Anda di halaman 1dari 12

Metode Penambangan

Posted: Mei 4, 2010 in paper 07


Tag:metode penambangan, penambangan batubara, tambang batubara

By Ardiawan 07

METODE PENAMBANGAN & PEMILIHANNYA

Pembagian Metode Penambangan.

Secara garis besar metode penambangan dikelompokkan menjadi 3, yaitu :

1. Tambang terbuka (surface mining) : adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangannya

dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi, dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar.

2. Tambang dalam/tambang bawah tanah (underground mining) : adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas

penambangannya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung berhubungan dengan udara luar.

3. Tambang bawah air (underwater mining) : adalah metode penambangan yang kegiatan penggaliannya dilakukan di bawah

permukaan air atau endapan mineral berharganya terletak dibawah permukaan air.

Tambahan

1. Tambang Ditempat (Insitu Mining or Novel Mining).


Pemilihan metode penambangan dilakukan berdasarkan pada keuntungan terbesar yang akan diperoleh, bukan berdasarkan letak

dangkal atau dalamnya suatu endapan, serta mempunyai perolehan tambang (mining recovery) yang paling baik.

Dari 4 kelompok besar metode penambang tersebut menurut Hartman, 1987 dibagi-bagi menjadi metode-metode penambangan

yang lebih spesifik seperti pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1. Klasifikasi Metode Penambangan, (Hartman, 1987)


SISTEM KELAS METODE BAHAN GALIAN
Konvensional
Open pit mining* Metal, non-metal
Quarrying* Non-metal

Opencast mining* Batubara, non-metal

Mekanis
Aquaeous Auger mining Batubara, metal, non-metal
Tambang Terbuka

Hydraulicking* Metal, non-metal

Dregding * Metal, non-metal

Tambang Room & Pillar mining* Batubara, non-metal


Bawah Tanah Stope & Pillar mining* Metal, non-metal

Underground gloryhole Metal, non-metal

Swa-sangga (Self- Gophering Metal, non-metal


supported)

