasi menjadi guru secara gender.
mahasiswi lebih tinggi dari pada mahasiswa
Namun, hanya ada satu aspek atau alasan
PGSD (mahasiswi = 19,21 dan mahasiswa =
yang mana mahasiswi mempunyai rata –
17.92 ). Menurut Aida (2010) peran perempuan
rata lebih tinggi dibanding mahasiswa.
di Indonesia dapat dilihat dari perspektif posisi
Selain itu, P value (0,02) dari hasil analisis
mereka, salah satunya adalah peran transisi,
ini lebih kecil dari 0,05, sehingga ada
dimana pembagian tugas mengikuti aspirasi
perbedaan motivasi menjadi guru secara
gender, tetapi eksistensi mempertahankan
gender. Adapun aspek tersebut adalah
keharmonisan dan urusan rumah tangga tetap
“waktu untuk keluarga.”
tanggung jawab perempuan. Selain itu,
3. Dari hasil analisis korelasi Pearson,
masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim
motivasi menjadi guru diperoleh nilai
menjadi ajaran agama sebagai landasan hidup
signifikan 0,0004. Nilai tersebut berada
mereka. Berdasarkan teks Al-Quran dan sunnah
dalam range kualifikasi 0,00-0,199 dengan
Rasulullah SAW dijelaskan bahwa kedudukan
kualifikasi sangat rendah. Dengan demikian
dan tugas wanita sejatinya berada di dalam
disimpulkan bahwa hubungan antara
rumah tangga, sedangkan tugas di luar rumah
motivasi menjadi guru dengan prestasi
hanya sebagai tugas sekunder sepanjang tidak
belajar adalah sangat rendah
mengganggu tugas primer.
B U
erdasarkan hasil penelitian dapat capan terima kasih disampaikan
disimpulkan bahwa: kepada Universitas Esa Unggul yang
telah membiayai penelitian ini
sehingga penelitian ini bisa terlaksana.
79
HOLISTIKA : Jurnal Ilmiah PGSD ISSN : 2579 – 6151
Volume 1 No 2. November 2017 e-ISSN : _
REFERENSI (http://www.vistaeducation.com/news/v/all/
Aksu, M., Demir, C.E., Dologlu, A., prediksi-pekerjaan-paling-dicari-10-
Yildrim, S., Kiraz, E. (2010). Who tahun-kedepan) diakses 15 Februari
are the Future Teachers in Turkey? 2016
Characteristics of Entering Student http://www.gunadarma.ac.id/library/article
Teachers, Journal of Educational s/graduate/psychology/2010/Artikel_1
Development. Vol. 30 0505143.pdf diakses 15 Februari
Burns, Robert B. 2000. Introduction to 2016
research method. Fourth edition. United Nations Educational, Scientific and
Australia: Pearson Education Cultural Organization [UNESCO].
Australia Limited (2006). “Teacher motivation,
Chuene, K., Lubben, F. & Newson, G. compensation and working
(1999). The Views of Pre-service and conditions”. Chapter in Guidebook
Novice Teachers on Mathematics for Planning Education in
Teaching in South Africa Related to Emergencies and Reconstruction.
Their Educational Experience, Paris: International Institute for
Educational Research, Vol. 41 Educational Planning.
Eggen, P., Kauchak, D. 2007. Educational W.S.Winkel. (2004). Psikologi Pengajaran.
Psychology: Windows on Classrooms. Yogyakarta: Media Abad
New Jersey, USA: Pearson
Hubeis, A. V. S. (2010). Pemberdayaan
Perempuan dari Masa ke Masa.
Bogor: IPB Press
Klassen, R.M., Al-Dharfi, S, Hannok, W. &
Betts, SM. (2011). Investigating pre-
service teacher motivation accros
cultures using the Teacher’s Ten
Statement Test, Teaching and
Teacher Education, 27.3.
Nana Sudjana. (2009). Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Rosdakarya
Saban, A. (2003). A Turkish Profile of
Prospective Elementary School
Teachers and Their Views of
Teaching, Teaching and Teacher
Education. Vol 19
Sugiyono. 2013. Metode penelitian
manajemen. Bandung: Alfabeta
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta
Sardiman, A.M. 2009. Interaksi dan
Motivasi Balajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali Press
80