Shrinkage stoping Metal, non-metal

Sublevel stoping * Metal, non-metal

Cut & Fill stoping * Metal


Stull stoping Metal
Berpenyangga buatan
(Supported)
Square set stoping Metal

Ambrukan (Caving) Longwall mining * Batubara, non metal


Sublevel caving Metal

Block caving * Metal

Inkonvesional
Penggalian cepat Batuan keras
Automasi, Robotik Semua

Gasifikasi bawah tanah Batubara, batuan lunak

Retorting bawah tanah Hidrokarbon

Novel
Tambang samudera Metal

Tambang nuklir Non-batubara

Tambang luar bumi Metal, non-metal

Pemilihan Metode Penambangan


Dalam kegiatan penambangan, aturan utamanya adalah memilih suatu metoda penambangan yang paling sesuai
dengan karakteristik unik (alam, geologi, lingkungan dan sebagainya) dari endapan mineral yang ditambang di
dalam batas keamanan, teknologi dan ekonomi, untuk mencapai ongkos yang rendah dan keuntungan yang
maksimum. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan tersebut adalah :
1. Karakteristik spasial dari endapan
Factor-faktor ini merupakan faktor penting yang dominan karena umumnya sangat menentukan dalam pemilihan
metode penambangan antara tambang terbuka dengan tambang bawah tanah, penentuan tingkat produksi, metode
penanganan material, dan bentuk tambang dalam badan bijih. Factor-faktor tersebut meliputi :
1. Ukuran (dimensi, terutama tinggi dan tebal)
2. Bentuk (tabular, lenticular, massive, irregular)
3. Orientasi (dip/inklinasi)
4. Kedalaman (rata-rata dan nilai ekstrem, yang akan berimbas pada stripping ratio)
1. Kondisi geologi dan hidrogeologi
Karakteristik geologi, baik dari badan bijih maupun batuan samping, akan mempengaruhi pemilihan metode
penambangan, terutama dalam pemilihan antara metode selektif dan nonselektif serta pemilihan system
penyanggaan pada system penambangan bawah tanah. Hidrologi berdampak pada kebutuhan akan penyaliran dan
pemompaan, sedangkan aspek mineralogy akan menentukan syarat-syarat pengolahan.
1. Mineralogi dan petrologi (Sulfida vs Oksida),
2. Komposisi kimia
3. Struktur endapan (lipatan, sesar, ketidakmenerusan, intrusi)
4. Bidang lemah, (kekar, rekahan)
5. Keseragaman, alterasi, erosi (zona dan daerah pembatas)
1. Air tanah dan hidrologi (kemunculan, debit aliran dan muka air)
1. Sifat-sifat geoteknik (mekanika tanah dan mekanika batuan) untuk bijih dan batuan sekelilingnya. Hal-hal ini akan
mempengaruhi pemilihan peralatan pada system penambangan terbuka dan pemilihan klas metode dalam system
tambang bawah tanah (swasangga, berpenyangga atau ambrukan)
1. Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids, porositas, permeabilitas, lengas)
2. Sifat elastik (kekuatan, modulus elastik, nisbah, dan lain-lain)
3. Perilaku elastik atau visko elastik (flow, creep)
4. Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi)
5. Konsolidasi, kompaksi dan kompeten (kemampuan bukaan pada kondisi tanpa penyangga)
1. Konsiderasi ekonomi
Faktor-faktor ini akan mempengaruhi hasil, investasi, aliran kas, masa pengembalian dan keuntungan. Faktor ini
meliputi :
1. Cadangan (tonase dan kadar),
2. Produksi,
3. Umur tambang,
4. Produktivitas,
5. Perbandingan ongkos penambangan untuk metode penambangan yang cocok
6. Faktor teknologi
Kondisi paling cocok antara kondisi alamiah endapan dan metode penambangan adalah yang paling diinginkan.
Sedangkan metode yang tidak cocok mungkin tidak banyak pengaruhnya pada saat penambangan, tetapi
kemungkinan akan mempengaruhi pada kegiatan pendukung tambang/terusannya (pengolahan, peleburan, dll). Yang
termasuk dalam faktor teknologi adalah :
1. Perolehan tambang, Dilusi (jumlah waste yang dihasilkan dengan bijih),
2. Ke-fleksibilitas-an metode dengan perubahan kondisi,
3. Selektifitas metode untuk memisahkan bijih dan waste,
4. Konsentrasi atau dispersi pekerjaan,
5. Modal, pekerja dan intensitas mekanisasi
1. Faktor lingkungan
Factor lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa lingkungan fisik saja, tetapi juga meliputi lingkungan social-
politik-ekonomi. Yang termasuk dalam faktor lingkungan adalah :
Prosedur pemilihan metoda penambangan secara ringkas dapat ditunjukkan oleh Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Prosedur pemilihan metode penambangan


Metode dan prinsip penambangan yang telah dijelaskan sebelumnya melibatkan masalah-masalah geomekanika dan
operasional. Pengelola industri harus bisa memilih metode panambangan yang paling tepat untuk cebakan bijih
tertentu. Selain karakteristik badan bijih yang mempengaruhi pemilihan metode panambangan, karakteristik
operasional khusus untuk setiap metode penambangan secara langsung juga ikut mempengaruhi pemilihan metode
penambangan.
Karekteristik operasional tersebut meliputi:
ü Skala penambangan
ü Laju produksi
ü Selektivitas
ü Persyaratan pekerja
ü Keluwesan ekstraksi
Keputusan terakhir dalam pemilihan metode penambangan akan merefleksikan sifat-sifat mekanik dari badan bijih
dan lingkungannya serta hal-hal teknik praktis lain. Misalnya, non-selective method seperti block caving tidak akan
diterapkan pada cebakan bijih dimana selective recovery diperlukan, walaupun cebakan tersebut sangat sesuai untuk
ditambang dengan metode block caving.
Kadang-kadang muncul permasalahan bahwa pemilihan metode penambangan dapat menimbulkan beberapa
kesulitan teknis. Kesulitan yang timbul adalah bagaimana menggabungkan bebarapa faktor yang berpengaruh agar
bisa memutuskan metode penambangan yang sesuai untuk suatu cebakan bijih. Berdasarkan perkembangan filosofi
dan sejarah ilmu pertambangan, metode penambangan dikembangkan untuk dapat mengakomodir dan
mengeksploitasi beberapa kondisi penambangan. Prosedur paling baik yang dapat dikembangkan dalam pemilihan
metode penambangan adalah dengan melibatkan logika berpikir suatu sistem komputer.
Pemilihan metode panambangan sulit diterapkan bila berhadapan dengan badan bijih besar yang harus ditambang
dengan dua metode panambangan yang berbeda, misalnya block caving dan open stoping. Block caving akan
menjadi metode yang lebih disukai karena jumlah tenaga kerja yang sedikit, biaya per tonne yang rendah dan
keuntungan-keuntungan teknis lainnya. Prasyarat utama yang harus dipenuhi adalah bahwa ambrukan dapat
diinisiasi pada badan bijih dan merambat dengan kecepatan konstan melalui badan bijih sebagai broken ore. Kapan
ambrukan dapat diterapkan pada suatu badan bijih ? Jawabannya bukan hal yang sederhana. Solusi praktis untuk
menjawab pertanyaan ini (mengerti tentang mekanisme ambrukan) dapat ditemukan pada klasifikasi geomekanik
yang dimodifikasi berdasarkan kondisi massa batuan di daerah penambangan.
Tujuan utama dalam pemilihan suatu metode untuk menambang suatu endapan mineral adalah dalam rangka
merancang suatu sistem eksploitasi yang paling sesuai dengan kondisi sebenarnya. Dalam hal ini pengalaman
berperan utama dalam pengambilan keputusan, yang memerlukan banyak pertimbangan berdasarkan evaluasi
rekayasa. Evaluasi tersebut dilakukan dalam tiga tahap seperti pada Gambar 3.1, yaitu studi
konseptual, studi rekayasa, dan studi rancangan rinci. Hasilnya ialah sebuah laporan rekayasa final.
Contoh pedoman untuk penentuan metode penambangan terbuka berdasarkan kekuatan bijih dan batuan di
sekitarnya serta geometri cadangan menurut Hartman (1987) dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Resume dari tabel tersebut adalah :

1. Tambang terbuka umumnya lebih serba guna, terutama berkaitan dengan kekuatan bijih dan batuan samping, dip
endapan, dan kadar bijih, tetapi sangat bergantung dengan bentuk dan ukuran endapan, keseragaman kadar dan
kedalaman (keduanya mutlak dan bergantung pada nisbah kupas/stripping ratio)
2. Penerapan ideal pada endapan yang besar, perlapisan datar (atau massif) dengan sebaran secara mendatar luas dan
tebal dan keterdapatannya dekat permukaan.
3. Kurang cocok untuk endapan yang kecil, tipis, kadar tidak merata, kemiringan besar dan posisinya dalam.
4. Penambangan dengan ekstraksi mekanis lebih konvensional, banyak diterapkan, mudah dalam pelaksanaannya dan
fleksibel dalam perubahan metode penambangan.
5. Penambangan dengan ekstraksi aqueous lebih murah dan cocok untuk diterapkan pada endapan kecil dengan kadar
yang bervariasi, tetapi sangat terbatas penerapannya pada endapan yang rentan terhadap terhadap air dan jika
pemenuhan kebutuhan air memerlukan biaya yang mahal.
Sedangkan contoh pedoman untuk penentuan metode penambangan bawah tanah berdasarkan kekuatan bijih dan
batuan di sekitarnya serta geometri cadangan menurut Hartman (1987) dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.2. Pemilihan Metode Penambangan Terbuka Berdasarkan Kekuatan Bijih Dan Batuan Serta
Geometri Cadangan
konseptual, studi rekayasa, dan studi rancangan rinci. Hasilnya ialah sebuah laporan rekayasa final.
Contoh pedoman untuk penentuan metode penambangan terbuka berdasarkan kekuatan bijih dan batuan di
sekitarnya serta geometri cadangan menurut Hartman (1987) dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Resume dari tabel tersebut adalah :


1. Tambang terbuka umumnya lebih serba guna, terutama berkaitan dengan kekuatan bijih dan batuan samping, dip
endapan, dan kadar bijih, tetapi sangat bergantung dengan bentuk dan ukuran endapan, keseragaman kadar dan
kedalaman (keduanya mutlak dan bergantung pada nisbah kupas/stripping ratio)
2. Penerapan ideal pada endapan yang besar, perlapisan datar (atau massif) dengan sebaran secara mendatar luas dan
tebal dan keterdapatannya dekat permukaan.
3. Kurang cocok untuk endapan yang kecil, tipis, kadar tidak merata, kemiringan besar dan posisinya dalam.
4. Penambangan dengan ekstraksi mekanis lebih konvensional, banyak diterapkan, mudah dalam pelaksanaannya dan
fleksibel dalam perubahan metode penambangan.
5. Penambangan dengan ekstraksi aqueous lebih murah dan cocok untuk diterapkan pada endapan kecil dengan kadar
yang bervariasi, tetapi sangat terbatas penerapannya pada endapan yang rentan terhadap terhadap air dan jika
pemenuhan kebutuhan air memerlukan biaya yang mahal.
Sedangkan contoh pedoman untuk penentuan metode penambangan bawah tanah berdasarkan kekuatan bijih dan
batuan di sekitarnya serta geometri cadangan menurut Hartman (1987) dapat dilihat pada Tabel 3.3.

��
pn�
�/
r bisa memutuskan metode penambangan yang sesuai untuk suatu cebakan bijih. Berdasarkan perkembangan filosofi
dan sejarah ilmu pertambangan, metode penambangan dikembangkan untuk dapat mengakomodir dan
mengeksploitasi beberapa kondisi penambangan. Prosedur paling baik yang dapat dikembangkan dalam pemilihan
metode penambangan adalah dengan melibatkan logika berpikir suatu sistem komputer.Pemilihan metode
panambangan sulit diterapkan bila berhadapan dengan badan bijih besar yang harus ditambang dengan dua metode
panambangan yang berbeda, misalnya block caving dan open stoping. Block caving akan menjadi metode yang lebih
disukai karena jumlah tenaga kerja yang sedikit, biaya per tonne yang rendah dan keuntungan-keuntungan teknis
lainnya. Prasyarat utama yang harus dipenuhi adalah bahwa ambrukan dapat diinisiasi pada badan bijih dan
merambat dengan kecepatan konstan melalui badan bijih sebagai broken ore. Kapan ambrukan dapat diterapkan
pada suatu badan bijih ? Jawabannya bukan hal yang sederhana. Solusi praktis untuk menjawab pertanyaan ini
(mengerti tentang mekanisme ambrukan) dapat ditemukan pada klasifikasi geomekanik yang dimodifikasi
berdasarkan kondisi massa batuan di daerah penambangan.

Tujuan utama dalam pemilihan suatu metode untuk menambang suatu endapan mineral adalah dalam rangka
merancang suatu sistem eksploitasi yang paling sesuai dengan kondisi sebenarnya. Dalam hal ini pengalaman
berperan utama dalam pengambilan keputusan, yang memerlukan banyak pertimbangan berdasarkan evaluasi
rekayasa. Evaluasi tersebut dilakukan dalam tiga tahap seperti pada Gambar 3.1, yaitu studi
Tabel 3.2. Pemilihan Metode Penambangan Terbuka Berdasarkan Kekuatan Bijih Dan Batuan Serta
Geometri Cadangan

Kekuatan bijih
dan batuan Klasifikasi sistem Geometri Metode
penambangan cadangan Penambangan

Bijih : kuat sampai Tabular, datar, tipis,


Room & Pillar
moderat ukuran besar
Swa – SanggaSelf – Tabular, datar,
Stope & Pillar
Supported tebal,ukuran besar
Batuan : kompeten (tidak
Tabular, miring,
runtuh meski tidak Shrinkage Stoping
tipis,ukuran sembarang
disangga)
Tabular, miring,
Sub-level Stoping
tebalukuran besar
Bentuk tak teratur,
Bijih: Moderat
miring, tipis, ukuran Cut & Fill Stoping
sampai lemah
sembarang
Penyangga
Tabular, miring, tipis,
buatanArtifically Stull Stoping
ukuran kecil
supported
Bentuk, kemiringan
Batuan: Inkompeten
ukuran sembarang, Square Set Stoping
(runtuh jika tidak disangga)
tebal
Bijih : Moderat Tabular, datar, tipis,
Longwall
sampai lemah ukuran besar
Tabular atau masif,
AmbrukanCaving Sub-level caving
miring,
Batuan : cavable (dapat Masif, miring, tebal,
Block Caving
ambruk) ukuran besar
Tidak terlepas dari pedoman di atas, terdapat pedoman umum dalam menentukan apakah akan menggunakan
tambang bawah tanah atau tambang terbuka. Metode tambang bawah tanah diterapkan jika kedalaman endapan, dan
atau nisbah pengupasan (stripping ratio) overburden terhadap bijih (atau batubara atau mineral berharga lainnnya)
menjadi sangat besar untuk ditambang dengan metode tambang terbuka.
Metode penambangan yang biasa diterapkan didasarkan pada cara penyanggaan (lihat pada Gambar 3.2). Pada
gambar ini ditunjukkan bagaimana perubahan pada perpindahan dan strain energy di daerah near field.
Laubscher (1977) melakukan penelitian tentang hubungan antara sifat geomekanik batuan dengan kemudahan
caving atau stoping. Pola pengklasifikasian yang disusun oleh Laubscher menampilkan hasil korelasi antara kinerja
metode penambangan dengan kondisi massa batuan di dalam serta di sekitar badan bijih asbestos dan emas di
Zimbabwe. Pola Laubscher merupakan pengembangan asli dari teknik klasifikasi geomekanik lainnya. Penerapan
pola Laubscher dalam pemilihan metode panambangan dan aspek-aspek lain dalam perencanaan dan perancangan
tambang telah dijabarkan oleh Laubscher (1981) seperti ditunjukkan pada Tabel 3-4.
Klasifikasi Laubscher memberikan perkiraan kuantitatif atau indeks sifat massa batuan (angka dalam interval 0-100)
yang digunakan untuk menentukan urutan kelas (1-5). Setiap kelas berada pada interval indeks 20. Kelas 1 massa
batuan diartikan kondisi insitu material dengan kekuatan tinggi, frekuensi kekar yang kecil, kuat gesar kekar yang
tinggi, dan tekanan air yang rendah. Berdasarkan uraian ringkas tentang mekanisme ambrukan yang diberikan pada
bagian awal, jelas bahwa massa batuan dengan urutan kelas yang tinggi tersusun oleh kekar yang banyak dan
bersifat getas, akan sangat sesuai bila dilakukan ambrukan.
Penyelidikan Laubscher dapat menerangkan hubungan langsung antara nomer kelas dengan faktor kinerja, misalnya
kecenderungan massa batuan untuk menahan ambrukan (seperti cavability), ukuran butiran bijih, keperluan
secondary blasting pada drawpoint (yang mempunyai hubungan terbalik dengan fragmentasi alami) dan kebutuhan
dimensi undercut untuk menginisiasi ambrukan. Parameter terakhir dijelaskan sebagai jari-jari hidraulik ekivalen,
misalnya perbandingan luas undercut terhadap keliling undercut untuk menghitung geometri penggalian.
Interpretasi data pada Tabel 3-4 menunjukkan bahwa untuk kelas geomekanik 3-5 lebih baik menerapkan metode
penambangan ambrukan. Untuk kelas 1 dan 2, metode penambangan open stope akan lebih baik diterapkan. Sebagai
tambahan, Tabel 3-1 tidak selamanya harus dijadikan patokan, karena dapat juga memperhitungkan kondisi lainnya.
Misalnya untuk kelas geomekanik III-3, penerapan ambrukan dapat dilakukan dengan memperhitungan orientasi
kekar dan pengaruhnya terhadap ambrukan. Kendorski (1978) menyebutkan perlu adanya critical factor dalam
mengaplikasikan ambrukan pada badan bijih bila terdapat kekar sub-horisontal.
Informasi pada Tabel 3-4 untuk ukuran undercut akan sangat berguna dalam memperkirakan tata latak ambrukan.
Misalnya untuk panel ambrukan dengan penggalian undercut segiempat, dan kelas massa batuan 4, rata-rata jari-jari
ekivalen yang disarankan adalah 14 m dengan dimensi undercut 56 m. Perhitungan dimensi undercut harus
dilengkapi dengan analisis detail kondisi spesifik massa batuan, misalnya kondisi tegangan insitu dan kekuatan
massa batuan. Bagaimanapun bagusnya klasifikasi geomekanik tersebut, hal tersebut diperoleh berdasarkan
pengalaman, sehingga masih diperbolehkan keputusan-keputusan lain dalam aplikasinya.
Tabel 3-4. Unjuk kerja ambrukan untuk berbagai kelas geomekanik dari massa batuan (Laubscher, 1981).
Kelas geomekanik 1 2 3 4 5

Cavability
Tidak terjadi Buruk Sedang Baik Sangat baik

Ukuran fragmen – Besar Sedang Kecil Sangat kecil


Secondary blasting – Tinggi Medium Kecil sangat kecil
Dimensi undercut (m)* – 30 30 – 20 20 – 8 8
* Jari-jari hidraulik ekivalen
3.3. TAMBANG TERBUKA ATAU TAMBANG BAWAH TANAH
Operasi penambangan meliputi : pemboran dan peledakan yang dilakukan untuk memecah batuan, pemuatan dan
pengangkutan, atau dapat juga ditambahkan proses peremukan bijih untuk menghasilkan ukuran yang sesuai.
Operasi tersebut dapat diterapkan pada tambang bawah tanah, open pit, atau penambangan di laut. Operasi yang
sama juga dilakukan pada berbagai pekerjaan konstruksi, misalnya pembuatan jalan, PLTA, dll. Sebelum sampai
pada analisis ekonomi yang sangat mempengaruhi pemilihan tambang bawah tanah atau open pit dan pada kondisi
bagaimana harus dilakukan perubahan dari open pit ke tambang bawah tanah atau sebaliknya, sangat menarik
bila dipertimbangkan beberapa faktor-faktor umum.
3.3.1. Tambang Terbuka vs Tambang Bawah Tanah
3.3.1.1. Produksi
Tabel 3-5 menunjukkan jumlah material yang ditangani pada penambangan open pit dan tambang bawah tanah di
tahun 1973. Di dunia barat, industri pertambangan dapat menangani material sebanyak 3 milyar ton bijih/ tahun.
Metode penambangan bervariasi sesuai dengan jenis logamnya. Bijih besi dan tembaga lebih sering ditambang
dengan metode open pit. Untuk emas, nikel, timbal, dan seng lebih sering ditambang dengan metode bawah tanah.
Tabel 3-5. Jumlah material yang dipindahkan selama penambangan dan pekerjaan konstruksi tahun 1973
(Committee for Mineral Policy, 1978)
106 m3 %

Penambangan 1550
620
41
17
Terbuka
Bawah tanah

Pekerjaan
1450 39
konstruksi 130 3
Terbuka
Bawah tanah
3750 100
Jumlah penambangan bijih dengan open pit bervariasi untuk setiap negara. Di USA sekitar 85% penambangan
bijih logam dilakukan melalui open pit tetapi untuk negara Swedia hanya 30%.
Tabel 3-6 memperlihatkan jumlah penambangan open pit dan bawah tanah di dunia barat yang menghasilkan
150.000 ton bijih/ tahun (tidak termasuk tambang batubara). Tabel 3-5 dapat mewakili 90% produksi tambang di
seluruh belahan dunia yang meningkat dari 1.900 juta sampai 3-500 juta ton per tahun selama periode 1968-1977.
Tabel 3-6 menunjukkan bahwa produksi tambang meningkat bukan karena peningkatan jumlah industri
pertambangan, tetapi lebih dikarenakan perluasan daerah penambangan. Jumlah industri pertambangan besar
meningkat, dan selama periode waktu yang sama, jumlah tambang kecil dan medium meningkat dengan konstan
atau sebaliknya menurun menjadi semakin kecil.
3.3.1.2. Perkembangan Produksi
Perkembangan teknis yang cepat selama beberapa dekade terakhir menghasilkan peningkatan produktivitas yang
tinggi. Produktivitas menunjukkan peningkatan yang lebih besar pada tambang-tambang besar dibandingkan
tambang-tambang kecil serta lebih tinggi diperoleh dari tambang terbuka daripada tambang bawah tanah. Pada
tambang terbuka hanya terdapat sedikit pembatasan untuk bisa mempergunakan mesin-mesin dengan kapasitas yang
besar, berbeda dengan tambang bawah tanah yang dibatasi oleh ruang kerja yang sempit.
Pada studi perbandingan antara tambang terbuka di USA dengan tambang bawah tanah di Swedia yang telah
dilakukan beberapa memperlihatkan bahwa produksi tambang terbuka per tambang secara berkala lebih
menunjukkan peningkatan dibandingkan tambang bawah tanah, tetapi prosentase peningkatan lebih besar terjadi
pada tambang bawah tanah. Sejak awal abad masehi, untuk tambang terbuka produktivitas meningkat sebanyak
250% dan untuk tambang bawah tanah 350%, dan produktivitas mulai meningkat akhir-akhir ini pada tambang
bawah tanah besar dibandingkan tambang bawah tanah kecil.

https://achmadinblog.wordpress.com/2010/05/04/metode-penambangan/

Anda mungkin juga menyukai